Anda di halaman 1dari 22

Makalah Kelompok

EKOSISTEM TERESTRIAL

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ekologi Tumbuhan

Dosen Pembimbing : Indayana Febriani Tanjung, M. Pd

Disusun Oleh :

Arsinta Aulia (0310162029)

Chairul Tamimi (0310162045)

Oki Permata Sari (0310163059)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah
yang berjudul “Ekosistem Terestrial” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi


Tumbuhan. Penulisan makalah dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Indayana Febriani Tanjung, M. Pd sebagai dosen pembimbing mata


kuliah.
2. Orang tua yang telah banyak memberikan dukungan dan sumbangan moral
maupan material.
3. Teman-teman yang telah banyak membantu penulisan makalah, sehingga
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun untuk kemajuan penulisan dan perbaikan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak terkait. Aamiin.

Medan, Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................2
D. Manfaat ......................................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekosistem ................................................................................3


B. Pengertian Ekosistem Terestrial .................................................................3
C. Jenis Ekosistem Terestrial .........................................................................4
D. Energi dalam Ekosistem ............................................................................4

BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................. 21
B. Saran ........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekologi merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu
Oikos berarti rumah dan Logos beraryi ilmmu atau pelajaran. Secara etimilogis
ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumah tangganya. Dengan kata
lain definisi dari ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekologi tanaman adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara tanaman (tumbuhan yang
dibudidayakan) dengan lingkungannya.1

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan


berbagai komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik
antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik
adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk
hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan
merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

Tingkatan organisasi kehidupan berawal dari atom, molekul, sel, jaringan,


organ, sistem organ, organisme multisel, populasi, komunitas, ekosistem dan
biosfer.2 Hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik akan
membentuk sebuah ekosistem. Suatu ekosistem sangat dipengaruh oleh komponen
utama penyusun ekosistem tersebut seperti ekosistem daratan yang yang
lingkungan fisik utamanya adalah daratan.Berbagai jenis dari ekosistem yang ada
di daratan juga dipengaruhi dari komponen atau vegetasi yang menonjol dari
ekosistem tersebut dan makalah ini akan sedikit mengulas macam-macam
ekosistem yang ada di daratan tersebut.

1
Chairani Hanum, Ekologi Tanaman, (Medan: USU Press, 2009), hal. 2.
2
Cecie Starr, dkk., Biologi: Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup Edisi 12 Buku 1, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2012), hal. 6.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekosistem ?
2. Apa yang dimaksud dengan ekosistem terestrial ?
3. Apa jenis-jenis dari ekosistem terestrial ?
4. Bagaimana energi dalam ekosistem ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekosistem
2. Untuk mengetahui pengertian dari ekosistem terestrial
3. Untuk mengetahui pembagian dari ekosistem terestrial
4. Untuk memahami energi dalam ekosistem

D. Manfaat

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam memahami materi


ekosistem terestrial serta menjadi salah satu sumber referensi atau pustaka tentang
ekosistem terestrial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekosistem

Istilah ekosistem pertama kali dikemukakan oleh Transley (1935). Ia


mengemukakan bahwa hubungan timbal balik antara komponen biotik
(tumbuhan, hewan, manusia mikroba) dengan komponen abiotik (cahaya, udara,
air, tanah, dsb) di alam. Sebenarnya merupakan hubungan komponen yang
membentuk system. Ini berarti dalam struktur maupun fungsi komponen-
komponen tadi adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai
konsekuensinya apabila salah satu komponen terganggu, maka komponen
lainnya secara cepat atau lambat akan terpengaruh. Sistem alam ini disebut
sistem ekologi, yang kemudian disingkat dan menjadi lebih dikenal ekosistem.3

Ekosistem atau sistem ekologi ialah satu unit tunggal dari komuniti
tumbuhan dan hewan bersama-ssama dengan semua interaksi faktor-faktor fisik
dari lingkungan yang ada didalamnya.4 Eksistem dapat didefinisikan sebagai
suatu kelompok organisme yang saling berinteraksi satu sama lain, dan
berinteraksi pula terhadap lingkungannya secara terus menerus.5

