Anda di halaman 1dari 17

” CRITICAL JOURNAL REPORT ”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas Mata kuliah


Biogeografi

M. ALAM SYAHPUTRA
NIM. 3192431008

PENDIDIKAN GEOGRAFI C 2019

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas critical journal
report ini. Dan juga tidak lupa saya berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Biogeografi.

Disini penulis sangat berharap agar tugas critical journal report yang penulis buat
dapat menjadi sumber wawasan baru dan pengetahuan kita semua. Tidak ada manusia yang
sempurna, maka dari itu penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini terdapat banyak
kesalahan-kesalahan. Maka dari itu, penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca
semua.

Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi
orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Medan , Maret 2021

M. Alam Syahputra

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Informasi Bibliografi................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN RIVIEW JURNAL............................................................ 2


A. Latar Belakang .......................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB III ANALISIS ISI JURNAL................................................................................ 3


A. Ringkasan Riview Jurnal........................................................................... 3
B. Evaluasi Jurnal........................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 11


A. Kesimpulan ............................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Informasi Bibliografi
1. Jurnal Utama
a) Sumber Jurnal : Jurnal Sylva Lestari
b) Judul Artikel : Keanekaragaman Hayati Flora dan Fauna di
Kawasan Hutan Bukit Datuk Dumai Provinsi
(Riau Biodiversity Flora and Fauna in the
Region Forest Bukit Datuk Dumai Riau
Province)
c) Penulis : N. M. Heriyanto, Ismayadi Samsoedin , M. Bismark

d) Volume/No : Vol. 7 No. 1,

e) Tahun : Januari 2019

f) Halaman : 82-94

g) Keywords : struktur, komposisi, regenerasi, hutan rawa, fauna,


burung
h) ISSN : 2339-0913

2. Jurnal Pembanding
a) Judul Jurnal : Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan
b) Judul Artikel : Keanekaragaman Hayati Flora Di Indonesia
(The Biodiversity of Flora in Indonesia)
c) Penulis : Cecep Kusmanaa , Agus Hikmatb

d) Volume/No : vol. 5 no. 2

e) Tahun : Desember 2015

f) Halaman : 187-198

g) Keywords : keanekaragaman hayati flora, megabiodiversitas,


tingkat kepunahan, tumbuhan dilindungi,
tumbuhan langka

1
h) ISSN : 2460-5824

2
BAB II
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL

A. Latar Belakang

Flora dan Fauna di Bumi memiliki karakteristik tersendiri. Flora dan Fauna
yang hidup pada suatu wilayah tertentu memiliki kemampuan adaptasi agar dapat
melangsungkan hidupnya di wilayah tersebut. Kondisi geografis permukaan bumi
yang beragam turut mempengaruhi persebaran Flora dan Fauna.
Keanekaragaman flora dan fauna di suatu wilayah tidak terlepas
daridukungan kondisi di wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di
daerah yang beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan
sinarmatahari, dan ada yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin
danlembab. Tumbuhan merupakan makhluk hidup yng menetap,
memilikidinding sel yang terdiri atas selulosa dan sumber bahan mkanan dari
gasdan air, melalui bantuan klorofil dalam cahaya. Tumbuhan di permukaan
bumi sebagai obyek kajian bagi ahli geogrfi tumbuhan

B. Rumusan Masalah
1. Apa perbandingan dua jurnal?
2. Apa kelebihan dan kekurangan 2 jurnal tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perbandingan dua buah jurnal
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan 2 jurnal tersebut.

