Anda di halaman 1dari 30

TUGAS PRAKTIKUM EKOLOGI

TEKNIK PEMBUATAN PROFIL ARSITEKTUR POHON

OLEH:
ELSI AMELIA
NIM : 2254251048

Dosen Pengampuh Mata Kuliah


Hadinoto S.Hut., M.Si

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan


Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga praktikum
ekologi hutan “ teknik pembutan profil arsitektur pohon”
dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan Praktikum ini dibuat untuk memenuhi
syarat penilaian akhir pada mata kuliah Ekologi hutan dan
tentunya penulis berharap laporan praktikum ini dapat
memberikan ilmu bagi para pembaca. Dalam pelaksanaan
praktikumnya penulis mendapatkan banyak bantuan dari
teman-teman dan asisten praktikum mata kuliah ekologi
hutan, dengan ini saya Mengucapkan Terimakasih kepada
bapak Hadinoto, S.Hut,.M.Si selaku dosen pengampu
mata kuliah ekologi hutan dan asisten praktikum yang
bersangkutan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum
sempurna seutuhnya karena adanya keterbatasan ilmu dan
pengalaman yang dimiliki oleh penulis , maka demikian
penulis berharap kritikan dan saran dari para pembaca
laporan ini yang bersifat membangun akan penulis.
Pekanbaru,Desember 2023

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................................v
I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan Praktikum.................................................................................................1
II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................2
2.1 Pengertian Diagram Pohon..................................................................................2
2.2 Stratifikasi Hutan Hujan Tropika.........................................................................4
III METODOLOGI..............................................................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat...............................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................................7
3.3 Langkah kerja/Prosedur Pelaksanaan...................................................................7
IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................9
4.1 Hasil.....................................................................................................................9
4.2 Pembahasan..........................................................................................................9
V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................21
5.1 Kesimpulan........................................................................................................21
5.2 Saran...................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................22
LAMPIRAN.......................................................................................................................23

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengukuran Pohon...................................................................9

v
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutantropika basah.
Banyak para ahli yang mendiskripsi hutan tropika basahsebagai ekosistem spesifik, yang
hanya dapat berdiri mantap denganketerkaitan antara komponen penyusunnya sebagai
kesatuan yang utuh.Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk
struktur hutan tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu pulaseperti stabilitas
ekonomi, produktivitas biologis yang tinggi, siklushidrologis yang memadai dan lain-lain.
Secara de facto tipe hutan inimemiliki kesuburan tanah yang sangat rendah, tanah
tersusun oleh partikel lempung yang bermuatan negatif rendah seperti kaolinite danillite.
Kondisi tanah asam ini memungkinkan besi dan almunium menjadi aktif di samping
kadar silikanya memang cukup tinggi,sehingga melengkapi keunikan hutan ini.
Namun dengan pengembanganstruktur yang mantap terbentuklah salah satu fungsi
yang menjadiandalan utamanya yaitu ”siklus hara tertutup” (closed nutrient cycling)dan
keterkaitan komponen tersebut, sehingga mampu mengatasi berbagai kendala/keunikan
tipe hutan ini (Kuswanda dan Mukhtar,2008). Di dalam kanopi iklim mikro berbeda
dengan keadaan sekitarnya;cahaya lebih sedikit, kelembaban sangat tinggi, dan
temperatur lebihrendah. Pohon- pohon kecil berkembang dalam naungan pohon yang
lebih besar, di dalam iklim mikro inilah terjadi pertumbuhan. Didalam lingkungan
pohonpohon dengan iklim mikro dari kanopi berkembang juga tumbuhan yang lain
seperti pemanjat, epifit, tumbuhan pencekik, parasit dan saprofit. Pohon-pohon dan
banyak tumbuhan lain berakar menyerap unsur hara dan air pada tanah.
Model arsitektur pohon adalah bangunan suatu pohon sebagai hasil pertumbuhan
meristematik yang dikontrol secara morfogenetik. Bangunan pohon ini berhubungan
dengan pola pertumbuhan batang, percabangan dan pembentukan pucuk terminal. Model
arsitektur suatu pohon mempengaruhi besarnya aliran batang (stemflow) dan curahan
tajuk (throughfall), selanjutnya aliran batang dan curahan tajuk menentukan besarnya
aliran permukaan dan erosi tanah (Syafie, 2009). Vegetasi hutan telah dikenal salah
satunya dapat menyumbang hasil air.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana menggambarkan
suatu arsitektur pohon.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun praktikum ini bertujuan untuk menggambarkan suatu arsitektur pohon.

1
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diagram Pohon


Diagram profil merupakan gambaran yang digunakan untuk membuat deskripsi
tentang klasifikasi hutan tropis. Diagram ini digunakan untuk menggambarkan variasi
tipe formasi di sepanjang gradien lingkungan yang utama, di samping itu juga digunakan
untuk mendeskripsikan dan mengklasifikasi komunitas tumbuhan secara individual.
Individu tumbuhan tersebut dibedakan atas tiga strata, stratum A dengan tinggi pohon
>20 m, stratum B dengan tinggi 10-19,9 m merupakan lapisan yang saling menutup.
Secara umum struktur tampakan lapisan atas tiap-tiap tipe hutan di satu lokasi akan
berbeda, demikian pula antar lokasi yang berbeda. Pada kenyataannya, struktur
komunitas atau tegakan mempunyai tampilan karakteristik berbeda-beda menurut lokasi
dan daerahnya. Data tinggi pohon, menunjukkan salah satu proyeksi penggambaran profil
tegakan pohon di kawasan hutan dataran rendah 50 m x 20 m, Dengan demikian data
tersebut memberikan gambaran bahwa pola keragaman spesies dan kompleksitas struktur
hutannya merupakan ekosistem hutan (Kalima, 2018).
Matahari penuh dari atas dan dari samping serta sedikit lebih besar dari pada rata-
rata pohon dalam tegakan, pohon codominant (kodominan) adalah pohon- pohon dengan
tajuk sama dengan rata-rata permukaan tajuk tegakan yang menerima cahaya penuh dari
atas dan sedikit dari samping dan biasanya dengan ukuran tajuk sedang, pohon
intermediate (pertengahan) adalah pohon-pohon yang lebih kecil dari kedua kelas tersebut
diatas, terletak diantara kelas dominan dan kodominan, menerima cahaya sedikit dari atas
dan samping tak ada cahaya langsung, pohon overtopped/suppressed (tertekan) adalah
pohon dengan tajuk dibawah codominant maupun intermediate, sehingga sama sekali
tidak menerima cahaya langsung baik dari atas maupun dari samping dan pohon mati
adalah pohon yang ditemukan pada tegakan bervariasi sesuai dengan jenis (toleransi),
umur dan sejarah pertumbuhannya, dan kerapatan tegakan (Sitorus, 2011).
Ukuran tajuk juga dapat dimanfaatkan untuk menentukan kompetisi antar tajuk.
Tajuk yang lebat dan padat berhubungan dengan tingkat potensial, sementara tajuk yang
kecil dan jarang, membuktikan adanya tanggapan terhadap tempat tumbuh yang jelek,
kompetisi atau penyakit tinggi juga merupakan salah satu parameter yang mudah untuk
dilihat dalam pertumbuhan. Tajuk merupakan bagian dari tanaman yang memiliki salah
satu fungsi untuk menahan pukulan air hujan. Selain itu tajuk juga memiliki kaitan
penting dengan faktor-faktor seperti jarak tanam permulaan, dan kontrol kualitas kayu,
pemeliharaan antar tegakan. Selain itu tajuk juga berpengaruh terhadap produksi sebuah