Organisme-organisme hidup dan lingkungan tidak hidupnya (abiotik)


berhubungan erat tak terpisahkan dan saling pengaruh-mempengaruhi satu sama
lain. Satuan yang mencakup semua organisasi (yakni “Komunitas”) di dalam
suatu daerah yang saling mempengaruhi dengan lingkungan fisiknya sehingga
arus energi mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik, dan daur-
daur bahan yang jelas di dalam sistem, merupakan sistem ekologi atau
ekosistem.6

3
Rahardjanto, Ekologi Tumbuhan, (Malang: UMM, 2001), hal. 98.
4
Op.cit., hal. 8.
5
Sudarmadji, Pengantar Ilmu Lingkungan, (Jember : Universitas Jember, 2004), hal. 19.
6
Anggota IKAPI, Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2017), hal. 10.

3
B. Pengertian Ekosistem Terestrial
Ekosistem darat adalah ekosistem yang lingkungan eksternalnya di
dominasi oleh daratan. Telah kita ketahui bahwa luas permukaan bumi adalah
510.056.000 km2, sedang luasnya 49.137.000 km2 berupa daratan (29,24%),
sisanya berupa larutan. Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, daratan
dibedakan menjadi :
- Daratan rendah : 25 m/dpl
- Perbukitan/daratan tinggi : 500 m/dpl
- Pegunungan : 500 m/dpl
Ekosistem terestrial yaitu suatu tempat daratan yang meliputi semua
organisme di dalam suatu daerah yang saling memperngaruhi dengan lingkungan
fisiknya sehingga arus energi mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman
biotik dan daur-daur materi yang terperinci di dalam sistem.
C. Jenis Ekosistem Terestrial

Ekosistem darat adalah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.


Permukaan bumi bersifat lunak dan plastis disebut tanah. Proses pelapukan yang
terjadi tergantung kepada sifat batuan dasar, iklim, dan vegetasi. Daerah yang
curah hujannya tinggi pelapukan lebih cepat.
Adanya variasi batuan dasar, iklim dan vegetasi, maka tanah yang
dihasilkan juga bervariasi, baik struktur, ketebalan tipe maupun sifatnya. Untuk
lebih mengenal perhatikan diagram di bawah ini :

4
Penampang tanah digambarkan sebagai berikut :

Jenis Profil Horizon Keterangan


Tanah Humus Horizon – O Terdiri lapisan
organik, humus

Tanah Pelapukan Horzion – A Tanah lapuk,


gembur, warna
coklat hitam, hasil
pelapukan batuan
mengandung zat
organik
Tanah Horizon – B Tanah lapuk,
lengket, coklat
muda, merah bata
Batu Horizon – C Tanah lapuk,
bercampur kerakal
sisa-sisa batuan
yang belum lapuk
Batuan Dasar Batuan dasar Batuan segar
belum lapuk

5
a) Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat
dibedakan menjadi beberapa bioma antara lain sebagai berikut.
1. Bioma Padang Rumput / Stepa
Keberadaan bioma padang rumput terbentang dari daerah tropik sampai
ke daerah subtropik.
Ciri-ciri bioma padang rumput yaitu sebagai berikut.
a. Porositas (pori tanah) rendah dan drainase kurang baik, sehingga
tumbuhan tidak mampu menyimpan air
b. Curah hujan sekitar 25-50 cm per tahun, tetapi tidak teratur.
c. Suhu rata – rata 18 – 30oC.
Tumbuhan yang hidup di bioma ini umumnya jenis rumput. Hal itu
disebabkan oleh rendahnya tingkat porositas tanah dan sistem
penyaluran yang kurang baik sehingga menyebabkan rumput-rumput
tumbuh dengan subur. Rumputnya dapat mencapai 3 meter, misalnya
Bluestem dan Indiana garsses yang biasanya hidup di daerah yang
bercurah hujan tinggi. Selain itu, di daerah padang rumput yang pendek,
misalnya Bufallo grasses dan Grama. Di bioma padang rumput juga
terdapat berbagai jenis hewan antara lain singa, harimau, bison,
kanguru, kerbau, gajah, kijang, jerapah, dan berbagai hewan pengerat.
2. Sabana
Sabana terdapat di daerah sekitar khatulistiwa (daerah beriklim tropis).
Ciri-ciri:
1. Curah hujan tinggi sekitar 90 – 150 cm per tahun.
2. Tumbuhan yang mendominasi yaitu rerumputan dan pohon yang
tumbuh menyebar, misalnya palem dan akasia.

