Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSEP DASAR EKOLOGI TUMBUHAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Lanjut yang dibimbing


oleh Dr. Dewi W.K Baderan, M.Si

Oleh :
Putu Arisna Damayanty
NIM. 705517003

PENDIDIKAN BIOLOGI
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta hidayahNya sehingga penulisan makalah yang berjudul
“Konsep Dasar Ekologi Tumbuhan”, yang mana makalah ini disusun bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Lanjut yang dibimbing oleh Dr Dr.
Dewi W.K Baderan, M.Si, dalam menempuh pendidikan di Universitas Negeri
Gorontalo telah selesai.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyajian data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca.
Demikian makalah ini disusun, mohon maaf apabila ada kata-kata yang
kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan dalam penulisan.

Gorontalo, 28 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2

1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ekologi Tumbuhan......................................................................... 3

2.2 Kajian Ekologi Tumbuhan........................................................................... 4

2.3 Faktor Lingkungan dalam Ekologi Tumbuhan............................................ 6

2.4 Pesebaran Tumbuhan................................................................................... 13

2.5 Manfaat Aspek Terapan Ekologi Tumbuhan............................................... 15

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 18

3.2 Saran............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekologi tumbuhan sebagai salah satu cabang ilmu ekologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari secara spesifik interaksi tumbuhan dengan
lingkungan hidupnya, yang berhubungan dengan berbagai proses dan fenomena
alam. Misalnya, bagaimana tumbuhan untuk hidupnya memerlukan sinar
matahari, air, oksigen, tanah atau lahan sebagai tempat tumbuh atau habitatnya.
Bagaimana peranan energi dan nutrisi untuk proses metabolisme tubuh, tumbuhan
dalam ekosistem sebagai komponen produsen menjadi sumber pakan dan sumber
energi untuk makhluk hidup lainnya yang diperoleh melalui rangkaian rantai dan
jarring-jaring makanan, dan proses dekomposisi oleh mikrobiota. Dalam ekologi
tumbuhan juga dijelaskan bagaimana perkembangan kehidupan tumbuhan melalui
masa reproduksi, perkecambahan, pertumbuhan dan masa dewasa, tua dan mati.
Kelompok atau komunitas tumbuhan tertentu hilang atau musnah, kemudian akan
muncul, tumbuh dan berkembang kembali melalui serangkaian proses suksesi.
Proses kehidupan akan berlangsung terus menerus secara berkesinambungan
mengikuti hukum alam. Elton pada tahun 1927, menyatakan bahwa ekologi
tumbuhan yang mulai berkembang sejak akhir abad ke 19 pada dasarnya adalah
ilmu pengetahuan tentang sejarah alam.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan ekologi tumbuhan?
2. Apa saja kajian ekologi tumbuhan?
3. Bagaimana pengaruh lingkungan dalam ekologi tumbuhan?
4. Bagaimana pesebaran tumbuhan?
5. Apa manfaat aspek terapan ekologi tumbuhan?

1
1.3 Tujuan
Pembahasan yang akan dikaji dalam makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui dan memahami tentang ekologi tumbuhan.
2. Mengetahui dan memahami ekologi tumbuhan.
3. Mengetahui dan memahami pengaruh lingkungan dalam ekologi
tumbuhan.
4. Mengetahui dan memahami pesebaran tumbuhan.
5. Mengetahui dan memahami manfaat aspek terapan ekologi tumbuhan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ekologi Tumbuhan


Ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan
lingkungannya. Istilah ini pertama kali dikemukakan Reiter pada tahun 1865. Kata
ini merupakan fokus mendasar dari ekologi yang membedakannya dari ilmu-ilmu
biologi lainnya (Siahaan, 2004:20). Setelah itu, ekologi kemudian dikenal sebagai
ilmu ekologi.
Istilah ilmu ekologi kemudian digunakan oleh Ernest Haeckel, seorang
ahli ilmu biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Kata ekologi atau
bahasa Jerman “Oekologie“ berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti
rumah atau tempat tinggal atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti
ilmu, telaah, studi, atau kajian (Indriyanto, 2006:2). Hubungan makhuk hidup
dalam lingkungan atau habitatnya akan menimbulkan interaksi antara keduanya.
Ekologi adalah ilmu mengenai interaksi atau hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Sedangkan ekologi tumbuhan adalah ilmu
yang secara spesifik mempelajari interaksi tumbuhan dengan lingkungannya.
Kajian pokok ekologi tumbuhan ini adalah melihat pengaruh tumbuhan terhadap
lingkungan dan juga pengaruh lingkungan terhadap perkembangan tumbuhan
tersebut.
Sedangkan ekologi tanaman mengandung dua pengertian, yaitu ekologi
sebagai ilmu dan tanaman sebagai objek. Ekologi merupakan ilmu tentang
mahkluk hidup dalam tempat hidupnya. Sedangkan, tanaman mengandung arti
tumbuhan yang telah dibudidayakan untuk maksud tertentu, sehingga hasilnya
dijadikan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomis.
Secara etimologis ekologi tanaman berarti ilmu tentang tanaman dirumah
(lingkungannya) sendiri. Dengan demikian ekologi tanaman dapat diberi batasan,
yaitu ilmu yang membicarakan tentang spektrum hubungan timbal balik yang
terdapat antara tanaman dan lingkungnnya serta antara kelompok-kelompok
tanaman (Jumin, 1992:2)

