Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MK. EKOLOGI HEWAN

“HUKUM MINIMUM LEIBIGH DAN HUKUM TOLERANSI SHELFORD”

Dosen Pengampu
Dra. Mbing Maria Imakulata, M.Si

Oleh
Nama : Jimmy Fredik D. Kolsasi
NIM : 1701040016
Kelas :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hukum Minimum Leibigh dan Hukum Toleransi Shelford” dengan baik.
Makalah ini merujuk pada program matakuliah ekologi hewan. Yang mana
kedua hukum tersebut menjelaskan bagaimana keadaan organisme di lingkungan
yang baik. Ekologi hewan sendiri berarti kajian menganai hubungan antara
bagaimana hewan dan lingkungannya saling berketerkaitran dan saling timbal balik.
Penulis sangat berharap pembaca sekalian dapat mengerti dan memahami
tentang sistem integument setelah membaca makalah ini. Penulis juga menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah ini.

Kupang, Maret 2020


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................1
C. TUJUAN......................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................2
A. PENGERTIAN EKOLOGI..........................................................................................2
B. HUKUM MINIMUM LEIBIGH..................................................................................4
C. HUKUM TOLERANSI SHELFORD..........................................................................6
BAB III..................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................10
A. KESIMPULAN..........................................................................................................10
B. SARAN......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan interaksi antara organisme
dengan lingkungan dan yang lainnya. Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari
sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas
dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor
abiotik dan biotik.
Untuk dapat bertahan dan hidup dalam keadaan tertentu, suatu organisme
harus memiliki bahan-bahan yang penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
berkembang biak. Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan keadaan.
Di bawah keadaan – keadaan mantap, bahan yang penting yang tersedia dalam jumlah
paling dekat mendekati minimum yang diperlukan adalah merupakan pembatas.
Selain itu juga penting untuk membahas tentang toleransi dari keberadaan
suatu spesies dan keberadaan dari unsur-unsur abiotic yang mendukung
keberlangsungan kehidupan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Toleransi Shelford?
2. Apa yang dimaksud dengan Hukum minimum dari Liebig?

C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk memahami Hukum Toleransi Shelford
2. Untuk mengetahui Hukum minimum dari Liebig
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN EKOLOGI
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan interaksi antara organisme
dengan lingkungan dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan
logos("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar
makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah
ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).
Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan
berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik
antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik
adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup,
yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan
suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Ekologi merupakan cabang ilmu yang
masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi
mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.
Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan
kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda
tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu
kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang
menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi
yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik. Para
ahli ekologi mempelajari hal berikut :
1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup
yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor
yang menyebabkannya.
3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan
hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Gambar 1. Proses perpindahan energi dari suatu mahkluk hidup ke lingkungannya

Terdapat berbagai sistem ekologi atau ekosistem di biosfer atau ekosfera bumi
pada lingkungan terestris atau lingkungan akuatik yang menjadi habitat makhluk
hidup (tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mikrobiota) tinggal dan melaksanakan
kehidupannya berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Proses kehidupan yang
berlangsung dalam sistem ekologi atau ekosistem tersebut pada dasarnya memiliki
prinsip-prinsip ekologi yang menjadi dasar interaksi atau hubungan timbal balik
antara komponen penyusun ekosistem(Hutagalung, 2010)
Dalam ekologi tumbuhan prinsip-prinsip ekologi tersebut berkaitan dengan
jenis dan struktur ekosistem, komponen-komponen penyusunnya, fungsi ekosistem,
habitat atau tempat tinggal tumbuh-tumbuhan dan biota lainnya, serta relung ekologi
(fungsi makhluk hidup di habitatnya), macam-macam interaksi yang berlangsung
dalam ekosistem, dan sebagainya. Komponen penyusun ekosistem antara lain, terdiri
dari komponen biotik (makhluk hidup) dan komponen abiotik (habitat dan
lingkungan) atau menurut komponen makhluk hidup sebagai penyusun ekosistem
antara lain dapat digolongkan menurut perolehan energi menjadi komponen ototrof
(tumbuhan hijau) dan komponen heterotrof (hewan dan mikrobiota) atau menurut
jenisnya dikenal ekosistem terestris (darat) dan akuatik (perairan: perairan tawar dan
laut). Dalam ekosistem tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang penting, antara lain
dapat mengubah kondisi habitat dan lingkungannya, seperti mengurangi radiasi sinar
matahari, mengatur iklim, atau membentuk humus mengikat energi matahari menjadi
energi kimia melalui proses fotosintesis dan menjadi menjadi sumber energi dan
sumber nutrisi dengan adanya kandungan unsur-unsur organik maupun anorganik,
energi yang berguna untuk makhluk hidup lainnya.( Hutagalung, 2010)

