Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Ekologi Dasar Agustina Ambar Pertiwi, S.Pd., M.Pd.

MAKALAH

Ekosistem

Oleh:

Gusti Hafifah (180101110255)


Rusdianur (180101110572)
Siti Nor Khalisah (180101110244)
Suaidah (180101110226)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

‫الرحيــم‬
ّ ‫الرحمن‬
ّ ‫بــسم الله‬

Segala puji hanyalah bagi Allah SWT, atas segala limpahan karunia, nikmat,
dan petunjuk-Nya sehingga pada akhirnya makalah ini dapat selesai. Shalawat serta
salam selalu kita haturkan kepada panutan kita, Nabi Besar Muhammad Saw,
keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau hingga akhir zaman. Alhamduillah atas
izin-Nya dan atas kerja sama yang baik dari teman-teman yang telah memberikan
ide-idenya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah yang
berjudul ”Ekosistem” dengan tepat waktu, sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
Kami sampaikan terima kasih banyak kepada Ibu Agustina Ambar Pertiwi,
S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi Dasar yang telah
mempercayakan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Juga kepada kedua orang tua serta teman-teman sekalian yang selalu
memberikan dukungan kepada kami.
Harapan kami, semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dalam
meningkatkann pengetahuan sekaligus wawasan kepada kita semua. Penulis
berharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 16 Februari 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
D. Manfaat penulisan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Pengertian Ekosistem ................................................................................... 3
B. Komponen Ekosistem .................................................................................. 5
C. Homoestasis (Keseimbangan) Ekosistem .................................................... 9
D. Habitat dan Relung..................................................................................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 18
A. Kesimpulan ................................................................................................ 18
B. Saran........................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di alam yang di lingkungan sekitar kita dapat di temui berbagai jenis
makhluk hidup, baik dari golongan hewan,tumbuhan ataupun mikroorganisme.
Di tanah yang lembab dan gembur sering di temukan berbagai jenis ikan, di
rerumputan sering di temukan belalang, di semak belukar sering ditemukan
ular. Mengapa masing-masing hewan tersebut.
Lebih sering di temukan di tempat-tempat yang tertentu dan tidak
sembarang tempat. Masalah kehadiran suatu populasi hewan di suatu tempat
dan penyebaran (distribusi) spesies hewan tersebut di muka bumi ini, selalu
berkaitan dengan masalah habitat dan relung ekologinya. Habitat secara umum
menunjukkan bagaimana corak lingkungan yang ditempati populasi hewan,
sedang relung ekologinya menunjukkan dimana dan bagaimana kedudukan
populasi hewan itu relatif terhadap faktor-faktor abiotik dan biotik
lingkungannya itu. Secara sederhana habitat di artikan sebagai tempat hidup
dari makhluk hidup,atau diistilahkan juga dengan biotop. Untuk
mudahnya,habitat seringkali diibaratkan sebagai”alamat” dari populasi hewan,
sedang relung ekologi dimisalkan sebagai “profesi” di alamat itu. Maka dari
itu, untuk lebih jauh memahami konsep tentang ekosistem, kompenen
ekosistem, homoestasis (keseimbangan) ekosistem, habitat dan relung maka
penulis menyusun makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ekosistem?
2. Apa saja kompenen ekosistem?
3. Apa yang dimaksud dengan homoestasis (keseimbangan) ekosistem?
4. Apa pengertian habitat dan relung

1
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari ekosistem.
2. Untuk mengetahui kompenen ekosistem.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan homoestasis (keseimbangan)
ekosistem.
4. Untuk mengetahui pengertian habitat dan relung.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat
mengetahui tentang ekosistem, kompenen ekosistem, homoestasis
(keseimbangan) ekosistem, habitat dan relung.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekosistem
Ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi karena ekosistem
(sistem ekologi) itu terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam
ekologi, mengingat di dalamnya tercakup organisme dan komponen abiotik yang
masing-masing saling memengaruhi. Ekosistem juga mempunyai ukuran yang
beraneka ragam besarnya bergantung kepada tingkat organisasinya. Undang-
Undang Lingkungan Hidup UULH 1982 menjelaskan tentang pengertian ekosistem
sebagai berikut: Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Perlu diketahui bahwa
di dalam ekosistem terdapat makhluk hidup dan lingkungannya. Makhluk hidup
terdiri dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Sedangkan lingkungan adalah
segala sesuatu yang berada di luar individu. Menurut UULH tahun 1982 bahwa
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda , daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Pada tahun 1877 seorang ahli ekologi bangsa Jerman bernama Karl Mobius
telah menulis tentang “Komunitas organisme dalam batu karang, dan menggunakan
istilah yang mempunyai makna sama dengan ekosistem yaitu biocoenosis
(biokoenosis)”. Pada tahun 1887 seorang ahli ekologi berkebangsaan Amerika
bernama S.A. Forbes telah menulis karangan kuno tentang “Danau, dan
menggunakan istilah yang mempunyai makna sama dengan ekosistem, yaitu
microcosm (mikrokosm)”. Pada periode tahun 1846-1903 seorang ahli ekologi
bangsa Rusia bernama V.V. Dokuchaev dan seorang ahli ekologi hutan bangsa
Rusia bernama G.F. Morozov “telah menaruh perhatian besar terhadap “Ekosistem

