Oleh :
Nama Anggota : Megi Toto (M011191085)
Muh. Raihan Fahrezi Taufik (M011191194
Kelompok :8
Kelas : Agroforestry (A)
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
I.3 Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Praktek Agroforestri di Sulawesi Selatan....................................................... 3
II.2 Perubahan Iklim.............................................................................................. 7
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan.................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Agroforestri adalah salah satu sistem penggunaan lahan yang paling banyak
dipraktekkan oleh masyarakat pada semua lansekap dan zona agroekologi di lahan kering
Sulawesi Selatan. Komposisi tanaman penyusunnya terdiri atas tanaman semusim,
tanaman komoditi pertanian, tanaman tahunan jangka panjang, yang sering terintegrasi
dengan ternak (Paembonan dkk, 2013).
Sistem agroforestri unik karena merupakan praktik pengelolaan lahan yang secara
simultan mengintegrasikan komponen biofisik, ekonomi, dan sosial-ekologis. Keragaman
dan integrasi seperti itu mengarah ke kompleksitas fungsional dan struktural yang lebih
besar dibandingkan dengan agroeosystem konvensional (Nair, 1993). Leaky & Simmons
(1996) menyatakan bahwa sistem agroforestry serupa dengan sistem alam, dimana
terdapat keanekaragaman hayati yang meningkat setiap tahap dalam suksesi. Kompleksitas
fungsional dan struktural seperti ini telah menyebabkan keragaman besar yang diamati
saat ini dalam praktik agroforestri modern.
Agroforestri sangat populer di negara berkembang karena memungkinkan petani
yang memiliki lahan kecil dapat memaksimalkan sumber daya mereka. Mereka dapat
menanam berbagai jenis sayuran dan tanaman buah-buahan di sekitar pohon yang
memberikan hasil berupa kayu gergajian (papan dan balok) dan kayu bakar, serta naungan
bagi hewan yang dapat menyediakan susu dan daging.
Dalam rangka adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, praktek agroforestry dapat
memainkan peran penting karena menyerap lebih banyak karbon di atmosfer di bagian
tanaman dan tanah dibandingkan dengan pertanian konvensional, menyediakan aset dan
pendapatan dari bioenergi, peningkatan kesuburan tanah dan perbaikan kondisi iklim lokal
(Luedeling et al 2012). Sebagian besar manfaat ini dapat berupa manfaat langsung untuk
adaptasi lokal sambil berkontribusi terhadap upaya global untuk mengendalikan
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer (Mbow et al 2014).
Akibat dari akumulasi gas-gas rumah kaca di atmosfir yang sebagian besar
diakibatkan oleh aktivitas manusia, sejak 1861 suhu bumi meningkat sekitar 0,6 0C
(IPCC, 2001). Seperti halnya di Indonesia, dalam kurun waktu 1970 sampai 2000 telah
terjadi kenaikan suhu rata-rata tahunan antara 0.2 – 1.0 oC, yang berakibat pula pada
peningkatan curah hujan bulanan rata - rata sekitar 12-18% (Hairiah dkk, 2008).
Perubahan ini mungkin akan memengaruhi semua komponen sistem dan interaksi antar
komponen dalam system.
Pengelolaan sumberdaya alam seyogyanya mengintegrasikan antara upaya adaptasi
dan mitigasi terhadap Gas Rumah Kaca (Verchot et al., 2006). Upaya adaptasi bertujuan
untuk menekan dampak perubahan iklim baik secara antisipatif maupun reaktif, sedangkan
mitigasi bertujuan untuk menurunkan efek gas rumah kaca sehingga dapat memperlambat
laju pemanasan global (Hairiah dkk, 2008). Makalah ini dibuat untuk memaparkan tentang
pentingnya praktek agroforestri dalam rangka adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di
wilayah Wallacea.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Praktek Agroforestri di Sulawesi Selatan?
2. Bagaimana Perubahan Iklim?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui praktek agroforestri di Sulawesi Selatan
2. Untuk mengetahui perubahan iklim
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Praktek Agroforestri di Sulawesi Selatan
Secara umum praktek agroforestry di Sulawesi Selatan ditentukan oleh beberapa
variable antara lain luas kepemilikian lahan, ketinggian tempat, dan sosial budaya
masyarakat.
Pada gambar 3.1 dan 3.2 diperoleh 3 strata yaitu strata B dengan tinggi > 5 m
-15 m, tanaman tersebut antara lain uru, buangin, langsat, dan pisang. Strata C dengan
tinggi 1 m – 5 m, pada strata ini didapatkan tanaman seperti papaya, gamal, jati, kakao,
dan kopi. Strata D, tinggi < 1 m pada strata ini terdapat tanaman seperti talas dan ubi
jalar.
Keterangan: 1 (Uru), 2 (Buangin), 3 (Pepaya), 4 (Pisang), 5 (Langsat), 6 (Gamal), 7 (Kakao), 8
(Kopi), 9 (Jati), 10 (Rumput gajah),11(Ubi jalar)
Pada gambar 3.3 dan 3.4 di atas dapat dilihat bahwa pola tanam yang
diterapkan cenderung lebih teratur karena petani menanam tanaman kakao dengan jarak
tanam yang sama (2,5 m x 2,5 m) dan tidak begitu rapat dengan tanaman lainnya.
Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan penyusun sistem agroforestry di Sulawesi
secara umum bersifat moderat dengan dengan nilai berkisar 1,41- 2,18 (Paembonan
dkk, 2018).