0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
129 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kategori obat tradisional Indonesia yang terdiri dari jamu, obat ekstrak (herbal), dan fitofarmaka. Jamu adalah obat tradisional yang dibuat secara turun temurun tanpa melalui uji, sedangkan obat ekstrak telah melalui uji praklinik dan fitofarmaka telah melalui uji klinik pada manusia. Sumber obat tradisional dapat berasal dari buatan sendiri, pembuat jamu, at
Dokumen tersebut membahas tentang kategori obat tradisional Indonesia yang terdiri dari jamu, obat ekstrak (herbal), dan fitofarmaka. Jamu adalah obat tradisional yang dibuat secara turun temurun tanpa melalui uji, sedangkan obat ekstrak telah melalui uji praklinik dan fitofarmaka telah melalui uji klinik pada manusia. Sumber obat tradisional dapat berasal dari buatan sendiri, pembuat jamu, at
Dokumen tersebut membahas tentang kategori obat tradisional Indonesia yang terdiri dari jamu, obat ekstrak (herbal), dan fitofarmaka. Jamu adalah obat tradisional yang dibuat secara turun temurun tanpa melalui uji, sedangkan obat ekstrak telah melalui uji praklinik dan fitofarmaka telah melalui uji klinik pada manusia. Sumber obat tradisional dapat berasal dari buatan sendiri, pembuat jamu, at
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2012 Kategori Obat Tradisional Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang. Jamu dan obat tradisional, sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal. Produksi jamu dan obat-obatan tradisional lebih banyak diproduksi oleh homeindustry. Hanya sebagian kecil jamu dan obat-obatan tradisional yang diproduksi secara masal melalui industri jamu dan obat tradisional di pabrik-pabrik. Untuk meningkatkan kualitas, mutu, dan produk jamu serta obat-obatan yang dihasilkan oleh masyarakat kita, diperlukan kerjasama seluruh pihak yang terkait.Kerjasama itu dimaksudkan agar jamu dan obat tradisional yang dihasilkan dapat bersaing, baik di pasar regional maupun global. Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak terdaftar di Badan Pengawasan Obatdan Makanan, akan merugikan konsumen. Di samping itu, secara ekonomi, beredarnya obat-obatan seperti itu justru akan merusak citra obat tradisional. Citra yang rusak akhirnya akan memukul produksi dan pemasaran obat-obatan tradisional, di dalam maupun di luar negeri. Pemerintah, terus berupaya melakukan pengawasan demi meningkatkan keamanan, mutu, dan manfaat obat tradisional. Hal ini dilakukan agar masyarakat terlindung dari obat tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab dalam peredaran di masyarakat. Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu Obat Tradisional atau jamu dan Fitomarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak, namun sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut
Gambar 1. Logo untuk Kelompok Jamu
maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu jamu, obat ekstrak (Herbal), dan fitofarmaka. 1. Jamu (Empirical Based Herbal Medicine) Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu. Jamu digunakan untuk pengobatan sendiri (Tidak memerlukan izin produksi ( sesuai Permenkes no.246/Menkes/per/V/1990)), terdiri atas: a. Jamu Racikan b. Jamu Gendong Seperti halnya dengan obat tradisional hasil TOGA standar yang dibutuhkan adalah kebenaran tanaman yang digunakan dan kebersihan proses pembuatannya, harus ada izin produksi dan izin edar yaitu jamu yang diproduksi dan diedarkan oleh: 1) Industri Obat Tradisional (IOT) 2) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Standar yang harus dipenuhi adalah standar mutu dan keamanan, sedangkan untuk proses pembuatannya harus sesuai dengan ketentuan CPOTB terutama untuk IOT. 2. Bahan Ekstrak Alami (Scientific Based Herbal Medicine / Herbal) Bahan ektrak alami adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alami yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan
Gambar 2. Logo untuk kelompok Obat Herbal Terstandar
Gambar 3. Logo untuk kelompok Fitofarmaka
maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis. 3. Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine) Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi modern. 1. Fitofarmaka dapat digunakan pada Pelayanan Kesehatan Formal. Berbagai Uji Laboratorium merupakan persyaratan mutlak yang harus dilakukan untuk sediaan fitofarmaka, beberapa uji yang harus dilakukan antara lain penapisan fitokimia untuk mengetahui jenis kandungan senyawa pada tanaman tersebut. 2. Uji Toksisitas untuk mengetahui keamanan bila dikonsumsi untuk pengobatan. 3. Uji Farmakologi eksperimental terhadap binatang percobaan. 4. Uji Klinis untuk memastikan efek Farmakologi, keamanan dan manfaat klinis untuk pencegahan, pengobatan penyakit atau gejala penyakit. Pada jamu belum dilakukan uji apapun, komposisi jamu diperoleh dari informasi turun-temurun nenek moyang kita yang membuktikan bahwa jamu tersebut berkhasiat menyembuhkan suatu penyakit. Pada OHT telah dilakukan standarisasi bahan baku produk (mis: ekstrak tumbuhan atau simplisia) serta telah dilakukan uji praklinik (uji pada hewan) dan terbukti berkhasiat dan aman uji pada hewan. Pada fitofarmaka sudah dilakukan standarisasi bahan baku produk serta telah dilakukan uji klinik (uji pada manusia, uji lanjutan setelah uji pada hewan berkhasiat dan aman), yang membuktikan keamanan dan khasiatnya.