3
Pada dasarnya makhluk hidup tidak dapat hidup sendiri, terasing dari
makhluk hidup lainnya. Misalnya tumbuhan sebagai makhluk hidup yang tumbuh
didalam lingkungan, habitat atau suatu ekosistem tertentu, keberadaannya
merupakan bagian dari lingkungan hidupnya sendiri. Tumbuhan tersebut
berinteraksi satu sama lain dengan habitat dan lingkungannya maupun dengan
makhluk hidup lainnya. Interaksi dengan lingkungan dapat terjadi dengan tanah,
air, iklim, cahaya matahari, kelembaban atau suhu udara, pH tanah, unsur hara dan
mineral, dan sebagainya. Interaksi tersebut kemudian akan membentuk bermacam
sistem ekologi yang berbeda-beda sehingga menciptakan keanekaragaman
ekosistem.

2.2 Kajian Ekologi Tumbuhan


Secara taksonomi sesuai dengan sistematika makhluk hidup, disiplin ilmu
ekologi dapat dikelompokan menjadi bidang kajian ekologi tumbuhan, ekologi
hewan, atau ekologi mikroba (jasad renik). Di dalam ekologi tumbuhan ada dua
bidang kajian, yaitu:
a. Autekologi, yaitu kajian ekologi yang hanya mempelajari satu jenis
makhluk hidup atau populasi saja, yang berinteraksi sesama jenis dan
lingkungannya. terutama dalam hubungannya dengan sejarah kehidupannya
atau “Fenologinya“ dan dinamakan ekologi populasi. Contoh autekologi
misalnya mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan
adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan
antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya, maka itu termasuk
autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan adaptasi pohon
merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya.
b. Sinekologi, sering disebut dengan ekologi komunitas, yaitu kajian ekologi
yang mempelajari komunitas makhluk hidup sebagai suatu kesatuan yang
saling berinteraksi antara berbagai jenis makhluk hidup dengan lingkungan
disekitarnya. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies
tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari
pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa,
atau di taman nasional, dan lain sebagainya.

4
Sinekologi mempelajari organisme yang merupakan satu kesatuan,
sedangkan autokeologi merupakan kajian tentang individu organisme atau
individu spesies, menyangkut riwayat hidup dan kelakuannya, dalam arti
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ekologi tumbuhan merupakan suatu
penelaahan tentang berbagai aspek ekologi dari tumbuhan pada tingkat komunitas
tumbuhan (vegetasi/flora) secara keseluruhan atau hanya menelaah populasi
tumbuhan (species) secara khusus saja, baik pada lingkungan darat (terestris)
maupun lingkungan perairan (akuatik).
Autekologi, falsafah yang mendasarinya adalah dengan memandang
tumbuhan sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya.
Tumbuhan adalah alat pengukur bagi keadaan lingkungan hidup tempat ia
tumbuh. Dalam hal ini paling sedikit yang dimaksud dengan alam lingkungannya
adalah iklim dan tanah. Dari kajian ini lahir bidang kajian yang menilai bahwa
tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indikator lingkungan hidup. Bidang
kajian ini dikenal dengan ekologi fisiologi.
Autekologi memperhatikan kondisi dan tanggapan individu spesies
tanaman dalam habitat mereka. Selama evolusi, tumbuhan telah menempati setiap
habitat terestrial dengan kondisi mulai dari iklim tropis, es abadi, padang rumput,
padang gurun dan tempat dengan salinitas tinggi dimana kandungan nutrisinya
yang sangat rendah. Kondisi lingkungan yang berbeda ini mengharuskan tanaman
untuk beradaptasi.
Subyek dari autekologi adalah hasil dari proses tersebut, yaitu untuk
menemukan ciri yang memungkinkan individu tanaman untuk berkembang di
bawah kondisi tertentu. Tanggapan yang mungkin terhadap lingkungan adalah
reaksi biokimia sampai dengan perubahan morfologi. Tanaman terdiri dari
berbagai macam bentuk, dari tumbuhan raksasa yang berusia ratusan tahun di
hutan hujan tropis dengan siklus hidup yang dimulai dari perkecambahan untuk
pembentukan biji dalam hitungan abad, sampai pada spesies tahunan di daerah
kering yang membentuk biji hanya dalam waktu beberapa hari. Ciri yang dimilki
oleh tanaman untuk menanggapi keadaan lingkungan adalah pada struktur dan
fisiologi. Jadi autekologi adalah keseluruhan ekologi tanaman, memperhatikan

