Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

HABITAT DAN RELUNG EKOLOGI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ekologi”

Dosen pengampu:

Desi Kartikasari,M.Si

Disusun oleh kelompok 4:

Lailatun Nadhifah (126208211017)

Erika anggraini (126208212069)

Zela Elyana Widianingrum (126208212075)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS

SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG 2022

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat,
nikmat, hidayah, dan inayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Habitat Dan Relung Ekologi”. Shalawat serta salam tetap tercurah kepada baginda
Muhammad SAW. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada ibu Desi Kartikasari,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi beserta teman-
teman yang telah memberikan dukungan agar terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadarai bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami
mengharapkan kritik dan saran penyempurnaan pembuatan makalah ini. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi penyusun maupun
pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Tulungagung, 5 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4

B. Rumusah Masalah ....................................................................................................................... 5

C. Tujuan Masalah ........................................................................................................................... 5

BAB II .................................................................................................................................................... 6

A. Pengertian Habitat dan Macam-Macam Jenisnya ....................................................................... 6

B. Mikrohabitat dan Contohnya .................................................................................................... 13

C. Faktor – Faktor dari Seleksi Habitat ......................................................................................... 14

D. Konsep Relung Ekologi (Niche) dan Penyebarannya ............................................................... 18

E. Asas Pemisahan dan Persaingan Relung ................................................................................... 20

F. Menjelaskan Konsep Ekivalen Ekologi Dan Pergeseran Ciri ................................................... 20

G. Memberikan Contoh Terapan Habitat, Mikrohabitat Dan Relung Ekologi .............................. 23

BAB III................................................................................................................................................. 28

A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 28

B. Saran ......................................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu
atau studi tentang sesuatu. Dengan demikian ekologi didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang
hubungan makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya. Ekosistem sebagaimana
disebutkan di depan, merupakan suatu jejaring komunitas atau hubungan jejaring antarindividu
yang menyusun satu kesatuan yang terorganisasi secara mandiri dan terdapat pola-pola dan
proses-proses yang berjenjang secara kompleks. Ekosistem tersusun atas dua macam
komponen, yaitu komponen makhluk hidup (biotik) dan komponen makhluk tak hidup
(abiotik). Komponen abiotik terdiri dari komponen benda mati seperti batu, udara, sinar
matahari, dan air; serta komponen kimia-fisik seperti gravitasi, suhu, curah hujan, dan salinitas.
Ekosistem menyediakan berbagai sumber daya untuk kelangsungan hidup organisme di
dalamnya yang biasanya dikenal juga sebagai biodiversitas (keragaman hayati). Biodiversitas
yaitu konsep tentang variabilitas makhluk hidup dari berbagai sumber (ekosistem darat, laut,
danau, sungai, dan sebagainya) dengan tingkatan dari gen, spesies, dan ekosistem. Secara
praktis, biodiversitas biasanya hanya diperuntukkan untuk keragaman spesies, suatu konsep
yang dikenal juga sebagai kekayaan spesies.

Ekologi hewan merupakan cabang ekologi dengan fokus kajian pada hewan, sehingga
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan interaksi antara hewan dengan
lingkungannya. Studi tentang distribusi hewan dimulai pada abad ke-19, tetapi secara formal
perkembangan ekologi hewan baru dimulai pada tahun 1920-an. Ahli zoologi Inggris Charles
Elton, yang menekankan pada studi populasi di alam liar, barang kali merupakan sosok yang
paling berpengaruh. Elton bekerja lebih sering dengan hewan bernilai komersial, menyusun
sejumlah konsep terminologi ahli alam, yang meliputi relung ekologi (niche), rantai makanan,
piramida jumlah. Piramida jumlah menunjukkan pengurangan jumlah individu organisme, atau
total kuantitas (berat) organisme pada setiap tahap suksesif dalam rantai makanan, dari
tumbuhan dan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) pada level bawah ke level yang lebih atas
(karnivora besar) pada puncaknya. Seperti ekologi tumbuhan, beberapa aliran ekologi hewan
muncul di Eropa dan Amerika Serikat pada awal pertengahan abad ke-20.

4
B. Rumusah Masalah
1. Apa pengertian habitat dan macam-macam jenisnya?
2. Apa pengertian microhabitat serta contohnya?
3. Bagaimana proses seleksi habitat dan faktor-faktornya?
4. Bagaimana konsep relung ekologi niche dan penyebarannya?
5. Bagaimana asas eksklusif pemisahan dan persaingan relung?
6. Bagaimana konsep ekivalen ekologi dan pergeseran cirinya?
7. Bagaimana contoh terapan habitat, mikrohabitat, dan relung ekologi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui habitat dan macam-macam jenisnya
2. Untuk mengetahui microhabitat serta contohnya
3. Untuk mengetahui proses seleksi habitat dan faktor-faktornya
4. Untuk mengetahui konsep relung ekologi niche dan penyebarannya
5. Untuk mengetahui asas eksklusif pemisahan dan persaingan relung
6. Untuk mengetahui konsep ekivalen ekologi dan pergeseran cirinya
7. Untuk mengetahui contoh terapan habitat, mikrohabitat, dan relung ekologi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Habitat dan Macam-Macam Jenisnya


Habitat (bahasa Latin untuk ‘’it inhabits’’) atau tempat tinggal makhluk hidup merupakan
unit geografi yang secara efektif mendukung keberlangsungan hidup dan reproduksi suatu
spesies atau individu suatu spesies. Di dalam habitat tersebut, makhluk hidup lainnya serta
factor-faktor abiotic yang satu dengan yang lainnya saling berinteraksi secara kompleks
membentuk satu kesatuan yang disebut habitat diatas.

Definisi habitat secara umum Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), habitat
memiliki beberapa pengertian dan definisi dalam ilmu biologi antara lain yaitu:

•Tempat hidup organisme tertentu

•Tempat hidup yang alami (bagi tumbuhan dan hewan).

•Tempat kediaman atau kehidupan tumbuhan, hewan, dan manusia dengan kondisi tertentu
pada permukaan bumi.

Adapun pengertian habitat secara umum dalam terminologi biologi adalah tempat tinggal
makhluk hidup atau organisme tertentu untuk tumbuh dan berkembang biak. Habitat adalah
suatu tempat yang ditinggali oleh sekelompok spesies makhluk hidup, sehingga terbentuk
jaringan kehidupan di tempat tersebut. Habitat sering disebut juga sebagai lingkungan yang
didiami oleh makhluk hidup. Pada dasarnya habitat terdiri dari unsur maupun faktor fisik
seperti tanah, lalu terdapat juga suhu, sinar matahari, serta faktor biotik, ketersediaan makanan,
dan lain-lain.

