Disusun Oleh :
Kelompok
Cristofel Tumangkeng
JURUSAN BIOLOGI
1
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Ekologi Vertebrata”
Makalah ini telah di buat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan makalah ini .Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahawa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena
itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga hal ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3.1.Kesimpulan ........................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap organisme hidup memiliki cara hidup tersendiri yang tergantung pada struktur dan
fisiologinya dan juga pada jenis lingkungan yang ditempatinya. Faktor fisik dan biologi beraksi
untuk membuat variasi lingkungan yang lebar pada bagian bumi yang berbeda-beda
Kondisi tersebut cukup konstan pada beberapa daratan dan lautan tropis, tetapi sebagian besar ba
gian bumi memiliki suhu, hubungan kelembapan, dan sinar matahari yang berubah-ubah sesuai
musim .Inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup,
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu yang mempelajari hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya disebut ekologi.
Masalah lingkungan hidup pada hakekatnya adalah masalah ekologi. Kata ekologi pertama kali
diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, seorangahli biologi Jerman pada tahun 1866.
Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani,yaitu oekos yang berarti rumah dan logos yang
berarti ilmu. Jadi ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang rumah atau tempat tinggal
makhluk hidup (Resosoedarmo: 1990) atau ekologi adalah ilmu yang mempelajari rumah tangga
lingkungan, tempat hidup semua organisme (makhluk hidup) serta seluruh
proses- proses fungsional yang menyebabkan tempat hidup itu cocok untuk didiami. Sedangkan
secara harfiah ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya Dalam pengertian proses alamiah, ekologi telah diketahui
dan diaplikasikan sejak dulu dan terus berkembang sejalan dengan perkembangan akaldan budaya
manusia. Sebagai ilmu, ekologi telah berkembang pesat sejak tahun1990.
5
mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang dan manusia denganlingkungannya di mana
mereka hidup, bagaimana kehidupannya dan mengapamereka ada di tempat tersebut.
tempat berlindung dari cuaca buruk, tempat menghindari dari predator dan sebagainya.
Pendekatan studi ekologi hewan, khususnya vertebrata , secara prinsipil sama dengan metode
pendekatan pada
bidangbidang biologi lainnya. Perbedaan yang ada hanya terletak tekhnik pengamatan, carkolek
si, dan kuantifikasi. Sebab obyek studi vertebrata mampu berpindah tempatmobilitas tinggi dan
gesit, selain itu mobilitas vertebrata sangat sering bersifatacak, melainkan terarah menurut pola
tertentu. Respon positif atau negativeterhadap satu atau beberapa faktor biotic/ abiotik lingkungan
sangat tidak berpola.Miller memberi gambaran batas wilayah kerja ekologi sebagai suatumodel
yang berdasarkan atas anggapan bahwa seluruh alam semesta merupakansuatu ekosistem tersusun
dari kelompok-kelompok komponan yang berkaitan satusama lain. Masing-masing kelompok
merupakan suatu kesatuan dengankelompok lainnya.
6
Ada 2 golongan faktor lingkungan yaitu faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik adalah
faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi
ekosistem adalah sebagai berikut
a.Suhu
Hewan vertebrata yang hidup bebas dengan lingkungan suhu yang bervariasi apabila
dipelihara pada ruangan dengan suhu dengan suhu konstan akan mengalami depresi.Perhatikan
perilaku burung dikebun binatang, perilakunya memiliki perbedaan dengan perilaku burung yang
hidup dialam bebas.
b.Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena mataharimenentukan suhu. Sinar
matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk
berfotosintesis. Antara intensitas dankualitas cahaya berkolerasi dengan warna tubuh hewan
vertebrata, terlebihuntuk hewan-hewan air. kadang serupa benar dengan warna dasar tempat
hidupnya. Hewan pelagiscendrung bewarna transparan atau biru dengan punggung kehijauan .
c.Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untukkelangsungan hidup
organisme.Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan,
dan penyebaran biji, bagi hewan dan manusia,air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup
lain,
d.Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme.Jenis tanah yang berbedamenyebabkan organisme
yang hidup didalamnya juga berbeda.Tanah jugamenyediakan unsur-unsur penting bagi
pertumbuhan organisme, terutamatumbuhan.
e.Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempattersebut, karena ketinggian
yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dankimia yang berbeda.
f.Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan sekaligus berperandalam penyebaran biji
tumbuhan tertentu.
g.Garis lintang
7
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang
berbeda pula.Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di
permukaan bumi.Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup
di bumi, baik tumbuhan maupun hewan
8
melandasinya melibatkan perubahan struktur dan morfologi hewan. Contoh: di lingkuan
bertekanan parsial oksigen rendah, terjadi proliferasi dan pengingkatkan jumlah eritrosit, tubuh
terdedah pada kondisi kemarau terik, kulit mengalami peningkatan pigmentasi. Respon aklimatori
umum terdapat pada hewan berumur panjang, yang menghadapi perubahan kondisi musiman.