2
tanaman. Pembentukan arsitekstur tajuk bertujuan untuk mengurangi sistem percabangan,
meratakan penerimaan cahaya, menyebarkan percabangan agar dapat membagi ruang
tumbuh secara merata, mempermudah pengelolaan pohon, dan mempermudah
penyusunann anggaran kebun serta prediksi hasil karena ukuran dan bentuk pohon
seragam (Wijayanto dan Nurunnajah, 2012).
Diagram profil merupakan gambaran yang digunakan untuk membuat deskripsi
tentang klasifikasi hutan tropis. Diagram ini digunakan untuk menggambarkan variasi
tipe formasi di sepanjang gradien lingkungan yang utama, di samping itu juga digunakan
untuk mendeskripsikan dan mengklasifikasi komunitas tumbuhan secara individual.
Individu tumbuhan tersebut dibedakan atas tiga strata, stratum A dengan tinggi pohon
>20 m, stratum B dengan tinggi 10-19,9 m merupakan lapisan yang saling menutup.
Secara umum struktur tampakan lapisan atas tiap-tiap tipe hutan di satu lokasi akan
berbeda, demikian pula antar lokasi yang berbeda. Pada kenyataannya, struktur
komunitas atau tegakan mempunyai tampilan karakteristik berbeda-beda menurut lokasi
dan daerahnya. Data tinggi pohon, menunjukkan salah satu proyeksi penggambaran profil
tegakan pohon di kawasan hutan dataran rendah 50 m x 20 m, Dengan demikian data
tersebut memberikan gambaran bahwa pola keragaman spesies dan kompleksitas struktur
hutannya merupakan ekosistem hutan (Kalima, 2018).
Pohon dapat dibagi menjadi pohon dominant (dominan) adalah pohon dengan tajuk
meluas di atas permukaan tajuk pada umunya dan menerima cahaya matahari penuh dari
atas dan dari samping serta sedikit lebih besar dari pada rata-rata pohon dalam tegakan,
pohon codominant (kodominan) adalah pohon- pohon dengan tajuk sama dengan rata-rata
permukaan tajuk tegakan yang menerima cahaya penuh dari atas dan sedikit dari samping
dan biasanya dengan ukuran tajuk sedang, pohon intermediate (pertengahan) adalah
pohon-pohon yang lebih kecil dari kedua kelas tersebut diatas, terletak diantara kelas
dominan dan kodominan, menerima cahaya sedikit dari atas dan samping tak ada cahaya
langsung, pohon overtopped/suppressed (tertekan) adalah pohon dengan tajuk dibawah
codominant maupun intermediate, sehingga sama sekali tidak menerima cahaya langsung
baik dari atas maupun dari samping dan pohon mati adalah pohon yang ditemukan pada
tegakan bervariasi sesuai dengan jenis (toleransi), umur dan sejarah pertumbuhannya, dan
kerapatan tegakan (Sitorus, 2011).
Diagram profil hutan dibuat dengan meletakkan plot, biasanya dengan panjang 40-
70m dan lebar 10 m, tergantung densitas pohon. Ditentukan posisi setiap pohon,
digambar arsitekturnya berdasarkan skala tertentu, diukur tinggi, diameter setinggi dada,
tinggi cabang pertama, serta dilakukan pemetaan proyeksi kanopi ke tanah. Profil hutan

3
menunjukkan situasi nyata posisi pepohonan dalam hutan, sehingga dapat langsung
dilihat ada tidaknya strata hutan secara visual dan kualitatif . Dalam kasus tertentu,
histogram kelas ketinggian atau biomassa dibuat sebagai pelengkap diagram profil hutan
(Ashton dan Hall, 1992).
Profil pohon merupakan gambaran mengenai posisi pohon yang di plotkan pada
peta pohon, diameter tajuk pohon, dan kerapatan tajuk suatu tegakan. Pembuatan diagram
profil pohon merupakan salah satu cara untuk menduga potensi biomassa yang dimiliki
oleh suatu tegakan. Kegiatan pengumpulan data dan informasi suatu tegakan
menggunakan metode langsung dengan ground check, metode tidak langsung
menggunakan pengindraan jarak jauh, atau kombinasi kedua metode tersebut merupakan
kegiatan inventarisasi hutan. Dalam hidupnya tumbuhan akan menunjukan bentuk
keseluruhan yang disebut model arsitektur.
Kita dapat memastikan model arsitektur suatu pohon setelah masa pembungaan
pertama. Model arsitektur pohon dapat diketahui kegunaan pohon secara ekonomis dan
kebutuhan ekologi spesies. Model arsitektur pohon tersebut berhubungan dengan genetika
dan lingkungan (Naemah et al., 2014).
2.2 Stratifikasi Hutan Hujan Tropika
Stratifikasi hutan hujan tropika dapat dibedakan menjadi 5 lapisan, yaitu :
1. Lapisan A (lapisan pohon-pohon yang tertinggi atau emergent),
2. Lapisan B dan C (lapisan pohon-pohon yang berada dibawahnya atau
yangberukuran sedang),
3. Lapisan D (lapisan semak dan belukar) dan
4. Lapisan E (merupakan lantai hutan).
Struktur suatu masyarakat tumbuhan pada hutan hujan tropika basah dapat
dilihat dari gambaran umum stratifikasi pohon-pohon perdu dan herba tanah.
Struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu :
1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan
diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan
herba penyusun vegetasi.
2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak
dari suatu individu terhadap individu lain.
3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.
(Kartawinata,1984).
Secara umum struktur tampakan lapisan atas (layers) tiap-tiap tipe hutan di
satu lokasi akan berbeda, demikian pula antar lokasi yang berbeda. Pada