3
dan menggunakan istilah yang mempunyai makna sama dengan ekosistem yaitu
biokoenosis, sedangkan di kalangan ahli ekologi bangsa Rusia sering menggunakan
istilah geobiokoenosis yang memiliki makna sama dengan ekosistem”. Demikian
juga masih ada ahli-ahli ekologi lainnya yang telah menggunakan istilah yang
mempunyai makna sama dengan ekosistem antara lain: Friederichs pada tahun 1930
menggunakan istilah “holocoen/holokoen”, Thienemann pada tahun 1939
menggunakan istilah “biosystem/biosistem”, Vernadsky pada tahun 1944
menggunakan istilah “bionert body”.Sehingga dapat disimpulkan beberapa definisi
para ahli tentang ekosistem sebagai berikut:
1) Ekosistem, yaitu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1983). Tingkatan
organisasi ini dikatakan sebagai suatu sistem karena memiliki
komponenkomponen dengan fungsi berbeda yang terkoordinasi secara baik
sehingga masing-masing komponen terjadi hubungan timbal balik. Hubungan
timbal balik terwujudkan dalam rantai makanan dan jaring makanan yang pada
setiap proses ini terjadi aliran energy dan siklus materi.
2) Ekosistem, yaitu tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat habitat,
tumbuhan dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh,
sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran
energy. (Woodbury, 1954 dalam Setiadi, 1983).
3) Ekosistem, yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup
organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan diantara
keduanya saling memengaruhi (Odum, 1993). Ekosistem dikatakan sebagai suatu
unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang
memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap,
serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga didalam unit ini siklus
materi dan arus energy terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya.

4
B. Komponen Ekosistem
Ekosistem tersusun dari komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup
(abiotik). Antara kedua komponen tersebut saling berinteraksi
1. Komponen Biotik
Komponen biotik merupakan bagian ekosistem yang terdiri atas
makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan, ataupun makhluk hidup pengurai.
Berdasarkan fungsinya di dalam ekosistem, komponen biotik dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer (pengurai).
Masing-masing mempunyai fungsi yang berbedabeda. Produsen berfungsi
sebagai penghasil makanan, konsumen sebagai pemakan, dan dekomposer
menjadi pengurainya
a. Produsen
Produsen merupakan makhluk hidup yang dapat menghasilkan bahan
organik dari bahan anorganik yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup
lainnya. Ingatkah kalian tentang fotosintesis yang dilakukan oleh
tumbuhan? Semua tumbuhan berklorofil merupakan produsen karena
dapat mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik melalui proses
fotosintesis. Fotosintesis dapat terjadi dengan bantuan cahaya matahari.
Hasil fotosintesis berupa gula yang kemudian dapat diurai menjadi lemak,
protein, karbohidrat, dan vitamin yang merupakan sumber energi bagi
makhluk hidup lainnya.
b. Konsumen
Konsumen merupakan makhluk hidup yang berperan sebagai pemakan
bahan organik atau energi yang dihasilkan oleh produsen yang bertujuan
untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Singkatnya, konsumen adalah
pemakan. Manusia, hewan, dan tumbuhan tak berklorofil merupakan
konsumen karena tidak dapat mengubah bahan anorganik menjadi bahan
organik sehingga manusia, hewan, dan tumbuhan tak berklorofil disebut
konsumen. Dengan demikian, kehidupan konsumen sangat bergantung