Beberapa benua yang memiliki padang sabana di antaranya adalah


Afrika, Amerika Selatan, dan Australia. Kurangnya curah hujan
menjadi pendorong munculnya sabana. Sehingga sabana dikenal juga
padang rumput tropis. Iklimnya tidak terlalu kering untuk menjadi
gurun pasir, tetapi tidak cukup basah untuk menjadi hutan. Suhu udara
di daerah sabana tetap sama sepanjang tahun, yaitu hangat. Tetapi
sabana mempunyai dua musim yang sangat berbeda, yaitu musim

6
kering dan musim basah. Pada musim kering, hanya ada 4 inci curah
hujan. Bahkan di antara bulan Desember dan Februari tidak ada hujan
sama sekali. Namun di musim kering, cuaca terasa lebih dingin.
Sedangkan pada musim panas, sabana mendapat banyak air hujan.
Hewan yang hidup di sabana, antara lain gajah, jerapah, zebra, singa
dan berbagai serangga.

3. Bioma Gurun
Bioma gurun umumnya terdapat di daerah tropic dan berbatasan dengan
padang rumput. Bioma gurun memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Tanahnya tandus dan gersang
b. Curah hujan rendah sekitar 25 cm per tahun
c. Pancaran sinar matahari sangat terik, kelembapan udara sangat
rendah
d. Terjadi perbedaan suhu antara siang dan malam yang sangat tinggi.
Pada siang hari suhu dapat mencapai 45oC, sedangkan malam hari
suhu mencapai 0oC.
Tumbuhan yang mampu hidup di bioma gurun pada umumnya
tumbuhan sukulen berbagaii belukar akasia dan kaktus. Sedangkan
hewan yang hidup di bioma ini umumnya bertubuh kecil dan hidup di
lubang, misalnya hewan pengerat, ular, dan kalajengking. Sementara itu
hewan gurun yang bertubuh besar memiliki kantong contohnya unta.
4. Bioma Taiga (Subartic-Subalpine Needle-Leaved Forest)
Bioma ini terbentang di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan
daerah tropik. Tiaga sering di sebut boreal atau hutan berdaun jarum (
konifer ). Bioma taiga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Curah hujan antara 50 - 125 cm per tahun.
b. Musim dingin cukup panjang, sedangkan musim kemarau yang
panas sangat singkat
c. Perbedaan suhu antara musim panas dengan musim dingin sangat
tinggi
d. Hujan turun hanya pada musim panas.

7
Tumbuhan khas yang hidup di bioma ini adalah conifer, misalnya
spruce (Picea sp.), juniper (Juniperus sp.), alder (Alnus sp.), dan birch
(Betula sp.). Pada musim panas, masa pertumbuhan tumbuhan hanya
berlangsung antara 3 – 6 bulan. Adapun hewan yang hidup di bioma ini
di antaranya moose (Axes sp.) =, ajag, beruang hitam, serigala, dan
burung.
5. Bioma Tundra (Elfin Woodland)
Bioma tundra terbentang di belahan bumi sebelah utara dalam lingkaran
kutub utara dan di puncak-puncak gunung yang tinggi. Tundra di
kelompokkan menjadi dua macam, yaitu tundra artik dan tundra alpen.
Tundra artik terdapat di dekat kutub utara. Adapun tundra alpen
terdapat di puncak – puncak gunung tinggi, misalnya puncak gunung
Jaya wijaya Irian Jaya.
Ciri-ciri bioma tundra adalah sebagai berikut.
a. Iklim kutub dengan energi radiasi sinar matahari sedikit
b. Ber iklim kutub dengan musim dingin yang panjang serta gelap.
c. Curah hujan lebih kecil dari 25 cm per tahun
d. Musim panas berlangsung 3 bulan. Sedangkan musim dingin
berlangsung lama, yaitu selama 9 bulan dan terus-menerus
Tumbuhan yang hidup di tundra berupa tumbuhan semusim dan
tumbuhan menahun. Tumbuhan semusim mempunyai masa
pertumbuhan sangat pendek, warna bunganya mencolok, dan mampu
ber adaptasi dengan musim dingin. Sedangkan tumbuhan menahun
biasanya pendek seperti semak. Tumbuhan yang paling banyak di
jumpai pada bioma ini adalah lumut dari jenis sphagnum dan liken.
Tumbuhan yang hidup pada bioma ini adalah lumut kerak (Lichenes),
lumut tipis misalnya Sphagnum sp., serta tumbuhan semak yang kerdil.
Hewan yang hidup menetap di tundra, meliputi serangga, burung,
mamalia seperti beruang kutub, serta herbivora besar, seperti musnox
dan reider. Burung dan mamalia memiliki bulu yang tebal. Apabila
musim dingin, bulunya menjadi putih.