4
kenyataannya, struktur komunitas atau tegakan mempunyai tampilan karakteristik
berbeda-beda menurut lokasi dan daerahnya. Diagram profil merupakan gambaran
yang digunakan untuk membuat deskripsi tentang klasifikasi hutan tropis. Diagram
ini digunakan untuk menggambarkan variasi tipe formasi di sepanjang gradien
lingkungan yang utama, di samping itu juga digunakan untuk mendeskripsikan dan
mengklasifikasi komunitas tumbuhan. secara individual. Perubahan struktur
tegakan hutan tersebut kemungkinan karena adanya perbedaan kemampuan pohon
dalam memanfaatkan energi matahari, unsur hara dan air serta sifat kompetisi. Oleh
karena itu komposisi vegetasinya di dalam tegakan hutan akan membentuk sebaran
kelas diameter yang bervariasi (Kalima, 2011).
Stratifikasi kanopi merupakan salah satu konsep tertuadalam ekologi hutan
tropis. Konsep ini telah dikembangkan sejak permulaan abad ke-19. Istilah
stratifikasi digunakan untuk tiga perbedaan yang saling terkait, yaitu stratifikasi
vertikal biomassa, stratifikasi vertikal kanopidan stratifikasi vertikal spesies.
Stratifikasi di hutan tropis memiliki beberapa variasi, tetapi umumnya terdiri dari
lima lapisan, yaitu lapisan pertama terdiri dari pepohonan dengan ketinggian 30- 45
m, lapisan kedua terdiri dari pepohonan dengan ketinggian 18-27 m, lapisan ketiga
terdiri dari pepohonan dengan ketinggian 8-24 m, lapisan semak terdiri dari anak
pohon dan semak dengan ketinggian.
Hutan hujan tropika terkenal karena pelapisannya, ini berarti bahwa populasi
campuran di dalamnya disusun pada arah vertikal dengan jarak teratur secara
kontinu. Tampaknya pelapisan vertikal komunitas hutan itu mempunyai sebaran
populasi hewan yang hidup dalam hutan itu. Sering terdapat suatu atau beberapa
populasi yang dalam kehidupan dan pencarian makanannya (Whitmore,1975).
Suatu stratum pohon dapat membentuk suatu kanopi yang kontinu atau
diskontinu. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya tajuk-tajuk yang saling
bersentuhan secara lateral. Istilah kanopi adakalanya sinonim dengan stratum.
Kanopi berart i suatu lapisan yang s edikit banyak kontinu dari tajuk-tajuk pohon
yang tingginya mendekati sama, misalnya permukaan yang tertutup. Atap dari
hutan kadangkala juga disebut kanopi. Di dalam hutan hujan, permukaan ini dapat
dibentuk oleh tajuk-tajuk dari stratum yang paling tinggi saja.
Hutan hujan tropika terkenal karena pelapisannya. Ini berarti bahwa populasi
campuran di dalamnya disusun pada arah vertikal dengan jarak teratur secara tak
sinambung. Meskipun ada beberapa keragaman yang perlu diperhatikan kemudian,
hutan itu secara khas menampikan tiga lapisan pohon. Lapisan pohon ini dan

5
lapisan lainnya yang terdiri dari belukar serta tumbuhan terna diuraikan sebagai
berikut :
1. Lapis paling atas (tingkat A) terdiri dari pepohonan setinggi 30-45 m. pepohonan
yang
munculkeluar ini mencuat tinggi di atas sudur hutan, bertajuk lebar, dan ummnya
terxebar sedemikan rupa sehingga tidak saling bersentuhan membentuk lapisan
yang bersinambung. Bentuk khas tajuknya sering dipakai untuk mengenali
spesies itu dalam suatu wilayah. Pepohonan yang mencuat itu sering berakar
agak dangkal dan berbanir.

2. Lapis pepohonan kedua (tingkat B) di bawah yang mencuat tadi, ada kalanya
disebut juga sebagai tingkat atas, terdiri dari pepohonan yang tumbuh sampai
ketinggian sekitar 18- 27 mm. pepohonan in tumbuh lebih berdekatan dan
cenderun membentuk sudur yagn bersinambung. Tajuk sering membulat atau
memanjang dan tidak selebar seperti pada pohon yang mencuat.

3. Lapis pepohonan ketiga (tingkat C), yang juga dinamakan tingkat bawah, terdiri
dari pepohonan yang tumbuh sampai ketinggian sekitar 8-14 m. pepohonan di sini
sering mempunyai bentuk yang agak beraneka tetapi cenderung membentuk
lapisan yang rapat, terutama di tempat yang lapisan keduanya tidak demikian.
4. Selain dari lapis pepohonan tersebut, terdapat lapis belukar yang terdiri dari spesies
dengan ketinggian yang kebanyakan kurang dari 10 m. tampaknya terdapat dua
bentuk belukar : yang mempunyai percabangan dekat tanah dan karenanya tak
mempunyai sumbu utama; dan yang menyerupai pohon kecil karena mempunyai
sumbu utama yang jelas, yang sering dinamakan pohon kecil dan mencakup pohon
muda dari spesies pohon yang lebih besar.
5. Lapisan terna yang terdiri dari tumbuhan yang lebih kecil yang merupakan
kecmbah pepohonan yang lebih besar dari lapisan yang lebih atas (Ewusie, 1990)

6
III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Ekologi Hutan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Oktober 2023 di
hutan kampus di lingkungan Universitas Lancang Kuning.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun bahan dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Komunitas hutan alam atau yang menyerupai hutan alam
2. Kompas
3. Meteran 20 m
4. Phi-band
5. Hagameter
6. Tali rafia
7. Galah
8. Golok / parang
9. Kertas milimeter
10. Rapido dan alat tulis
3.3 Langkah kerja/Prosedur Pelaksanaan
Adapun langkah kerja pada praktikum ini yaitu, sebagai berikut:
1. Tentukan secara purposive sampling komunitas hutan berdasarkan
keterwakilan ekosistem hutan yang akan dipelajari sebagai petak contoh
pengamatan profil.
2. Buatlah petak contoh berbentuk jalur dengan arah tegak lurus kontur
(gradien perubahan tempat tumbuh) dengan ukuran lebar 10 m dan
panjang 60 m, ukuran petak contoh dapat berubah tergantung pada
kondisi hutan.
3. Anggap lebar jalur (10 m) sebagai sumbu Y dan panjang jalur (60 m)
sebagai sumbu X.
4. Beri nomor semua pohon yang berdiameter ≥ 7 cm atau tinggi total ≥ 4
m yang ada di petak contoh tersebut.
5. Catat nama jenis pohon dan ukur posisi masing-masing pohon terhadap
titik kordinat X dan Y.

7
6. Ukur diamater batang pohon setinggi dada, tinggi total, dan tinggi bebas
cabang, serta gambar bentuk percabangan dan bentuk tajuk.
7. Ukur luas proyeksi (penutupan) tajuk terhadap permukaan tanah paling
tidak dari dua arah pengukuran, yaitu arah tajuk terlebar dan tersempit.

