Dosen Penanggungjawab:
Dr. Ir. Muhdi, S.Hut., M.Si.
Oleh:
Sephia Br Sembiring
201201160
Hut 4B
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
kasih karunia-Nya penlis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Pemanenan
Hasil Hutan ini dengan baik. Laporan Praktikum Pemanenan Hasil Hutan yang
berjudul ”Deliniasi Kawasan Lindung” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
Praktikum Pemanenan Hasil Hutan sebagai syarat masuk praktikum di minggu
yang akan datang pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen penanggungjawab
Praktikum Pemanenan Hasil Hutan yakni Bapak Dr.Ir. Muhdi, S.Hut., M.Si.
karena telah memberikan materi dengan baik dan benar. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada asisten yang telah memberikan bimbingan dan
arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu,saran dan kritik dari berbagai pihak dam upaya untuk memperbaiki isi laporan
ini akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang..............................................................................................1
Tujuan............................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat........................................................................................5
Alat dan Bahan .............................................................................................5
Prosedur Praktikum.......................................................................................5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil...............................................................................................................7
Pembahasan...................................................................................................7
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan....................................................................................................9
Saran..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawasan hutan, terutama hutan lindung adalah kawasan resapan air yang
memiliki curah hujan tinggal dengan struktur dengan tanah yang mudah
meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu menyerapkan air hujan
secara besar–besaran. Hutan yang berfungsi sebagai pelindung (hutan lindung)
merupakan kawasan yang keadaan alamnya diperuntukkan sebagai pengaturan
tata air, pencegah banjir, pencegahan erosi, dan pemeliharaan kesuburan tanah.
Berbeda untuk pengertian hutan konservasi, dimana kawasan hutan dengan ciri
khas tertentu mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis dan satwa (Sagala, 2012).
Mengingat fungsi hutan lindung yang mempunyai peranan penting dalam
menjaga kestabilan ekosistem sekitarnya. Maka kriteria penetapan suatu kawasan
menjadi kawasan hutan lindung didasarkan pada kondisi alamiah wilayahnya yang
mencakup jenis tanah, topografi, intensitas curah hujan dan ketinggian tempat dari
permukaan laut. Dengan adanya pendeliniasian pada kawasan lindung, maka
dapat mencapai nilai manfaat, nilai pilihan dan nilai keberadaan. Dalam hal ini,
nilai manfaat lebih ditujukan untuk pemanfaatan kawasan lindung pada saat ini,
baik untuk ilmu pengetahuan, sejarah, agama, jatidiri, kebudayaan, maupun
ekonomi melalui pariwisata yang keuntungannya dapat dirasakan oleh generasi
saat ini (Rohananda, 2013).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999,
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang
satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan fungsinya hutan dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi.
Hutan merupakan gudang penyimpan air dan tempat menyerapnya air hujan
maupun embun yang pada khirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai melalui
mata air-mata air yang berada di hutan. Dengan adanya hutan, air hujan yang
berlimpah dapat diserap dan diimpan di dalam tanah dan tidak terbuang percuma.
2
Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi hidrologis. Hutan memiliki fungsi untuk
mencegah erosi dan tanah longsor (Kusumaningtyas, 2012).
Menurut UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 6(2) bahwa
pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok yaitu fungsi konservasi,
fungsi lindung, dan fungsi produksi. Namun demikian hingga saat ini penetapan
kriteria kawasan hutan masih didasarkan pada faktor penentu kelerengan, jenis
tanah, dan curah hujan. Peningkatan kebutuhan lahan bagi kepentingan sektor
ekonomi lainnya seperti pertanian, perumahan, infrastruktur, dan lain-lain yang
memerlukan lahan-lahan baru, tentunya akan menggunakan kawasan-kawasan
hutan yang sudah tidak memiliki fungsi. Di dalam penataan ruang diperlukan
keseimbangan antara mempertahankan kawasan hutan sebagai kawasan lindung
dengan penggunaan lahan bagi berbagai kepentingan sektor-sektor pembangunan
lainnya. Kawasan hutan yang sudah tidak memiliki fungsi tidak dapat dilakukan
perubahan sebagaimana mestinya, di lain pihak pemerintah tidak mampu
mempertahankan kawasan hutan sesuai dengan fungsinya (Zulkarnain, 2013).
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam,
buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsaa guna kepentingan Pembangunan
berkelanjutan. Kawasan lindung memberikan perlindungan kawasan yang terdiri
dari: kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan
pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau, kawasan sekitar mata air. Salah
satu kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan lindung yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya adalah hutan lindung.
Undang-undang No. 41 tahun 1999 mendefinisikan hutan lindung sebagai
kawasan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem peyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah (Rachmanto, 2018).
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Pemanenan Hasil Hutan yang berjudul “Deliniasi
Kawasan Lindung” adalah untuk mengetahui dan menentukan daerah yang
dilindungi, untuk mengetahui luas areal kawasan yang dilindungi dan untuk
mengetahui luas total areal produksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Deliniasi hutan atau kawasan lindung merupakan salah satu cara untuk
mengetahui seberapa besar proporsi kawasan hutan lindung dari luas seluruhnya
kawasan hutan ini sehingga didapatakan luas yang efektif untuk digunakan dan
memanajemenkan pengelolaan hutan yang dimiliki fungsi pengaturan tata air,
pencegahan erosi dan perlindungan dan daerah aliran sungai yang telah
kehilangan 20 % tutupan hutannya sehingga pengelolaan hutan untuk kebutuhan
menjadi lebih efisien dan produktif. Keberadaan sumber daya alam dan
lingkungan, jika tidak dikelola sesuai dengan daya dukungnya maka dapat
menimbulkan krisis pangan air, energi, dan lingkungan. Namun kenyataan di
lapangan menujukkan kawasan yang seharusnya dilestarikan keberadaannya
banyak beralih fungsi atau tidak sesuai dengan peruntukannya (Dewi, 2020).
Pada deliniasi kawasan lindung, perencanaan pemanenan hasil hutan dan
pembukaan wilayah hutan terdapat di areal-areal yang perlu dilindungi agar
kerusakan yang diakibatkan kegiatan tersebut dapat diminimalkan, usaha tersebut
dilakukan dengan menetapkan areal atau kawasan lindung, yang merusak kawasan
yang tidak boleh dipanen kayunya, dan tidak boleh diganggu pelaksanaan
pemanenan kayu dan harus dihindari dalam pembangunan prasarana pembukaan
wilayah hutan seperti kawasan kanan-kiri sungai, kawasan berbatu-batu atau
daerah yang dianggap keramat, kawasan dan tepi danau, atau mata air dan
kawasan curam dan tebing curam, dan dalam perencanaan petak tebang, setelah
dilakukan klasifikasi kemiringan lapangan dan deliniasi kawasan yang dilindungi
maka dapat diketahui suatu metode pemanenan kayu yang cocok
diterapkan (Purwowidodo, 2019).
Deliniasi hutan atau kawasan lindung merupakan salah satu untuk
mengetahui seberapa besar proporsi kawasan hutan lindung dari luas seluruhnya
kawasan hutan ini sehingga didapatakan luas efektif untuk digunakan dan
memanajemenkan pengelolaan hutan yang dimiliki fungsi pengaturan tata air,
berfungsi untuk pencegahan erosi dan perlindungan dan daerah aliran sungai yang
kehilangan 20% tutupan hutannya. Klasifikasi kawasan sangat diperlukan
berdasarkan fungsi utama dilakukan guna mengetahui karakteristik yang
4
Prosedur Praktikum
1. Dibuat deliniasi areal kawasan lindung berdasarkan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Daerah radius 200 m dari tepi sungai atau kawasan lindung bagi mata air,
minimal 100 m dari tepi danau atau pantai laut yang diukur dari pasang
tertinggi ke arah darat, minimal 100 m dari kiri dan kanan sungai besar
dan 50 m kanan-kiri anak sungai minimal 100 m dari kiri dan kanan
sungai besar dan 50 m kanan- kiri anak sungai yang berada di luar
pemukiman dan mulai dari sungai ordo 3.
b. Jurang dan tebing curam.
c. Lokasi yang ditetapkan sebagai areal konservasi dan penelitian.
d. Jarak 500m dari batas persekutuan dan jarak 1.000 m dari batas luar areal
hutan yang belum dikukuhkan.
e. Areal yang berpotografi sangat curam.
2. Dihitung luas areal yang termasuk hutan produksi tetap (HP), hutan produksi
terbatas (HPT) dan hutan lindung (HL) dan hasil perhitungan dicatat dalam
tally sheet.
6
Contoh Tabel
Tabel 1. Panjang Ordo
Warna Panjang Ordo (cm)
Ordo I Ordo II Ordo III Ordo IV
Hijau
Kuning
Biru
Pink
Merah
Total
Total
Contoh Skema
Luas Produksi = … Ha
HP = … Ha
HPT = … Ha
Hasil
Hasil yang diperoleh dari Praktikum Pemanenan Hasil Hutan yang
berjudul “Deliniasi Kawasan Lindung” ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Panjang Ordo
Warna Panjang Ordo
Ordo I Ordo II Ordo III Ordo IV
Hijau 7,3 7,5 - -
Kuning 79,5 44,1 14,2 20,3
Biru 43,8 28,6 6,8 -
Pink - - - -
Merah - - - -
Total 130,6 70,2 21 20,3
Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul “Delinasi Kawasan Lindung”, hal pertama
yang dilakukan adalah menandai sungai dengan tinta merah untuk mempermudah
kita dalam menghitung delinasi kawasan lindung tersebut. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Carolina (2016) yang menyatakan bahwa bahwa deliniasi hutan atau
kawasan lindung merupakan salah satu untuk mengetahui seberapa besar proporsi
kawasan hutan lindung dari luas seluruhnya kawasan hutan ini sehingga
9
Kesimpulan
1. Deliniasi hutan atau kawasan lindung merupakan salah satu cara untuk
mengetahui seberapa besar proporsi kawasan hutan lindung dari luas
seluruhnya kawasan hutan ini sehingga didapatakan luas yang efektif
2. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam
dan sumberdaya buatan
3. Berdasarkan tabel dan hasil yang didapat, maka dapat dilihat bahwa luas total
kawasan yang dilindungi adalah sebesar 0,3844 Ha
4. Berdasarkan tabel dan hasil perhitungan diperoleh luasan masing-masing ordo
diperoleh yakni ordo 1 luasnya sebesar 0,1306 Ha atau 33,97%, ordo 2 seluas
0,1404 Ha atau 36,52%, ordo 3 sebesar 0,0525 Ha atau 13,65% dan ordo 4
sebesar 0,0609 Ha atau 15,84%
5. Berdasarkan skema dan hasil perhitungan maka diperoleh luas areal hutan
produksi sebesar 391,465 Ha dan luas real hutan produksi terbatas sebesar
269,73 Ha
Saran
Sebaiknya praktikan memperhatikan dengan benar ketika asisten
praktikum memberikan materi praktikum agar ketika melaksanakan praktikum
tidak terjadi kesalahan dalam perhitungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sinery AS, Mahmud. 2014. Fungsi Kawasan dan Strategi Pengelolaan Hutan
Lindung Wosi Rendani Kabupaten Manokwari. Jurnal Agrifor, 13 (2) :
131-140.
Syabi HF, Haryanto AD, Yoseph B. 2019. Deliniasi Zona Upflow/Outflow Panas
Bumi Daerah Banten Menggunakan Analisis Densitas Kelurusan Dan
Geoindikator. Geoscience Journal, 3(1) : 51-57.