Reversibilitas respon penting sekali karena tiap tahun kondisi khas musimana selalu berulang.
2) Respon Tak-reversibel
Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah respon perkembangan. Respon
berlangsung lama karena melibatkan banyak proses yang menghasilkan perkembangan beraneka
ragam macam struktur tubuh. Hasilnya bersifat permanen dantak reversible. Contoh : perubahan
jumlah mata facet pada Drosophila yang dipelihara pada suhu tinggi, atau terbentuknya keturunan
cacat akibat respon perkembangan embrio terhadap senyawa teratogenik dalam lingkungannya.
c.Pengertian Adaptasi
Adaptasi umumnya diartikan sebagai penyesuaian makhluk hidup terhadap
lingkungannya. Adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme dengan lingkungannya yang
merupakan produk masa lalu. Organisme yang ada kini dapat hidup pada lingkungannya karena
kondisi lingkungan itu secara kebetulan sama dengan kondisi lingkungan nenek
moyangnya.Dengan kata lain, populasi yang ada sekarang merupakan populasi yang lolos dari
seleksi alam. Penjelasan ini merupakan ringkasan dari seleksi alam yang di kemukakan oleh
Darwin.
d.Prinsip-Prinsip Adaptasi
Sifat adaptasi penting bagi hewan dan organisme lain untuk bertahan hidup pada
lingkungan baru atau jika ada perubahan dilingkungan di habitatnya. Namun kemampuan hewan
untuk adaptasi dengan lingkungannya berbeda-beda.
Kemampuan hewan dan kahluk hidup lain untuk beradaptasi di pengaruhi oleh beberapa faktor.
1. Adaptasi ditentukan oleh sifat genetik. Sifat yang diturunkan itu adalah sifat genetik. Sifat-
sifat genetik itu memancarkan fenotip yang sesuai dengan kondisi factor-faktor lingkunganya.
Kupu Biston bitularia yang saat ini hidup di daerah industry adalah kelompok yang
mempunyai variasi gen yang memancarkan warna hitam pada tubuhnya, dan sifat ini menurun
sehingga keturunanya tetap berwarna hitam, meskipun kerabatnya yang hidup diluar daerah
industry berwarna terang.
9
2. Kemampuan adaptasi di pengaruhi oleh kemampuan berkembang biak populasi yang
anggotanya mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak lebih mampu bertahan
hidup. Banyaknya anak memunculkan banyak variasi sifat yang di timbulkan dari perkawinan
antara anggota populasi.
e.Adaptasi Struktural
Adaptasi struktural adalah sifat adaptasi yang muncul dalam wujud sifat-sifat morfologi
tubuh, meliputi bentuk dan susunan alat-alat tubuh, ukuran tubuh, serta warna tubuh (kulit dan
bulu).
10
mempunyai gigi seri panjang dan runcing. Hewan-hewan pemakan rumput dan pemekan segala
mempunyai geraham yang bentuknya cocok untuk mengunyah makanan sampai halus.
Penutup tubuh pada hewan berbeda-beda. Beberapa jenis organisme hewan vertebrata juga
mempunyai kulit yang tebal, terutama hewan-hewan yang tergolong pada Reptilia. Kulit hewan-
hewan Reptilia pada umumnya tebal dan tersusun oleh lapisan tanduk. Kulit semacam itu sangat
berguna untuk menahan penguapan pada saat hewan itu berada di lingkungan kering. Hewan yang
tergolong Amfibia tidak mempunyai kulit yang tebal, tetapi jaringan di bawah kulit selalu
mengeluarkan cairan sehingga permukaan kulitnya selalu basah. Burung mempunyai penutup
tubuh berupa bulu. Bulu itu berfungsi sebagai isolator suhu, sehingga perubahan suhu ingkungan
tidak terlalu banyak mempengaruhi suhu di dalam tubuh. Hewan-hewan mamalia kulitnya
dilengkapi dengan pori-pori dan kelenjar keringat. Kelenjar keringat dan pori-pori tubuh itu
berguna untuk mengatur keluarnya air dari dalam tubuh baik dalam rangka pengaturan tekanan
osmotik maupun temperature tubuh. Kulit hewan-hewan mamalia dilengkapi denga rambut.