8
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Lokxxxzadsssddscddsasi : Arboretum UNILAK
Kelompok :1
Tanggal Pengukuran : 22 Oktober 2023
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengukuran Pohon

Tinggi
Nama DBH Posisi pohon
Pohon Proyeksi Tajuk (m)
(m)
No. (m)
jenis (cm)

X Y TT TBC Depan Belakang kanan Kiri


1 Klat 30m 12m 9m 14 8 4m 3m 2m 3m
2 Klat 25m 15m 11m 18 7 5m 4m 5m 3m
3 laban 55m 10m 3m 22 15 7m 6m 6m 6m
4 laban 38m 11m 5m 15 7 2m 5m 6m 2m
5 meranti 32m 13m 2m 18 17 2m 3m 2m 2m
28m 15m 4m 24 11 4m 2m 7m 2m
6 Sendok-sendok

7 ludai 27m 17m 7m 13 11 4m 3m 4m 5m


8 ludai 35m 20m 10m 30 17 8m 3m 4m 5m
12 3m 3m 4m 4m
9 Sendok-sendok 21m 28m 8m 20
10 Sendok-sendok 33m 30m 11m 28 18 5m 3m 3m 4m

11 Karet 35m 18m 11m 27 12 6m 3m 4m 2m

12 karet 40m 20m 13m 29 15 4m 3m 4m 4m

13 Sendok-sendok 34m 22m 19m 28 25 4m 5 6 2

14 ludai 27m 17m 7m 13 11 4m 3m 4m 5m

15 laban 40 m 10m 3m 22 15 7m 4m 6m 5m

9
16 Karet 40m 18m 11m 27 12 5m 3m 4m 2m

17 karet 36m 20m 13m 27 15 4m 3m 4m 4m

18 27m 22m 4m 25 115 4m 3m 7m 2m


Sendok-sendok

19 Karet 35m 18m 11m 27 12 5m 3m 4m 2m

20 ludai 40m 20m 10m 30 17 7m 3m 4m 5m

4.2 Pembahasan
Dari data yang didapatkan dilapangan parameter yang diamati dalam praktikum
kali ini adalah tinggi (m), proyeksi tajuk (m), diameter. Adapun variabel yang diamati
adalah diameter dan tinggi pohon, dan jumlah individu dari setiap spesies pohon dari
berbagai tingkat pertumbuhan (semai, pancang, tiang, dan pohon). Kriteria tingkat
pertumbuhan pohon dalam penelitian ini mengikuti klasifikasi sebagai berikut semai
adalah anakan pohon mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m,
pancang adalah anakan pohon yang tingginya > 1,5 meter sampai diameter < 10 cm,
tiang adalah anakan pohon yang berdiameter 10 cm sampai 20 cm dan pohon adalah
pohon dewasa berdiameter 20 cm. Pada praktikum ini diperoleh bahwa cara mengukur
diameter pada tumbuhan adalah dengan mengukur badan dengan setinggi dada, karena
tinggi orang indonesia kira-kira 1.3-1.5 meter, jadi digunakan untuk mengukur
diameter pada pohon setelah banir. Dalam kegiatan inventarisasi, sebaran diameter
pohon setinggi dada sangat diperlukan karena merupakan parameter utama yang erat
sekali hubungannya dengan parameter yang lain didalam meramalkan tegakan suatu
areal hutan. Dengan mengetahui potensi tegakan hutan maka dapat disusun rencana
pengelolaan hutan yang tepat. Pengumpulan data untuk kedua profil tersebut, baik
secara horizontal maupun vertikal dapat dilakukan secara bersama-sama.
Pada pembuatan gambar tajuk pohon ini, kami menggambar tajuk pohon dari
hasil data yang telah kami dapatkan di praktikum sebelumnya. Dapat dilihat profil
pohon tajuk atas dan profil pohon tampak samping bahwa setiap tajuk dari sisi yang
berbeda maka hasil nya pun berbeda. Ada 20 gambar profil pohon yang kami gambar,
yang dimana jenis pohon yang sama yaitu pohon klat terdapat ada dua pohon, pohon
laban ada tiga pohon, sendok-sendok terdapat 5 pohon yang sama, pohon ludai ada
pohon yang sama ,dan ada 1 jenis yang berbeda yaitu pohon meranti.
Untuk profil pohon tampak tajuk atas meliputi D (Depan), B (Belakang), KA

10
(Kanan) dan KI (Kiri). Yang dimana profil ini dibuat dengan sumbu X dan sumbu Y.
Sumbu Y=Tinggi tajuk dan sumbu X=Lebar. Tinggi pada tajuk dari atas ini pohon
yang paling tinggi aitu pohon pulai setinggi 18m dan pohon ter rendah yaitu pohon
Meranti. Sementara itu untuk profil pohon tampak samping, yang dimana profil ini
dibuat dengan sumbu X dan sumbu Y. Sumbu Y=Tinggi tajuk dan sumbu X=Lebar.
Tinggi dsari tajuk tampak samping ini pohon yang paling tinggi yaitu pohon ludai
setinggi 30m dan pohon terendah yaitu pohon yaitu setinggi 13m.
Pembuatan diagram profil arsitektur pohon membutuhkan data-data seperti
diameter, tinggi total, tinggi bebas cabang, koordinat (X,Y), serta proyeksi tajuk.
Diagram profil hutan dibuat dengan meletakkan plot, digambar arsitekturnya dengan
skala 1:100. Ditentukan posisi X dan diameter setinggi dada di sumbu X pada setiap
pohon, Kemudian tinggi bebas cabang dan tinggi total di sumbu Z. Untuk proyeksi
tajuk yaitu, ditempatkan pohon sesuai koodinat X di sumbu X dan koordinat Y
disumbu Y, kemudian dilakukan proyeksi tajuk ke arah depan, belakang, kiri, dan
kanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ashton dan Hall (1992) yang menyatakan
diagram profil hutan dibuat dengan meletakkan plot, tergantung densitas pohon.
Ditentukan posisi setiap pohon, digambar arsitekturnya berdasarkan skala tertentu,
diukur tinggi, diameter setinggi dada, tinggi cabang pertama, serta dilakukan pemetaan
proyeksi kanopi ke tanah. Profil hutan menunjukkan situasi nyata posisi pepohonan
dalam hutan, sehingga dapat langsung dilihat ada tidaknya strata hutan secara visual
dan kualitatif. Dalam kasus tertentu, histogram kelas ketinggian atau biomassa dibuat
sebagai pelengkap diagram profil hutan.
Pohon dominan merupakan pohon yang paling tinggi di suatu populai pohon
bakau. Dari hasil pengukuran tinggi pohon di Hutan mangrove bagus ,ketinggian
pohon 4,9 m (3,5m≤t<5m) merupakan pohon yang dominan di populasi bakau tersebut.
Sedangkan yang kodominan ketinggiannya 3 sampai 2,9m (2m≤t<3,5m).
Dengan mengetahui pola penyebaran diameter maka sistem perencanaan
manajemen dan pengelolaan hutan dapat disesuaikan untuk keperluan jangka panjang.
Selanjutnya dikatakan juga bahwa jika pohon-pohon dari suatu tegakan dikelompokkan
kedalam interval kelas diameter maka akan diperoleh sebaran diameter yang
menjadi gambaran tentang struktur tegakan. Data profil vertikal diperoleh dengan
mengukur tinggi pohon total, tinggi bebas cabang, serta tebal.
Data profil horizontal diperoleh dengan mengukur jarak awal sumbu X dan
sumbu Y dengan meteran, dan mencatat semuanya baik tinggi batang, diameter, jarak
antara sumbu X dan Y pada tally sheet pengumpul data yang telah disediakan tanpa