8
6. Bioma Hutan Gugur (Deciduous Forest)
Bioma ini berada di daerah beriklim sedang dan mempunyai empat
musim, yaitu musim dingin, panas, gugur, dan semi. Adapun ciri-ciri
bioma ini sebagai berikut.
a. Vegetasi yang dominan menghuni bioma ini adalah pohon yang
bedaun lebar dan menggugurkan daunnya pada musim dingin,
ketinggian pepohonannya dapat mencapai 30-40 meter
b. Curah hujan merata sepanjang tahun, antara 75-100 cm per tahun
c. Terjadinya musim dingin dan musim panas, sehingga tanaman
membutuhkan penyesuaian untuk dapat bertahan pada kedua musim
tersebut.
d. Tanaman menahun menghentikan pertumbuhannya dan
menggugurkan daunnya pada musim gugur.
e. Sementara, tumbuhan semusim akan mati pada musim dingin yang
tinggal hanya bijinya. Biji tanaman ini akan tumbuh kembali pada
musim panas.
f. Pepohonan tumbuh dengan jarak lebih renggang daripada hutan
hujan tropis.
g. Jumlah spesies tanaman yang tumbuh juga lebih sedikit, hanya
berkisar 10-20 spesies.
Tumbuhan yang hidup di hutan gugur, antara lain pinus, maple
(Aler campester), elm, oak Geuricus dan birkin. Adapun contoh
hewan yang menghuni hutan gugur adalah rusa, musang,
salamander, beruang, burung, rakun (sejenis musang) , rubah merah
dan mamalia besar.
7. Bioma Hutan Hujan Tropik (Tropical Rainforest)
Bioma hutan hujan tropis terbentang di daerah tropik dan subtropik.
Bioma hutan hujan tropis memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Vegetasi sangat lebat dihuni pohon-pohon dengan ketinggian 20-40
meter dan membentuk kanopi

9
b. Jumlah curah hujan yang cukup tinggi serta merata di sepanjang
tahunnya. Jumlah curah hujan tersebut berkisar di angka 200 sampai
225 cm per tahunnya.
c. Matahari bersinar sepanjang tahun tetapi sulit menembus bagian
dasar hutan
d. Keadaan dalam hutan lembap dengan suhu rata-rata 25oC
e. Di dalam hutan tersebut terdapat perubahan iklim dalam skala mikro,
yakni perubahan iklim yang terjadi langsung di sekitar organisme
yang ada di dalam ekosistem tersebut.
Bioma hutan hujan tropis terdapat beragam jenis tumbuhan
(heterogen), akan tetapi liana (rotan) dan epifit (anggrek) menjadi
tumbuhan khas di bioma ini. Liana adalah kelompok tumbuhan yang
hidup merambat, seperti rotan. Epifit adalah kelompok tumbuhan yang
hidup menempel pada tumbuhan lain, namun tidak merugikan
tumbuhan yang di tempeli, seperti anggrek, liken, paku – pakuan, dan
sirih – sirihan. Pepohonan dalam hutan ini berukuran besar, tinggi, dan
kokoh. Tingginya bisa mencapai 20-40 m, cabang-cabang daunnya
lebat sehingga membentuk suatu tudung( kanopi). Umur pepohonan itu
sangat lama bahkan bisa mencapai ratusan tahun. Sedangkan hewan
yang ada di bioma ini antara lain badak, babi hutan, burung hantu, dan
kera.

D. Energi dalam Ekosistem

Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan.


Perilaku energi di alam bebas mengikuti humum termodinamika. Hukum
termodinamika pertama mengatakan bahwa energi dapat diubah dari satu bentuk
energi menjadi bentuk energi lain, tetapi energi tidak dapat diciptakan dan tak
pernah dapat dimusnahkan. Misalnya energi cahaya dapat diuah menjadi energi
kimia merupakan contoh salah satu perubahan energi dalam peristiwa
forosintasis. Hukum termodinamika kedua mengatakan bahwa setiap terjadi
perubahan bentuk, energi pasti terjadi degradasi energi dari bentuk energi
terpusat menjadi bentuk terpencar. Misalnya benda panas akan menyebarkan

10
panas sekelilingnya yang mempunyai suhu lebih rendah, begitu juga aliran air
akan bergerak dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi rendah.7

Dalam ekosistem energi yang dikandungnya bersifat stabil. Energi yang


dikandungnya akan berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya.
Sumber energi utama dimuka bumi adalah sinar matahari. Energi disimpan
organisme dalam bentuk ikatan kimia organik seperti karbohidrat (gula dan pati),
lemak dan protein. Energi ini disimpan dalam tubuh tumbuhan dan dapat
berpindah ke organisme lainnya jika organisme tersebut memakan tumbuhan.
Langkah aliran energi pada tahapan ini disebut trofik level, produsen (tumbuhan
hijau) berada pada trofik level 1, dan herbivora pada trofik level 2. Sedangkan
hewan karnivora yang memakan herbivora merupakan kelompok trofik level 3,
dan karnivora yang memakan karnivora merupakan trofik level 4. Omnivora
adalah kelompok organisme yang mengkonsumsi semua tingkatan trofik level
tersebut. Mereka dapat dikelompokkan pada trofik level 2 bila yang dimakannya
adalah tumbuhan, tetapi yang dimakannya adalah hewan karnivora maka
dikelompokkan pada trofik level 4.8

Tabel Perpindahan energi dalam ekosistem pada berbagai trofik level

Kategori Tindakan atau Peran Utama Contoh


Produsen Mengubah nolekul anorganik menjasi Pohon, semak, dan
molekul organik semua kelompok
tumbuhan hijau
Konsumen Menggunakan molekul organik Hewan, fungi dan
sebagai bahan makanannya bakteri
Herbivora Memakan tumbuhan Belalang, kambing,
lembu dan
sebagainya
Karnivora Memakan hewan Singa, harimau
Omnivora Memakan tumbuhan dan hewan Babi, tikus
Organisme Memakan organisme yang sudah mati Burung manyar,

7
Chairani Hanum, Ekologi Tanaman, (Medan: USU Press, 2009), hal. 19-20.
8
Ibid.,

11
Pemakan anjing hutan
Bangkai
Parasit Hidup dan mengambil makanan dari Cacing pita,
organisme lain yang ditumpanginya beberapa jenis
bakteri
Dekomposer Mengembalikan material organik ke Fungi, bakteri,
material anorganik (bertindak recicling beberapa jenis
material) serangga, cacing
tanah

Rantai Makanan

Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan


melalui sederetan organisme yang makan dan dimakan. Dalam setiap pengalian
energi, sebagian terpencar menjadi energi panas. Semakin pendek rantai
makanan ini semakin dekat antara organisme permulaan dengan ujung rantai,
dan semakin besar pula energi yang dapat disimpan dalam bentuk tubuh
organisme.9

Para ilmuan Ekologi mengenalkan tiga macam rantai pokok, yaitu:

a. Rantai pemangsa, dimulai dari hewan kecil sebagai mata rantai pertama,
kepada hewan yang lebih besar, dan berakhir pada hewan terbesar.
Landasan permulaannya adalah tumbuhan sebagai produsen.
b. Rantai parasit, dimulai dari organisme besar kepada organisme kecil, yang
hidup sebagai parasit.
c. Rantai saprofit, berjalan dari organisme mati ke jasad renik.