Rambut itu berfungsi sebagai isolator suhu. Hewan-hewan yang hidup di daerah dingin
mempunyai rambut lebih tebal dari pada hewan yang hidup di daerah panas.
f. Adaptasi Fisiologis
11
Secara umun, respirasi atau pernapasan dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan
oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Lebih khusus respirasi dapat berarti pembongkaran
makanan untuk mengambil energy kimia yang tersimpan di dalamnya. Sistem respirasi dan proses
fisiologi respirasi berbeda antara hewan satu dengan yang lain berbeda. Secara ekologis perbedaan
tersebut disebabkan oleh factor luar terutama konsentrasi oksigen yang ada di habitat. Perbedaan
sistem dan proses respirasi juga ada hubungannya denga tingkat kerumitan anotomi tubuh hewan.
Hubungan faktor ekologis dan kerumitan anatomi tubuh dengan adaptasi fisiologis respirasi adalah
sebagi berikut: “hewan-hewan air yang mengambil oksigen dari gas yang terlarut di dalam air yang
berkonsentrasi rendah, hewan dapat mengambil oksigen melalui permukaan tubuh, tetapi hewan
besar memerlukan alat khusus untuk mengisap oksigen”.
Alat pernafasan khusus menjadi mutlak pada hewan-hewan yang berukuran lebih besar dan
permukaan tubuhnya tertutupi oleh kulit yang tidak dapat diresapi oleh gas. Meskipun demikian,
ada hewan yang mempunyai alat pernafasan khusus tetapi juga memasukkan oksigen melalui
permukaan tubuh, misalnya katak. Permukaan alat pernafasan pada hewan tentunya ada yang
melekuk keluar atau mengalami evaginasi, misalnya insang. Alat pernafasan seperti itu
kebanyakan dimiliki hewan air.Meskipun insang ikan terletak dirongga mulut, tidak berarti insang
merupakan pelekukan permukaan ke arah dalam.Paru-paru pada hewan yang hidup di darat
merupakan pelekukan ke dalam dari permukaan tubuh. Alat pernafasan yang terbentuk dalam
proses ini disebut paru-paru. Paru-paru yang sederhana terdapat pada siput tanah.Paru-paru yang
kompleks terdapat pada vertebrata tingkat tinggi.
2. Sistem sirkulasi
Hewan yang tubuhnya besar tidak mungkin mengangkut zat-zat yang ada dalam tubuhnya
dengan cara difusi, karena memerlukan waktu lama. Hewan-hewan itu memerlukan sirkulasi untuk
mengangkat gas, zat makanan, sisa makanan dan zat-zat lain dari satu bagian tubuh ke bagian
tubuh yang lain. Pengangkutan zat di dalam system sirkulasi menggunakan cairan yang disebut
darah.
Mengalirnya darah di saluran pengangkut memerlukan alat khusus berupa pompa. Pompa
darah ada yang berupa peristaltic dan pompa yang berbentuk kantong. Pompa peristaltic terdapat
pada hewan-hewan avertebrata, dan karena berbentuk pembuluh sering pompa itu disebut jantung
pembuluh. Jantung pembuluh itu bergerak secara peristaltic. Gerakan mengkerut (kontraksi)
menekan darah keluar dari jantung pembuluh, dan gerakan mengendor (relaksasi) menyebabkan
12
darah dari arah lain masuk ke dalam jantung. Jantung kantong (misalnya: jantung manusia)
mempunyai dinding yang tersusun oleh jaringan otot. Kontraksi otot jangtung menyebebkan
jantung mengkerut untuk memompa darah keluar dari jantung. Pembuluh darah hewan-hewan
yang berjantung kantong memiliki kelep, sehingga darah tidak dapat berbalik arah jika tekanan
jantung menjadi kecil. Jantung kantong dimiliki oleh vertebrata.
a. Pengambilan Makanan
Makanan harus dihancurkan dulu sebelum dicerna atau ditelan secara enzimatik. Belalan
memotong dan mengunyah makanan dengan maksila dan mandibula. Ketam darat parathelphusa
bogorensi mencabik makanan yang berupa daging hewan sebelum dimasukan kedalam mulut.
Daging yang ditemukan dipegang dengan “gigi” kemudian ditarik kaki sapit sampai putus.
Serpihan daging yan tertiggal di gigi ditelan. Hewan-hewan mamalia kebanyaka mempunyai gigi
yang dapat digunakan untuk memotong. Mencabik, dan mengunyah makanan. Makanan yang
berukuran sangat besar dipotong denan gigi seri atau dicabik dengan gigi taring, setelah menjadi
kecil-kecil dimasukan kedalam mulut dikunyah sebelum ditelan.
