KELOMPOK 9:
AZMUL FAUZY NUR (H0411910
FAUSIA (H041191065)
MUSDALIFAH (H0411910
Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan.
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Maka dari itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Denyut
saraf juga mengatur aliran darah, dan konsentrasi osmotik darah. Sistem
koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar
dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima
sistem saraf, dan efektor. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja
seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor, sistem saraf, dan efektor. Reseptor
atau disebut juga penerima merupakan suatu struktur yang mampu mendeteksi
rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Organ indra kita
teruskan melalui serabut saraf sebagai impuls saraf. Sedangkan efektor merupakan
struktur yang melaksanakan aksi sebagai jawaban terhadap impuls yang datang
padanya. Efektor yang penting pada hewan adalah otot dan kelenjar.
Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mengetahui bagaimana efektor
1.3 Tujuan
terhadap stimulus dari lingkungan luar adalah melalui sistem yang melibatkan
khusus yang terdiri dari sel atau kumpulan sel. Kumpulan sel atau organ penghasil
tanggapan ini disebut dengan organ efektor. Tanggapan yang dihasilkan oleh
efektor sangat bervariasi mulai dari tanggapan yang dapat jelas dilihat mata,
seperti gerakan tubuh yang dihasilkan jaringan otot, sampai kepada gerakan yang
tidak bisa dilihat mata seperti perubahan beberapa aspek metabolisme akibat kerja
hormon. Contoh organ efektor adalah otot, silia, flagela, pseudopodia, organ
ini disebut juga otot rangka karena melekat pada rangka atau kulit, dan
dilihat secara keseluruhan, otot bergaris pada seluruh tubuh ikan terdiri dari
kumpulan blok otot atau urat daging. Tiap-tiap blok otot dinamakan myotome
(pada saat embrio disebut myomer). Pada urat daging yang menempel pada
tubuh ikan sebelah kiri dan kanan, dari belakang kepalan sampai ke batang
ekor myotome tersusun menurut pola tertentu yang bias dibedakan menjadi
dua tipe yaitu Cyclostomine yang ditemukan pada kelompok agnatha dan
indera ikan seperti kulit, mata dan hidung. Informasi berasal dari lingkungan
bertengger di permukaan daun hijau, warna katak pohon berubah menjadi hijau.
melindungi katak dari musuh. Berkat penyamaran warna pula, mangsa katak
pohon tak menyadari kehadiran katak sehingga tak sempat menghindar sewaktu
katak pohon menyergap.Suhu panas dan suhu dingin juga mendorong katak pohon
berubah warna. Jika udara panas,katak pohon akan segera mencari tempat yang
cerah.
Akibatnya, warna kulit katak pohon punmenjadi cerah. Karna cerah ini
jika udara dingin dan basah, kulit katak berubah menjadi gelap agar bisamenyerap
panas.Katak pohon dapat mengubah warna kulitnya karena memiliki sel penghasil
terdiri atas xantofor yang berisi Zat warna kuning dan merah, iridofor yang berisi
keping-darah kristal, dan melanofor yang berisi Zat warna hitam dan cokelat.
ottak kataklah yang mengatur semua perubahan warna kulit agar sesuai situasi dan
kondisi.
A. OTOT
Tubuh katak mengandung tiga macam otot, yaitu berserat halus (otot
polos), otot jantung, dan otot berserat melintang (otot lurik). Perbedaan ini
serat ¨C serat yang satu sama lain digabung oleh jaringan ikat. Kedua ujung
biasanya melekat pada tulang yang berlainan. Bagian central yang pasif
disebut origin sedang bagian distal yang merupakan bagian yang aktif
jaringan ikat sehingga dapat membungkus sebelah ujung tulang yang disebut
tendon.
Otot daging yang dipengaruhi oleh saraf (Otot lurik) dibagi atas 3 bentuk
struktur umum :
A. Otot daging yang melebar dan pipih misalnya m. obliqus externus dan
biceps
sama dengan beberapa kontraksi. Koordinasi dalam hal ini ddilakukan oleh
system saraf. Tiap ¨C tiap serat atau berkas otot mempunyai akhir ujung saraf
B. KELENJAR
dari musuh. Kelenjar mukus dan granular atau kelenjar racun dikelompokkan
selnya sendiri secara alami. Akan tetapi ada juga beberapa amfibi yang
di ibu jari pada katak dan kodok dan terkadang juga ditemukan di bagian
selama musim kawin, bahkan pada salmander terdapat tubular pada dagu
musim reproduksi.
organ vissera, berat badan, dan juga untuk memungkinkan beberapa jenis gerakan.