11
tegakan, tipe tanah, dan lain-lain. Pada pengamatan dengan luas plot 10 x 60 meter ini
di dapat 18 pohon. Seluruh pohon memiliki diameter, tinggi, dan proyeksi tajuk yang
berbeda-beda. Telah didapat hasil yang telah dipaparkan pada tabel 1. Diperoleh bahwa
tajuk yang berukuran besar menunjukkan bahwa besarnya tingkat kesuburan tanah dan
penyinaran cahaya matahari pada saat pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyatan
Rahajo dan Sudarno (2013) yang menyatakan bahwa ukuran tajuk merupakan
komponen penting dalam model pertumbuhan dan terdapat hubungan yang erat antara
ukuran tajuk dengan potensi pertumbuhan pohon. Ukuran tajuk sebanding dengan
tinggi pohon.
Tajuk pohon adalah bagian pohon yang mendukung proses fisiologis pohon.
Tajuk pohon tersusun atas kumpulan ranting, cabang dan daun pada bagian atas pohon.
Tajuk terkena cahaya merupakan bagian tajuk di bagian atas tajuk pohon, bagian ini
aktif melakukan fotosintesis apabila terkena cahaya. Tajuk merupakan keseluruhan
bagian tumbuhan, termasuk pohon, perdu, dan Liana yang berada di atas permukaan
tanah yang menempel pada batang utama. Istilah tajuk biasanya dipakai untuk
menggambarkan mengenai morfologi atau ekologi suatu komunitas pohon. Tajuk
memiliki bentuk yang bermacam-macam. Pengukuran pada tajuk dipakai untuk
mendekati kesehatan suatu tumbuhan dan efisiensi fotosintesis yang dilakukannya.
Pohon, dengan bentuk cabang ranting dan daun yang disebut tajuk, dapat
meredam kerasnya tumbukan air hujan dan terpaan panas sinar matahari. Selain itu
tajuk pohon mampu mengurangi kekuatan tetesan hujan lewat lebatnya daun. Tajuk
pohon pun mampu meredam panas dari radiasi matahari. Pohon dengan tajuk yang
lebat mampu menjadi peredam penduduk dan pendingin lingkungan sekitar. Sinar
matahari yang diserap daun digunakan oleh pohon untuk melakukan proses
tumbuhan hijau yaitu proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis sinar
matahari dibutuhkan oleh daun untuk melakukan proses pembentukan makanan yang
dibutuhkan seluruh tubuh pohon. Hasil fotosintesis ini berupa gas oksigen yang
dihembuskan ke sekeliling pohon dan karbohidrat yang disimpan pada daun batang
serta akar.
Macam-macam bentuk tajuk:
1. Tajuk fastigiate : tajuk dengan bentuk seperti kubah yang memiliki ciri-ciri
meruncing pada ujung dan pangkal daun.
2. Tajuk columnar : tajuk dengan bentuk silinder yang memiliki ciri membentuk
silinder tipis.
3. Tajuk cone-shape : kerucut yang memiliki ciri bentuk kerucut.

12
4. Tajuk rounded : tajuk dengan bentuk bulat atau membulat dengan ciri bulat.
5. Tajuk spreading : tajuk yang menyebar ke segala arah yang memiliki ciri melebar.
6. Tajuk weeping : tajuk yang menjari ke bawah dan memiliki ciri-ciri menjuntai.
7. Tajuk picturesque : tajuk dengan pohon yang indah yang memiliki ciri-ciri bentuk
seperti lukisan.
Pada praktikum 4 ini bertujuan untuk membuat diagram profil suatu tegakan.
Diagram profil adalah salah satu metode stratifikasi biomassa yang kurang abstrak
dengan tingkat ketelitian yang berbeda-beda dan dengan tujuan, variabel, dan ukuran
komunitas yang beragam. Diagram profil dapat digunakan untuk mendeskripsikan
susunan vertikal secara rinci tidak seperti diagram lapis. Ini dikarenakan diagram profil
digambarkan secara tiga dimensi berdasarkan data yang terperinci seperti posisi tiap
individu dominan dan pengukuran ketinggian tiap individu (Mueller-Dombois,
2016).

Diagram profil ini dibuat dengan tujuan untuk mengamati kenampakan vegetasi
secara keseluruhan Diagram ini akan menunjukkan vegetasi serta ekosistem di
sekitarnya, mulai dari keanekaragaman hayati dan aktivitasnya serta kedewasaan
tegakan (Suci, 2017). Pada praktikum ini, diagram profil hutan dibuat dengan metode
manual menggunakan kertas milimeter blok. Data yang digunakan pada proses
pembuatan diagram profil diambil di Hutan arboretum dan menghasilkan data seperti
nama jenis- jenis pohon, koordinat pohon, tinggi pohon, tinggi pohon bebas cabang,
tinggi tajuk terluas dan panjang/lebar tajuk, serta keterangan sketsa pohon.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam membuat diagram profil horizontal
adalah membuat sumbu x dan y sesuai ukuran petal ukur. Lalu posisi tiap individu
pohon bisa ditentukan dengan koordinat yang sudah ada. Tajuk dibuat dengan
memperhatikan panjang tajuk ke arah empat mata angin. Untuk tajuk yang beririsan,
ketinggian pohon bisa diperhatikan. Untuk diagram vertikal sendiri, koordinat x tetap
digunakan dengan data ketinggian pohon sebagai sumbu y dan tajuk hanya
memperhatikan arah barat dan timur dari panjang tajuk. Tajuk mulai terbentuk di tinggi
batang bebas cabang sampai tinggi pohon sedangkan tajuk terlebar ada di titik tajuk
terluas. Metode ini bersifat subjektif dimana persepsi dan ketelitian orang berbeda-beda
sehingga bisa menghasilkan diagram yang berbeda-beda pula. Namun metode ini tidak
membutuhkan biaya yang tinggi. Metode ini menggambarkan pohon yang tiga dimensi
menuju bidang dua dimensi sehingga sulit untuk digambarkan.
Menurut (Sadili, dkk, 2019), struktur hutan yang cukup lengkap ditandai dengan
adanya empat stratum yaitu stratum A (35m), stratum B (25 m -35 m), stratum C (10 m