Beberapa spesies hewan vertebrata yang tidak mempunyai gigi menelan seluruh makanan
yang di dapatkan, tanpa di potong atau dikunya lebih dulu. Misalnya ikan, amfibi, reptile dan
burung. Hewan-hewan itu mempunyai cara tertentu untuk menghancurkan makanan. Makanan itu
dicerna sedikit demi sedikit di dalam saluran pencernaan makanan, sehingga dapat digunakan
lama.
4. Temperatur
Adaptasi fisiologis hewan terhadap temperature lingkungan meliputi tiga hal: 1) adaptasi
untuk hidup di lingkungan temperature rendah, 2) adaptasi untuk hidup di lingkungan temperature
tingkat tinggi 3) adaptasi untuk mengatasi perubahan temperature tubuh sebagai akibat perubahan
temperature lingkungan.
13
Berdasarkan responya terhadap perubahan temperature lingkungan, hewan dikelompokan
menjadi hewan homoitermi dan poikilotermi. Hewan homoitermi bersifat homoitermik adalah
mamalia dan burung. Hewan poikilotermi adalah hewan yang temperature tubuhnya berubah-ubah
jika temperature lingkungan berubah. Hewan yang bersifat poikilotermik adalah reptile, amfibi,
iakan, dan hewan-hewan avertebrata sebagai contoh: temperature tubuh ikan sama dengan
temperature air dimana ikan itu berenang, dan temperature.
Ketahanan hewan untuk hidup dalam rentangan suhu lingkungan seperti yang di ebutkan
di atas berbeda-beda. Ada hewan yang mempunyai toleransi lebar terhadap perubahan suhu
lingkungan (euritermal) dan ada yang bertolerani sempit (stenotermal). Diantara hewan yang
bertoleransi sempit ada yang hanya tahan hidup pada suhu rendah, sementara yang lain bertahan
hidup pada temperatur tinggi.
g.Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah respon-respon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam
bentuk perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya muncul dalam bentuk gerakan
untuk menanggapi ransangan yang mengenai dirinya. Ransangan itu dapat berasal dari lingkungan
luar dan dalam tubuhnya sendiri.
1. Hibernasi
Hibernasi adalah tingkah laku hewan untuk mengurangi metabolisme tubuh pada musim
dingin. Tingkah laku ini kebanyakan dimiliki oleh hewan-hewan yang hidup di daerah beriklim
dingin. Aspek tingkahlaku hibernasi adalah perubahan intensitas gerakan dari gerakan aktif untuk
mencari makan menjadi tidak aktif atau istrahat (dormansi). Salah satu hewan yang melakukan
hibernasi adalah beruang kutub. Pada musim dingin beruang kutub pada umumnya pergi ketempat-
tempat yang terlindung, misalnya goa untuk berlindung dari serangan cuaca dingin.beruang itu
berada di dalam goa selama musim dingin, dan tidak melakukan kegiatan apapun. Tingkah laku
“bertapa” itu dilakukan untuk menghemat energi tubuh yang diperlukan untuk termoregulasi atau
mempertahankan suhu tubuh. Penghematan suhu tubuh itu perlu dilakukan agar ada kesimbangan
antara energi yang tersimpan di dalam tubuh dengan pengeluaran untuk respirasi dalam rangka
menahan penurunan temperatur tubuh. Jika pada musim dingin itu hewan harus aktif untuk
mencari makan, selain udara diluar sangat dingin, makanan yang dicari juga tidak mudah
ditemukan. Dalam keadaan itu energi yang diperlukan sangat tidak seimbang denga energi yang
14
diperoleh. Sebaliknya pada musim panas hewan-hewan di daerah dingin mencari makan sebanyak-
banyaknya sebagai cadangan makanan di musim dingin..
2.Diurnal dan Nokturnal
Kebanyakan hewan aktif pada siang hari, dan sebagian kecil ada yang aktif pada malam
hari. Hewan yang aktif pada siang hari dinamakan diurnal, dan yang aktif pada malam hari disebut
nokturnal. Hewan-hewan yang bersifat nokturnal antara lain burung hantu. Burung hantu
melakukan aktivitas mencari makan dan aktivitas lainnya hanya pada malam hari. Salah satu
keistimewaan dari burung hantu adalah ketajaman mata, yang terlihat pada intensitas cahaya yang
sangat rendah. Hewan-hewan dari kelompok mamalia yang bersifat nokturnal antara lain kukang
(Primata), musang, dan kelelawar. Kalau hewan-hewan lain seperti burung hantu, kukang dan
musang mempunyai mata yang tajam, hewan-hewan yang segolongan dengan kelelawar
mempunyai mata yang tidak terlalu tajam, bahkan dapat dikatakan buta. Namun kelelawar
mempunyai alat yang bersifat radar yang terdapat pada sayap. Radar itu dapat menangkap getaran
benda-benda yang ada di depannya dan getaran itu dikirim ketelinga untuk dianalisis, sehingga
kelelawar dapat mengetahui adanya benda-benda yang ada disekitarnya. Untuk komunikasi
dengan sesama jenisnya, kelelawar selalu bersuara.