B. HUKUM MINIMUM LEIBIGH


Untuk dapat bertahan dan hidup dalam keadaan tertentu, suatu organisme
harus memiliki bahan-bahan yang penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
berkembang biak. Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan keadaan.
Di bawah keadaan – keadaan mantap, bahan yang penting yang tersedia dalam jumlah
paling dekat mendekati minimum yang diperlukan adalah merupakan pembatas.
Hukum ini dikembangkan oleh Justus Van Leibig (1840).
Liebig mempelajari pengaruh berbagai faktor pada pertumbuhan tanaman. Ia
mendapatkan bahwa hasil panen selalu dibatasi bukan saja oleh unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah besar dalam lingkungan, tetapi oleh beberapa bahan seperti
Zn, yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan jarang sekali dalam tanah. Liebig
menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman tergantung pada jumlah minimum.
Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Minimum Liebig.
Hukum minimum Leibigh menyatakan : “untuk dapat bertahan dan hidup
dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus memiliki bahan-bahan yang penting
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan keperluan-keperluan dasar
ini bervariasi antara jenis dan dengan keadaan”
Liebig menyatakan bahwa jumlah bahan utama yang dibutuhkan apabila
mendekati keadaan minimum kritis cendrung menjadi pembatas. Ditambahkannya
bahwa cahaya, suhu, zat makanan dan unsur-unsur utama meyebabkan hilangnya
vegetasi pada ketinggian tertentu di pegunungan atau hilangnya beberapa tumbuhan
dalam wilayah yang dinaungi. Jadi penyebaran tumbuhan ditentukan oleh cahaya,
suhu dan unsur hara yang tidak memadai.
Hukum minimum menunjukkan bahwa suatu panenan tanaman sering dibatasi
oleh tersedianya nutrisi dalam jumlah yang sedikit. Kemudian setelah faktor- faktor
yang mempengaruhinya diperluas, definisi hukum ini menjadi : pertumbuhan dan
tatanan distribusi suatu spesis bergantung pada suatu faktor lingkungan yang
diperlukan dalam jumlah mininmum.Validasi hukum ini telah dilakukan di mana-
mana. Sebagai contoh, rumput-rumputan yang kurus di Australia sebagai akibat
defisiensi mikronutrisi tembaga, seng, atau molibdenum. Dengan ditambahkan 6-8
kg/Ha tembaga sulfat atau seng sulfat setiap 4-10 tahun, pertumbuhan rumput akan
menjadi 300% dan pada gilirannya, diproduksi wool dari biri-biri yang memakan
rumput meningkat pula.
Dasar-dasar utama harus ditambahkan pada konsep ini untuk penggunaannya
dalam praktek. Pertama, bahwa Hukum Minimum Liebig dapat dipakai hanya dalam
keadaan yang tetap, yaitu bila pemasukan dan pengeluaran energi adalah seimbang.
Misalnya CO2 adalah faktor pembatas utama dalam danau dan oleh karena itu
produktivitas seimbang dengan kecepatan penyediaan CO2 yang berasal dari proses
pembusukan bahan organik dengan cahaya, nitrogen, fosfor dan unsur-unsur utama
lainnya yang dipergunakan dalam jumlah banyak dalam keadaan yang stabil
seimbang.
Kedua adalah faktor interaksi. Beberapa tumbuhan memperlihatkan bahwa
kebutuhan Zn lebih sedikit bila tumbuh di bawah naungan dari pada dengan cahaya
penuh. Konsentrasi Zn yang rendah dalam tanah akan berkurang sifat membatasnya
bagi tanaman yang berada di bawah naungan dibanding dengan cahaya penuh pada
kondisi yang sama
Hukum ini sebenarnya memiliki keterbatasan. Pertama, hukum ini hanya
berlaku dalam kondisi keseimbangan yang dinamis. Apabila masukan dan
pengeluaran energi serta materi dari ekosistem tidak berada dalam keseimbangan,
jumlah berbagai substansi yang diperlukan akan berubah terus. Kedua, hukum ini
harus memperhitungkan pula adanya interaksi di antara faktor- faktor lingkungan.
Ketersediaan substansi yang melimpah mungkin akan mempengaruhi laju pemakaian
substansi lain dalam jumlah yang minimum. Sering terjadi makhluk hidup
memanfaatkan unsur kimia tambahan yang mirip dengan yang diperlukan tetapi
uunsur kimia itu tidak ada di habitatnya. Contohnya antara lain:
1. Tidak adanya kalsium di suatu habitat tetapi stronsium melimpah, beberapa
moluska mampu memanfaatkan stronsium ini untuk membentuk cangkangnya.
2. Beberapa tumbuhan yang hidup di bawah naungan telah memperlihatkan bahwa
seng adalah faktor pembatas,sedangkan apabila tumbuh di alam bebas bukan
menjadikan faktor pembatas. Tumbuhan yang hidup dibawah naungan
memperlihatkan bahwa sejumlah seng akan berkurang membatasi tumbuh
tanaman tersebut,sedangkan kondisi yang sama dalam sinar matahari tidak
demikian.
3. Hasil tanaman tidak ditentukan oleh unsur hara N,P, K yang diperlukan dalam
jumlah banyak tetapi oleh mineral seperti magnesium yang diperlukan dalam
jumlah sedikit oleh tanaman.

C. HUKUM TOLERANSI SHELFORD


Salah satu perkembangan yang penting dalam kajian faktor lingkungan terjadi
pada tahun 1913, ketika Victor Shelford mengemukakan hukum toleransi. Hukum
ini mengemukakan pentingnya toleransi dalam menerangkan distribusi makhluk
hidup.
Hukum toleransi menyatakan “kehadiran dan keberhasilan suatu organisme
tergantung kepada lengkapnya komplerks-kompleks keadaan. Ketiadan atau
kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh kekurangan atau kelebihan
secara kualitatif dan kuantitatif dari salah satu beberapa faktor yang mungkin
mendekati batas-batas toleransi organisme tersebut”
Beberapa prinsip yang lebih rendah yang mendukung hukum toleransi 
adalah:
1. Organisme-organisme dapat memiliki kisaran toileransi yang lebar bagi satu
faktor dan kisaran yang sempit untuk lainnya.
2. Organisme-organisme dengan kisaran-kisaran toleransi yang luas untuk semua
wajar memiliki penyebaran yang paling luas.
3. Apabila keadaan-keadaan tidak optimum bagi suatu jenis mengenai suatu
faktor ekologi, batas-batas toleransi terhadap faktor-faktor ekologi lainnya
dapat dikurangi berkenaan dengan faktor-faktor ekologi lainnya.
4. Seringkali ditemukan bahwa organisme-organisme dialam sebenarnya tidak
hidup pada kisaran optimum berkenan dengan faktor fisik tertentu.
5. Periode reproduksi biasanya merupakan periode yang gawat apabila faktor-
faktor lingkungan bersifat membatasi. Batas-batas toleransi individu-individu
reproduktif, bili-biji, telur-telur, embrio, kecambah atau anakan-anakan
pohon, larva biasanya lebih sempit daripada tumbuh-tumbuhan atau binatang
dewasa lebih sempit daripada tumbuh-tumbuhan atau binatang dewasa
nonproduktif.
Untuk memberikan gambaran umum tentang rentangan toleransi ini, biasanya
dipakai awalan steno untuk rentangan toleransi yang sempit, dan iri untuk rentangan
toleransi yang lebar. Di dalam hukum toleransi Shelford dikatakan bahwa :
1. Kehadiran dan keberhasilan sesuatu organisme tergantung kepada lengkapnya
kompleks-kompleks keadaan.
2. Ketiadaan atau kegagalan suatu organisme dapat dikendalikan oleh
kekurangan atau kelebihan secara kualitatif dan kuantitatif dari salah satu dari
beberapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas tolerasi organisme
tersebut.
Dengan kata lain, besar populasi dan penyebaran suatu jenis makhluk hidup
dapat dikendalikan dengan faktor yang melampaui batas toleransi maksimum atau
minimum dan mendekati batas toleransi maka populasi atau makhluk hidup itu akan
berada dalam keadaan tertekan (stress), sehingga apabila melampaui batas itu yaitu
lebih rendah dari batas toleransi minimum atau lebih tinggi dari batas toleransi
maksimum, maka makhluk hidup itu akan mati dan populasinya akan punah dari
sistem tersebut. Untuk menyatakan derajat toleransi sering dipakai istilah steno untuk
sempit dan euri untuk luas.
Cahaya, temperatur dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan
yang penting untuk daratan, sedangkan cahaya, temperatur dan kadar garam
merupakan faktor lingkungan yang penting untuk lautan. Semua faktor fisik alami
tidak hanya merupakan faktor pembatas dalam arti yang merugikan akan tetapi juga
merupakan faktor pengatur dalam arti yang menguntungkan sehingga komunitas
selalu dalam keadaan keseimbangan atau homeostatis.
Berikut ada istilah yang digunakan dalam menggambarkan kisaran toleransi
(dimana steno berarti sempit dan eury berarti lebar):
1. stenothermal – eurythermal (temperatur)
contohnya :
a. Telur ikan stenothermal trout /salvelinus (0 – 12 oC), optimum 4%
b. Telur katak eurythermal (0 - 30 oC).
2. stenohaline – euryhaline (salinitas)
a. Ikan salmon euryhaline (tawar – laut),
b. ikan mas stenohaline (tawar)
3. stenophagik – euryphagik (makanan)
a. Kelinci stenophagik (rumput),
b. kambing euryphagik (rumput, perdu, semak dll).

Toleransi sempit Toleransi lebar Faktor lingkungan


Stenotermal Eurythermal / Iritermal Suhu
Stenohidrik Euryhidrik / Irihidrik Air
Stenohalin Euryhalin / Irihalin Salinitas
Stenofagik Euryphagik / Irifagik Makanan
Stenodafik Eurydafik / Iridafik Tanah
Stenoesius Euryeocius / Iriesius Seleksi habitat
Pengaruh faktor-faktor lingkungan dan kisarannya untuk suatu tumbuh-
tumbuhan berbeda-beda, karena satu jenis tumbuhan mempunyai kisaran toleransi
yang berbeda-beda menurut habitat dan waktu yang berlainan. Tetapi pada dasarnya
secara alami kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsur-unsur faktor
lingkungan tertentu (seperti nutrien dan faktor fisik, misalnya suhu udara) sebagai
kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah
faktor lingkungan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hukum minimum (Justus Von Liebig, 1840), kehidupan makhluk hidup
ditentukan (sangat dipengaruhi) oleh unsur-unsur yang berada atau tersedia dalam
jumlah yang sedikit atau minimum. Hukum Toleransi (Shelford), setiap organisme
mempunyai batas-batas toleransi tertentu (maksimum dan minimum) untuk setiap
faktor alam.

B. SARAN
Penulis menyarankan agar dalam menulis makalah tentang hokum minimum
dan hokum toleransi sebaiknya diberikan dengan banyak kasus sebagai contoh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2018. Asas-Asas Faktor Pembatas. https://nanopdf.com/download/asas-
asas-faktor-pembatas_pdf diakses pada Minggu, 22 maret 2020
Hutagalung, RA., 2010. Ekologi Dasar. Jakarta:Erlangga
Rohmani, Yudi Miftahul. 2013. Faktor Pembatas. Jurnal Faktor Pembatas.

Anda mungkin juga menyukai