Adapun pengertian Habitat Menurut Para Ahli:

 Menurut Morrison (2002)

Pengertian habitat menurut Morrison (2002) adalah sumber daya dan kondisi yang ada di
suatu kawasan yang berdampak ditempati oleh suatu spesies. Habitat menghubungkan
kehadiran spesies, populasi atau individu dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik
biologi.

 Menurut Clements dan Shelford (1939)

6
Arti habitat didefinisikan sebagai sebuah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies,
atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas.

 Menurut Alikodra (1990)

Definisi habitat menurut Alikodra (1990) adalah sebuah kawasan yang terdiri dari
komponen fisik maupun abiotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai
tempat hidup serta berkembang biaknya satwa liar.

 Menurut Budiharsanto (2006)

Habitat diartikan sebagai ruang untuk koeksistensi yang tidak antar kehidupan mahluk
hidupp sehingga mampu menunjukan kesesuai, antara karaketristik dan kebutuhan mahluk
hidup tersebut.

 Menurut Dasman (1981)

Pengertian habitat menurut Dasman (1981) merupakan sistem yang terbentuk dari interaksi
antar komponen fisik dan biotik serta dapat mengendalikan kehidupan satwa liar yang
hidup di dalamnya.

 Menurut Qdum (1993)

Definisi habitat adalah semua tempat yang ditinggali oleh mahluk hidup untu
berkembangbiak dalam jangka waktu tertentu.

 Menurut Ngamel (1988)

Habitat adalah suatu ruang organisme untuk melakukan segala kegiatan atau aktivitas
dalam kehidupan sehingga hal itu dapat tercermin dalam daerah jelajahnya.

Macam-macam Jenis Habitat:

1. Daerah habitat padang rumput

Padang rumput merupakan ekosistem yang terjadi di wilayah padang rumput, interaksi
yang dilakukan oleh organisme- organisme padang rumput itu dengan komponen-
komponen biotik serta abiotik yang berada di lingkungannya. Ciri – ciri: Terbentang dari
mulai kawasan tropis itu sampai pada kawasan subtropics, Secara umum memiliki curah
hujanitu 25 sampai pada 50 cm per tahun, Hujannya itu tidak teratur, drainase yang
menyebabkan tumbuhan itu sulit untuk mendapatkan air. Serta hanya rumput saja yang
dapat bertahan hidup, Daerah padang rumput yang basah, seperti halnya Amerika Utara
mempunyai tinggi rumput bisa mencapai 3 meter, seperti rumput bluestem di India.

7
Gambar 2.1 Daerah Padang Rumput

(Sumber: https://pendidikan.co.id/pengertian-habitat/)

2. Daerah Tundra

Gambar 2.2 Daerah Tundra

(Sumber: https://pendidikan.co.id/pengertian-habitat/)

Tundra merupakan suatu bioma tempat terhambatnya suatu pertumbuhan pohon dengan
rendahnya suhu lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, daerah ini disebut dengan daerah tanpa
pohon. Tundra ini terdapat di wilayah bumi sebelah utara (yakni lingkaran arktika), juga
ditemukan di daerah dekat antartika, serta terdapat juga di puncak pada pegunungan yang
tinggi. Ciri – ciri: Terdapat di belahan bumi bagian utara serta hanya berada pada daerah
lingkaran kutub utara saja, Beriklim kutub, yakni musim dingin yang panjang serta gelap, dan
juga musim panas yang juga panjang, Tidak ditemukan pohon yang berukuran tinggi. Hanya
terdapat pohon mirip semak belukar. Banyak ditemukan lumut (sphagnum serta tichens),
Tumbuhan yang hidup di daerah tundra bisa atau dapat beradaptasi dengan suhu yang rendah
atau dingin serta akan tetap hidup walaupun kondisi beku.

8
3. Daerah Gurun

Gambar 2.3 Daerah Gurun

(Sumber: https://pendidikan.co.id/pengertian-habitat/)

Untuk tumbuhan yang hidup di daerah gurun itu biasanya akan tumbuh itu dengan secara
menahun. Sebab tumbuhan itu kemudian akan menyesuaikan dengan kondisi daerah yang sulit
terdapat air itu dengan bentuk morfologi. Tumbuhan yang hidup di gurun ini biasanya
mempunyai daun kecil, tebal serta memiliki akar yang sangat panjang. Ciri – ciri: Banyak
ditemukan di daerah tropis serta berbatasan dengan kawasan padang rumput, Mempunyai curah
hujan yang sangat rendah, yakni kurang dari 25 cm per tahun, Penguapan sangat tinggi, sinar
matahari sangat terik, serta suhu tinggi (mencapai 40oC bahkan juga lebih pada musim panas),
Pada malam hari, suhu dapat turun sangat rendah.

4. Daerah Hutan Basah

Gambar 2.4 Daerah Hutan Basah

(Sumber: https://pendidikan.co.id/pengertian-habitat/)

9
Hutan basah atau hutan hujan tropika ini merupakan suatu bioma berupa hutan yang kondisinya
itu selalu basah atau juga lembap, yang bisa atau dapat atau bisa ditemui di wilayah sekitar
khatulistiwa; yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara serta ke selatan garis
khatulistiwa. Ciri – ciri: Hutan basah ini banyak di temukan pada daerah tropis, Banyak
ditemukan segala macam jenis pohon yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hutan
basah di seluruh dunia itu mempunyai persamaan terutama itu pada ekologi serta spesies, Curah
hujan juga sangat tinggi, yakni lebih dari 200 cm per tahun, Tinggi pohon bisa atau dapat
mencapai 20 – 40 m, Mendapat sinar matahari yang cukup, akan tetapi tidak cukup untuk bisa
atau dapat menembus sampai ke dasar hutan, Terdapat iklim mikro di sekitar permukaan tanah
atau juga di bawah kanopi.

