OLEH
Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Nilai
Praktikum Teknologi Benih dan Perkemahan
Pada
Laboratorium Silvikultur Dan Fisiologi Pohon
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
2021
Menyetujui
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum .............................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Benih ........................................................................................................ 2
2.2 Persemaian ............................................................................................... 6
2.3 Skarifikasi ................................................................................................ 15
2.4 Perkecambahan ........................................................................................ 17
2.5 Media Tanam ........................................................................................... 21
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 23
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 23
3.3 Prosedur Kerja ......................................................................................... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ......................................................................................................... 26
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 34
5.2 Saran ........................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
I. PENDAHULUAN
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Benih
nasional karena menjadi sumber bagi produksi benih kelas di bawahnya yang akan
digunakan petani. Oleh karena itu, ketersediaan dan upaya pengendalian mutu
maka program pengembangan perbenihan dari hulu sampai hilir harus lebih terarah,
Benih menurut petani adalah biji masak yang telah diseleksi dengan
ketentuan benihdengan ukuran beragam warna yang baik, tidak keriput, normal dan
Republik Indonesia No.12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I
pertumbuhan embrio, dan pelindung yaitu kulit biji. Tempat penyimpan cadangan
makanan pada benih monokotol berbeda dengan dikotil. Pada benih monokotil
2
dikotil cadangan makanantersimpan di kotiledon. Dalam konteks agronomi, benih
dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman
4. mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik;
Aggraenty,2012).
waktu dan teknik pemanenan, serta pengolahan dan penyimpanan. Tidak seperti
benih pertanian, benih-benih tanaman hutan memiliki keragaman yang besar dalam
ukuran, bentuk, dormansi, viabilitas, kadar air, dan karakter lainnya. Hal tersebut
untuk mendapatkan kualitas fisik dan fisiologis benih yang tinggi sehingga akan
Mutu benih terdiri atas empat komponen yaitu: mutu fisik, mutu fisiologis,
mutu genetik, dan mutu kesehatan benih. Benih yang bermutu fisik tinggi terlihat
dari penampilan fisiknya yang bersih, cerah, bernas, dan berukuran seragam. Mutu
3
fisiologis benih tercermin dari nilai viabilitas (seperti daya berkecambah) dan nilai
vigor (seperti kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan daya simpan). Mutu
genetik ditunjukkan dengan keseragaman genetik yang tinggi dan tidak tercampur
varietas lain (Widajati dkk, 2012) dalam (Nyi Nyoman, Dkk, 2018).
Sumber benih adalah suatu pohon atau hutan, baik yang tumbuh secara
alami (hutan alam) ataupun yang ditanam (hutan tanaman), yang dikumpulkan
2. Jumlah bibit yang tumbuh menjadi pohon yang normal setalah ditanam, dan
3. Jumlah pohon yang memiliki sifat yang diinginkan ketika akan dipanen.
Sifat yang diinginkan antara lain: batang yang lurus, diameter besar, bebas
cabang yang tinggi, percabangan ringan serta bebas dari serangan hama dan
penyakit.