5
kepada produsen. Konsumen dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan,
yaitu sebagai berikut.
1) Konsumen tingkat pertama (konsumen primer) merupakan konsumen
yang memakan tumbuhan secara langsung, misalnya, hewan pemakan
tumbuhan (herbivor), seperti zooplankton, ulat, belalang, tikus, sapi,
kerbau, kambing, dan kuda.
2) Konsumen tingkat kedua (konsumen sekunder) merupakan konsumen
yang memakan konsumen tingkat pertama, misalnya, burung pemakan
ulat dan ular pemakan tikus. Biasanya adalah hewan pemakan daging
(karnivora).
3) Konsumen tingkat ketiga (konsumen tersier) merupakan konsumen
yang memakan konsumen tingkat kedua, misalnya, burung elang
pemakan ular atau burung alap-alap pemakan burung pemakan ulat.
4) Konsumen tingkat keempat (konsumen puncak) merupakan konsumen
yang memakan konsumen tingkat ketiga. Manusia sebagai pemakan
tumbuhan dan daging (omnivora) berada pada tingkatan konsumen
c. Dekomposer (Pengurai)
Makhluk hidup kecil ini adalah mikroorganisme pengurai atau sering
disebut dengan dekomposer. Onggokan sampah yang menumpuk akan
diurai oleh bakteri pembusuk dan jamur. Sisa-sisa makanan, bangkai
binatang, dan sisa bahan organik lainnya akan menjadi makanan bagi
bakteri pembusuk. Setelah diurai oleh bakteri, sisa bahan organik tersebut
membusuk menjadi komponen penyusun tanah. Tanah menjadi subur dan
baik untuk ditanami. Begitu seterusnya sehingga tanaman sebagai
produsen dikonsumsi oleh konsumen primer dan sampai pada akhirnya
konsumen akhir mati dan diuraikan oleh dekomposer. Setelah kalian
memerhatikan semua komponen abiotik, kalian juga harus mengetahui
sumber makanan yang diperoleh. Berdasarkan sumber makanan makhluk

6
hidup, komponen biotik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1) Makhluk Hidup Autotrof
Makhluk hidup Autotrof merupakan makhluk hidup yang
mampu membuat makanan sendiri dengan cara mengubah bahan
anorganik menjadi bahan organik. Makhluk hidup ini merupakan
semua makhluk hidup yang mengandung klorofil sehingga dengan
bantuan sinar matahari dapat melakukan fotosintesis. Contohnya,
produsen atau tumbuhan hijau.
2) Makhluk Hidup Heterotrof
Makhluk hidup Heterotrof adalah makhluk hidup yang tidak
dapat membuat makanan sendiri karena tidak dapat mengubah bahan
anorganik menjadi bahan organik. Makhluk hidup ini dapat
memperoleh makanan dengan cara memakan makhluk hidup lain.
Contohnya makhluk hidup herbivor, karnivor, dan omnivor.
2. Komponen Abiotik
a. Cahaya matahari
Dalam berfotosintesis, tumbuhan hijau memerlukan cahaya matahari.
Tanpa adanya cahaya matahari, tumbuhan hijau tidak dapat melakukan
fotosintesis. Dengan kata lain, cahaya matahari adalah sumber energi
utama dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis yang berupa bahan
organik dimanfaatkan oleh hewan dan manusia sebagai sumber makanan.
Secara tidak langsung, cahaya matahari merupakan sumber energi utama
dalam ekosistem. Selain itu, cahaya matahari juga berpengaruh terhadap
keberadaan siang, malam, dan suhu lingkungan.
b. Oksigen dan Karbondioksida
Oksigen diperlukan oleh hewan, tumbuhan, dan manusia dalam proses
respirasi. Pada respirasi dikeluarkan gas karbon dioksida. Karbon dioksida
diperlukan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Dalam proses

7
fotosintesis akan dilepaskan oksigen. Dengan demikian, terjadi siklus
oksigen dan karbon dioksida dalam proses pernapasan dan fotosintesis.
c. Air Untuk mempertahankan hidupnya, setiap makhluk hidup memerlukan
air. Tubuh makhluk hidup terdiri dari 90% air. Air berfungsi sebagai
pelarut zat makanan yang dimakan oleh makhluk hidup. Air juga
diperlukan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Bagi hewan air,
seperti ikan, katak, dan buaya, air diperlukan untuk tempat hidupnya.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat tumbuh makhluk hidup dalam suatu
ekosistem. Selain itu, tanah merupakan sumber makanan bagi hewan dan
tumbuhan. Tanah merupakan tempat hidup berbagai makhluk hidup yang
beraneka ragam. Pada tanah gembur terdapat lebih banyak makhluk hidup
daripada pada tanah tandus. Bagi tumbuhan, tanah merupakan tempat
tumbuh tanaman tersebut. Dapat dikatakan bahwa secara langsung atau
tidak langsung, semua makhluk hidup untuk mempertahankan hidupnya
bergantung pada tanah.
e. Suhu
Seperti telah disebutkan di atas bahwa adanya cahaya matahari sangat
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya suhu. Pada saat matahari bersinar
terik dengan intensitas yang tinggi, suhu udara akan meningkat sehingga
udara terasa panas. Sebaliknya, jika matahari tidak terik dan intensitas
penyinarannya rendah, suhu udara akan menurun sehingga udara terasa
sejuk sampai dingin. Terjadinya perubahan suhu dari panas ke dingin atau
sebaliknya sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup yang
ada di dalam suatu ekosistem karena perubahan suhu ini dapat
mengakibatkan perubahan iklim dan curah hujan.
f. Kelembapan
Daerah yang berhawa dingin seperti pegunungan lebih lembap daripada
daerah yang berhawa panas seperti pantai. Tumbuhan yang hidup di dua

8
daerah tersebut juga berbeda. Pada daerah lembap, lebih banyak terdapat
tumbuhan yang memerlukan sedikit sinar matahari, seperti paku-pakuan,
lumut, dan anggrek-anggrekan yang biasanya hidup secara epifit pada
batu-batu lembap, batang kayu basah, dan lainnya. Di daerah panas,
misalnya pantai, lebih banyak ditumbuhi tumbuhan, seperti bakau dan
pohon kelapa. (Sulistyorini, 2009)
C. Homoestasis (Keseimbangan) Ekosistem
Menurut Kimball (1994) keseimbangan ekosistem adalah suatu kondisi
dimana interaksi antara komponen-komponen di dalamnya berlangsung secara
harmonis dan seimbang. Keseimbangan ekosistem tersebut berdampak
signifikan pada keselerasan serta kesejahteraan hidup manusia dan mahluk
hidup lainnya. Ekosistem yang dikatakan seimbang adalah apabila semua
komponen baik biotik maupun abiotik berada pada porsi yang seharusnya baik
jumlah maupun peranannya dalam lingkungan. Dalam ekosistem terjadi
peristiwa makan memakan yang kita sebut dengan istilah rantai
makanan. Idealnya dalam sebuah rantai makanan jumlah masing-masing
anggotanya harus sesuai dengan aturan ekosistem. Dalam suatu ekosistem
harus ada keseimbangan antara produsen dan konsumen. Kehidupan dapat tetap
berlangsung jika jumlah produsen lebih besar dari konsumen tingkat I.
Konsumen tingkat I lebih banyak dari konsumen tingkat II dan seterusnya.
Ketidakseimbangan ekosistem terjadi apabila semua komponen biotik maupun
abiotik tidak berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah maupun perananya
dalam lingkungan. Sehingga dapat dikatakan tidak seimbang jika salah satu
komponen pada ekosistem tersebut rusak. Misalnya populasi tikus di sawah
sedikit karena terus diburu oleh para petani akan mengakibatkan populasi ular
menurun karena kehabisan makanan berupa tikus.
Menurut Rahardjanto (2001) segala yang ada di alam berjalan menurut
hukum keseimbangan, saling memberi dan menerima. Keseimbangan
ekosistem terjadi apabila komponen-komponen ekosistem tersedia dalam

9
jumlah yang cukup dan berfungsi sesuai karakteristik masing-masing.
Komponen ekosistem terdiri dari komponen biotik (produsen, konsumen,
dekomposer dan detritivor) serta komponen abiotik (lingkungan seperti: suhu,
cahaya, air, kelembaban, udara, garam-garam mineral, tanah dan topografi).
Menurut Rusmendro (2003) dalam pemahaman keseimbangan
ekosistem dikenal 4 konsep dasar, yaitu :
1. Konsep Aliran Energi. Siklus energi bermula dari produsen -> konsumen ->
detritivor -> decomposer -> produsen.
2. Konsep Biomassa. Pemahaman konsep biomassa diketahui dengan adanya
rantai makanan -> jaring – jaring makanan -> piramida makanan.
3. Konsep Daur Biogeokimia. Daur biogeokimia berupa siklus unsur hara
seperti siklus Nitrogen, siklus Karbon dan Oksigen, siklus Air, siklus
Phosphor, siklus Kalium, siklus Magnesium, siklus Sulfur/ belerang, siklus
unsur-unsur mikro.
4. Konsep Suksesi dan Klimaks. Konsep ini menekankan pada kontrol kuantiti
makhluk hidup dalam upaya mencapai keseimbangan ekosistem.
Contoh ekosistem yang berada dalam kondisi seimbang adalah Hutan
Perawan yang belum pernah dijamah oleh manusia. Pada hutan perawan, setiap
komponen biotik maupun abiotik memainkan perannya masing – masing dalam
menjaga keseimbangan ekosistem, disebut ekosistem hutan.
Menurut Parjatmo (1987) dalam satu ekosistem, 4 konsep dasar diatas
berjalan dalam siklus tertutup.
1. Konsep Aliran Energi
Tumbuhan (produsen) produksi makanan bagi hewan herbivora-
pemakan tumbuhan seperti rusa. Hewan herbivora menjadi santapan bagi
hewan karnivora – pemakan daging seperti harimau. Tumbuhan, hewan
herbivora, hewan karnivora mati diuraikan oleh detritivor seperti cacing dan
diuraikan oleh decomposer seperti bakteri dan jamur. Sekresi atau kotoran
cacing dan unsur hara yang dikeluarkan oleh bakteri dan jamur diserap

10
kembali oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Satu saja
komponen aliran energi ini terganggu, maka rusaklah ekosistem hutan,
seperti terjadinya penebangan hutan (komponen produsen terganggu).
Penebangan hutan mengakibat hewan herbivora kekurangan makanan
sehingga menyusut jumlahnya, hewan karnovira juga menyusut karena
kekurangan makanan, detritivor dan decomposer juga menyusut.
Keseimbangan ekosistem baru akan terbentuk disesuaikan dengan jumlah
produsen yang ada dihutan. Hal yang sering dilupakan adalah kerusakan
komponen biotic detritivor dan decomposer, biasanya terjadi karena
pencemaran tanah dan air, baik karena polusi maupun karena penggunaan
bahan kimia berlebihan. Efek dari kerusakan detritivor dan decomposer
adalah proses pelapukan berjalan lambat, unsur hara yang dibutuhkan
tanaman lambat tersedia, sehingga tumbuh kembang tanaman tidak optimal.
Akibatnya pasokan makanan pada hewan herbivore dan hewan karnivora
berkurang. Keseimbangan ekosistem baru akan terbentuk disesuaikan
dengan jumlah detritivor dan jumlah dekomposer yang ada dihutan.
2. Konsep Biomassa
Konsep ini sejalan dengan konsep aliran energi. Pada konsep biomassa
berlaku hukum memakan dan dimakan dalam rantai makanan sederhana.
Produsen diduduki oleh jenis tumbuhan (satu-satunya makhluk hidup yang
dapat menghasilkan makanan dari komponen an-organik berupa karbon
dioksida (CO2), air (H2O) dan bahan mineral terlarut dari dalam tanah).
Urutan rantai makanan secara umum adalah :
Produsen -> konsumen Tk 1 (herbivora) -> konsumen Tk 2 (karnivora) ->
konsumen Tk 3 (karnivora / omnivora) -> detritivor -> decomposer ->
produsen.
Satu jenis produsen bisa dikonsumsi oleh beberapa jenis konsumen Tk
1 (herbivore) yang berbeda jenis. Satu jenis herbivore bisa dikonsumsi oleh
beberapa jenis konsumen Tk 2 (karnivora) yang berbeda jenis. Proses