5
reaksi pada tingkatan organ individu (misalnya, tunas, ukuran daun, kedalaman
akar) atau hubungan antar organ (misalnya, penyebaran materi antara pucuk dan
akar, regulasi dari koordinasi akar dan pucuk). Ekologi individu tanaman
menyajikan hubungan antara stres fisiologi dengan kondisi lingkungan.
Sinekologi adalah tingkatan lebih besar dalam ekologi tanaman, perluasan
populasi berdasarkan perbanyakan dan persebaran. Sinekologi tidak melihat
individu sevara sendiri, melainkan perilaku populasi baik secara spasial maupun
temporal, terdiri dari pertumbuhan populasi, homeostasis. Umumnya, vegetasi
alami terdiri dari keanekaragaman spesies yang memanfaatkan sumberdaya yang
ada. Dalam sinekologi, spektrum yang luas dari respon di tingkat selular dan
seluruh tanaman tergantikan oleh keanekaragaman yang besar pada spesies
(350.000 spesies tanaman vaskular) yang menentukan komposisi proporsi yang
berbeda pada vegetasi permukaan bumi. Beberapa hal yang menjadi pokok
bahasan dalam sinekologi yaitu, interaksi antara tanaman dan lingkungannya,
interaksi antara tanaman dengan hewan, dan interaksi antar tanaman.

2.3 Faktor Lingkungan dalam Ekologi Tumbuhan


Awal kajian tentang peranan factor lingkungan terhadap masyarakat
tumbuhan dikemukanan pertama kali oleh Alexander Von Humblod pada tahun
1805, yang menyatakan bahwa masyarakat tumbuh-tumbuhan dan distribusinya
berhubungan dengan kondisi habitat, dan lingkungan fisiknya. Penelitian tersebut
didasari oleh pengetahuan tentang penyebaran dan geografi tumbuh-tumbuhan
yang berhubungan erat dengan tempat tumbuh dan kehidupannya. Berbagai cara
diakukan oleh para ahli ekologi dalam pembagian komponen lingkungan ini, salah satunya
adalah pembagian komponen lingkungan ini, seperti:
a. Faktor iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu, ketersediaan air, dan
angin.
b. Faktor tanah, merupakan karakteristik dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi tanah,
kadar air tanah, dan kondisi fisik tanah.
c. Faktor topografi, meliputi pengaruh dari bentuk tanah antara lain seperti sudut ke-
miringan lahan dan ketinggian tempat dari permukaan laut.

6
d. Faktor biotik, merupakan gambaran dari semua interaksi dari organisme hidup seperti
kompetisi, peneduhan dan lain-lain.
Lingkungan merupakan kompleks dari berbagai faktor yang saling
berinteraksi satu sama lainnya, dengan demikian secara operasional sulit untuk
memisahkan satu faktor dengan faktor terhadap faktor-faktor yang lainnya tanpa
mempengaruhi kondisi seluruhnya. Berikut penjelasan mengenai pentingnya faktor lingkungan
terhadap tumbuhan.
1. Cahaya
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi
utama bagi ekosistem, struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan oleh
radiasi matahari yang sampai di sistem ekologi tersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat
pula menjadi faktor pembatas, menghancurkan sistem jaringan tertentu. Ada tiga aspek penting
yang perlu dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu :
a) Kualitas Cahaya
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan pan-jang
gelombang 0,39 - 7,60 mikron. Ultraviolet dan infrared tidak dimanfaat-kan dalam pro-
ses fotosintesis. Klorofil yang berwarna hijau mengabsorbsi cahaya merah dan biru,
dengan demikian panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spektrum
cahaya yang bermanfaat bagi fotosintesis. Di ekosistem daratan kualitas cahaya tidak
mempunyai variasi yang berarti untuk mempengaruhi fotosintesis, kecuali bila kanopi
vegetasi menyerap sejumlah cahaya, maka cahaya yang sampai di dasar akan jauh ber-
beda dengan cahaya yang sampai di kanopi, sehingga terjadi pengurangan cahaya
merah dan biru. Dengan demikian tumbuhan yang hidup di bawah naungan kanopi
harus teradaptasi dengan kondisi cahaya yang rendah energinya. Dalam ekosistem
perairan cahaya merah dan biru di serap fitoplankton yang hidup di permukaan,
sehingga cahaya hijau akan di penetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sulit untuk di
serap oleh fitoplankton. Ganggang merah de-ngan pigmen
tambahan phycoerythrin atau pigmen merah coklat mampu mengabsorbsi cahaya
hijau ini untuk fotosintesisnya, dengan demikian gang-gang merah ini mampu hidup
pada kedalaman laut.