1. Mutu fisik benih: yaitu mutu benih yang berkaitan dengan sifat fisik seperti
ukuran, keutuhan, kondisi kulit, dan kerusakan kulit benih akibat serangan
2. Mutu fisiologis benih: yaitu mutu benih yang berkaitan dengan sifat
4
3. Mutu genetik benih: yaitu mutu benih yang berkaitan dengan sifat yang
disebut sumber benih. Berdasarkan mutu benih yang dihasilkan, sumber benih
dapat dibagi menjadi 4 kelas. Keempat sumber benih benih tersebut, secara
berurutan berdasarkan mutu benih yang dihasilkan (dari yang terbaik sampai yang
1. Kebun benih
membuang pohon-pohon yang kurang baik. Kebun benih perlu diberi jalur
luar kebun benih yang mutunya tidak baik. Kebun benih yang baik memiliki
sedikitnya 25 famili (lebih banyak famili lebih bagus). Kebun benih dapat
tidak baik dan yang terserang hama dan penyakit. Penjarangan dilakukan
5
dengan jarak tanam yang optimal untuk merangsang produksi benih. APB
diberi jalur isolasi (semua pohon yang dapat kawin silang pada jarak 200 m
dari tepi areal ditebang) untuk mengurangi resiko penyerbukan oleh serbuk
3. Tegakan benih
pada hutan alam atau tanaman dengan fenotip unggul untuk sifat-sifat
4. Pohon benih
Melihat kondisi yang ada saat ini, dalam jangka pendek sulit untuk
mendapatkan benih pohon dari sumber benih yang baik. Pada beberapa jenis
komersil seperti jati, akasia, dan eukaliptus, sumber benih bermutu sudah
mengalami proses domestikasi atau pemulian yang lanjut. Oleh sebab itu,
pengumpulan benih pohon tidak dapat dilakukan dari sumber benih yang
baik. Jika tidak dapat mengumpulkan benih dari kebun benih, APB, atau
tegakan benih, maka benih dapat dikumpulkan dari pohon benih yang baik
2.2 Persemaian
benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di
kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama
6
bertahan dan dapat tumbuh dengan baik di lapanganan dipengaruhi oleh kesehatan
dan kekuatan, ketika mereka ditanam. Bibit yang sehat, proporsi yang seimbang
dan pertumbuhan yang bagus mempunyai peluang kelangsungan hidup yang tinggi
Kemampuan hidup yang lebih baik dari bibit yang berasal dari pesemaian
3. Benih yang baru berkecambah dan bibit kecil seringkali tertekan oleh
pada tahapan yang kritis dan masalah pemangsaan biasanya kecil dibanding
tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian.
ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut
dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap
7
ditanam), misalnya untuk Pinus merkusii setelah tinggi semai antara 20-30 cm atau
lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih
terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih langsung di lapangan (L.
Pelupessy. 2007).
tahun.
a) Keuntungan :
b) Keberatannya :
8
2. Keterampilan petugas sulit ditingkatkan, karena sering berganti
petugas.
(L.Pelupessy, 2007).
yang luas.
a) Keuntungan :
dan terpilih.
b) Kerugiannya :
persemaian sementara.
9
baik kualitas dan lebih mahal harganya dibanding yang diperlukan
Untuk memperoleh mutu bibit yang baik, dan mengurangi resiko kerusakan
Sementara (TPS) yang sesuai kriteria dan standar mutu. Pembuatan persemaian
dilakukan jika kebutuhan bibit diperoleh dengan cara membuat bibit (baik secara
diperoleh dengan cara mendatangkan bibit dari luar/membeli bibit dari para
dua jenis, yaitu persemaian lahan kering dan mangrove. Masingmasing tipe
1. Persemaian lahan kering: dekat dengan lokasi penanaman, dekat sumber air,
bebas banjir dan angin keras, memiliki areal terbuka dan areal naungan,
surut air laut, bebas banjir, angin keras dan ombak besar, memiliki areal
terbuka dan naungan, dekat dengan tenaga kerja (Ujang, Dkk. 2020).
1. Penyemaian benih ukuran besar (ukuran > 2 cm, seperti: nangka, durian,
10
2. Penyemaian benih ukuran sedang (1-2 cm, seperti: mahoni, khaya, kayu
afrika, mindi,) kecil (0,5 – 1 cm, seperti: sengon, surren, akasia, gaharu),
dan halus (< 0,5 cm, seperti: jabon, ekaliptus, duabanga) dengan cara
a) Bedeng tabur
menyemai satu persatu dalam pot. Bedeng tabur juga sesuai jika benih
pada campuran isian pot dapat ditunda. Bedeng tabur seringkali dibangun
sangat cepat). Bagian dasar dari bedeng tabur adalah kerikil atau bahan
seringkali terdiri dari bahan yang relatif gembur, contohnya pasir yang
akar. Untuk spesies hutan lembab, bedeng tabur biasanya ditutupi oleh
11
Dibuat dalam bentuk bedengan dengan ukuran 1 m x 4 m, bedeng
dibatasi oleh bambu atau papan kayu setebal 20 cm. Media semai
itu bedengan ini bisa juga disebut dengan istilah bedeng tabur. Atap
bedeng tabur dapat dibuat dari rumbia agar tidak terkena hujan langsung,
sedangkan tiangnya dibuat dari bambu dengan ketinggian sekitar 100 cm.
