Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERBEDAAN JAMU,OHT,DAN FITOFARMAKA


D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Nama : Lamsari Tinambunan

NIM : 22050117

Program Studi : Farmasi

Semester : 1(ganjil)

Mata kuliah : Farmakognosi

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS AUFA ROYHAN PADANGSIDIMPUAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padangsidimpuan,17 November 2022

Lamsari Tinambunan
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang memiliki keanekaragaman hayati dan sumber daya
alam yang tinggi. Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia diperkirakan menyimpan potensi
tumbuhan obat sebanyak 30.000 jenis dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, dimana
940 jenis diantaranya telah dinyatakan berkhasiat sebagai obat. Dari sekian banyak jenis
tumbuhan obat, sekitar 78% masih diperoleh melalui pengambilan langsung dari hutan
(Nugroho, 2010).

Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi
masalah kesehatan. Pengetahuan mengenai tanaman obat memiliki karakteristik berbeda-
beda pada suatu wilayah. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman obat tersebut
merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
diwariskan secara turun-temurun hingga ke generasi sekarang sehingga tercipta berbagai
ramuan tumbuhan obat yang merupakan ciri khas pengobatan tradisional Indonesia
(Jhonherf, 2007). Pengetahuan mengenai tumbuhan obat mulai dari jenis, bagian tanaman,
cara pengobatan sampai dengan penyakit yang dapat disembuhkan merupakan kekayaan
pengetahuan yang perlu digali, dikembangkan, dilestarikan, dan dioptimalkan (Harini, 2000).

Perkembangan dunia farmasi yang semakin pesat, tidak membuat kepercayaan masyarakat
terhadap penggunaan obat tradisional luntur. Bahkan, kini obat tradisional menjadi obat alternatif
yang telah dimanfaatkan untuk terapi penyembuhan penyakit di beberapa rumah sakit, contohnya
poliklinik obat tradisional di RS Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2006, RS Jelet Jepara
pada tahun 2007 yang terus dikembangkan sampai sekarang (Narti, 2009).

Produksi obat tradisional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Karena banyaknya
variasi sediaan bahan alam, maka untuk memudahkan pengawasan dan perizinan, Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengelompokkan obat tradisional dalam sediaan jamu,
obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Persyaratan ketiga sediaan berbeda, yaitu untuk jamu
pemakaiannya secara empirik berdasarkan pengalaman, sediaan obat herbal terstandar bahan
bakunya harus distadarisasi dan sudah diuji farmakologi secara eksperimental, sedangkan sediaan
fitofarmaka sama dengan obat modern bahan bakunya harus distandarisasi dan harus melalui uji
klinik (Sukandar, 2006).
B.Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih memahami tentang
perbedaan jamu ,OHT (obat herbal terstandar) ,dan fitofarmaka.
BAB 2

PEMBAHASAN
Obat Tradisional dibagi menjadi 3 berdasarkan Klaim.

• Jamu

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk
seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut
serta digunakan secara tradisional. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama
berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat
secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan
tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Jamu yang telah
digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun,
telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.

Pengertian tentang Jamu? Jamu salah satu warisan nenek moyang kita yang digunakan secara turun
temurun untuk memelihara kesehatan.

• Jamu termasuk obat tradisional.

• Terbuat dari tumbuhan, hewan atau mineral.

Contoh Manfaat Jamu


• Membantu memelihara kesehatan, contoh : kunyit asam, jahe manis.

• Membantu menambah nafsu makan, contoh: temulawak, beras kencur.

Bagaimanakah Cara Memperoleh Jamu?

• Membuat sendiri dengan memanfaatkan tanaman obat di sekitar kita.

• Membeli dari penjual jamu gendong.

• Untuk jamu dalam kemasan dapat diperoleh dari toko obat atau penjual jamu gendong.

 Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)

Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat
berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Selain proses produksi dengan teknologi maju,
jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-
klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat,
standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas.

Obat herbal terstandar (OHT) sudah melewati uji praklinis, sehingga memiliki bukti ilmiah
yang lebih kuat terkait khasiat dan keamanannya dibandingkan dengan jamu. Meski begitu, ini
belum dapat disetarakan dengan obat kimia modern karena belum menjalani uji dengan subjek
manusia

Contoh OHT yang beredar di Indonesia adalah Antangin JRG, OB Herbal, Mastin, Lelap, Diapet.

Logo untuk obat herbal standar (OHT) adalah lingkaran berbatasan hijau dengan gambar tiga bintang
hijau di dalamnya. Logo ini menandakan bahwa obat tradisional telah diproses menggunakan
teknologi tinggi.

Selain itu, proses produksi OHT didukung oleh bukti ilmiah, seperti standar kandungan bahan
bermanfaat dan tes toksisitas akut atau kronis.
 Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat
modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai
dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk
menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan.

Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah melalui tahapan uji praklinis (pada hewan uji) dan uji klinis (pada manusia), serta bahan
baku berikut produk jadinya telah distandarisasi. Obat tradisional golongan fitofarmaka memiliki
penandaan berupa logo jari-jari daun membentuk bintang yang terletak dalam lingkaran dengan
tulisan fitofarmaka .

  Obat tradisional berjenis fitofarmaka sudah dapat disetarakan dengan obat kimia modern
karena sudah lolos uji pada manusia. Oleh karena itu, obat tradisional jenis ini boleh digunakan
pada pelayanan kesehatan formal atau diresepkan oleh dokter apabila pasien mengalami
keluhan sesuai dengan indikasi atau peruntukkan obat tersebut.

Proses produksi obat herbal fitofarmaka bisa dibilang cukup rumit. Untuk memproduksi satu
produk fitofarmaka, diperlukan berbagai analisis, penelitian, dan kerjasama sinergis yang melibatkan
banyak pihak berkepentingan.

Contoh merk fitofarmaka yang sudah beredar di masyarakat adalah Stimuno, Nodiar, dan Inaclin.
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa jamu ,oht dan fitofarmaka
memiliki perbedaan yaitu:
Secara singkat perbedaan jamu ,OHT, dan fitofarmaka adalah:
1.Jamu merupakan obat bahan alam yang sediaannya masih berupa simplisia sederhana,
seperti irisan rimpang, daun atau akar kering.
Jamu harus memenuhi kriteria:Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

 Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris (pengalaman turun-


temurun)
 memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Nomor registrasi jamu diawali dengan TR diikuti sembilan angka setelahnya.

2. OHT merupakan jamu yang bahan dan proses pembuatannya


telah terstandarisasi. biasanya bentuk sediaannya berupa ekstrak.

OHT harus memenuhi kriteria:

 Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan


 Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik
 Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Nomor registrasi OHT diawali dengan HT diikuti sembilan angka setelahnya.

3. Fitofarmaka merupakan tahapan tertinggi dari obat tradisional/obat herbal.


Fitofarmaka adalah OHT yang telah melalui uji klinis pada manusia.
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria:

 Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan


 Klaim khasiat dibuktikan secara pra klinis dan klinis
 Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi
 Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Persyaratan mutu produk jadi dari produk diatas meliputi parameter uji organoleptik,
kadar air, cemaran mikroba, aflatoksin total, cemaran logam berat, keseragaman bobot,
waktu hancur, volume terpindahkan, pH, dan bahan tambahan sesuai dengan bentuk
sediaan dan penggunaannya.

Nomor registrasi Fitofarmaka diawali dengan FF diikuti sembilan angka dan satu huruf
setelahnya.

Anda mungkin juga menyukai