7
b) Cahaya optimal bagi tumbuhan
Proses pertumbuhan dari tumbuhan hasil fotosintesis yang melebihi
kebutuhan respirasi. Jadi kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan ini
baru terpenuhi ini baru terpenuhi apabila cahaya melebihi titik kompensasinya.
Umumnya tumbuhan intesitas cahaya optimum untuk fotosin-tesis haruslah lebih kecil
dari intesitas cahaya matahari penuh apabila ditinjau dari sudut kebutuhan daun secara
individual. Meskipun demikian bila suatu tumbuhan besar hidup pada cahaya yang
penuh sebagian besar dari dedaunannya tidak dapat menerima cukup cahaya matahari
untuk fotosintesis secara maksimal akibat tertutup dedaunan dipermukaan kanopinya.
Cahaya matahari penuh akan menguntungkan bagi daun di bawah kanopi untuk
mencapai efektifitas fotosintesis secara total bagi tumbuhan untuk mengim-bangi
kekurangan dari daun-daun yang berada dalam cahaya supraoptimal. Intensitas cahaya
optimum bagi tumbuhan yang hidup dihabitat alami janganlah diartikan betul-betul
cahaya optimal untuk fotosintesis. Pada umumnya cahaya matahari itu terlalu kuat atau
terlalu lemah bagi organ-organ fotositesis unuk difotosintesis. Optimum haruslah
diartikan bahwa kombinasi dari faktor-faktor lingkungan lainnya (konsep holosinotik),
akan memberikan pengaruh bersih dari kondisi cahaya dalam suatu periode tertentu
lebih baik untuk proses fotosintesis di bandingkan dengan keadaan lainnya.
c) Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya yang ter-
penting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama
dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial
maupun dalam waktu/temporal. Intensitas cahaya yang tersebar terjadi didaerah
tropika, terutama daerah kering (zona arid), sedikit cahaya direfleksikan oleh awan. Di
daerah garis lintang rendah cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk
sudut yang besar dengan permukaan bumi, sehingga lapisan atmosfer yang tertembus
berada dalam ketebalan minimum.
Perbedaan musim juga mempengaruhi intensitas cahaya didaerah dengan
latituda tinggi ini, intensitas pada musim panas jauh berbeda dengan intensitas pada
musim dingin. Variansi intensitas cahaya dalam skala besar akan dimodifiksikan lagi
oleh faktor topografi. Sudut dan arah kemiringgan akan sangat berpengaruh terhadap
jumlah cahaya yang sampai di permukaan bumi atau ekosistem, hal ini akan lebih

8
terasa untuk daerah-daerah di garis lintang tinggi, sehinga dapat menghasilkan
perbedaan struktur ekosistem.
d) Lamanya penyinaran
Lamanya penyinaran relatif antara siang dan malam 24 jam akan
mempengaruhi fungsi dari tumbuhan secara luas. Jawaban dari organisme hidup
tehadap lamanya siang hari dikenal dengan fotoperiodisma. Dalam pertumbuhan
jawaban/respon ini meliputi perbungaan, jatuhnya daun dalam dormansi. Di daerah
sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperioda akan konstan sepanjang
tahun, sekitar 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim
panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin. Perbedaan yang terpanjang
antara siang dan malam akan ter-jadi di daerah dengan garis lintang tinggi. Berdasarkan
respon ini, tumbuhan berbunga dapat dikelompokan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1) Tumbuhan berkala panjang, yaitu tumbuhan yang memerlukan lamanya
siang lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan. Berbagai
tumbuhan tem-perate termasuk kelompok ini, seperti macam-macam
gandum (Wheat dan Barley) dan bayam.
2) Tumbuhan berkala pendek, kelompok tumbuhan yang memerlukan lamanya
siang lebih pendek dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, dalam ke-
lompok ini termasuk tembakau dan bunga krisan.
3) Tumbuhan berhari netral, yaitu tumbuhan yang tidak memerlukan perioda
panjang hari tertentu untuk proses perbungaan, misal tomat dan dandelion.
2. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik langsung maupun tidak
langsung terhadap organisme hidup. Berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari
tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan
peran tidak langsung de-ngan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu
akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga
laju kehilangan air dari organisme hidup. Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara
mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah
menjadi energi panas ketika cahaya diabsorbsi oleh suatu substansi. Tambahan lagi suhu sering
berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi-fungsi organisme. Relatif
mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk menentukan suhu yang

9
bagai-mana yang berperan nyata, apakah keadaan minimum, maksimum atau keadaan harga
rata-ratanya yang penting.
Sangat sedikit tempat-tempat dipermukaan bumi secara terus menerus berada dalam
kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan, suhu biasanya mempunyai
variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan garis lintang,
dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi lokal berdasarkan topografi dan jarak dari laut. Terjadi
juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem perairan.
Perbedaan yang nyata antara suhu; pada permukaan kanopi hutan dengan suhu dibagian dasar
hutan akan terlihat dengan jelas.
Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air. Seperti halnya de-ngan
faktor cahaya, letak dari sumber panas (matahari), bersama-sama dengan berputarnya bumi
pada porosnya akan me-nimbulkan variasi suhu dialam tempat tumbuhhan hidup. Jumlah
panas yang diterima bumi juga berubah-ubah setiap saat tergantung pada lintasan awan,
bayangan tumbuhan setiap hari, setiap musim, setiap tahun dan gejala ekologi. Begitu matahari
terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh lebih banyak panas dibandingkan dengan
yang hilang karena radiasi panas bumi, de-ngan demikian suhu akan naik dengan cepat. Setelah
beberapa jam tercapailah suhu tertinggi setengah hari. Setelah lewat petang mulailah terjadi
penurunan suhu muka bumi ini akibat radiasi yang lebih besar dibandingkan radiasi yang
diterima. Pada malam hari penurunan suhu muka bumi akan bertambah lagi, panas yang
diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan radiasi berjalan terus, akibat ada
kemungkinan suhu permukaan bumi lebih ren-dah dari suhu disekitarnya. Proses ini akan
menimbulkan fluktuasi suhu harian, dan fluktuasi suhu yang paling tinggi akan terjadi didaerah
antara ombak, ditepi pantai.
3. Air
Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, semua organisme hidup
memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air disistem bumi kita ini adalah
terbatas dan dapat berubah-ubah akibat proses sirkulasinya. Pengeringan bumi sulit untuk terjadi
karena adanya siklus melalui hujan, aliran air, transpirasi, dan evaporasi yang berlangsung
secara terus-menerus.Bagi tumbuhan air adalah penting karena dapat langsung mem-pengaruhi
kehidupannya. Bahkan air sebagai bagian dari faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perubahan struktur dan organ tumbuhan.