(sengon, suren, meranti, mindi, jati, gaharu, dll.) dan benih halus (jabon,
bagian bawahnya agar tidak terjadi penggenangan air saat disiram. Untuk
12
Selain menggunakan bahan dari plastik, bak kecambah juga dapat
dibuat dari papan kayu. Bak ini dibuat dari papan kayu ukuran : panjang
4 m, lebar 0,8 m, dan tinggi 0,6 m. Pada bagian dasar diisi batu
media kecambah setebal 15 cm. Media kecambah dapat dibuat dari pasir
halus atau campuran pasir halus dan arang sekam = 1 : 1. Bak ditutup
bagian dalam bak juga dilapisi plastik buram. Hal ini bertujuan agar
kondisi ruangan seperti itu, maka bak kecambah dari papan kayu selain
stek pucuk, ruang adaptasi semai cabutan alami, dan ruang penyimpanan
d) Bedeng Sapih
13
memberikan cahaya secara merata kepada bibit-bibit yang ditata dalam
melindungi bibit dari sinar matahari langsung. Terutama pada persemaian terbuka
tanpa naungan dari pohon, perlu untuk membangun penutup yang teduh. Konstruksi
naungan terdiri dari bahan atap yang ditopang oleh beberapa struktur dasar. Pada
area yang rentan angin, strukturnya harus lebih kuat. Naungan dapat disediakan
dengan jaring pelindung dari tikar rumput. Penetrasi cahaya yang cukup harus
disediakan, dan harus bisa memindahkan bahan naungan ketika proses hardening
bibit. Sebagai alternatif, bibit dapat dipindahkan keluar dari area naungan selama
biasanya berwarna hitam dan terbuat dari bahan sintetis dengan penetrasi cahaya
sekitar 50%. Pohon peneduh alami dapat juga menyediakan naungan yang baik. Di
peneduh yang sangat baik karena pertumbuhan yang cepat, tajuk melebar dan relatif
terbuka, pohon sengon menyediakan naungan yang seragam dan tidak terlalu rapat.
Pertumbuhan bibit saat masih kecil tidak tahan terhadap penyinaran cahaya
matahari secara langsung, oleh karenanya perlu diberikan naungan. Untuk membuat
naungan maka perlu tiang dan atap. Tiang dapat dibuat dari bambu yang tahan lama
(misalnya bambu betung), kemudian bagian atapnya diberi naungan. Tinggi tiang
disesuaikan agar tidak mengganggu saat orang berdiri (± 2 – 3 m), karena tiang
14
Sarana Perairan Air merupakan persyaratan penting dalam sebuah
persemaian/kebun bibit. Oleh sebab itu persemaian harus dibuat tidak jauh dari
sumber air, misalnya sungai dan sumber mata air. Jika sumber air berada di bagian
atas persemaian, maka untuk mengalirkan air menuju penampung air/tangki air di
jenset jika sumber air berada di bawah areal persemaian. Sistem penyiraman yang
baik merupakan hal yang penting untuk produksi tanaman di persemaian. Sumber
air biasanya berupa sungai dan kolam permanen. Pompa elektrik atau yang
berdasarkan bahan bakar mengambil air dari sumber menuju sistem pipa utama dan
sprinkle dapat bekerja secara benar, pompa harus mempunyai kapasitas untuk
disiram bergantian dengan vent tertutup pada beberapa bagian ketika menyiram
2.3 Skarifikasi
awal pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat
terjadinya perkecambahan benih (Dharma, dkk., 2015) dalam (Budirman Bachtiar, Dkk,
tergantung sifat dan jenis benih yang digolongkan ke dalam 3 (tiga) cara skarifikasi,
yaitu cara fisik, cara mekanis, dan cara kimiawi (Budirman Bachtiar, Dkk, 2017).