Sumber Perolehan Obat Tradisional Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau yang memproduksi obat tradisional, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Obat tradisional buatan sendiri Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan untuk keperluan keluarga. Cara ini kemudian terus dikembangkan oleh pemerintah dalam bentuk program TOGA. Dengan adanya program TOGA diharapkan masyarakat mampu menyediakan baik bahan maupun sediaan jamu yang dapat dimanfaatkan dalam upaya menunjang kesehatan keluarga. Program TOGA lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan anggota keluarga serta penaganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga. Porgram TOGA bertujuan untuk menyediakan obat dalam rangka penaganan kesehatan sendiri. Dengan kemampuan pengetahuan serta pendidikan masyarakat yang bervariasi, program ini mengajarkan pengetahuan peracikan jamu serta penggunannya secara sederhana tetapi aman untuk dikonsumsi. Sumber tanaman diharapkan disediakan oleh masyarakat sendiri, baik secara individu, keluarga, maupun kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Namun, tidak tertutup kemungkinan bahan baku dibeli dari pasar tradisional yang banyak menjual jamu yang pada umumnya juga merupakan bahan untuk keperluan bumbu dapur masakan asli Indonesia. Pelaksanaan program TOGA diharapkan melibatkan peran aktif seluruh anggota masyarakat yang dapat terwakili oleh ibu rumah tangga, dibimbing dan dibina oleh puskesmas setempat. 2. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu / Herbalist Bentuk jamu pada umumnya sejenis jamu gendong, namun lebih mempunyai kekhususan untuk pengobatan penyakit atau keluhan kesehatan tertentu. Peracik sejenis ini tampaknya sudah semakin berkurang jumlahnya dan kalah bersaing dengan industri yang mampu menyediakan jamu dalam bentuk yang lebih praktis. Tabib lokal/ pengobat Herbal/ Battra, masih dapat kita jumpai meskipun jumlahnya tidak banyak. Mereka melaksanakan praktek pengobatan dengan menyediakan ramuan dengan bahan alami yang berasal dari bahan lokal. Ilmu pengobatan alternatif ini diperoleh dengan cara bekerja sambil belajar kepada pengobat yang telah praktek. Dibeberapa kota, telah dapat dijumpai pendidikan pengobatan berupa kursus yang telah dikelola dengan baik dan diselenggarakan oleh pengobat tertentu. Pada umumnya, selain pemberian ramuan, para pengobat juga mengkombinasikannya dengan tehnik lain seperti metoda spiritual/agama atau supranatural (Pengobatan alternatif). Sinshe adalah pengobat tradisional yang berasal dari etnis Tionghoa yang melayani pengobatan menggunakan ramuan obat tradisional bersumber dari pengetahuan negara asal mereka, yaitu Cina. Pada umumnya mereka menggunakan bahan-bahan yang berasal dari Cina meskipun tidak jarang mereka juga mencampur dengan bahan lokal yang sejenis dengan yang mereka jumpai di Cina. Obat tradisional Cina berkembang dengan baikdan banyak diimport ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan obat yang dikonsumsi, tidak saja oleh pasien etnis Cina tetapi juga banyak dikonsumsi oleh warga pribumi. Kemudahan memperoleh bahan baku obat tradisional Cina dapat dapat dilihat banyaknya toko obat Cina yang menyediakan sediaan jadi maupun menerima peracikan resep dari sinshe. Selain memberikan obat tradisional yang disediakan oleh toko obat, sinshe pada umumnya mengkombinasikan ramuan dengan tehnik lain seperti pijatan, akupresur,atau akupuntur. 3. Obat tradisional buatan industri. Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI, industri obat tradisional dapat dikelompokan menjadi industri kecil dan industri besar berdasarkan modal yang harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Tetapi, pada umumnya yang berbentuk sediaan berupa ekstrak bahan alam atau fitofarmaka. Sedangkan industri jamu lebih condong untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup banyak industri besar yang memproduksi jamu dalam bentuk modern (tablet, kapsul, sirup dan lain-lain) dan bahkan fitofarmaka.