10
a) Peranan air bagi tumbuhan di bawah ini :
1) Struktur Tumbuhan : air merupakan bagian terbesar pembentuk jaringan dari
semua makluk hidup ( tak terkecuali tumbuhan). Antara 40% sampai 60%
dari berat segar pohon terdiri dari air, dan bagi tumbuhan herbal jumlahnya
mungkin akan men-capai 90%. Cairan yang mengisi sel akan mampu
menjaga substansi itu untuk berada dalam keadaan yang tepat untuk ber-
fungsi metabolisme.
2) Sebagai Penunjang : tumbuhan memerlukan air untuk penunjang jaringan-
jaringan yang tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan ini mempunyai cukup
air maka sel-sel akan berada dalam keadaan kukuh. Tekanan yang
diciptakan oleh kehadiran air di dalam sel disebut tekanan turgor dan sel akan
menjadi mengembang, dan apabila jumlah air tidak memadai maka tekanan
turgor berkurang dan isi sel akan mengkerut dan terjadilah plasmolisis.
3) Alat Angkut : tumbuhan memanfaatkan air sebagai alat mengangkut materi
disekitar tubuhnya. Nutrisi masuk melalui akar dan bergerak kebagi-an
tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air. Demikian pula
karbohidrat yang dibentuk di daun diangkut ke jaringan-jaringan lainnya
yang tidak berfotosintesis dengan cara yang sama.
4. Angin
Angin merupakan pergerakan udara dan timbul akibat pemanasan yang tetap dari
udara dalam hubungannya dengan permukaan bumi, serat perputaran bumi pada porosnya.
Angin yang kuat mungkin membatasi pertumbukan tanaman dan mengakibatkan kerusakan
fisik. Bentuk yang tidak normal dari struktur tumbuhan akibat angin sering terjadi pada tempat –
tempat terbuka diperbukitan, pegunungan pada daerah gegernya dan juga dipedataran. Di
daerah garis lintang menengah dan tinggi, kombi-nasi angin dengan kebekuan akan
menyebabkan penumpukan es pada tumbuhan yang akan mengakibatkan rusak sampai
runtuhnya tumbuhan tadi. Di daerah pantai, kombinasi angin dan partikel garam akan
membatasi pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan yang tidak tahap terhadap silinitas yang
tinggi. Pengaruh angin tidak langsung pada tumbuhan. Angin mempengaruhi transpirasi
dengan bergeraknya uap air dari sekitar tumbuhan, sehingga memberikan kesempatan
terjadinya penguapan lebih lanjut. Situasi ini merupakan tekanan yang kuat bagi keseimbangan
air, meskipun jumlah air dalam tanah cukup banyak. Pertumbuhan vertical akan terbatas sesuai