13
25 m), dan stratum D ((<10 m). Dari diagram profil hutan Yang telah dibuat,bisa di
interpretasikan bahwa pohon di hutan menggerombol/berkelompok di satu tempat dan
stratum yang tidak terlalu lengkap ditandai dengan ketinggian pohon yang berkisar
mulai dari 6 meter hingga 21 meter. Ini menandakan hanya dua stratum tajuk yang ada.
Hasil ini bisa digunakan untuk berbagai macam hal dalam pengelolaan hutan misalnya
pengukuran besaran intersepsi air hujan, besaran crosi tanah, kecocokan habitat satwa,
dan lain-lain. Kriteria ketiga golongan pohon di atas didasarkan pada hubungan antara
tinggi total pohon (Tt), tinggi bebas cabang (Tbc), tinggi pohon maksimum yang dapat
dicapai/pohon normal (Tn) dan diameter setinggi dada (Dbh), dengan kriteria masing-
masing.
Ukuran tajuk juga dapat dimanfaatkan untuk menentukan kompetisi antar tajuk.
Tajuk yang lebat dan padat berhubungan dengan tingkat potensial, sementara tajuk
yang kecil dan jarang, membuktikan adanya tanggapan terhadap tempat tumbuh yang
jelek, kompetisi atau penyakit tinggi juga merupakan salah satu parameter yang mudah
untuk dilihat dalam pertumbuhan. Tajuk merupakan bagian dari tanaman yang
memiliki salah satu fungsi untuk menahan pukulan air hujan. Selain itu tajuk juga
memiliki kaitan penting dengan faktor-faktor seperti jarak tanam permulaan, dan
kontrol kualitas kayu, pemeliharaan antar tegakan. Selain itu tajuk juga berpengaruh
terhadap produksi sebuah tanaman. Pembentukan arsitekstur tajuk bertujuan untuk
mengurangi sistem percabangan, meratakan penerimaan cahaya, menyebarkan
percabangan agar dapat membagi ruang tumbuh secara merata, mempermudah
pengelolaan pohon, dan mempermudah penyusunann anggaran kebun serta prediksi
hasil karena ukuran dan bentuk pohon seragam (Wijayanto dan Nurunnajah, 2012).
Pohon dapat dibagi menjadi pohon dominant (dominan) adalah pohon dengan
tajuk meluas di atas permukaan tajuk pada umunya dan menerima cahaya, matahari
penuh dari atas dan dari samping serta sedikit lebih besar dari pada rata-rata pohon
dalam tegakan, pohon codominant (kodominan) adalah pohon- pohon dengan tajuk
sama dengan rata-rata permukaan tajuk tegakan yang menerima cahaya penuh dari atas
dan sedikit dari samping dan biasanya dengan ukuran tajuk sedang, pohon intermediate
(pertengahan) adalah pohon-pohon yang lebih kecil dari kedua kelas tersebut diatas,
terletak diantara kelas dominan dan kodominan, menerima cahaya sedikit dari atas dan
samping tak ada cahaya langsung, pohon overtopped/suppressed (tertekan) adalah
pohon dengan tajuk dibawah codominant maupun intermediate, sehingga sama sekali
tidak menerima cahaya langsung baik dari atas maupun dari samping dan pohon mati
adalah pohon yang ditemukan pada tegakan bervariasi sesuai dengan jenis (toleransi),

14
umur dan sejarah pertumbuhannya, dan kerapatan tegakan (Sitorus, 2011).
Karasteristik pohon secara arsitektur dand i n a m i k a n y a merupakan
deskripsi untukmengetahui arsitekturnya. Secara u m u m arsitektur
pohon merupakan ekspresi genetiky a n g d a p a t d i l i h a t s e c a r a m o r f o l o g i
d a r i sebatang pohon pada suatu (Murniati, 2009).M o d e l arsitektur
pohon pada d a s a r n y a merupakan struktur atau konstruksi pohon
sebagai hasil pertumbuhan m e r i s t e m a t i k (Nuraeni, Setiadi, &
Widyatmoko, 2013)
Arsitektur pohon sangat berpengaruh terhadap air dan tanah termasuk curah hujan,
aliran permukaan, curahan tajuk, aliran batang, infiltrasi dan erosi (Nuraeni et al.,
2013). Perbedaan faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi keberadaan jenis-jenis
vegetasi bawah yang dapat hidup. Vegetasi bawah ini umumnya berupa rumput, herba, semak atau
perdu rendah dan anggota dari suku-suku Poaceae, Araceae, Asteraceae paku-pakuan
dan lain-lainnya (Alief, 2014).
Pada pengukuran profil arsitektur praktikum ini menggunkan alat hagameter yang
digunakan untuk mengukur tinggi pada pohon menggunakan sekala 15. Cara kerjanya yaitu
pembidik berada pada jarak yang telah ditentukan, setelah itu membidik pohon bagian
atas (Ma) dan bagian bawah (Mc). Kemudian mengukur Dbh pada setiap pohon untuk mencari
keliling pohon menggunakan meteran. Jika pohon terdapat cabang, maka menggunakan
rumus Tbc. Pengukuran profil arsitektur ini bertujuan untuk mengidentifikasi kategori
pohon berdasarkan ukuran pohon. Sehingga hasil pengukuran profil arsitektur pada
praktikum lapang ini bisa sebagai sumber informasi dalam ilmu pengetahuan.
Suhardi (2005) menjelaskan bahwa pertumbuhan pohon dipengaruhi oleh dua
faktor utama, yaitu faktor genetic dan lingkungan sebagaimana ditunjukkan pada
gambar berikut:
Kemudian menurut Supriyanto (2010; komunikasi pribadi) dijelaskan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon terdiri atas 3 faktor, yaitu :
1. Genetik (perilaku sel, arsitektur pohon dan akar, hormon, ZPT, serat, )
2. Lingkungan (cahaya, tanah, air, cekaman, mikorhiza). Setiap tumbuhan mampu
melakukan adaptasi lingkungan untuk mempertahankan hidupnya.
3. Silvikultur (praktek silvikultur, IPM). Setiap praktek silvikultur akan
mempengaruhi hasil akhir yang diperoleh.
Secara lebih rinci diketahui bahwa banyak faktor alasan atau penyebab yang
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan pohon. Apabila faktor tersebut

15
kebutuhannya tidak terpenuhi maka tanaman tersebut bisa mengalami dormansi/dorman
yaitu berhenti melakukan aktifitas hidup. Faktor pengaruh tersebut yakni :
1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,
reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan
adalah antara 22 °C – 37 °C. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal
tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti
2. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan
tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat
mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada
pembentukan sel yang lebih cepat.
3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan
fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya
matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-
kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses
pertumbuhan.
4. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan
sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk
menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi
matang.
Dengan diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon ini, maka
kita dapat melakukan penanaman pohon secar baik dan benar serta dapat menjaganya
agar pohon maupun hutan yang ada di bumi ini tidak punah.
Kriteria Penggolongan Model Morfogenetik
Kriteria penggolongan model morfogenetik dibagi berdasarkan 8 hal, yaitu :
1. Axis Monopodial / Simpodial. Axis Monopodial artinyaa kenampakan batang
pokok hanya satu, sedangkan axis simpodial batang pokoknya lebih dari satu.
2. Sifat pertumbuhan kontinyu/ritmik.Pertumbuhan kontinyu berarti tidak memiliki
periodesitas pemanjangan), sedangkan pertumbuhan ritmik berarti memiliki
periodesitas pada pemanjangannya.