Begitu juga dengan otot-otot respirasi telah teradaptasi untuk kehidupan di darat
dan berkembang dengan baik. Reptilia memiliki sistem otot daging yang lebih
kompleks bila dibandingkan dengan amfibia, karena otot daging harus
mendukung tubuh di daratan yang bersifat lebih berat dari pada di dalam air.
Selain itu juga untuk gerakan-gerakan yang sifatnya harus cepat (Jasin, 1984:
273). Kadal dan buaya memiliki kekuatan pada rahang karena didukung oleh otot
adduktor pada rahang. Otot ini muncul dari fossa temporal dan menyisip pada
sudut kanan untuk membuka rahang. Otot-otot adduktor memanjang dari daerah
temporal menuju rahang bawah. Otot adduktor yang utama adalah otot
penampakan yang gemuk pada rahang kadal jantan. Otot depresor mandibula
berperan membuka rahang, muncul dari bagian belakang tengkorak dan menyisip
pada prosesus retroartikular dari mandibula, otot ini lebih lemah dibandingkan
otot-otot lain yang juga berperan menutup rahang (Faisal, 2012). Otot aksial (otot
pada mamal.
Otot reptil terutama untuk gerakan lateral tubuh dan menggerakkan ruas-
ruas tulang belakang. Hal ini bisa diamati terutama pada bangsa ular sebab
jaringan otot lengan sudah menghilang. Otot rangka pada kura-kura dan
kerabatnya sangat berkurang kecuali pada daerah leher akibat adanya karapaks
dan plastron. Dermal atau otot kulit berkembang baik pada reptil, dan
perkembangan yang sangat baik terjadi pada ular. Jaringan otot tungkai pada reptil
epaksial berada pada permukaan dorsal, sementara otot hipaksial berada pada
kehilangan sifat metamerisme dan tersusun dalam berkas serabut otot. Disamping
fungsinya yang memungkinkan gerakan dari satu sisi ke sisi yang lain pada
kolumna vertebra, otot-otot epaksial juga melakukan fungsi yang lain yaitu
Terdapat 20 otot yang berbeda pada masing-masing sisi dari setiap ruas
yang lain, antara vertebra dengan tulang rusuk, dan antara tulang rusuk dan
vertebra dengan kulit, serta membantu membentuk dan mengontrol lekukan tubuh.
Otot-otot pada dinding abdominal tidak mengalami segmentasi dan memiliki tiga
lapisan, yaitu eksternal oblique, internal oblique, dan abdominal transversal. Otot-
otot hipaksial pada dinding tubuh bagian dada dikenal sebagai otot-otot interkosta,
Otot-otot pada tungkai, gelang bahu, dan gelang pinggul terdiri dari otototot
belakang dengan tetap mempertahankan dalam posisi horizontal pada sudut yang
tepat, sehingga tubuh tetap berada diatas substrat. Otot-otot segmental berperan
menempel pada rangka hioid. Otot-otot pada sisa lengkung berhubungan dengan
faring dan laring. Otot-otot integumen ekstrinsik menyisip pada permukaan bawah
dermis dan memungkinkan gerakan bebas bagi kulit (Faisal, 2012). Otot-otot pada
lengkung faringeal yang pertama berlanjut untuk menggerakkan rahang dan otot-
otot pada lengkung faringeal yang kedua menempel pada rangka hioid. Otot-otot
pada sisa lengkung berhubungan dengan faring dan laring. Otot-otot integumen
perut.
PENUTUP
Kesimpulan
pisces, amfibi, maupun reptil terbagi atas dua yakni otot dan kelenjar. Otot pada
Pisces dibedakan menjadi urat daging licin, urat daging jantung dan urat daging
bergaris. Sedangkan kelenjarnya yang paling berperan adalah GnRH dalam proses
Reptil, efektor yang paling berperan adalah otot, di mana otot pada reptil memiliki
Campbel, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A.,
Minorsky, P. V., Jackson, R. B. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Lestariningrum, A., 2020, Efektor, Jurnal Ilmiah, 7(2): 1-5.
Nessa, M., 1985, Mekanisme dan Daya Renang Ikan, Oseana, 10(1): 31-38.