11
dengan ke-mampuan mengisap dan mentransformasi air ke atas untuk mengimbangi transpirasi
yang cepat, hasilnya mungkin akan membentuk tumbuhan yang kerdil.
Angin juga dapat membantu penyerbukan pada tanaman. Tepung sari yang akan
ditiup angin akan menybar kemanamana dan tidak teratur dengan demikian penyerbukan ini
kurang efisien dan kemungkinan jatuhnya tepung sari pada stigma yang sejenis rendah
kemungkinan/peluangnya. Biasanya untuk mengimbangi hal ini, jumlah tepung sari yang
dihasilkan untuk diterbangkan angin sangat banyak. Di ala mini ternyata banyak tumbuhan
dalam proses penyerbukannya memakai angin sebagai medium, terutama Coniferae, Poales,
Ranales, Glumiferae, dan Amantiferae. Angin juga mempengaruhi transpirasi dengan
bergeraknya uap air dari sekitar tumbuhan, sehingga memberikan kesempatan terjadinya
penguapan lebih lanjut. Situasi ini merupakan tekanan yang kuat bagi keseimbangan air,
meskipun jumlah air dalam tanah cukup banyak. Pertumbuhan vertikal akan terbatas sesuai
dengan kemampuan menghisap dan mentransformasikan air ke atas untuk mengimbangi
traspirasi yang cepat, hasilnya mungkin akan membentuk tumbuhan yang kerdil.
Angin merupakan medium yang baik untuk penyebaran migrula tumbuhan, dan
merpakan proses yang efisen. Karena angin membawa migula sampai jarak yang jauh, maka
secara ekologi merupakan faktor yang penting.
5. Hujan
Penerimaan energi oleh energi radiasi matahari oleh lautan, telaga dan rawa, akan
mengerakkan dan mensirkulasi udara diatmosfir yang akan membawa serta uap air. Uap air ini
dikondensasi kemudian menjadi hujan. Bersama dengan radiasi mata-hari, suhu, kelembaban
udara, angin dan hujan membentuk kondisi di atmosfer ditempat dan waktu tertentu dan
kejadian ini disebut cuaca (weather). Cuaca dilapisan troposfer selalu berubah-ubah. Kumpulan
berbagai kondisi cuaca dalam waktu yang panjang yakni minimal 30 tahun dinamai iklim
(climate). Curah hujan dengan sifat-sifatnya sangat menentukan ragam komunitas tumbuhan di
berbagai ekosistem daratan (terrestrial).
Sirkulasi udara global akan menentukan pola dan sifat hujan tertentu, yang akan
melahirkan komunitas tumbuhan tertentu. Di khaltulistiwa curah hujan tinggi disertai dengan
suhu udara yang tinggi, akan menumbuhkan komunitas hutan hujan (tropical rainforest). Di
daerah tropik yakni antara lintang utara dan lintang selatan 30 derajat, akan tumbuh dan
berkembang hutan tropis musiman (tropical decidous florest). Daun-daun tumbuhan musiman
(decidous) akan gugur di awal musim kemarau. Daerah di sekitar lintang utara dan selatan 30

12
derajat, tempat turunnya angina kering akan ter-bentuk gurun yaitu tempat yang sangat jarang
hujan. Selanjutnya pada daerah iklim se-dang (temperate zone) dengan udara yang basah akan
menumbuhkan hutan iklim sedang musiman (temperate decidous forest). Disamping
komunitas hutan itu terdapat pula padang rumput (grassland), yakni di daerah yang kurang
hujan. Pada daerah per-temuan angina kutub dan angin di daerah iklim sedang, udara akan naik
ke lapisan yang lebih tinggi dan mengembunkan uap air yang dikandungnya. Pada daerah itu
akan tumbuh komunitas hutan cemara (Evergreen coniferius forest) yang daun-daunnya tidak
gugur dengan perubahan cuaca. Pada daerah kutub utara yakni antara lain di pulau Greenland,
Siberia (Rusia), bagian utara benua Amerika, terdapat padang rumput lumut yang dinamai
tundra. Pengelompokan sub iklim tersebut sangat berguna untuk tujuan pengembangan
tanaman budidaya pertanian dan perkebunan. Pengelompokan sub-iklim agroklimat ini erat
berhubungan dengan kelompok sub-iklim total hujan tahunan.

2.4 Persebaran Tumbuhan


Setiap negara memiliki jenis tumbuhan yang berbeda satu sama lain.
Bahkan kita mengenal istilah tumbuhan endemik yang merupakan tumbuhan asli
daerah tersebut dan kita tidak akan pernah bisa menemukannya di tempat lain.
Berikut adalah faktor-faktor yang memicu persebaran tumbuhan:
a. Faktor klimatik
Faktor klimatik adalah kondisi iklim alam tempat dimana tumbuhan
tumbuh. Faktor iklim terbagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Suhu
Suhu suatu tempat mempengaruhi pertumbuhan dan persebaran
tumbuhan di dunia. Suhu dipengaruhi oleh pancaran sinar matahari.
Tumbuhan yang hidup di negara tropis selalu mendapat sinar matahari yang
merupakan kebutuhan pokok tanaman dan suhu yang tidak ekstrim dan
cenderung stabil. Sedangkan tumbuhan di negara empat musim harus bisa
bertahan hidup dengan perbedaan suhu yang tajam. Macam jenis tumbuhan
berdasarkan kemampuan hidup pada berbagai suhu, Megaterm, tumbuhan
menyukai pada habitat panas, Mikroterm, tumbuhan menyukai habitat
yang dingin, dan Mesoterm,di antara keduanya.