Dormansi benih terjadi karena kulitnya yang keras dan kedap sehingga
menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air dan gas ke dalam benih.
Dormansi merupakan sifat alami benih untuk dapat bertahan hidup, tetapi sifat
15
dormansi benih dapat menghambat produksi bibit dalam skala besar dan seragam.
bertujuan untuk melunakkan kulit benih yang keras, sehingga menjadi permeabel
terhadap air dan gas (Sutopo, 2002) dalam (Anita, Dkk, 2014).
titik tumbuh sampai terlihat bagian embrio. Skarifikasi mekanik memungkinkan air
berkurang sehingga peningkatan kadar air dapat terjadi lebih cepat sehingga benih
cepat berkecambah (Widyawati, et al., 2009) dalam (Tri Pamungkas Yudihartono, 2018).
Struktur benih yang keras dapat menyebabkan air dan oksigen sulit untuk
Perendaman benih dalam air panas dapat melunakkan dan membuka pori-pori kulit
benih yang kering dan keras, sehingga dapat meningkatkan proses imbibisi pada
benih. Proses imbibisi pada benih merupakan awal dari perkecambahan (Anita, Dkk,
Secara fisis yakni dengan cara dijemur di bawah sinar matahari, direndam
dalam air dingin atau dalam air mengalir selama beberapa hari dan dibakar,
sedangkan secara kimia dengan menggunakan bahan kimia seperti asam (Tri
giberelin dengan konsentrasi yang berbeda-beda dalam waktu tertentu (Sutopo, 2004;
Arda, dkk., 2014) dalam (Budirman Bachtiar, Dkk, 2017). Hormon giberelin (GA)
merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat menghilangkan dormansi
16
pada kulit biji dan tunas sejumlah tanaman serta mempercepat perkecambahan
2.4 Perkecambahan
dari benih/biji. Secara visual dan morfologis suatu benih yang berkecambah
ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji. Perkecambahan benih
seperti air, suhu, media, cahaya dan bebas dari hama penyakit. Cahaya, suhu dan
benih dan anakan sangat rentan terhadap tekanan fisiologis, infeksi dan kerusakan
mekanis. Oleh sebab itu tujuan lain penyediaan kondisi lingkungan yang optimal
tersebut dengan cepat (Schmidt, 2000). Kondisi ini terkadang meliputi perlindungan
atau frankia. Kondisi optimal harus tetap dipertahankan sampai anakan tumbuh
dengan baik. Setelah itu, stres dapat diberikan secara perlahan untuk
17
mempersiapkan tanaman beradaptasi dengan kondisi lapangan (Schmidt, 2000 dalam
Naemah, 2012).
struktur penting dari embryo yang ditandai dengan munculnya struktur tersebut
perkecambahan),
dan keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
ketentuan ISTA,
sertifikasi benih yang berlaku di suatu Negara dan sesuai dengan kelas benih
air ke dalam benih sehingga kadar air di dalam benih mencapai persentase
18
tertentu (50-60%). Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih
permeable terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis
tertentu. Akibat terjadinya proses imbibisi, kulit benih akan menjadi lunak
dan retak-retak. Peristiwa imbibisi ini merupakan proses fisik, jadi tidak
di dalam benih. Pada benih yang telah berimbibisi terjadi respirasi aktif
sangat rendah. Jika terjadi hidrasi (penyerapan air) pada protein dari benih
perubahan komposisi kimia pada semua bagian biji. Hormone giberelin pda
benih kering terdapat dalam bentuk terikat dan tidak aktif, kemudian akan
menjadi aktif setelah benih mengimbibisi air. Hormone giberelin ini akan
yang akan menghasilkan energy ATP dan unsur hara. Cadangan makanan
utama yang disimpan pada biji berupa: pati, hemicellulose, lemak, dan
19
dikotyl (cotyledon), dan pada embryonic axis juga terdapat sedikit tetapi
kembali. Pada proses ini protein yang dirombak oleh enzim protease
batang dan daun) dan radikula (bakal akar) yang terus bertambah besar.