5. Daerah Hutan Gugur

Gambar 2.5 Daerah Hutan Gugur

(Sumber: https://pendidikan.co.id/pengertian-habitat/)

Hutan gugur ini pun mempunyai nama lain disebut dengan hutan musim tropika atau juga
disebut dengan hutan monsun (monsoon forest). Hutan gugur ini adalah salah satu bioma yang
berupa hutan yang terletak di wilayah yang memiliki iklim tropis sertasubtropis. Ciri – ciri:
Terletak di 30o – 40o LU / LS. Seperti pada wilayah Amerika Serikat bagian timur, Inggris
serta juga sebagian Australia, Curah hujan itu antara 75 – 100 cm per tahun, Morfologi pohon
itu berdaun lebar, hijau di musim dingin, namun tetapi rontok saat musim panas dan juga tajuk
yang rapat, Jarak satu pohon dengan pohon yang lain tidak rapat atau juga renggang, Musim
panas yang hangat serta musim dingin yang tidak terlalu dingin, Jenis tumbuhan relatif sedikit,
Memiliki 4 musim.

6. Daerah Hutan Taiga

10
Gambar 2.6 Derah Hutan Taiga

(Sumber: https://pendidikan.co.id/pengertian-habitat/)

Bioma taiga atau disebut dengan bioma boreal atau juga hutan taiga dan/atau hutan konifer ini
terletak di antara daerah subtropis serta kutub di belahan bumi bagian utara. Bioma Taiga ini
adalah bioma terestrial atau daratan. Bioma taiga ini juga terletak tepat di bawah bioma tundra.
Ciri – ciri: Tumbuhan di dominasi oleh tumbuhan berdaun jarum atau juga konifer serta akan
selalu ada sepanjang tahun, Tidak mempunyai banyak spesies tanaman serta hewan, Musim
dingin nya itu cukup panjang, sedangkan untuk musim panas sangat singkat, Mempunyai 4
musim, musim panas, musim semi, musim gugur serta musim dingin, Curah hujan ini mencapai
35 – 40 cm per tahun, Selama musim dingin, air tanah ini akan berubah menjadi es serta es
tersebut dapat mencapai 2 meter di bawah tanah.

7. Habitat Air Tawar

Gambar 2.7 Air Tawar

(Sumber: https://pendidikan.co.id/pengertian-habitat/)

11
Habitat air tawar ini dapat dibagi menjadi dua jenis, diantaranya perairan mengalir (lotik) serta
perairan menggenang (lentik). Perairan mengalir ini bergerak secara terus menerus kearah
tertentu, sedangkan untuk perairan menggenang perairan yang massa airnya itu memiliki waktu
singgah hanya sementara.Termasuk sungai,kolam,rawa serta danau. Ciri – cirinya: Terdapat
aliran air yanng disebabkan oleh cuaca serta iklim, Secara fisik dan juga biologi, yakni sebagai
perantara antara habitat darat dengan habitat air laut, Mempunyai kadar garam yang rendah.

8. Habitat Air Laut

Gambar 2.8 Habitat Lau

t(Sumber: https://pendidikan.co.id/pengertian-habitat/)

Ekosistem laut bisa juga disebut sebagai ekosistem bahari ini adalah ekosistem yang ada di
perairan laut, yang terdiri dari ekosistem perairan dalam dan ekosistem pantai pasir dangkal
atau litoral, serta juga ekosistem pasang surut. Ciri – ciri: Kadar garam untuk daerah tropis ini
lebih tinggi apabila dibanding dengan daerah yang jauh dari khatulistiwa, Terbagi menjadi fotik
(yakni cukup untuk mendapat cahaya matahari) serta afotik (yakni kurang mendapat cahaya
matahari).

Jenis-jenis Habitat:

1. Berdasarkan Fungsi Ruang, habitat ini dikelompokan menjadi:

• Habitat yang berkesinambungan, kondisi yang luas melebihi daerah yang mampu untuk
dijajah oleh makhluk hidup.

• Habitat yang terputus – putus, kondisi baik serta tidak berselang seling, makhluk hidup itu
mudah menyebar dari satu tempat ke tempat lain.

• Habitat terisolasi, area yang terbatas dan juga terpisah jauh dengan area lainnya.

2. Berdasarkan waktu, habitat ini dibedakan menjadi:

12
• Habitat konstan, habitat yang dengan secara terus menerus berada pada keadaan baik maupun
kurang baik.

• Habitat semusim, habitat yang kondisinya itu secara teratur berganti – ganti.

• Habitat tidak menentu, habitat yang mengalami periode kondisi baik itu dengan lamanya
bervariasi serta diselingi oleh adanya periode dengan kondisi kurang baik yang lamanya dan
juga bervariasi.

• Habitat ephemeral, habitat dengan periode kondisi baik itu berlangsung singkat, dan juga
diikuti oleh periode dengan kondisi kurang baik serta juga berlangsung sangat lama.

B. Mikrohabitat dan Contohnya


Habitat-habitat di alam ini umumnya bersifat heterogen, dengan area-area tertentu dalam
habitat itu yang berbeda vegetasinya. Populasi-populasi hewan yang mendiami habitat itu akan
terkonsentrasi ditempat-tempat dengan kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan
hidupnya masing-masing. Bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang kondisinya
paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan hewan dinamakan microhabitat.
Mikrohabitat biasanya menunjukkan kondisi habitat yang sesuai, yang merupakan faktor
penting pada level 2-4 dalam hierarkhi Johnson. Oleh sebab itu merupakan hal yang tepat untuk
menggunakan istilah mikrohabitat dan makrohabitat dalam sebuah pandangan relatif, dan pada
skala penerapan yang ditetapkan secara eksplisit. Berikut beberapa contoh dari microhabitat
yaitu sebagi berikut:

1. Permukaan batang kayu yang menjadi microhabitat Semut

Gambar 2.9 Permukaan Kayu yang menjadi Mikrohabitat

(Sumber: https://www.gambarhewan.pro/2015/07/880-koleksi-gambar-binatang-semut-api.html)

13
2. Batang kayu yang menjadi microhabitat Rayap

Gambar 2.10 Batang kayu yang menjadi microhabitat rayap

(Sumber: https://idea.grid.id/read/091689202/sebelum-telat-kenali-keberadaan-tiga-jenis-rayap-dari-
habitatnya?page=all)

3. Dibawah kayu yang menjadi microhabitat Laba-laba

Gambar 2.11 Laba-laba yang menjadikan bawah kayu atau pohon atau batang menjadi microhabitat

(Sumber: https://techno.okezone.com/read/2017/02/01/56/1607089/keistimewaan-jaring-laba-laba-disebutkan-dalam-
alquran-sains)

C. Faktor – Faktor dari Seleksi Habitat


Organisme dapat melakukan seleksi terhadap suatu habitat untuk ditempati. Seleksi habitat
adalah proses atau perilaku yang digunakan organisme untuk memilih habitat yang sesuai
untuk menunjang kehidupannya (Hutto, 1985). Proses seleksi habitat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain:

1. Suhu

Temperatur atau suhu juga memegang peranan penting untuk menjaga keberlangsungan hidup
suatu organisme. Hal ini bisa terlihat dari para hewan yang tinggal di wilayah bersuhu sangat
rendah pasti memiliki bulu tebal dan kelenjar minyak yang memastikan tubuhnya bisa bertahan
hidup dan tidak mati kedinginan.Selain itu, pada hewan-hewan yang tubuh atau kulitnya
merangkap panas cahaya matahari punya cara unik untuk mendinginkan tubuhnya.