13
2. Sinar matahari
Sinar matahari membantu siklus fotosintesis pada. Pengaruh yang
diberikan bergantung pada lamanya penyinaran, agihan waktu, intensitas,
dan kualitas cahaya yang diterima, namun bagi beberapa tumbuhan juga
dapat dipengaruhi oleh kedinginan dan kekeringan. Juga dalam fase
pembungaan, beberapa tumbuhan memerlukan hari yang relatif panjang
(atau sebaliknya) tanpa memperhatikan intensitas atau kualitas cahaya.
3. Angin
Angin membantu penyebaran serbuk sari dari bunga untuk menjamin
keberlangsungan hidup suatu tanaman.
b. Faktor Edafik
Faktor edafik adalah faktor tanah yang ditempati oleh tumbuhan. Tanah yang
subur akan memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor
edafik yang mempengaruhi pensebaran tumbuhan antara lain:
1. Keasaman tanah
Tingkat keasaman atau pH menentukan kesuburan tanah tersebut. Tanah
masam akan membuat tumbuhan tidak bisa berkembang. Tanah yang subur
memiliki zat hara yang tinggi. Kesuburan suatu tanaman ditentukan oleh
kemampuannya menyerap zat hara yang terkandung di dalam tanah. Jika tingkat
pH terlalu rendah atau tinggi akan berakibat buruk bagi pertumbuhan tanaman.
Tanah terbaik bagi tumbuh-tumbuhan adalah tanah dengan tingkat pH yang
netral.
2. Tekstur tanah
Tekstur tanah yang baik bagi tumbuhan adalah yang memiliki komposisi
tanah lempung, pasir, dan debu yang seimbang. Jika tanah terlalu kasar akan
membuat tumbuhan sulit untuk tumbuh. Sebagai contoh adalah ekosistem gurun.
Tanah di gurun terdiri dari pasir yang sangat kering. Tanahnya gersang dan hanya
terdapat beberapa jenis tumbuhan yang dapat bertahan hidup di gurun.
Pachypodium adalah tanaman khas padang pasir yang berasal dari Benua Afrika.
Tanaman ini tumbuh di tempat kering sehingga ia mampu menyimpan air
(tanaman sukulen). Batangnya lunak dan tidak memiliki kayu, cadangan makanan
disimpan di bonggol yang terletak di pangkal batang.

14
3. Kandungan air tanah
Tumbuhan menggunakan akarnya untuk menyerap air di dalam tanah.
Air tanah membantu tanaman menyerap mineral yang diperlukan bagi
keberlangsungan hidupnya.
4. Struktur tanah
Struktur tanah adalah komposisi material yang membentuk tanah.
Porositas adalah tingkat kemampuan tanah untuk membuat air mengalir
diantaranya. Sedangkan permeabilitas adalah besar pori-pori diantara komposisi
tanah. Kedua faktor tersebut memainkan peran penting dalam penyediaan air bagi
tumbuhan.
c. Faktor Topografi
Faktor topografi adalah tingkat kemiringan dan ketinggian suatu tempat. Ternyata
faktor ini mempengaruhi jenis tumbuhan yang hidup di suatu wilayah. Tumbuhan yang
tumbuh di dataran tinggi juga berbeda dengan flora yang hidup di dataran rendah.
Sebagai contoh kita tidak akan bisa menemukan pohon teh yang tumbuh di tepi pantai
karena teh hanya bisa tumbuh di dataran tinggi yang sejuk. Begitupun pohon kelapa
hanya bisa ditemui di tepi pantai dan dataran rendah yang panas.
d. Faktor Biotik
Faktor biotik juga sangat berperan penting dalam pesebaran tumbuhan. Berbagai
macam organisme dapat berpengaruh terhadap suatu komunitas tumbuhan dengan cara
yang bermacam-macam. Misalnya cacing tanah yang membantu menguraikan bahan
organik dan menimbulkan aerasi tanah, juga macam bakteri yang menyebabkan
perubahan kimiawi, manusia yang menebang pohon menjadikan lahan padang
penggembalaan, ulat dan belalang, juga serangga lain dan burung yang menyerbuki
bunga dan menularkan penyakit, membawa diseminul, cendawan-cendawan parasit, dan
lain sebagainya.

2.5 Manfaat Aspek Terapan Ekologi Tumbuhan


Dalam ekologi tumbuhan pemanfaatan ekologi secara langsung atau tidak
langsung berhubungan erat dengan masalah kependudukan, pertanian, kehutanan,
kesehatan, penyebaran penyakit, pencemaran lingkungan, dan masalah-masalah
lain yang sangat penting untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia dan
lingkungannya.

15
Melalui kajian strategi pelestarian dunia terungkap bahwa betapa
pentingnya pemanfaatan kaidah-kaidah ekologi bagi upaya pelestarian sumber
daya alam yang terpulihkan untuk pembangunan yang berkelanjutan. Walaupun
secara teoritis pemanfaatan kajian ekologi dan ekologi tumbuhan dalam
perkembangannya bersumber dari kajian ekologi yang sifatnya relatif sederhana,
pemanfaatan dan peranannya ternyata memberikan hasil yang cukup memadai.
Misalnya untuk pengelolaan dan upaya konservasi hutan lindung yang bertujuan
untuk melestarikan seluruh komunitas biota yang dilindungi maka akan
diperlukan pemahaman kaidah-kaidah ekologi tumbuhan, seperti kondisi dan
sistem ekologi dari hutan lindung tersebut, yang berhubungan dengan struktur
ekosistem, komposisi jenis, kelimpahan dan keanekaragaman jenis vegetasi, sifat
kompetisi dan predasi antar makhluk hidup, fungsi ekologi hutan, daur nutrisi, dan
produktivitas primer hutan.
Mempelajari dunia tumbuhan di dalam lingkungannya telah menghasilkan
pengetahuan dasar yang sangat luas tentang berbagai hal, misalnya pemanfaatan
dan pengelolaan sumber daya alam, keseimbangan sistem ekologi, dan
konservasinya. Dalam hal ini ekologi tumbuhan secara khusus mempunyai
peranan yang penting dalam membantu mengatur lingkungannya agar
keseimbangan system ekologi tidak terganggu, misalnya bagaimana kegiatan
manusia berpengaruh terhadap sumber daya alam, mengontrol erosi tanah,
melakukan rehabilitasi, restorasi, konservasi ekosistem, seperti padang rumput
atau hutan dan vegetasinya serta kehidupan satwa liar dan habitatnya.
Untuk memahami dan mengatasi masalah yang timbul akibat berbagai
kegiatan manusia tersebut, ekologi tumbuhan dan ilmu pengetahuan lainnya dapat
menerapkan kaidah-kaidah ekologi, seperti : struktur ekosistem dan komponen-
komponennya, interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, factor
lingkungan sebagai pembatas, fungsi ekosistem yang mencakup alir energi, daur
biogeokimia dan proses suksesi, dinamika masyarakat tumbuhan dan populasinya,
serta sifat-sifat toleransi, adaptasi tumbuhan dan keberadaan serta sebaran
makhluk hidup (biota) di permukaan bentang alam bumi. Dengan menerapkan
kaidah-kaidah ekologi paling tidak berbagai masalah yang timbul dapat diketahui
sebab akibatnya dan dicari pemecahannya.