Karena terjadi proses imbibisi, maka kulit biji akan menjadi lunak, sehingga
1. Air merupakan salah satu factor yang mutlak diperlukan dan tidak dapat
untuk memacu agar benih dapat berkecambah. Laju imbibisi pada awal
proses imbibisi cepat sampai pada titik tertentu laju ini akan menurun. Benih
akan berkecambah bila kadar air 50-60%. Untuk merangsang laju imbibisi
20
seringkali dilakukan "heat treatment" yaitu menjemur benih sebelum
diimbibsi.
tertentu memerlukan komposisi gas khusus di udara (ratio 02: C02) tertentu,
pemapasan karena hasil akhir pemapasan adalah energy (panas) dan air.
perubahan suhu dalam benih dan berapa lama perubahan suhu tersebut
berlangsung
cahaya, terutama benih yang memiliki pigmen pada kulit benihnya, karena
matahari menjadi energy (bukan dalam bentuk ATP). Energy ini dapat
21
Media tumbuh tanaman merupakan salah satu faktor yang harus
(1986) bahwa media yang baik untuk pertumbuhan tanaman harus mempunyai sifat
fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan menahan air. Kondisi fisik
hara rendah (Aurum, 2005). Pasir memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori
makro) maka pasir menjadi mudah terisi air dan cepat kering oleh proses
sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media
pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupu- kan yang lebih intensif. Hal
tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media ta- nam secara
Tanah lapisan atas, pasir, sekam bakar dan coco peat merupakan beberapa
media tumbuh yang biasa digunakan untuk media tumbuh tanaman dalam
Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan sebagai habitat biota organisme yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara (Madjid, 2008 dalam Sukarman dkk, 2012).
22
III. METODE PRAKTIKUM
3. 2. 1 Alat
3. 2. 2 Bahan
23
Mahoni (Swietenia macrophylla)
7. Label, digunakan untuk menamai benih di wadah plastik mika
8. Alat tulis menulis (ATM), digunakan untuk mencatat hasil pengamatan
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum struktur buah dan benih tanaman
hutan yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum
2. Merendam benih mahoni (Swietenia macrophylla) di dalam wadah kecil
selama 6-24 jam agar benih tersebut lunak sehingga mudah di iris
3. Mengiris benih yang sudah di rendah secara membujur dan melintang
4. Mengiris buah mahoni secara membujur dan melintang
5. Mengamati dan menggambar bagian luar dan dalam dari buah dan benih
mahoni
6. Mengamati warna, tekstur kulit serta struktur lainnya pada buah dan benih
mahoni
3.3.2 Skarifikasi Benih
Adapun prosedur kerja dari praktikum soil emergence test yaitu sebagai
berikut:
24
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum
2. Mengayak tanah dan pasir untuk menghilangkan kotoran
3. Menghomogenkan tanah dan pasir dengan perbandingan 1:2
4. Memasukkan tanah dan pasir yang telah dihomogenkan ke dalam 9 buah mika
plastik
5. Memberi label pada masing – masing mika plastik sesuai dengan kelompok
benih yang sudah di skarifikasi
6. Menaburkan benih di atas permukaan media tanam sesuai dengan kelompok
masing – masing
7. Benih yang ditanam pada lapisan permukaan media lembab yang di tutup
dengan tanah dan pasir setebal 10-20 mm dan tidak di padatkan
8. Menyemperot dengan hand sprayer setiap 1-2 kali sehari
9. Melakukan pengamatan setiap hari dari proses perkecambahan sampai
munculnya kecambah yang utuh
10. Mencatat jumlah kecambah yang tumbuh secara normal, abnormal, maupun
mati pada masing-masing kelompok perlakuan
11. Mendokumentasikan hasil pengamatan
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari struktur buah dan benih tanaman hutan adalah mengamati buah
yang telah di belah vertikal dan horizontal serta benih yang juga di belah secara
26
4.1.2 Skarifikasi Benih
tanpa perlakuan, merendam biji (6 - 24 jam), dan juga mengupas kulit biji.