16
3. Titik tumbuh apikal terbatas/tidak terbatas. Apikal berhenti setelah timbul fase
generatif.
4. Distribusi daun spiralis/berseling(districhous).Duduk daun spiralis biasanya
dijumpai pada axis yang vertikal, sedangkan duduk daun berseling biasanya
dijumpai pada axis yang mendatar.
5. Bunga terminalis/lateralis.Bunga terminalis letaknya di ujung axis cabang atau
batang, sedangkan bunga lateralis letaknya di ketiak daun.
6. Arah percabangan plagiotropis/orthotropik. Plagiotropis berarti arah
pertumbuhannya menuju ke samping dan kuncu ujung menghadap ke sampaing
atau terkulai ke bawah, sedangkan orthotrof berarti arah pertumbuhannnya menuju
ke atas dan begian kuncup ujung cabang ataupun ujung ranting tampak menghadap
ke atas.
7. Cabang syllepsis (plagiotropis pertama terpanjang dan
terlebar)/ prolepsis(orthotropis pertama terpendek berupa sisik
daun.Percabangan syllepsis yaitu percabangan yang dibentuk dari meristem lateral
dengan perkembangan yang kontinyu, sedangkan
percabangan prolepsis perkembangan cabang tidak kontinyu dengan beberapa
periode istirahat dari meristem lateralis.
8. Keluarnya cabang dari batang kontinyu/ritmik.Cabang kontinyu atau menerus
apabila cabang tumbuh pada ketinggian tertentu pada batang pokok diikuti cabang-
cabang lain, demikian seterusnya dan tidak jelas berulangnya, sedangkan cabang
ritmik apabila beberapa cabang tumbuh pada ketinggian tertentu pada cabang
pokok secara berulang dengan kelompok cabang yang satu dengan kelompok
cabang berikutnya jelas terlihat.
Model dan Arsitektur Percabangan
Pohon terbagi atas dua jenis, yaitu : Pohon Tak Bercabang dan Pohon Bercabang
1. Pohon tak bercabang
Pohon yang ter bercabang adalah pohon yang vegetatifnya yang terdiri hanya dari satu
sumbu yang dihasilkan oleh satu meristem. Meristem lain pada sumbu yakni yang
terdapat dikuncup aksilar tidak tumbuh dan berkembang.
Contoh : kelapa (cocos nucifea)
2. Model Holltum
Yaitu batang tumbuh terbatas, ada perhubungan terminal. Tak ada cabang (kecuali
perbungaan), atau batang monopodial terbatas.Contoh : agave sp. (agaveceage)
3. Model corner

17
Yaitu monopodial dan tak terbatas, dengan perhubungan lateral, tidak bercabang. Karena
posisi perhubungannya lateral, maka maristem apical dapat tumbuh terus.Contoh : kelapa
sawit (elatis guineensis, palmae)
4. Pohon bercabang
Yaitu semua pohon yang bagian batang diatas tanah memperlihatkan lebih dari satu
sumbu dan dibentuk oleh lebih dari satu meristem.
Kelompok pohon bercabang dibagi menjadi tiga (3), yaitu :
1. Sumbu vegetatif semuanya ekivalen dan ortotrop
 Kaulomer yang tumbuh sejak awal sampai kuncup terminal berkembang menjadi
bunga atau perbungaan, sehingga kaulomer terhenti pertumbuhannya , semua
kaulomer ini ekivalen (sama besar) dan ortotrop (percabangan yang tumbuh tegak
lurus keatas).
Semua kaulomer memiliki asal, cara tumbuh dan fungsi biologis yang sama.
Berikut ada 3 dari 4 model yang dikenal :
1. Model Tomlinson
Sumbu batang ortotrop akan membentuk cabang ortotrop dari kuncup ketiak dibagian
batang dibawah tanah. Sumbu baru ini itu ekivalen dengan sumbu induk dan membentuk
perakaran sendiri. Pembentukan sumbu baru atau kaulomer itu bias terjadi berulang
kali.Contoh : pisang ( musa paradisiaca).
2. Model chamberlain
Sumbu vegetatif diatas tanah tegak lurus, terdiri dari sejumlah kaulomer yang
berkesinambungan menjadi sumbu semu yang lurus. Kaulomer pertama tumbuh sampai
kuncup terminalnya membentuk bunga atau perbungaan sehingga sumbu terhenti
pertumbuhannya.Contoh : jantropha multifida (euphorbiaceae)
3. Model leewenberg
Batang berupa simpodium, namun setiap kaulomer menghasilkan lebih dari satu
kaulomer anak diujungnya, yang menepati ruang yang ada.Contoh : kamboja (plumeria
acuminate, apocynaceae) dan singkong (manihot utilissima, euphorbiaceae)
1. Sumbu vegetatif yang terdiferensiasi
Istilah diferensiasi disini berarti bahwa diantara sumbu-sumbu baru yang di bentuk
terjadi perbedaan morfologi dan terdapat specialisasi fingsional. Dalam arsitektur pohon
tercermin adanya pembagian kerja. Kini dapat dibedakan sumbu batang utam dari
cabang.Penempatan organ seksual yakni perbungaan, bias terminal atau lateral.
Berikut ini diberikan 5 dari 15 model yang dikenal :
1. Model kariba