3
BAB III
ANALISIS ISI JURNAL

A. Ringkasan Isi Jurnal


1. Jurnal Utama

ABSTRAK
Penelitian keanekaragaman hayati flora fauna di hutan konservasi pada
industri perminyakan/ kilang minyak jarang dilakukan, kegiatan ini bertujuan
mendapatkan informasi keanekaragaman hayati flora fauna terutama jenis burung.
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan Bukit Datuk Dumai, Provinsi Riau.
Pencuplikan plot ukuran 100 m x 100 m (1 ha) dibuat untuk biodiversitas flora, untuk
burung plot dengan radius 25 m yang tersebar secara acak di lokasi tersebut. Struktur
dan komposisi jenis pohon dengan diameter setinggi dada ≥ 10 cm, pancang dan
semai diteliti dari petak ukur permanen berukuran satu ha. Dijumpai 32 jenis pohon
berdiameter ≥ 10 cm dan berjumlah 354 pohon, tergolong dalam 22 suku, jenis
terbanyak adalah Dipterocarpaceae. Jenis yang mendominasi tegakan tingkat pohon
berturut-turut adalah keterung (Garcinia dioca L.) INP=39,67%, undal (Gironniera
subaequalis Planch.) INP=30,39% dan para (Ochanostachys amentaceae Mast.)
INP=30,26%. Pada tingkat pancang adalah kelat putih (Hopea mengarawan Miq.),
undal (Gironniera subaequalis Planch.) dan meranti bunga (Shorea acuminata Dyer.)
dengan INP masing-masing 73,71%, 42,51% dan 35,24%, semai jenis selumar
(Glochidion sp.) dengan INP 47,10%, kempas (Koompassia excelsa Taub.) INP
43,52% dan kelat putih (Hopea mengarawan Miq.) INP 24,62%. Jumlah jenis burung
ditemukan 33 dengan indeks keragaman 2,63, indeks kemerataan jenis 0,75 dan
indeks kekayaan jenis sebesar 6,52.

PENDAHULUAN
Kota Dumai adalah salah satu kota di Provinsi Riau yang berada di Pesisir
Pulau Sumatera sebelah Timur dengan jarak sekitar 188 km dari Kota Pekanbaru.
Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis yang diresmikan
sebagai kota pada 20 April 1999, dengan UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April

4
1999 setelah sebelumnya sempat menjadi kota administratif (kotif) di dalam
Kabupaten Bengkalis.
Hutan rawa dan hutan gambut yang merupakan hutan bekas kebakaran
memiliki nilai indeks keragaman yang lebih rendah dari pada hutan tropis yang berada
di dataran rendah, indeks nilai penting ini hampir sama dengan hutan pegunungan
(Mirmanto, 2009). Hal ini dikarenakan dipengaruhi oleh keadaan edafis dan
lingkungan pendukung lainnya, pada hutan rawa gambut yang memiliki ekosistem
yang sangat ekstrim apabila keadaan tanah masam, tergenang dan hara miskin.
Karena keadaan ini mengakibatkan hanya jenis tertentu saja yang dapat tumbuh.
Cepat atau lambatnya vegetasi kembali ke vegetasi awal sangat dipengaruhi oleh
luasnya kerusakan yang terjadi, jenis tumbuhan yang berada diareal yang terkena
ganguan dan kadaan jenis dari tumbuhan sekitar dan kondisi lingkungan setempat
(Mansuret al., 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang
keanekaragaman hayati flora dan fauna terutama burung di kawasan hutan Bukit
Datuk Dumai, Riau. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diketahui
keragaman flora dan keragaman fauna terutama jenis burung di kawasan industri
perminyakan. Selanjutnya dijadikan dasar pengadaan pembibitan untuk daerah lain
yang perlu ditanam kembali dengan jenis lokal.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016
di kawasan hutan Pertamina Dumai, Riau yaitu pada koordinat 01°38'36,9" Lintang
Selatan dan 101°24'48,2" Bujur Timur. Secara administrasi pemerintahan terletak di
Kelurahan Bukit Datuk, Kecamatan Dumai Selatan, Kota Dumai, Provinsi Riau.
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini merupakan daerah yang memiliki
ketinggian 18,2 m di atas permukaan laut dan daerah hutan daratan dan hutan rawa air
tawar. dengan topografi datar dengan kelerengan 0-3%, jenis tanah yang ada pada
lokasi penelitian termasuk jenis Organosol dan Glei humus. Bahan induk tanah
merupakan Aluvial dengan fisiografi dataran (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian/BBSDLP, 2015; Soil Survey Staff,
2014).
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan penelitian adalah tegakan hutan Bukit Datuk seluas satu hektar
(Gambar 1) yang merupakan bagian dari ± 57 ha kawasan hutan Pertamina Dumai.