14
Gambar 2.12 Domba yang meninggal akibat cuaca dingin

(Sumber: https://m.kaskus.co.id/thread/62fb7b9994f6bb5a5b64186e/miris-ribuan-hewan-ternak-di-afrika-mati-
kedinginan-afrika-dingin/?ref=channel4landing&med=hot_threa)

Gambar 2.13 Beruang kutub

(Sumber: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5996034/kenapa-beruang-kutub-tidak-ada-di-kutub-selatan-begini-
jawabannya)

2. Makanan

Ketersediaan makanan merupakan syarat makhluk hidup dapat bertahan hidup. Jika suatu
organisme tidak memiliki cadangan makanan, maka akan mati kelaparan. Oleh karena itu
terbentuklah rantai makanan secara alami, dimana organisme yang lemah akan berangsur
punah seiring berjalannya waktu.

15
Gambar 2.14 Rantai makanan diHutan

(Sumber: https://nusacaraka.com/2019/03/29/rantai-makanan-di-hutan/)

3. Cahaya Matahari

Kehidupan organisme ditunjang dengan adanya akses cahaya matahari yang cukup, khususnya
untuk organisme tumbuhan. Cahaya matahari diperlukan oleh tumbuhan untuk membuat
makanannya lewat proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses pengubahan karbondioksida
dan air jadi karbohidrat dan oksigen.Jika tumbuhan tidak bisa berfotosintesis dengan maksimal,
maka oksigen yang dihasilkan juga tidak bisa maksimal. Padahal oksigen merupakan factor
vital bagi kehidupan manusia dan hewan.

Gambar 2.15 Manfaat Matahari

(Sumber: https://banten.tribunnews.com/2021/08/18/kunci-jawaban-tema2halaman-5-temukan-sebanyak-banyaknya-
manfaat-energi-matahari-bagi-makhluk-hidup?page=2)

4. Kerusakan Lingkungan

16
Kerusakan lingkungan bisa disebebkan karena dua factor yang pertama yaitu, factor alam
seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir dll. Sedangkan factor manusia yaitu bisa karena
membuang sampah sembarangan, limbah industry dan juga penebangan liar. Akibat dari kedua
factor tersebut mengakibatkan rusaknya habitat berbagai macam organisme.

Gambar 2.16 Orangutan yang kehilangan tempat tinggal akibat penebangan liar

(Sumber: https://news.detik.com/foto-news/d-4712417/miris-karhutla-kalimantan-bikin-orangutan-tak-punya-rumah)

Gambar 2.17 Berung kutub yang memakan sampah akibat pembuangan sampah sembarangan

(Sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2022/07/22/190200123/populasi-beruang-kutub-terancam-sampah-sisa-
makanan-manusia-ini?page=all)

D. Proses Prevensi Habitat


Preferensi habitat menunjukkan tingkat kesukaan suatu organisme terhadap suatu kondisi
habitat tertentu (Garshelis, 2000). Adanya preferensi habitat suatu jenis menyebabkan
terjadinya pola distribusi atau perjumpaan individu. Pola distribusi sendiri adalah salah satu
karakter yang paling penting dalam ekologi.

17
E. Konsep Relung Ekologi (Niche) dan Penyebarannya
Relung atau niche ekologi suatu hewan merupakan status fungsional hewan tersebut di
dalam habitat yang di diaminya berdasarkan adaptasi -adaptasi fisiologis, struktural dan
perilakunya.

Gambar 2.18 Relung Ekologi (Niche)

sumber (https://www.google.com/ -ekologi-niche)

Relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua penggunaan sumberdaya
biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara untuk menangkap
konsepitu adalah melalui analog yang dibuat oleh ahli ekologi Eugene Odum, yaitu jika habitat
suatu organisme adalah rumahnya maka relung adalah pekerjaannya. Relung ekologi ada yang
bersifat umum dan spesifik, diantaranya :

1) Pemakan banyak jenis (polifag), misalnya ayam karena dapat memakan

cacing, padi, daging, ikan, rumput dan lain sebagainya.

2) Pemakan beberapa jenis (oligofag), misalnya kelinci hanya memakan

jenis tumbuhan saja (sayuran dan buah - buahan).

3) Hanya pemakan satu jenis (monofag), misalnya wereng yang hanya

memakan padi.

Dimensi relung yaitu toleransi terhadap kondisi-kondisi yang bervariasi (kelembapan, pH,
temperatur, kecepatan angin, arus cairan) dan kebutuhannya hendak sumber daya alam yang
bervariasi. Di alam, dimensi relung suatu spesies bersifat multidimensi. Relung dua dimensi
contohnya yaitu hubungan temperatur dan salinitas sebagai anggota dari relung kerang di pasir.