27
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 1 0 0 0 0 0
3 0 0 3 1 0 1 0 0 3
4 0 0 3 1 1 2 0 0 5
5 0 1 3 0 1 2 0 0 2
Jumlah 0 1 9 3 2 5 0 0 10
%Tumbuh 20%
Perhitungan Praktikum 3
= 40%
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh Benih Abnormal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
3
= x 100%
10
= 30%
Ulangan 2:
Jumlah kecambah yang tumbuh normal
% Tumbuh Benih Normal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
3
= 10 x 100%
= 30%
28
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh Benih Abnormal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
3
= 10 x 100%
= 30%
Ulangan 3:
% Tumbuh Benih Normal =0
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh Benih Abnormal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
1
= 10 x 100%
= 10%
Jumlah kecambah yang tumbuh normal + abnormal
Potensi Tumbuh Maks = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
14
= 30 x 100%
= 0,46 x 100%
= 46%
Tabel 2. Jenis Skarifikasi Benih Di Kikir
Ulangan 1:
% Tumbuh Benih Normal =0
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh Benih Abnormal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
1
= 10 x 100%
= 10%
Ulangan 2:
Jumlah kecambah yang tumbuh normal
% Tumbuh Benih Normal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
3
= 10 x 100%
= 30%
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh Benih Abnormal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
2
= 10 x 100%
= 20%
Ulangan 3:
% Tumbuh Benih Normal =0
% Tumbuh Benih Abnormal = 0
29
Jumlah kecambah yang tumbuh normal + abnormal
Potensi Tumbuh Maks = Jumlah benih yang dikecambahkan
x 100%
6
= 30 x 100%
= 0,2 x 100%
= 20%
Tabel 3. Jenis Skarifikasi Benih Di Rendam Air Hangat
Ulangan 1:
% Tumbuh Benih Normal =0
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh Benih Abnormal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
6
= 10 x 100%
= 60%
Ulangan 2:
Jumlah kecambah yang tumbuh normal
% Tumbuh Benih Normal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
1
= 10 x 100%
= 10%
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh Benih Abnormal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
3
= 10 x 100%
= 30%
Ulangan 3:
Jumlah kecambah yang tumbuh normal
% Tumbuh Benih Normal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
4
= 10 x 100%
= 40%
Jumlah kecambah yang tumbuh abnormal
% Tumbuh Benih Abnormal = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
1
= 10 x 100%
= 10%
30
15
= 30 x 100%
= 0,5 x 100%
= 50%
4.2 Pembahasan
Persemaian adalah tempat atau area l untuk kegiatan memproses benih (atau
bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan.
penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam
dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus
Menurut Pramono dan Suhendi (2006) Penentuan mutu bibit pada umumnya
didasarkan kepada hasil penilaian atau evaluasi terhadap tiga kriteria yaitu mutu
genetik, fisik, dan fisiologis. Mutu genetik didasarkan pada kelas sumber benih.
Mutu fisik mencerminkan kondisi fisik bibit seperti kekompakan media, keadaan
pohon pelindung karena sifatnya yang tahan panas dan memiliki daya adaptasi yang
baik terhadap berbagai kondisi tanah sehingga tetap bertahan menghiasi tepi jalan
sejak jaman penjajahan Belanda. Kayu mahoni mempunyai nilai ekonomis yang
cukup tinggi sehingga dibudidayakan untuk keperluan sumber bahan baku industri.
31
Kualitas kayunya keras dan memiliki warna kemerahan, sangat baik digunakan
Kayu mahoni memiliki kualitas yang mendekati kualitas kayu jati sehingga
sering dijuluki sebagai primadona kedua. Berdasarkan jenisnya, mahoni terdiri atas
mahoni berdaun kecil (Swietenia mahagoni) dan mahoni berdaun lebar (Swietenia
macrophylla). Kualitas kayu mahoni berdaun kecil lebih baik dibandingkan mahoni
yaitu pengenalan struktur buah dan benih tanaman, yang mana pada pengamatan
yang telah saya lakukan bentuk dari buah mahoni yang berbentuk bulat seperti telur
dan mempunyai 5 lekuk. Warna dari buah yang masih muda adalah hijau akan
berubah menjadi coklat bila buahnya sudah matang. Didalam buah mahoni terdapat
biji yang berbentuk pipih dan ujungnya tebal serta berwarna cokelat berpadu hitam.
Kegiatan yang kedua yaitu skarifikasi benih, yang terbagi menjadi 3 bagian
yaitu tanpa perlakuan, di rendam dengan air hangat dan di kikir. Alasan dari
permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga proses
imbibisi dapat terjadi. Benih yang diskarifikasi akan menghasilkan proses imbibisi
yang semakin baik. Air dan gas akan lebih cepat masuk ke dalam benih karena kulit
benih yang permeabel. Air yang masuk ke dalam benih menyebabkan proses
benih. Penanama beni dilakukan setelah di skarifikasi dan ini saya lakukan pada
32
minggu ke 7 perkuliahan sampai dengan minggu ke 11, pengamatan atau
pemeliharaan benih bertotal 5 minggu yang masing-masing telah saya sajikan pada
Ada beberapa benih yang gagal untuk tumbuh, kebanyakan mati, ini
mengalami pembusukan akibat skarifikasi yang saya lakukan kurang tepat, seperti
perendaman benih yang terlalu lama, pengikiran yang tidak merata, serta benih
yang kurang baik yang kurang saya perhatikan, ada juga beberapa faktor lainnya
Dalam penanaman yang saya lakukan yang paling subur terdapat pada benih
yang di tanam dengan direndam air hangat sebesar 50% dan juga tanpa perlakuan
sebesar 46%, Sedangkan yang kurang subur terdapat pada benih yang di kikir
sebesar 20%. Di sebabkan pengikiran yang tidak merata serta benih yang kurang
baik.
33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
34
DAFTAR PUSTAKA
Aggraeny Siska. 2012. Laporan Praktikum Teknologi Benih. Acara 1, Struktur
Irawan , U. S., Arbainsyah., Ramlan, A., Putranto, H., Afifudin, S. 2020. Manual
Indonesia
Ir. Ellen L. Panggabean, Mp. 2012. Diktat, Teknologi Benih. Fakultas Pertanian.
Irwan Ujang Susep, Dkk. 2020. Manual Pembuatan Persemaian dan Pembibitan
Bogor.
Juhada, Nurmiaty Y. dan Ermawati 2013 Pengaruh Skarifikasi Pada Pola Imbibisi
Tropika.1(1) :45-49
http://www.bpdassolo.net/index.php/tanaman-kayu-
35
Mulawarman, Dkk. 2002. Pedoman Lapang untuk Petugas Lapang dan Petani,
International. Bogor.
Pattimura. Ambon.
Pramono, Suhaendi H. 2006. Manfaat Sertifikasi Sumber Benih, Mutu Benih dan
Shara, D., Izzati, M., Prihastanti, E. 2014. Perkecambahan Biji Dan Pertumbuhan
Bibit Batang Bawah Karet (Havea brasiliensis Muell Arg.) Dari Klon Dan
KPH Kendal
36
Sukarman, R., Kainde, J., Rombang., Thomas, A. 2012. Pertumbuhan Bibit Sengon
Waluyo, dan Suparwoto. 2018. Pengelolaan dan Distribusi Produksi Benih Sumber
9. halaman 241-248.
37
LAMPIRAN
38
39