16
Kaidah-kaidah ekologi dalam ekologi tumbuhan pada saat ini pemanfaatan
dan penerapannya cenderung bersifat antroposentris, artinya sebagian besar untuk
kepentingan manusia, terutama untuk pemanfaatan sumber daya alam,
pengelolaan lingkungan, dan pelestarian alam. Hal tersebut terutama ditujukan
pada upaya untuk mengurangi laju kecepatan pengurasan sumber daya alam dan
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan
dan jumlah penduduk, serta berbagai proses pembangunan.

17
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara tumbuhan dengan lingkungannya. Tumbuhan membutuhkan sumberdaya
kehidupan dari lingkungannya, dan mempengaruhi lingkungan begitu juga
sebaliknya lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Ekologi dibagi atas dua bagian yaitu Sinekologi dan Autekologi.
Banyak faktor yang mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan dalam pesebaran
tumbuhan. Serta, mempelajari dunia tumbuhan di dalam lingkungannya telah
menghasilkan pengetahuan dasar yang sangat luas tentang berbagai hal, misalnya
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, keseimbangan sistem ekologi,
dan konservasinya.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat membuat pembaca dapat mengetahui dan
memahami konsep dasar ekologi tumbuhan. Selain dari pada itu, penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena masih dalam proses
pembelajaran, dan yang kami harapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi
wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya
tersirat maupun tersurat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Coelho, Polyanne A. 2017. Tree succession across a seasonally dry tropical forest
and forest-savanna ecotone in northern Minas Gerais, Brazil. Journal
of Plant Ecology Volume 10, Number 5, Pages 859–868 October 2017
Darma, I Dewa Putu., I Gede Tirta., dan I Made Ardaka. Studi Autekologi
Pranajiwa (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn.) di Bukit
Pengelengan, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten
Buleleng, Bali. 2011. Buletin Kebun Raya Vol. 14 No. 1 Januari 2011.
Hanum, Chairani. 2009. Ekologi Tanaman. USU Press: Jakarta
Heinze, Johannes., Sabine Gensch,, Ewald Weber., and Jasmin Joshi. 2017. Soil
temperature modifies effects of soil biota on plant growth. Journal of
Plant Ecology Volume 10, Number 5, Pages 808–821 October 2017
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara: Jakarta
Jumin, Hasan Basri. 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Press: Jakarta
Lubbert, Andrew., Samuel B St. Clair. 2017. Wildfire and floral herbivory alter
reproduction and pollinator mutualisms of Yuccas and Yucca moths.
Journal of Plant Ecology Volume 10, Number 5, Pages 851–858
October 2017
Raharjeng, Anita Restu Puji. 2015. Pengaruh Faktor Abiotik Terhadap Hubungan
Kekerabatan Tanaman Sansevieria Trifasciata L. Jurnal Biota Vol. 1 No.
1 Edisi Agustus 2015
Retana, Javier., David Garcia-Callejas., dan Roberto Molowny-Horas. 2017.
Projecting the distribution and abundance of Mediterranean tree
species under climate change: a demographic approach. Plant
Ecology Volume 10, Number 5, Pages 731–743 October 2017
Santiso Xabier., Rubén Retuerto. 2017. Master of one trade: Arbutus unedo relies
on plasticity to persist under habitats differing in water availability .
Plant Ecology Volume 10, Number 5, Pages 869–881 October 2017
Siahaan. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Erlangga: Jakarta
Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Djambatan: Jakarta

19
Sudarmadji., Rifan Ecik. 2017. Hubungan Faktor Ekologi dengan Struktur
Komunitas Tumbuhan Mangrove Teluk Pangpang Taman Nasional
Alas Purwo. Jurnal ILMU DASAR Vol. 18 No. 1, Januari 2017 : 61 –
64

20

Anda mungkin juga menyukai