18
Sebagai relung tiga dimensi, contohnya yaitu hubungan temperatur, pH, dan ketersediaan
makanan sebagai anggota dari relung suatu organisme.1

Klasifikasi suatu spesies biasanya mempunyai relung yang semakin mulia pada kala
ketidak hadiran predator dan kompetitor. Dengan kata lain, mempunyai beberapa kombinasi
terntentu dari kondisi dan sumber daya alam yang bisa membuat suatu spesies
mempertahankan viabilitas (kehidupan) populasinya, hanya bila tidak sedang diberi pengaruh
merugikan oleh musuh-musuhnya. Atas dasar ini, Hutchinson membedakan antara relung
fundamental dengan relung realitas. Relung fundamental yaitu cerminan dari potensi semuanya
suatu spesies. Sementara relung realitas menggambarkan spektrum yang semakin terbatas
hendak kondisi-kondisi dan sumber daya alam yang diperlukan sebagai bertahan, bahkan
dengan kehadiran kompetitor dan predator.2

Karakteristik Relung

Hal-hal utama yang bisa kita ketahui dan amati dari relung antara lain:

 Seluruh makhluk hidup yang tinggal di Bumi memiliki peran masing-masing dalam
lingkungannya.
 Peran makhluk hidup bergantung pada fungsi dan tempat mereka pada sebuah
lingkungan.
 Untuk hewan yang terdapat di dalam relung memiliki fungsi berbeda dan pastinya unik.
 Jika ditemukan terdapat dua spesies memainkan peran sama, besar kemungkinan terjadi
kompetisi interspesifik.
 Diskripsi relung atau niche yang benar mencangkup tentang kehidupan, habitat dan
tempat organisme dalam sebuah rantai makanan.
 Relung berhubungan dengan cara memberi makan, berburu, bersaing, dan
mempertahankan diri.
 Relung berkaitan erat dengan habitat, meskipun keduanya memiliki perbedaan.

1
Begon M, Townsend CR, Harper JL. 2006. Ecology: from Individuals to Ecosystems. Malden, MA: Blackwell
Pub.
2
Begon M, Harper JL, Townsend CR. 1996. Ecology: Individuals, Populations, and Communities. Cambridge,
Mass: Blackwell Science.

19
F. Asas Pemisahan dan Persaingan Relung
Dengan adanya interaksi persaingan antara dua spesies atau lebih yang memiliki relung
ekologi yang sangat mirip maka mungkin saja spesies-spesies tersebut tidak berkonsistensi
dalam habitat yang sama secara terus- menerus. Hal ini menunjukkan bahwa suatu relung
ekologi tidak dapat ditempati secara simultan dan sempurna oleh populasi stabil lebih dari satu
spesies. Pernyataan ini dikenal sebagai “Asas Eksklusif Persaigan”atau “Aturan Gause”.

Sehubungan dengan asas tersebut di atas, menurut “Asas Koeksistensi”, beberapa spesies
yang dapat hidup secara langgeng atau lama dalam habitat yang sama ialah spesies-spesies
yang relung ekologinya berbeda-beda. Tentang pentingnya perbedaan-perbedaan diantara
berbagai spesies telah lama dikemukakan oleh Darwin (1859). Darwin menyatakan bahwa
semakin besar perbedaan-perbedaan yang diperlihatkan oleh berbagai spesies yang hidup di
suatu tempat, maka semakin besar pula jumlah spesies yang dapat hidup di suatu tempat itu.
Pernyataan Darwin tersebut dikenal sebagai “Asas Divergensi”.

Dari uraian tersebut di atas tampak bahwa aspek relung ekologi yang menyangkut dimensi
sumber daya, khususnya yang vital untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, dari beberapa
spesies harus berbeda (terpisah) agar dapat berkoeksistensi dalam habitat yang sama.
Perbedaan atau pemisahan relung itu juga mencangkup aspek waktu aktif.

Contoh dari khasus pemisahan relung antar berbagai spesies yang berkohabitasi dapat
dilihat dari contoh berikut ini: Serumpun padi dapat menjadi sumber daya berbagai jenis
spesies hewan. Orong-orong (Gryllotalpa Africana) memakan akarnya, Walang sangit
(Leptocorisa Acuta) memakan buahnya, Ulat tentara kelabu (Spodoptera Maurita) yang
memakan daunnya, Ulat ganjur (Pachydiplosis Oryzae) menyerang pucuknya, Wereng coklat
(Nilaparvata Lugens) dan Wereng hijau (Nephotellix Apicalis) yang menghisap cairan
batangnya. Tiap jenis hama tersebut masing-masing telah teradaptasi khusus untuk
memanfaatkan tanaman padi sebagai sumber daya makanan pada bagian yang berbeda-beda.

G. Menjelaskan Konsep Ekivalen Ekologi Dan Pergeseran Ciri


1. Konsep Ekivalen Ekologi

Ekivalen Ekologi merupakan organisme yang mendalami tempat yan sama atau relung
ekologi yang sama pada daerah geografi yang brlainan disebut ekuivalen ekologi . Spesies
dengan relung ekuivalen cenderung mempunyai kekerabatan secara taksonomik apabila
terdapat pada tempat yang berdekatan tetapi sering tidak mempunyai kekerabatan taksonomi
apabila terdapat pada tempat yang terpisah jauh satu sama lain. Komposisi spesies komunitas

20
sangat berbeda pada berbagai daerah geografi tetapi ekosistem yang serupa dapat berkembang
dimanapun asalkan habitat fisiknya serupa, tidak peduli dengan letak geografisnya. Relung
ekuivalen ekologi yang terdiri dari kelompok-kelompok biologi membentuk flora dan fauna
dari daerah-daerah tersebut. Tipe ekosistem pada padang rumput akan berkembang dimana
terdapat iklim padang rumput, tidak peduli dengan daerah geografinya, tetapi spesies rumput-
rumput dan pemakan rumput dapat berbeda apalagi jika tempatnya terpisah jauh.

Gambar 2.19 Ekivalen Binatang Padang Rumput

Sumber https://www.google .com/amp/s

Contoh binatang padang rumput: Amerika Utara Eurasia Afrika Australia Bison Saga
antilop Zebra Kanguru Proghorn antilop Kuda liar Macam-macam antilop Dikatakan : Kanguru
Australia adalah ekuivalen ekologi dengan bison dan pronghorn antilop Amerika Utarara.

Jika memperhatikan tentang kehidupan berbagai jenis hewan diberbagai tempat sering
ditemukan spesies-spesies hewan serupa yang hidup di daerah geografi yang berbeda. Kita
dapat menemukan cacing tanah di mana saja, misal di Indonesia, di Amerika, di Eropa, di
Australia dan tempat lainnya. Cacing-cacing tanah tersebut secaramorfologi serupa, namun
sebenarnya mereka berbeda spesies.Cacing tanah di jawa (Pheretima javanica) serupa dengan
cacing tanah di Amerika (Lumbricus terestris). Kedua jenis cacing tanah tersebut menempati
habitat tanah lembab dengan relung ekologi yang serupa. Jenis-jenis hewan yang menempati
relung ekologi yang sama(ekivalen) dalam habitat yang serupa di daerah zoogeografi yang
berbeda disebut ekivalen ekologi.