11
makan dan dimakan dari beberapa rantai makanan membentuk jaring-jaring
makanan.
Makin mendekat ke produsen, jumlah organismenya makin banyak.
Makin mendekat ke konsumen Tk 3 (karnivora/ omnivore), jumlah
organismenya makin sedikit. Hal ini membentuk suatu Piramida ekologi.
Produsen dibagian dasar dan konsumen Tk 3 dibagian puncak.
3. Konsep Daur Biogeokimia.
Dalam konsep ini berlaku hukum kekekalan energi, dimana energi tidak
dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Tapi dapat berubah dari
suatu bentuk ke bentuk yang lain. Energi yang dimaksud disini seperti unsur
Carbon, Unsur Oksigen, Unsur Hidrogen, unsur Nitrogen, unsur Phosphor,
unsur Kalium, unsur Magnesium, unsur Kalsium dan unsur – unsur mikro
lainnya. Semua unsur ini seperti tercantum dalam Tabel Periodik Unsur
memiliki 2 sifat, yaitu tidak dapat dimanfaatkan makhluk hidup dan dapat
dimanfaatkan. Contoh: tumbuhan hanya dapat menyerap unsur Nitrogen
dalam bentuk nitrat (NO3–), tidak dapat menyerap unsur Nitrogen dalam
bentuk ammonium (NH4+) atau nitrit (NO2–).
Nitrat (NO3–) -> diserap tumbuhan -> asam amino -> molekul protein
-> organ tumbuhan -> dimakan herbivora -> dimakan karnivora/ omnivora.
Urin hewan, bangkai hewan, tumbuhan mati melepas ammonia (NH3) dan
ammonium (NH4+) ammonium (NH4+) diurai menjadi nitrit (NO2–) oleh
bakteri nitrit atau nitrosomonas nitrit (NO2–) diurai menjadi nitrat (NO3–)
oleh bakteri nitrat atau nitrobacter -> diserap oleh tumbuhan.
Kerusakan keseimbangan ekosistem pada daur biogeokimia terjadi
apabila unsur yang semula tersedia bagi makhluk hidup, setelah beredar
dalam siklusnya menjadi tidak tersedia karena ada peranan makhluk hidup
yang hilang dalam ekosistem. Hilangnya bakteri nitrat / nitrobacter didalam
tanah mengakibatkan nitrogen tidak bisa diserap oleh tumbuhan, sehingga
menjadi tidak tersedia untuk siklus selanjutnya.

12
4. Konsep Suksesi dan Klimaks.
Kondisi ekosistem yang cenderung menuju ke keseimbangan
menyebabkan timbulnya suksesi (persaingan) antar komponen biotik.
Komponen biotik ini menyesuaikan dengan 3 konsep diatas dan beradaptasi
kondisi lingkungan abiotik. Ada organisme yang lenyap dan ada organism
baru yang muncul. Ada organisme yang berubah morfologi maupun
fisiologi tubuhnya. Ada organisme yang melakukan metamorphosis.
Ekosistem ini akan terus bergerak menuju keseimbangan. Saat kondisi
keseimbangan tercapai disebut ekosistem sudah mencapai klimaks.
D. Habitat dan Relung
a. Habitat
Habitat adalah tempat tinggal berbagai jenis organisme hidup melaksanakan
kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya ada bermacam-macam,
seperti perairan, daratan, hutan atau sawah. Istilah habitat dapat berarti juga
sebagai tempat tinggal atau tempat menghuni seluruh populasi atau komunitas
makhluk hidup dalam ekosistem.
1. Macam-macam Habitat
Ada 4 jenis habitat utama di dalam biosfer adalah habitat lautan,
habitat perairan tawar, habitat perairan payau, dan habitat daratan:
a. Lautan
Lautan memiliki ciri yang penting secara ekologi sebagai berikut:
1) Lautan itu luas, menutupi 70% permukaan bumi.
2) Lautan itu dalam dan makhluk hidup terdapat disemua kedalaman.
3) Lautan itu berkesinambungan. Habitat lautan itu tidak terpisah-
pisah seperti habitat daratan dan habitat perairan daratan. Semua
lautan itu berhubungan, suhu, salinitas, serta kedalaman
merupakan barier utama untuk gerakan bebas makhluk lautan.
4) Lautan berada dalam situasi yang kontinyu. Perbedaan suhu udara
diantara kutub dan equator menimbulkan angin yang juat seperti

13
kearah yang angin pasat, yaitu angin bertiup kearah yang sama
sepanjang tahun, yang bersama-sama dengan rotasi bumi,
menimbulkan lautan yang ditimbulkan oleh angin, masih
ditambah oleh adanya arus yang ada dilapisan air yang lebih
dalam yang sebagai akibat adanya perbedaan suhu dan salinitas,
yang menimbulkan perbedaan kerapatan.
5) Lautan didominasi oleh gelombang yang macamnya banyak dan
oleh pasang surut yang disebabkan oleh gaya tarik matahari.
Proses pasang surt terutama penting didalam zona yang terletak
kearah pantai, yang merupakan tempat hidup makhluk lautan yang
sering berlain-lainan secara khusus pula.
6) Lautan itu asin. Rerata salinitas atau kandungan garam dilautan
adalah 35 bagian garam menurut berat perseribu bagian air lautan
atau 3,5%.
7) Konsentrasi zat hara yang terlarut rendah dan merupakan faktor
pembatas yang penting dalam menentukan besarnya populasi
makhluk lautan.
8) Bersifat paradoksik.Bahwa lautan dan beberapa makhluk yang
hidup didalamnya lebih tua dari pada dasar lautan yang secara
konstan berubah dan diperbaharui oleh proses tektonik dan proses
sedimenter.
b. Perairan Tawar
Perairan tawar dapat di bedakan menjadi:
1) Perairan yang tidak mengalir, contohnya: danau, kolam, rawa dan
perairan.
2) Perairan yang mengalir, contohnya: mata air dan sungai.
Habitat perairan tawar secara nisbi hanya bagian kecil
permukaan bumi di bandingkan dengan habitat daratan dan habitat