5
Lokasi ini dipilih secara terarah yang dapat mewakili dari kawasan ini (Kartawinata et
al 2008; Kartawinata 2016). Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: GPS
(global positioning system), meteran, teropong, diameter tape/phi band, alat ukur
tinggi pohon digital dengan kepekaan 10 cm (Haaglof Vertex II), etiket gantung untuk
herbarium, kamera, buku burung dan alat-alat tulis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada lokasi penelitian di kawasan hutan Pertamina Bukit Datukdi dominir oleh
jenis keterung/manggis hutan (Garcinia diocaL.), undal (Gironniera subaequalis
Planch.), para (Ochanostachys amentaceae Mast.), dan meranti bunga (Shorea
acuminata Dyer.). Jenis yang potensial menggantikan tegakan yang akan datang yaitu
kelat putih (Hopea mengarawan Miq.), undal (Gironniera subaequalis Planch.) dan
meranti bunga (Shorea acuminate Dyer.).layanus), berada di areal perumahan sekitar
areal berhutan. Info lain menyebutkan bahwa populasi ular kobra (Naja sumatrana)
dan ular sawah (Malayopython reticulatus) cukup tinggi. Hal ini dimungkinkan
karena sebagian hutan terdiri dari rawa atau lahan basah dengan tumbuhan semak,
paku-pakuan dan jenis hutan sekunder. Fauna yang mudah teramati adalah jenis-jenis
burung dengan habitat di kanopi pohon. Rapatnya kanopi (tajuk) hutan dengan
ketinggian 15-20 m dalam waktu singkat relatif sulit untuk mengenali jenis burung
berdasarkan morfologi (warna bulu, bentuk paruh dan lainlain). Dari pengamatan,
keberadaan jenis dan populasi burung di areal hutan Bukit Datuk dapat menjadi obyek
wisata (Bird Waching) dan obyek pendidikan.
Keberadaan burung dengan habitat hutan didukung oleh tegakan pohon
dengan tinggi di atas 30 m (8 pohon/ha) untuk tempat bersarang atau untuk istirahat
dengan pola tajuk pohon (arsitektur) Roux’s Model dan Marsart’s Model dimana
tajuk dan percabangan mendukung untuk istirahat satwa. Dengan variasi habitat,
kerapatan pohon dan tinggi pohon di estimasi kerapatan burung (teridentifikasi 33
jenis) per hektar adalah 69,3 individu/ha. Jumlah ini didasarkan pada jumlah individu
dan frekuensi perjumpaan burung pada 10 titik pengamatan dengan radius 25 m.
Dengan terbatasnya waktu pengamatan, jumlah jenis burung yang dapat teramati
relatif cukup. Di beberapa tempat hutan kota di Riau jenis burung yang ditemukan 45-
64 jenis di Tahura Sultan Syarief Kasim dengan luas 5.920 ha teridentifikasi 64 jenis
burung dalam 6 bulan pengamatan (Yoza 2006). Penelitian Anggriana et al 2018;
melaporkan bahwa populasi jenis burung kuntul besar di Lampung Mangrove Center

6
cukup tinggi yaitu sebesar12-13 ekor/ha. Di lokasi hutan Bukit Datuk yang menjadi
indikasi kualitas hutan yang cukup baik masih ditemukannya burung rangkong
(Buceros rhinoceros) dan dapat melakukan aktifitas sosial dan reproduksi. Keragaman
jenis untuk lokasi seluas 57 ha sejumlah 33 jenis cukup baik. Frekuensi pengamatan
untuk jenis satu kali pengamatan adalah 45,5%, pengamatan dua kali untuk satu jenis
21,2% dan pengamatan sejumlah tiga kali untuk satu jenis 15,2% dalam 5 hari
pengamatan. Keragaman jenis burung yang cukup tinggi ini secara ekologis
habitatnya didukung oleh kerapatan pohon dengan tinggi 10-15 m dengan kerapatan
pohon dominan 142 per ha dengan luas bidang dasar 6,58 m2 /ha. Keragaman jenis
tumbuhan habitat yang disukai burung ditandai dengan keberadaan jenis pohon
Baccaurea racemosa Muell.Arg., Garcinia dioca L., Aglaia tomentosa Teijm., dan
jenis Ficus. Selain itu juga terdapat Macaranga, Arthocarpus dan Oncosperma sp.
yang menjadi sumber pakan burung (Partasasmita 2009).

2. Jurnal Pembanding

Abstract.
Indonesia merupakan negara kepuluauan seluas sekitar 9 juta km2 yang
terletak diantara dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau sekitar 17.500 buah
yang panjang garis pantainya sekitar 95.181 km. Kondisi geografis tersebut
menyebabkan negara Indonesia menjadi suatu negara megabiodiversitas walaupun
luasnya hanya sekitar 1,3% dari luas bumi. Dalam dunia tumbuhan, flora di wilayah
Indonesia termasuk bagian dari flora dari Malesiana yang diperkirakan memiliki
sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia yang menempati
urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies, 40%-
nya merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Negara Indonesia termasuk
negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tumbuhan tertinggi di
dunia. Saat ini tercatat sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka, diantaranya
banyak yang merupakan spesies tanaman budidaya. Selain itu, sekitar 36 spesies
pohon di Indonesia dinyatakan terancam punah, termasuk kayu ulin di Kalimantan
Selatan, sawo kecik di Jawa Timur, Bali Barat, dan Sumbawa, kayu hitam di
Sulawesi, dan kayu pandak di Jawa serta ada sekitar 58 spesies tumbuhan yang
berstatus dilindungi.
1. Pengertian Istilah

7
Istilah flora diartikan sebagai samua jenis tumbuhan yang tumbuh di suatu
daerah tertentu. Apabila istilah flora ini dikaitkan dengan life-form (bentuk
hidup/habitus) tumbuhan, maka akan muncul berbagai istilah seperti flora pohon
(flora berbentuk pohon), flora semak belukar, flora rumput, dsb. Apabila istilah flora
ini dikaitkan dengan nama tempat, maka akan muncul istilah-istilah seperti Flora
Jawa, Flora Gunung Halimun, dan sebagainya. Sesuai dengan kondisi lingkungannya,
flora di suatu tempat dapat terdiri dari beragam jenis yang masing-masing dapat
terdiri dari beragam variasi gen yang hidup di beberapa tipe habitat (tempat hidup).
Oleh karena itu, muncullah istilah keanekaragaman flora yang mencakup makna
keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetik dari jenis, dan keanekaragaman
habitat dimana jenis-jenis flora tersebut tumbuh.
2. Sejarah Singkat Persebaran Geografi Flora di Indonesia

Pola persebaran flora di Indonesia sama dengan pola persebaran faunanya


yang berpangkal pada sejarah pembentukan daratan kepulauan Indonesia pada masa
zaman es. Pada awal masa zaman es, wilayah bagian barat Indonesia (Dataran Sunda:
Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan) menyatu dengan benua Asia, sedangkan
wilayah bagian timur Indonesia (Dataran Sahul) menyatu dengan benua Australia.
Dengan demikian, wilayah Indonesia merupakan daerah migrasi fauna dan flora antar
kedua benua tersebut. Selanjutnya, pada akhir zaman es, dimana suhu permukaan
bumi meningkat, permukaan air lautpun naik kembali, sehingga Pulau Jawa terpisah
dari benua Asia, Kalimantan, dan Sumatera. Begitu pula pulau-pulau lainnya saling
terpisah satu sama lain. Hasil penelitian biogeografi hewan oleh Wallace
menunjukkan bahwa jenis-jenis hewan yang hidup di wilayah bagian barat Indonesia
berbeda dengan jenis-jenis hewan di wilayah bagian timur Indonesia, batasnya kira-
kira dari Selat Lombok ke Selat Makassar. Garis batas ini dikenal dengan Garis
Wallace. Selain Wallace, peneliti berkebangsaan Jerman, Weber, mengadakan
penelitian tentang biogeografi fauna di Indonesia, yang hasilnya mencetuskan Garis
Weber yang menetapkan batas penyebaran hewan dari benua Australia ke wilayah
bagian timur Indonesia.
Dalam dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia merupakan bagian dari
flora Malesiana. Ditinjau dari wilayah biogeografi, setidaknyaterdapat tujuh wilayah
biogeografi utama Indonesia yang menjadi wilayah penyebaran berbagai spesies
tumbuhan, yaitu Sumatra, Jawa dan Bali, Kalimantan, Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku

8
dan Irian Jaya (BAPPENAS 1993).Berdasarkan tingkat kekayaan relatif dan
keendemikan spesies tumbuhan, maka Irian Jaya (Papua) menempati posisi paling
tinggi dibandingkan dengan wilayah biogeografi lainnya, diikuti Kalimantan dan
Sumatera.

3. Sumberdaya Flora di Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan tropis antara


dua benua (Asia dan Australia) dan dua Samudera (Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik) yang terdiri atas sekitar 17.500 pulau dengan panjang garis pantai sekitar
95.181 km. Wilayah Indonesia luasnya sekitar 9 juta km2 (2 juta km2 daratan, dan 7
juta km2 lautan). Luas wilayah Indonesia ini hanya sekitar 1,3% dari luas bumi,
namun mempunyai tingkat keberagaman kehidupan yang sangat tinggi. Untuk
tumbuhan, Indonesia diperkirakan memiliki 25% dari spesies tumbuhan berbunga
yang ada di dunia atau merupakan urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah
spesies mencapai 20.000 spesies, 40% merupakan tumbuhan endemik atau asli
Indonesia. Famili tumbuhan yang memiliki anggota spesies paling banyak adalah
Orchidaceae (anggrek-anggrekan) yakni mencapai 4.000 spesies. Untuk jenis
tumbuhan berkayu, famili Dipterocarpaceae memiliki 386 spesies, anggota famili
Myrtaceae (Eugenia) dan Moraceae (Ficus) sebanyak 500 spesies dan anggota famili
Ericaceae sebanyak 737 spesies, termasuk 287 spesies Rhododendrom dan 239
spesies Naccinium (Whitemore 1985 dalam Santoso 1996).
Eksploitasi terhadap keanekaragaman hayati, penebangan liar, konversi
kawasan hutan menjadi areal lain, perburuan dan perdagangan liar adalah beberapa
faktor yang menyebabkan terancamnya keanekaragaman hayati. Untuk mendorong
usaha penyelamatan sumberdaya alam yang ada, dan adanya realitas meningkatnya
keterancaman dan kepunahan sumberdaya hayati, maka ditetapkan adanya status
kelangkaan suatu spesies. Indonesia merupakan negara dengan tingkat keterancaman
dan kepunahan spesies tumbuhan tertinggi di dunia dan merupakan hot-spot
kepunahan satwa. Tercatat sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka,
diantaranya banyak yang merupakan spesies budidaya.Paling sedikit 52 spesies
keluarga anggrek, 11 spesies rotan, 9 spesies bambu, 9 spesies pinang, 6 spesies
durian, 4 spesies pala, dan 3 spesies mangga (Mogea et al. 2001).Selain itu ada 44

9
spesies tanaman obat dikategorikan langka, seperti pulasari, kedawung, jambe, pasak
bumi, gaharu, sanrego (Rifai et al. 1992; Zuhud et al. 2001)

10
B. Evaluasi Jurnal
1. Kelebihan
a. Jurnal Utama
 Bahasa yang di gunakan mudah di pahami.
 Penulisan kalimat sederhana namun tidak mengurangi makna dari
setiap kalimatnya.
 Format penulisan sangat rapi.
 Tujuan penelitian cukup penting.
 Landasar teori yang di sajikan sangat lengkap.
 Metode yang di gunakan tepat.
 Penjelasan dalam jurnal di dukung oleh table sehingga
memudahkan pembaca untuk memahami hal yang di sampaikan.

b. Jurnal Pembanding
 Bahasa yang di gunakan mudah di pahami.
 Format penulisan cukup rapi.
 Landasan teori yang di sajikan cukup untuk menguatkan gagasan
dalam jurnal serta terdapatkanya kajian pustaka.

2. Kekurangan
a. Jurnal Utama
 Latar belakang penelitian kurang di jelaskan.
 Terdapat kesalahan dalam penggunaan kata, terletak di metode
penelitian “ Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif.” Seharusnya adalah “ metode yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif “.
 Kurangnya penjelasan mengenai rumusan masalah yang di bahas.
 Tidak adanya penjelasan mengenai pendekatan saintifik.

b. Jurnal Pembanding
 Tujuan penelitian di nilai kurang penting, karna hanya untuk
mendapatkan gambaran.
 Terdapat kesalahan penulisan, yaitu dalam penggunaan tanda baca.

11
 Latar belakang penelitian tidak di jelaskan.
 Metode penelitian belum di gunakan secara optimal.
 Kurangnya penjelasan mengenai rumusan masalah yang di bahas.
 Terlalu focus pada penjelasan teoritis, namun penjelasan praktek
dalam pengimplementasian penilaian autentik kurang di bahas.
 Pembaca tidak memahami keseluruhan hasil dari tujuan awal
penelitian, yaitu gambaran menyeluruh implementasi penilaian
autentik.
 Tujuan penelitian dengan hasil penelitian kurang terhubung.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keberadaan flora dan fauna tak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Tumbuhan dan hewan mempunyai manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Ada
saling ketergantungan antara tumbuhan, hewan dan manusia untuk kelangsungan
hidup mereka masing-masing. Sebagian hewan mempunyai andil bagi pertumbuhan
dan persebaran tanaman. Binatangpun hidup dari tetumbuhan juga. Bahkan binatang
karnivora, seperti harimau misalnya, sesungguhnya bergantung pada tumbuhan karena
makanannya terdiri dari binatang herbivora yang hidupnya dari tetumbuhan
Ketergantungan flora dan fauna pada manusia adalah dalam upaya
perkembangbiakan, persebaran, dan pelestariannya. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, manusia memanfaatkan flora dan fauna untuk berbagai
tujuan.

B. Saran

Saran yang akan saya sampaikan yaitu buatlah penilaian yang baik pada
setiap jurnal yang anda akan kritisi. Selain itu juga kepada penulis juga harus
memperhatikan bagaimana dan apa kelebihan dan kelemahan yang akan diterapkan
jika jurnal tersebut sudah disebarkan. Dari situ lah kita juga perlu melakukan yang
namanya pembanding buku, dengan arti kita dapat memilih dua jurnal untuk
dibandingkan antara satu dengan yang lainnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Heriyanto, N.M, dkk.2019. Keanekaragaman Hayati Flora Fauna di Kawsan Hutan Bukit
Datuk Dumai Provinsi Riau. Jurnal Sylva Lestari. 7.1. 82-94

Kusmana,Cecep. Hikmah, Agus. 2015. Keanekaragaman Hayati Flora Di Indonesia (The


Biodiversity of Flora in Indonesia). Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan.
5. 2. 187-198.

14

Anda mungkin juga menyukai