Contoh spesies yang memiliki ekivalensi ekologi adalah katak Mantellayang merupakan
katak endemik dari Kepulauan Madagaskar, dimana memilikirelung yang sama dengan katak
dari family Dendrobatidae (Poison dart frog)yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan.
Keduanya memiliki kemiripan morfologi seperti ukuran dan morfologi tubuh serta pola tingkah
lakunya.Kedua katak ini memiliki warna yang mencolok dan menghasilkan racun yang mampu
membuat takut predator. Secara umum ekivalen-ekivalen ekologi itu dikenali dari kemiripan
kemiripan yang diperlihatkan hewan-hewan tersebut dalam hal adaptasi morfologi serta pola

21
perilakunya. Sebabnya ialah karena berbagai adaptasi itu adalah tiada lain dari pada perangkat
”modal” kemampuan hewan untuk memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya didalam
lingkungannya atau habitatnya.

2. Konsep Pergeseran Ciri

Spesies-spesies hewan yang berkerabat dekat, satu marga atau genus misalnya, dapat
ditemukan pada habitat atau daerah penyebaran yang sama (simpatrik) atau ditemukan
pada daerah penyebaran yang berbeda (alopatrik). Jika spesies-spesies hewan yang
berkerabat dekat (kogenerik) ditemukan dalam keadaan simpatrik, seleksi alam akan
menghasilkan ciri-ciri tubuh yang semakin mencolok perbedaannya diantara spesies spesies
itu atau dikatakan mengalami evolusi divergen. Sebaliknya, apabila dalam keadaan
alopatrik seleksi alam akan menghasilkan evolusi konvergen sehingga perbedaan ciri-ciri
itu makin kabur. Fenomena tersebut di atas dikenal sebagai pergeseran ciri.

Evolusi yang menghasilkan pergeseran ciri pada spesies-spesies hewan dalam patrik
mempunyai dua kepentingan adaptif bagi spesies-spesies yang bersangkutan.

• Pertama,karena ciri (adaptasi morfologis, misalnya) yang nyata bedanya akan menyebabkan
terjadinya pemisahan relung ekologi. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya
interaksi berupa persaingan, apabila spesies itu berkohabitasi, akan tereduksi.

• Kedua, berbedanya ciri morfologi yang menghasilkan berbedanya pola perilaku,misalnya


perilaku berbiak, akan lebih menjamin terjadinya pemisahan genetik diantara spesies-spesies
yang berkerabat itu bila berkohabitasi,atau menghindari terjadinya inbreeding yang tidak
menguntungkan.

Salah satu contoh fenomena pergeseran ciri adalah yang terjadi pada dua spesies
burung dari genus Sitta, yakni Sitta tephronota dan Sitta neumayer, yang penyebaran nya
meliputi beberapa negara didaerah Asia Keci (Turk,Yunani,Azerbayan,Iran,Afganistan
,Pakistan, dll). Dalam keadaan alopatrik penampilannya sangat mirip satu dengan yang lain,
sehingga hampir-hampir tidak dapat dibedakan. Sebaliknya dalam keadaan simpatrik
mudah sekali mengenali bagian kepala (di atas mata).Perbedaan panjang paruh menun jukkan
kemungkinan perbedaan jenis dan ukuran makanan,sehingga mengurangi peluang
persaingan. Perbedaan pita gelap di kepala mempunyai peranan penting dalam pengenalan
sesama jenisnya secara visual.Hal ini akan mengurangi terjadinya hibridisasi alami diantara
kedua spesies yang akan menghasilkan keturunan steril atau akan mengalami perkawinan
mati bujang. Berikut ini ditunjukkan gambaran perbedaan morfologi jenis burung.

22
Gambar 2.20 Perbedaan Burung Dari Genus Sitta

sumber https://www.scribd.com

H. Memberikan Contoh Terapan Habitat, Mikrohabitat Dan Relung Ekologi


1. Contoh Terapan Habitat

Umunya dikenal empat tipe habitat utama yakni: daratan, perairan tawar, perairan payau,
perairan laut, dan estuaria. Tipe habitat itu dapat dibagi lagi berdasarkan aspek yang dikaji.
Berdasarkan kepentingan populasi hewan yang menempatinya, pembagian tipe habitat merujuk
pada aspek variasinya ruang serta waktu. Kramadibrata (1996) membagi empat variasi habitat
3
berdasarkan waktu, sebagai berikut.

 Habitat konstan, yaitu suatu habitat yang kondisinya terus-menerus relatif baik atau
kurang baik.
 Habitat bersifat memusim, yaitu suatu habitat yang kondisinya secara relatif teratur
secara berganti-ganti antara baik dan kurang baik
 Habitat tidak menentu, yaitu suatu habitat yang mengalami suatu periode dengan
kondisi baik yang lamanya juga bervariasi sehingga kondisinya tidak dapat diramalkan.
 Habitat efemeral, yaitu suatu habitat yang mengalami periode kondisi baik yang
berlangsung relatif singkat, diikuti oleh suatu periode dengan kondisi yang berlangsung
relatif lama sekali.

Menurut Rahardjanto et al (2013) berdasarkan variasi kondisi habitat menurut ruang, habitat
4
dapat diklasifikasi menjadi 3 macam sebagai berikut.

 Habitat bersinambung, yaitu apabila suatu habitat memiliki area dengan kondisi baik
yang luas sekali, yang melebihi luas area yang dapat dijelajahi populasi hewan
penghuninya.

3
Kramadibrata. Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.1996)
4
Rahardjanto et al (2013)

23
 Habitat terputus-putus, yaitu apabila suatu habitat memiliki area dengan kondisi baik
berselang-seling dengan area berkondisi kurang baik dan hewan penghuni menyebar
dengan mudah dari kondisi baik satu ke kondisi lainnya.
 Habitat terisolasi, yaitu apabila suatu habitat memiliki area berkondisi baik dengan luas
terbatas, dan terletak jauh terpisah dari area berkondisi baik lainnya, sehingga hewan
tak bisa menyebar, kecuali ada faktor kebetulan.

Contoh Dalam suatu habitat perairan tawar yang mengalir (sungai secara umum dapat
dibedakan menjadi bagian riam dan lubuk. Riam berarus deras dan dasarnya berbatu-batu
sedang lubuk hampir tidak berarus, relatif dalam dan dasarnya berupa lumpur dan serasah. Ada
beberapa populasi hewan air yang lebih menyukai tinggal atau bermikrohabitat di riam dan ada
beberapa populasi yang lebih menyukai tinggal atau bermikrohabitat di lubuk. Pemilihan atas
dasar mikrohabitat utama ini dapat dipilah-pilah lagi lebih lanjut, seperti bagian permukaan
batu, di sel-sela batu, di bawah lapisan serasah dan sebagainya.Pemilihan atas dasar
mikrohabitat-mikrohabitat yang berbeda itu terkait dengan masalah perbedaan status
fungsional atau relung ekologi dari berbagai spesies hewan yang manempati habitat perairan
tersebu.

2. Contoh Terapan Mikrohibitat

Populasi-populasi hewan yang mendiami suatu habitat tertentu akan terkonsentrasi


ditempat-tempat dengan kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan hidupnya
masing-masing. Mikrohabitat adalah bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang
kondisinya paling cocok dan paling akrab berhubungan dengan makhluk hidup. Sebagai
contoh, kemampuan koeksistensi yang tidak sama pada setiap serangga yang hidup bersama-
sama menyebabkan pemisahan mikrohabitat serangga. Batas antara mikrohabitat yang satu
dengan lainnya acapkali tidak nyata. Namun demikian, mikrohabitat memegang peranan
penting dalam menentukan keanekaragaman jenis yang mempengaruhi habitat itu
(Kramadibrata, 1996).

Contoh makrohabitat dan mikrohabitat adalah organisme penghancur (pembusuk) daun


hanya hidup pada lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis. Spesies organisme
penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar daun yang sama hingga mereka
hidup bebas tidak saling mengganggu. Lingkungan sel-sel dalam selembar daun di atas disebut
mikrohabitat sedangkan keseluruhan daun dalam lingkungan makro disebut makrohabitat.

24
Yang lain seperti halnya ,suatu jamur tertentu hanya dapat hidup dibagian batang yang
telah lapuk ,teduh,dan lembab.Kondisi tempat hidupnya ini mungkin sangat berbeda debgan
kondisi disekitarnya secara umum,tempat hidup yang khusus iniloah yang disebut microhabitat
dari jamur tersebut ,dan karna iklimnya juga berbeda maka disebut nikriklimat (atau iklim
mikro) bagi habitat tersebut.

Gambar 2.21 Kayu Pohon Tanah dan Pohon

sumber https://www.google .com/amp/s

3. Contoh Terapan Relung Ekologi

Relung ekologi merujuk pada posisi unik yang ditempati oleh suatu spesies tertentu
berdasarkan rentang fisik yang ditempati dan peranan yang dilakukan di dalam habitatnya.
Habitat dapat dianggap sebagai ”alamat” dimana suatu organisme dapat dijumpai, sedangkan
relung dapat dianggap sebagai ”profesi” organisme di alam (Odum, 1993) .Cara hidup
organisme dalam suatu habitat dan Komunitas serta ekosistem Menurut Kandeigh (1980),
relung ekologi adalah status fungsional hewan itu dalam habitat yang ditempatinya berkaitan
dengan adaptasi-adaptasi fisiologis, struktural/ morfologi, dan pola perilaku hewan itu. Atau
relung ekologi merupakan posisi atau status suatu organisme dalam suatu komunitas dan
ekosistem tertentu yang ,secara biologis, relung adalah profesi atau cara hidup organisme
dalam lingkungan hidupnya. Ada burung yang berprofesi sebagai pemakan serangga
(insectivora), ada pula yang berprofesi sebagai pemakan biji (granivora). Demikian pula ada
burung yang memiliki profesi sama sebagai pemakan daging (karnivora), seperti burung elang
dan burung hantu, tetapi memiliki waktu berburu yang berbeda.

25
Seperti halnya persamaan atau keselingkupan (tumpang tindih) habitat, maka apabila dua
spesies memiliki profesi yang sama pada habitatnya dapat dipastikan akan terjadi persaingan.
Semakin banyak keselingkupan relung kedua spesies berinteraksi akan semakin intensif
persaingannya (Santosa, 2004) . Relung ekologi mengatur bagaimana keselingkupan itu bisa
diminimalisir, sehingga setiap organisme mendapatkan sumber daya secara seimbang. Relung
ekologi dapat berupa relung ruang, makan, dan waktu beraktivitas. Relung ekologi dapat
dibedakan menjadi relung habitat (habitat niche), relung makanan (food niche), dan relung
multidimensi (multidimentional niche) (Kupchella & Hyland, 1993).

 Relung Habitat

Relung habitat lebih mengarah pada pengertian mikrohabitat. Relung habitat dapat
dijumpai pada berbagai tipe ekosistem. Misalnya pada ekosistem danau dapat dijumpai
pembagian ruang untuk berbagai spesies

 Relung Makan

Relung makan memungkin pembagian sumber makanan dan waktu mencari makanan.
Misalnya pada habitat yang sama dapat dijumpai jenis burung pemakan serangga dan pemakan
biji mencari makanan dalam waktu yang sama. Spesies dengan sumber makanan yang sama,
seperti burung elang dan burung hantu memiliki waktu mencari makanan yang berbeda.
Burung elang mencari makanan di siang hari dan burung hantu di malam hari.

 Relung Multidimensi

Relung multidimensi menggambarkan kisaran berbagai faktor fisik dan kimia serta peranan
biotik yang memungkinkan suatu spesies dapat survive dan berkembang di dalam suatu
komunitas. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa relung multidimensi merupakan
gabungan dari relung habitat dan relung makanan. Sebagai contoh, kalau menyatakan relung
multidimensi bakteri, berarti kita menjelaskan tentang kondisi mikrohabitat (pH, suhu, dan
faktor lain) dan sekaligus menjelaskan tentang jenis makanan dari bakteri tersebut.

Seperti halnya Relung Ekologi (Niche) Kawasan Hutan Nantu-Boliyohuto merupakan


merupakan salah satu dari sedikit hutan hujan tropik di Sulawesi yang kondisi masih utuh,
bagian dari biogeografi Wallacea yang kaya akan keanekaragaman hayati, zona campuran
antara fauna Asia dan Australia 5. Pohon-pohon penyusun utama ini merupakan jenis pohon

5
Dr. Marini Susanti Hamidun, S.Si, M.Si. Dr. Dewi Wahyuni K. Baderan, S.Pd, M.Si.2014. Habitat, Nice, Dan Jasa
Lingkungan Penyusun Utama Vegetasi Kawasan Hutan Nantu-Boliyohuto. Universitas Negeri Gorontalo.

26
yang mempunyai ketinggian diatas 25 m,diameter antara 60cm – 400cm, mempunyai tajuk
yang lebar dan rapat.Beberapa kelompok tumbuhan dan hewan yang hidup di bawah naungan
tajuk/kanopi pohon-pohon tersebut adalah:

 Terna. Hidup pada bagian hutan yang kanopinya tidak begitu rapat dan hidup pada
iklim yang lembab seperti paku-pakuan.
 Liana. Tumbuhan yang memanjat pada pohon-pohon besar seperti rotan. Liana yang
hidup pada pohon-pohon besar umumnya merupakan tempat bergantung, bermain-
main, atau berayun-ayun dari jenis primate, seperti monyet dan kera.
 Epifit. Tumbuhan ini tumbuh melekat pada batang, cabang atau pada daun-daun pohon,
semak, dan liana. Tumbuhan ini hidup diakibatkan oleh kebutuhan akan cahaya
matahari yang cukup tinggi. Tumbuhan ini pada umumnya tidak menimbulkan
pengaruh buruk terhadap inang yang menunjangnya, misalnya jenis-jenis anggrek dan
paku-pakuan.
 Saprofit. Tipe tumbuhan ini mendapatkan zat haranya dari bahan organik yang telah
mati bersama-sama dengan parasit-parasit. Tumbuhan ini merupakan komponen
heterotrof yang tidak berwarna hijau di hutan hujan tropis. Jenis tumbuhan ini terdiri
atas cendawan atau jamur (fungi), dan bakteri. Tumbuhan ini dapat membantu
terjadinya penguraian organik. Banyak ditemukan pada lantai hutan yang memiliki
rontokkan daun-daun yang cukup tebal dan terjadi pembusukkan yang nyata.
Tumpukan dedaunan tersebut dapat dijumpai pada rongga-rongga atau sudut-sudut
diantara akar-akar banir pohon-pohon.
 Hewan. Hutan hujan menyediakan makanan untuk hewan, tempat berlindung, tempat
bertengger, tempat bermain, dan tempat tinggal, sehingga hutan hujan tropis di jadikan
rumah bagi berbagai jenis hewan di antarnya mamalia, reptil, burung, amphibi, dan
serangga. Hewan-hewan ini juga membantu proses penyerbukan, contohnya serangga
tawon yang membantu penyerbukan pada Beringin (Ficus nervosa Heyne),kelelawar
makan mahkota bunga Madhuca phillippinensis Merr,burung memakan biji/buah
pohon rao (Draconto melon dao), Matoa (Pometia pinnata).

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian habitat secara umum dalam terminologi biologi adalah tempat tinggal makhluk
hidup atau organisme tertentu untuk tumbuh dan berkembang biak. Habitat adalah suatu tempat
yang ditinggali oleh sekelompok spesies makhluk hidup, sehingga terbentuk jaringan
kehidupan di tempat tersebut. Habitat sering disebut juga sebagai lingkungan yang didiami oleh
makhluk hidup. Pada dasarnya habitat terdiri dari unsur maupun faktor fisik seperti tanah, lalu
terdapat juga suhu, sinar matahari, serta faktor biotik, ketersediaan makanan, dan lain-lain.

Relung atau niche ekologi suatu hewan merupakan status fungsional hewan tersebut di
dalam habitat yang di diaminya berdasarkan adaptasi -adaptasi fisiologis, struktural dan
perilakunya. Relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua penggunaan
sumberdaya biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara untuk
menangkap konsepitu adalah melalui analog yang dibuat oleh ahli ekologi Eugene Odum, yaitu
jika habitat suatu organisme adalah rumahnya maka relung adalah pekerjaannya.

Ekivalen Ekologi merupakan organisme yang mendalami tempat yan sama atau relung
ekologi yang sama pada daerah geografi yang brlainan disebut ekuivalen ekologi . Spesies
dengan relung ekuivalen cenderung mempunyai kekerabatan secara taksonomik apabila
terdapat pada tempat yang berdekatan tetapi sering tidak mempunyai kekerabatan taksonomi
apabila terdapat pada tempat yang terpisah jauh satu sama lain. Komposisi spesies komunitas
sangat berbeda pada berbagai daerah geografi tetapi ekosistem yang serupa dapat berkembang
dimanapun asalkan habitat fisiknya serupa, tidak peduli dengan letak geografisnya. Relung
ekuivalen ekologi yang terdiri dari kelompok-kelompok biologi membentuk flora dan fauna
dari daerah-daerah tersebut. Tipe ekosistem pada padang rumput akan berkembang dimana
terdapat iklim padang rumput, tidak peduli dengan daerah geografinya, tetapi spesies rumput-
rumput dan pemakan rumput dapat berbeda apalagi jika tempatnya terpisah jauh.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tapi
kenyataanya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan
kedepannya.

28
29
DAFTAR PUSTAKA
DR. RONI KONERI, S.Pd.,M.Si. dan DR. SAROYO SUMARTO, M.Si. 2016. EKOLOGI
HEWAN. Universitas Mataram: Bandung

Atharamadhana, Fauziah. 2013. Habitat dan Relung. Ringkasan Ekologi SDH Habitat, Relung
& Produktifitas Ekosistem. Blogspot : Blogger.

Fauzan, Ahmad. 2013. Ekologi. Relung. Blogspot : Blogger

Rachmawati, Riana. 2011. Interaksi, Kedudukan Relung Ekologi dan Niche Spesies. Relung.
Blogspot : Blogger.

Dharmawan Agus, 2000 Ekologi Hewan,

UM Press, Malanghttp://ilhamasgegesik.blogspot.com/2009/05/relung-ekologi-bukti-adanya-
kompetisi.html

Darmawan,Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang : Universitas Negeri Malang

Kramadibrata, H. (1996). Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.

Dr. Marini Susanti Hamidun, S.Si, M.Si. Dr. Dewi Wahyuni K. Baderan, S.Pd, M.Si.2014.
Habitat, Nice, Dan Jasa Lingkungan Penyusun Utama Vegetasi Kawasan Hutan Nantu-
Boliyohuto. Universitas Negeri Gorontalo.

Odum, Eugene P (1971) Fundamentals of Ecology. Saunders College Publishing.

Wirakusumah, Sambas (2003) Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta. Penerbit UI Press

30

Anda mungkin juga menyukai