14
perairan lautan,tetapi kepentingannya bagi kehidupan makhluk
terutama bagi manusia jauh lebih besar, karena:

1) Perairan tawar tersebut adalah sumber air yang paling murah dan
paling mudah untuk keperluan rumah tangga serta untuk
keperluan industri.
2) Anasir air tawar merupakan bagian penting dalam daur hidrologik.
3) Ekosistem perairan tawar dapat di gunakan sebagai suatu sistem
pembuangan limbah yang paling murah serta paling mudah.
c. Perairan Payau Atau Estuarium
Estuarium adalah suatu perairan pantai yang semi tertutup
yang memiliki hubungan dengan lautan. Estuarium terpengaruhi
oleh aktivitas pasang surut,dan di dalam habitat estuarium ini air
laut tercampur dengan air tawar menghasilkan perairan payau.
Contoh estuarium adalah muara sungai, teluk dipantai, rawa
pasang surut, dan perairan di belakang pantai barrier.
d. Daratan Atau Habitat Terrestrial
Ciri habitat terestrial adalah:
1) Perbedaan suhu dan harga ekstrem suhu lebih nyata di lingkungan
udara daripada di medium air.
2) Sirkulasi udara yang cepat di seluruh muka bumi berakibat
kandungan gas oksigen dan gas co2 yang siap bercampur dan jelas
konstan.
3) Tanah merupakan pendukung yang padat ,udara bukan pendukung
yang padat.
4) Daratan, tidak seperti lautan, tidak kontinyu. Ada barrier yang
penting untuk perpindahan yang bebas bagi makhluk.

15
b. Relung
Relung (Niche) dalam ekologi merujuk pada posisi unik yang ditempati
oleh suatu spesies tertentu berdasarkan rentang fisik yang ditempati dan
peranan yang dilakukan di dalam komunitasnya. Konsep ini menjelaskan
suatu cara yang tepat dari suatu organisme untuk menyelaraskan diri dengan
lingkungannya. Habitat adalah pemaparan tempat suatu organisme dapat
ditemukan, sedangkan relung adalah pertelaan lengkap bagaimana suatu
organisme berhubungan dengan lingkungan fisik dan biologisnya. Ekologi
dari suatu individu mencakup variabel biotik (makhluk hidup seperti
tumbuhan, hewan, manusia, baik yg mikro maupun yang makro) dan abiotik
(benda tidak hidup). Relung menentukan bagaimana spesies memberi
tanggapan terhadap ketersediaan sumberdaya hidup dan keberadaan
pesaing dan pemangsa dalam suatu ekosistem. Kata "relung" mulai
mendapat arti ilmiah pada tahun 1933 oleh tulisan Charles Sutherland Elton,
seorang ahli ekologi yang mempelajari ekologi komunitas
dan populasi, lewat pernyataannya, "relung suatu organisme adalah mode
dari kehidupan organisme tersebut dalam hal peran atau profesinya dalam
suatu komunitas manusia.
Istilah relung (Niche) pertama kali dikemukakan oleh Joseph Grinnell
pada tahun 1917. Menurut Grinner, relung merupakan bagian dari habitat
yang disebut dengan mikrohabitat. Dengan pandangan seperti ini, Grinnell
mengatakan bahwa setiap relung hanya dihuni oleh satu spesies. Pandangan
relung yang dikemukakan oleh Grinnell inilah yang disebut dengan relung
habitat. Contoh, jika kita mengatakan relung habitat dari kalajengking,
maka kita akan menjelaskan mikrohabitat kalajengking tersebut. Dengan
demikian kita harus menjelaskan pada suhu dan kelembaban berapa
kalajengking hidup, apakah dia tahan terhadap cahaya atau tidak, apakah
dia hidup di tanah dalam lubang, atau di pohon, dan sebagainya.

16
1. Niche (relung)
Relung ekologi dari suatu organisme adalah posisi yang diisinya
pada lingkungan, termasuk kondisi dimana organisme itu ditemukan,
sumber daya yang digunakan dan waktu kejadiannya.
2. Habitat
Habitat organisme adalah lingkungan fisik dimana organisme
ditemukan. Sebagai contoh hutan temperata berdaun lebar, hutan hujan
tropis, dll. Tiap habitat menyediakan sejumlah relung.
3. Ruang relung multidimensional
Tiap kondisi atau sumber daya yang mendefinisikan relung dari
suatu organisme berkontribusi satu dimensi bagi ruang dimana
organisme itu akan berada. Mempertimbangkan semua dimensi secara
bersama-sama mendefinisikan secara penuh relung milik organisme
dan hal ini disebut ruang relung multidimensional atau ‘n-dimensional
hipervolume’.
4. Relung fundamental
Ruang relung suatu organisme dapat mengisi ketiadaan kompetisi
atau predasi yang disebut sebagai relung fundamental.
5. Relung sesungguhnya
Ruang relung yang dimiliki oleh suatu organisme ketika
kompetisi dan predasi terjadi adalah relung sesungguhnya, dimana
selalu ada sub-set dari relung fundamental.
6. Relung-kuari-batu-di kurim
Aspek penting dari relung populasi ialah orbit dan habitat, orbit
digunakan disini sebagai terjemahan range yang merupakan ruang
kehidupan spesies lingkungan geografi yang luas sedangkan habitat
menyatakan ruang kehidupan lingkungan lokasinya.

17
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi karena ekosistem
(sistem ekologi) itu terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam
ekologi, mengingat di dalamnya tercakup organisme dan komponen abiotik yang
masing-masing saling memengaruhi. Setiap ekosistem mampu mengendalikan
dirinya sendiri, dan mampu menangkal setiap gangguan terhadapnya. Kemampuan
ini disebut homeostasis. Tetapi kemampuan ini ada batasnya. Bilamana batas
kemampuan tersebut dilampaui, ekosistem akan mengalami gangguan.
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu bentuk gangguan ekosistem akibat
terlampauinya kemampuan homeostasis. Setiap ekosistem memiliki komponen,
yaitu produsen, makrokonsumen, mikrokonsumen, bahan anorganik, bahan
organik, dan kisaran iklim. Masing-masing komponen ekosistem mempunyai
peranan dan mereka saling terkait dalam melaksanakan proses-proses dalam
ekosistem.
Habitat merupakan sebuah tempat hidup makhluk hidup baik hewan
maupun tumbuhan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup
tersebut serta dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup tersebut demi kelangsungan
hidup mereka. Sementara relung lebih menjelaskan kepada status fungsional suatu
spesies makhluk hidup dalam kaitannya dengan komunitasnya. Namun relung juga
menjelaskan lebih kompleks yang memiliki arti di suatu wilayah yang mana terjadi
suatu kehidupan yang memiliki kegiatan dalam mencari makanan atau sumber
daya hidup namun hanya di tempat itu saja.

18
B. Saran
Makalah mengenai konsep ekosistem tidak luput dari kesalahan, baik
penulisan, literatur, maupun isi dari makalah ini sendiri. Kritik dan saran yang
konstruktif sangat dibutuhkan guna untuk perbaikan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Diah Aryulina, P. d, Biologi, Jakarta: PT. Penerbit Erlangga, 2010.

Dian, Fitriyanti, “Ekologi””.


http://dianfitriyanti.scholar.google.co.id/2012/12/ekologi.html. Dalam
Google.com.2012

Indriyanto, Ekologi Hutan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Irwan, Djamal, Prinsip-Prinsip Ekologi, Jakarta: Bumi Aksara. 2010.

Kimball, John W, Biologi Jilid II, Jakarta: Erlangga, 1994.

Rahardjanto, Ekologi Tumbuhan, Malang: UMM, 2001.

Rusmendro, Hasmar, Seri Diktat Kuliah Ekologi Tumbuhan, Jakarta: UI, 2003.

Parjatmo, Widjaja, Biologi Umum I, Bandung: Angkasa, 1987.

Prawirohartono, S, Biologi, Jakarta: Erlangga, 1989.

Sukardjo, J., Ilmu Kealaman Dasar, Surakarta: UNS Press, 2005.

Sulistyorini, Ari. Biologi 1 : Untuk Sekolah menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X,


Jakarta : PT. Balai Pustaka, 2009.

20

Anda mungkin juga menyukai