18
Batang merupakan simpodium. Kuncup terminal akan berhenti tumbuh karena
jaringan meristem apeks berdiferensiasi manjadi parenkim.Contoh : pulai (aistonia
macrophytia)
2. Model aubreville
Batang merupakan monopodium yang tumbuh retmis (berirama). Irama tumbuh itu
mengakibatkan cabang plagiotrop (tumbuh kesamping) tersusun dalam lapisan-lapisan
terpisah.Contoh : ketapang (terminalia catappa, cobretaceae).
3. Model rauh
Batang merupakan monopodium ortotrop. Pertumbuhan ritmis menngakibatkan cabang
tersusun dalam karangan.Contoh : getah perca (havea brasiliensis, euphorbiaceae) dan
pinus perkusi (pinaceae)
4. Model massart
Batang merupakan monopodium ortotrop. Pertumbuhan ritmis mengakibatkan cabang
tersusun dalam karangan. Filotaksis pada batang adalah spiral.Contoh : pala (myristica
fragrans, miristicaceae), dan kapok (ceiba pentandra, bombaceae).
5. Model roux
Batang merupakan monopodium ortotrop. Cabang padanya tersusun kontinu atau tersebar
dan filotaksis batang adalah spiral.Contoh : kopi (coffea Arabica, rubiaceae).
1. Sumbu vegetatif dengan struktur campur
Sumbu disini adalah sumbu yang melengkung. Bagian bawah yang vertical berperan
sebagai bagian batang tegak dan yang horizontal berferan sebagai cabang.
Berikut diberikan 2 dari 3 model yang dikenal.
1. Model champagnat
Batang berupa simpodium. Bagian distal setiap kaulomber melengkung karena terlalu
berat dan tidak didukung oleh jaringan penyokong yang cukup.Contoh : kembang merak
(ceasalpinia pulcherrima, caesalpiniaceae).
2. Model troll
Batang berupa simpodium. Semua sumbu berarah plagiotrop sejak dini.Contoh :
flamboyant (delonix regia, caesalpiniaceae), dan sirsak (annona muricata, annonaceae).
1. Perubahan dalam kontruksi dasar dari percabangan
Karena masa hidup pohon cukup panjang, kemungkinan terkena luka atau gangguan lain
selalu ada. Perubahan bias disebabkan
oleh peristiwa reiterasi, metamorphosis dan interkalasi.
2. Reiteras Disaat kerangka pohon terganggu, kuncup istirahat akan tumbuh dan
mengulang kembali uratan perkembangan (urutan diferensiasi), yang diperlihatkan oleh

19
tumbuhan induk ketika berkembang mulai dari kecambah.Reterasi yang disebabkan luka
disebut reterasi traumatik. Namun, reiterasi dapat pula terjadi jika tumbuhan memperolah
keadaan lingkungan yang menguntungkan dan disebut reterasi adaptif.
 Metamorphosis
Perubahan potensial suatu sumbu batang atau cabang bias terjadi dengan tiga cara
yaitu pengulangan model (reiterasi) dan perubahannya potensial cabang dari asalnya yang
plagiotrop menjadi ortotrop, atau dari potensial ortotrop menjadi plagiotrop.Contohnya
pada maesoopsi eminii. Adanya perubahan diatas dapat merangsang reterasi model
arsitektur pohon yang bersangkutan.
 Interkelasi
Proses interkalasi terjadi ketika pohun tumbuh dan berkembang. Sementara itu
bagian pohon yang menerima cahaya matahari makin menjauhi sumbu batang akibat
memanjangnya cabang-cabang sepanjang batang kearah radial.
Pohon memiliki tiga zona yaitu :
1. Adalah sumbu batang sebagai pendukung
2. Adalah tepi luar tajuk pohon yang langsung terkena sinar matahari
3. Adalah daerah pertengahan yang mendukung dan menjembatani tepi luar tajuk
dengan sumbu utama batang pohon yang besar.

20
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dapat dilihat hasil dan pembahasan demikian dapat disimpulkan Profil Tajuk pohon
tampak atas dan profil pohon tampak samping tentunya berbeda, yan dimana Untuk profil
pohon tampak tajuk atas meliputi D (Depan), B (Belakang), KA (Kanan) dan KI (Kiri). Yang
dimana profil ini dibuat dengan sumbu X dan sumbu Y. Sumbu Y=Tinggi tajuk dan sumbu
X=Lebar. Tinggi pada tajuk dari atas ini pohon yang paling tinggi aitu pohon pulai setinggi
18m dan pohon ter rendah yaitu pohon shorea belangeran.
Terdapat sepuluh gambar profil pohon yang telah digambar. Dari jumlah tersebut,
empat jenis pohon yang sama, yaitu pohon Shorea balangeran dan pohon Laban, dengan
masing-masing memiliki dua jenis. Selain itu, terdapat enam jenis pohon lainnya, yaitu pohon
Kelumpang, pohon Tawota, pohon Jengkol, pohon Ludai, pohon Pulai, dan pohon Karet.
Ada empat jenis pohon yang memiliki duplikat, yaitu pohon Shorea balangeran dan
pohon Laban. Kemudian, terdapat enam jenis pohon lainnya, sehingga totalnya ada sepuluh
jenis pohon. Profil pohon tajuk atas dibuat dengan sumbu X dan sumbu Y. Sumbu Y
merepresentasikan tinggi tajuk, sedangkan sumbu X merepresentasikan lebar tajuk. Pohon
Pulai memiliki tinggi tajuk tertinggi, yaitu 18m, sementara pohon Shorea balangeran
memiliki tinggi tajuk terendah.
Sumbu X dan Y:Profil pohon tajuk samping juga dibuat dengan sumbu X dan sumbu
Y. Sumbu Y kembali merepresentasikan tinggi tajuk, dan sumbu X merepresentasikan lebar
tajuk.Tinggi dari Samping: Pohon Pulai memiliki tinggi tajuk tertinggi, yaitu 30m, sedangkan
pohon Laban memiliki tinggi tajuk terendah, yaitu 13m.
5.2 Saran
Semoga dari hasil praktikum yang telah Penulis lakukan, penulis mengharapkan agar
para pembaca selalu menjaga kelestarian yang ada di Arboretum UNILAK ini. Serta pembaca
dapat mengetahi bagaimana tampak profil pohon dari samping dan profil pohon tajuk atas.
Dan semoga untuk praktikum selanjutnya dilakukan jadwal praktikum masing – masing mata
kuliah agar tidak terjadi kebentrokkan saat praktikum.

21
DAFTAR PUSTAKA

Naharuddin, Ariffien Bratawinata, Sigit Hardwinarto Ramadanil Pitopang. (2016). Curahan


Tajuk Pada Tegakan Model Arsitektur Pohon Aubreville, Leeuwenberg Dan Stone Di
Tipe Penggunaan Lahan Kebun Hutan Sub Daerah Aliran Sungai Gumbasa. Jurnal
2016.
Onrizal. 2008. Petunjuk Praktikum Ekologi Hutan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Arijani. 2006. Korelasi Model Arsitektu rPohon Dengan Laju Aliran Batang,CurahanTajuk,
Infiltrasi, AliranPermukaan dan Erosi (Suatu studitentang perananvegetasi
dalamkonservasi tanah dan air pada sub-DAS Cianjur Cisokan CitarumTengah)
[Disertasi]. Bogor:Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Kuswanda, W. dan A.S. Mukhtar. 2008. Kondisi Vegetasi dan Strategi Perlindungan Zona
Inti di Taman Nasional Batang Gadis.Sumatera Utara.
Setiadi D. 1998. Keterkaitan ProfilVegetasi sistim Agroforestry KebunCampur Dengan
Lingkungannya[Disertasi]. Bogor: Program PascaSarjana, Institut
Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai