Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PERBEDAAN JAMU,OHT,DAN FITOFARMAKA


D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

Nama : YANTI LAILA HUTAGALUNG

NIM:22050029

Program Studi : Farmasi

Mata Kuliah : Farmakognosi

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS AUFA ROYHAN KOTA PADANGSIDIMPUAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan yang terbuat dari tumbuhan, hewan,
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan sebagai pengobatan. Di Indonesia, obat herbal sebagai bagian
dari obat bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni : jamu,
obat herbal terstandar dan fitofarmaka (BPOM, 2019).

Jamu adalah warisan budaya bangsa Indonesia berupa ramuan obat yang sudah
digunakan secara empiris yang terbukti aman dan mampunyai manfaat untuk
kesehatan. Jamu berkhasiat untuk menjaga kesehatan, kebugaran dan kecantikan, serta
dapat membantu pemulihan kesehatan dan pencegahan penyakit secara empiris
(Kementrian Kesehatan RI, 2015). Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pada
tanggal 01 Juli 2020 melalui Surat Edaran dengan No. HM.01.1.2.07.20.18 tentang obat
tradisional dan suplemen kesehatan mengandung bahan kimia obat, menetapkan bahwa
40 obat tradisional dan suplemen kesehatan illegal mengandung bahan kimia obat yang
didominasi oleh sildenafil sitrat, parasetamol, deksametason, dan fenilbutazon. Diantara
obat tersebut ditemukan sebanyak 13 obat mengandung bahan kimia obat berupa
sildenafil sitrat (Anonim, 2020).
B.TUJUAN MAKALAH

Ada pun tujuan makalah ini dibuat agar dapat memahami lebih dalam tentang
perbedaan jamu ,OHT, dan fitofarmaka.
BAB 2

PEMBAHASAN

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Nomor:
HK.00.05.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia, obat tradisional dibagi menjadi 3 katerogi, yaitu:

a. Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia berdasarkan data empiris dan tidak memerlukan
pembuktian ilmiah sampai dengan klinis. Akan tetapi, tetapi harus memenuhi kriteria keamanan
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, khasiatnya telah terbukti berdasarkan data
empiris serta harus memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Jamu umumnya terdiri dari 5-50
tanaman obat dalam serbuk, pil, minuman ataupun cairan dari beberapa tanaman. Contohnya:
Jamu Nyonya Mener, Antangin dan Kuku Bima Gingseng (Rahayuda, 2016).

Bentuk lingkaran pada logo melambangkan sebuah proses yang menyatakan bahwa produk
jamu termasuk dalam kategori aman. Warna hijau adalah perwujudan kekayaan sumber
daya alam Indonesia, lalu ada juga gambar ranting daun yang melambangkan serangkaian
proses yang sederhana sebagai visualisasi proses pembuatan jamu.

b. Obat Herbal Terstandar

Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang telah dibuktikan khasiat dan
keamanannya secara pra-klinis (terhadap hewan percobaan) dan lolos uji toksisitas akut maupun
kronis. OHT dibuat dari bahan yang terstandar seperti ekstrak yang memenuhi parameter mutu serta
dibuat dengan cara higienis. Contohnya: Tolak angina, Diapet, Fitolac dan Lelap (Rahayuda, 2016).
Logo untuk obat herbal standar (OHT) adalah lingkaran berbatasan hijau dengan gambar
tiga bintang hijau di dalamnya. Logo ini menandakan bahwa obat tradisional telah diproses
menggunakan teknologi tinggi.

c. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji khasiatnya melalui uji pra-klinis (pada
hewan percobaan) dan uji klinis (pada manusia) serta terbukti keamanannya melalui uji toksisitas.
Uji praklinik sendiri me;liputi beberapa uji, yaitu: uji khasiat dan toksisitas, uji teknologi farmasi
untuk menentukan identitas atau bahan baku yang terstandarisasi. Fitofarmaka diproduksi secara
higienis, bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan. Contoh: Stimuno, Tensigard,
Rheumaneer, X-gra dan Nodiar (Rahayuda, 2016; Satria, 2013).

Obat fitrofarmaka mempunai lambang krital es berwarna hijau dengan lingkaran hijau dan
latar belakang kuning. Obat fitrofarmaka berbahan dasar herbal yang alami dioleh
menggunakan teknologi tinggi.
KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa perbedaan jamu,OHT, dan fitofarmaka adalah:

Jamu merupakan obat tradisional berbentuk cair yang dibuat di Indonesia serta ngga melalui
proses pengawetan dan dijual secara langsung. Jamu dibuat dari menggabungkan beberapa bahan
seperti kunyit, kencur, jahe maupun bahan lainya. Biasanya diwariskan secara turun temurun dan
dipercaya bisa membantu mengobati suatu penyakit.

Obat herbal terstandar (OHT) merupkan obat berbahan alami yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah melalui uji praklinik. Bahan baku yang digunakan harus sudah
memenuhi standarisasi persyaratan mutu yang berlaku dan klaim khasiatnya telah dibuktikan secara
ilmiah melalui uji pra klinik.

Sedangkan fitofarmaka merupakan produk terbuat dari bahan baku yang sudah distandarisasi
kemanan serta khasiatnya. Produk sudah diuji secara ilmiah dan dibuktikan melalui uji praklinik dan
klinik sebelum bisa dipasarkan. Dengan begitu khasiat yang diklaim bisa terjamin sesuai dengan
kegunaan produk tersebut.

Anda mungkin juga menyukai