9
Ibid.,

12
Gambar Rantai Makanan

Di dalam ekosistem, tumbuhan menangkap energi matahari dan


menggunakannya untuk menggkorvensi cahaya menjadi bahan organik. Proses
konversi ini disebut dengan fotosintasis.

Fotosintesis hanya permulaan suatu rantai konversi energi. Ada banyak jenis
binatang yang akan makan produk dari proses fotosintesis, contohnya adalah rusa
makan semak belukar daun-daun, kelinci makan wortel, atau cacing makan
rumput. Rantai-rantai ini tidak akan berjalan-jalan sendiri, tapi saling berkaitan
yang satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk jaring-jaring makanan.

Ketika binatang itu makan produk tumbuhan, energi makanan dan campuran
organik ditransfer dari tumbuhan kepada binatang itu. Binatang ini pada
gilirannya dimakan oleh binatang lain, sehingga kembali energi dipindahkan dari
organisme ke organisme lainnya.

Rantai energi berlangsung dalam beberapa waktu dan berakhir jika salah
satu organisme mati, yang kemudian berlanjut dengan proses resiklus kembali

13
menjadi komponen yang sederhana, organisme yang berperan dalam pekerjaan ini
dikenal sebagai dekomposer.

Gambar Jaring-Jaring Makanan

Contoh jaring-jaring makanan capung spesies Orthetrum sabina dimangsa


Mabuya sp. Capung tersebut juga pernah terlihat menyambar walang sangit yang
sedang terbang, kemudian dimangsa. Beberapa peristiwa interaksi capung dengan
Arthropoda berhasil didokumentasikan, antara lain O. sabina yang sedang
memangsa Acrididae dan O. sabina yang sedang memangsa Pelopidas conjunctus.
O. sabina merupakan salah satu capung yang sering dijumpai sedang memangsa
serangga lain, capung lain atau sesama jenis. Peristiwa pemangsaan dimana
capung menjadi mangsa Arachnidae juga dapat diamati di lapang. Capung
berperan penting dalam jaringjaring makanan di pertanian. Nimfa capung dapat
memakan protozoa, larva nyamuk, crustacea yang berukuran kecil, berudu, ikan-
ikan kecil, kumbang air, dan nimfa dari spesies yang berbeda maupun dari spesies
yang sama (kanibalisme). Imago capung berkemampuan memangsa banyak jenis
serangga, seperti kutu daun, wereng, walang sangit, nyamuk, lalat, kupu-kupu
sehingga dapat menguntungkan dunia pertanian, terutama pertanian organik.

14
Selain itu, capung dalam jaring-jaring makanan juga berperan sebagai mangsa
bagi predator, seperti laba-laba, katak, kadal, dan burung pemakan serangga.10

Piramida Energi

Ukuran individu menentukan besarnya metabolisme suatu organisme.


Semakin kecil suatu organisme, semakin besar metabolismenya per gram
biomassa. Oleh karena itu semakin kecil organisme, semakin kecil pula biomassa
yang dapat ditunjang pada suatu tingkatan trofik dalam ekosistem. Sebaliknya
semakin besar suatu organisme, semakin besar pula biomassanya.

Oleh karenanya banyaknya bakteri yang hidup pada suatu waktu, akan jauh
lebih kecil daripada banyaknya ikan, mamalia, meskipun pemanfaatan energi
besarnya sama untuk kedua kelompok tersebut.

Transfer energi ini tidak seluruhnya dipindahkan ke organisme berikutnya


hanya sekitar 80%. Pada suatu rantai makanan, tidak semua tumbuhan atau
binatang dimakan oleh tingakan trofik yang berikutnya, akan tetapi ada sebagian
material yang tidak dimakan (seperti paruh, kulit kerang, tulang, dan lain-lain).
Hal inilah yang menyababkan mengapa perpindahan energi dari satu tingkatan
trofik kepada yang berijutnya tidak efisien.