3.Ototomi
Ototomi adalah tingkah laku memutus bagian-bagian tubuh. Ketam darat memutuskan
kakinya jika kakinya berada dalam bahaya, misalnya dipatuk oleh burung bangau. Cecak
memutuskan ekornya (ototomi) jika diserang oleh hewan lain. Ekor cecak yang terputus dapat
tumbuh kembali. Tumbuhnya kembali bagian tubuh yang telah putus, seperti pada ekor cecak itu
disebut regenerasi. Hewan lain yang mempunyai kemampuan ototomi dan regenarasi adalah
planaria.
4.Tingkah laku insting
Gerakan insting adalah gerakan-gerakan yang tidak memerlukan pengalaman khusus.
Gerakan itu pada umumnya bersifat bawaan, dan pola gerakannya sama pada semua individu
dalam satu spesies.
1. Anak bebek baru menetas mengikuti hewan apa yang dijumpai pertama kali.
2. Burung Robin menyerang benda-benda yang berbentuk burung. Tingkah laku seperti itu di
sebut tingkah laku stereotip, artinya hewan berekasi terhadap cirri-ciri khusus organism lain
atau lingkungannya.
15
3. Burung camar haring yang diberi dua macam rangsangan berupa benda berbentuk telur dan
benda berwarna merah akan mengambil benda berwarna merah dan tubuhnya mengambil
posisi duduk mengerami benda berbentuk telur. Tingkah laku seperti ini dikenal dengan
tingkah laku ambivalen, artinya tingkahlaku yang memunculkan dua macam stimulus yang
berbeda.
16
yang mengenai hewan dalam satu waktu lebih satu macam. Dengan kemampuan deskriminasi
hewan dapat menentukan rangsangan mana yang perlu direspons lebih dulu, dan ransangan mana
yang tidak perlu direspons atau direspons kemudian.Dalam aspek arah, hewan dapat menentukan
asal ransangan yang mengenai dirinya. Aspek jarak menentuka kekuatan ransangan, misalnya
seekor kijang mendengar auman harimau, dengan mengadahkan kepalanya kijang tersebut dapat
memperkirakan arah dabn jarak harimau terhadap dirinya, sehingga dapapat mempersiapkan diri
untuk menghindari datangnya harimau tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1.Ekologi vertebrata merupakan bagian dari ekologi hewan,
sasaran pengamatan adalah individu atau beberapa kelompok hewan baik spesies
, populasi mapun komunitas
2Miller memberi gambaran batas wilayah kerja ekologi sebagai suatumodel yang berdasarkan atas
anggapan bahwa seluruh alam semesta merupakansuatu ekosistem tersusun dari kelompok-
kelompok komponan yang berkaitan satusama lain. Masing-masing kelompok merupakan suatu
kesatuan dengan kelompok lainnya.
3.Ada 2 golongan factorlingkungan yaiotu faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik adalah
faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi
ekosistem adalah a.Suhub.Sinar mataharic.Aird.Tanahe.Ketinggianf.Anging.Garis lintang
4.Respon dan Adaptasi Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap
kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan reseptor dan
efektor serta koordinasi saraf dan hormon.
5.Tinbergen (1969) menjelaskan bahwa tingkah laku adalah reaksi terhadap keadaan tertentu yang
faktor penyebabnya dapat berasal dari luar dan dari dalam tubuh. Faktor dari dalam tubuh
dinyatakan sebagai faktor motivasional yang menetukan arah intensitas dari penampilan tingkah
laku.
3.2.Saran
17
Demikian yang dapat kami sampaikan yakni materi tentang “Ekologi Vertebrata” Kurang lebihnya
kami mohon maaf, kesalahan berasal dari kami manusia dan kebenaran hanya semata berasal dari
Tuhan Yang Maha Kuasa . Bila terdapat kritik ataupun saran kami bersedia menerimanya. Semoga
bermanfaat bagi para pembaca terutama kami para penulis. Sekian penutup dari kami terimakasih
atas perhatiannya.
Daftar Pustaka
18