Untuk mengkalkulasikan berapa energii yang dipindahkan kita dapat


mengukur berapa energi pada tingkatan trofik sebelumnya ddan berapa besar
energi pada trofik level berikutnya.

Kalori adalah suatu satuan ukuran yang digunakan untuk energi. Pindahan
energi dari satu tingkatan trofik ke tingkatan berkutnya sekitar 10%. Sebagai
contoh, jika ada 10.000 kalori, hanya 1.000 yang ditransfer ke tingkat berikutnya.
Peerpindahan material dan enerhi dapat dilukiskan dengan suatu piramida
ekologis.

10
Jurnal Biotropika, Interaksi antara capung dengan Arthropoda dan vertebrata Predator di
Kepajen, Kabupaten Malang, Vol. 2, No. 1, 2014, hal. 27.

15
Gambar Piramida Energi dalam Ekologi

Piramida ini membantu untuk menyatakan bahwa pada kenyatannya dalam


suatu sistem ekologis perlu lebih banyak organisme produsen untuk mampu
menopang seperti halnya organisme yang ada diatasnya (trofik yang lebih tinggi).

Produktivitas

Setiap ekosistem atau komunitas memiliki produktivitas dasar yang disebut


produktivitas primer. Yang dimaksud produktivitas primer adalah kecepatan
penyimpanan energi potensial oleh organisme produsen, melalui proses
fotosintesa dan kemosintesis dalam bantuk bahan organik. Produktivitas dibagi
menjadi dua, yaitu:

1. Produktivitas primer kotor, yaitu kecepatan total fotosintesis, juga


mencakup bahan organik yang dipakai pada proses respirasi. Dengan kata
lain produktivitas primer kotor adalah total fotosintesis dan asimilasi total.

16
2. Produktivitas primer bersih, adalah kecepatan penyimpanan bahan-bahan
organik dalam jaringan tumbuhan, setelah dikurangi dengan proses
respirasi. Istilah lainnya adalah fotosintesis bersih.

Kecepatan penyimpanan energi potensial pada tingkat trofik konsumen dan


pengurai disebut produktivitas sekunder. Dengan sendirinya energi yang
dikandung pada tingakt trofik berikutnya akan semakin kecil.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan mengenai ekosistem terestrial yang telah


dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

Setiap jenis makhluk hidup mempunyai lingkungan hidupnya sendiri.


Tempat makhluk hidup melakukan segala kegiatan hidupnya disebut habitat.
Satuan makhluk hidup dalam ekosistem meliputi individu, populasi, dan
komunitas. Kesatuan komunitas dengan lingkungan hidupnya yang membentuk
hubungan timbal balik disebut ekosistem. Terdapat beberapa macam ekosistem,
salah satunya ekosistem darat yaitu ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa
daratan. Ekosistem darat dibedakan atas beberapa bioma(daerah habitat) seperti
padang rumput, sabana, gurun, taiga, tundra, hutan gugur dan hutan hujan tropis.

B. Saran

Dari tulisan makalah yang kami buat, kami berharap dapat menambah
pengetahuan kepada teman-teman, agar dapat mengetahui mengenai Ekosistem
terestrial (darat). Kami juga berharap, bahwa kita sebagai generasi penerus, tidak
hanya membaca buku satu saja tapi lebih banyak buku mengenai ekosistem
terstrial (darat), sehingga dengan begitu akan semakin banyak ilmu dan
pengetahuan yang dapat kita peroleh.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI. 2017. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Dahlia, Bernadeta Putri Irma dan Amin Setyo Leksosno. 2014. Jurnal Biotropika,
Interaksi antara capung dengan Arthropoda dan vertebrata Predator di
Kepajen, Kabupaten Malang. Vol. 2. No. 1.

Hanum, Chairani. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press.


Rahardjanto. 2001. Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM.
Starr, Cecie dkk.. 2012. Biologi: Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup Edisi
12 Buku 1. Jakarta: Salemba Teknika
Sudarmadji. 2004. Pengantar Ilmu Lingkungan. Jember : Universitas Jember.

19

Anda mungkin juga menyukai