Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengelolaan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah guna
mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi
merupakan bagian dari industri. Hasil dari industri ini tidak hanya berupa barang,
akan tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting
dalam mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang
pembuatan obat. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan
vitalnya aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia melahirkan
sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang
berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi harus benar-benar berupaya
agar dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi standar kualitas yang
dipersyaratkan.

Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal
dari alam (tumbuhan dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokkan
menjadi 3 jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu
(Empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan
secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang
berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan
digunakan secara tradisional. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris saja. Obat herbal

1
terstandar (Scientific based herbal medicine) yaitu obat bahan alam yang
disajikan dari ekstrak atau penyaringan bahan alam yang dapat berupa tanaman
obat, binatang, maupun mineral.
Proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan mahal, serta
ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik.
Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine) merupakan bentuk obat bahan
alam dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses
pembuatannya telah terstandar serta ditunjang oleh bukti ilmiah sampai dengan
uji klinik pada manusia (Maheshwari, 2002). Namun ketiga jenis obat bahan
alam tersebut sering disebut juga sebagai jamu.
Keberadaan jamu tradisional sudah tidak aneh bagi masyarakat Indonesia.
Sejak jaman dahulu, nenek moyang kita sudah banyak mengkonsumsi jamu
tradisional untuk menjaga kesehatan ataupun mengobati penyakit. Dewasa ini,
dengan kesadaran back to nature atau kembali ke alam, nampaknya penggunaan
jamu tradisional yang berbahan baku alam perlu dipertimbangkan dibandingkan
dengan obat modern yang berbahan baku kimia. Ketersediaan bahan baku untuk
pembuatan jamu tradisional di Indonesia cukup melimpah. Hasil riset Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki
30.000 spesies tanaman obat dari total 40.000 spesies yang ada di di seluruh
dunia. Walaupun Indonesia baru memanfaatkan sekitar 180 spesies sebagai
bahan baku obat bahan alam dari sekitar 950 spesies yang berkhasiat sebagai
obat. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa dari segi ketersediaan bahan baku,
industri jamu tradisional tidak memiliki ketergantungan impor.
Selain untuk konsumsi nasional, jamu tradisional juga berpotensi untuk di
ekspor. Negara tujuan ekspor, menurut data Gabungan Pengusaha Jamu dan
Obat bahan alam Indonesia (GP Jamu), yaitu Malaysia, Korea Selatan, Filipina,
Vietnam, Hongkong, Taiwan, Afrika Selatan, Nigeria, Arab Saudi, Timur
Tengah, Rusia dan Cile. Ekspor jamu tradisional tersebut sebagian besar masih
dilakukan oleh industri jamu yang cukup besar.
Di Indonesia, industri jamu memiliki asosiasi yang diakui pemerintah
sebagai asosiasi bagi pengusaha jamu dan obat bahan alam di Indonesia yaitu

2
Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat bahan alam Indonesia (GP Jamu). Anggota
GP Jamu terdiri dari produsen, penyalur dan pengecer. Hingga saat ini GP Jamu
menghimpun 908 anggota, yang terdiri dari 75 unit industri besar (Industri Obat
bahan alam/IOT) dan 833 industri kecil (Industri Kecil Obat bahan alam/IKOT).
Sekitar tahun 1900-an, pabrik-pabrik jamu besar mulai berdiri di Indonesia
seperti Jamu Jago, Mustika Ratu, Nyonya Meneer, Leo, Sido Muncul, Jamu
Simona, Jamu Borobudur, Jamu Dami, Jamu Air Mancur, Jamu Pusaka Ambon,
Jamu Bukit Mentjos, dan tenaga Tani Farma (Aceh). Sedangkan di Kabupaten
Sukoharjo Jawa Tengah, industri kecil jamu tradisional mulai berdiri sejak tahun
1970-an dan terus berkembang di tahun 1980-an.
Sehingga saat ini Kabupaten Sukoharjo terkenal sebagai salah satu sentra
jamu tradisional di Indonesia. Dalam menjalankan usahanya, industri jamu
tradisional di Kabupaten Sukoharjo menggunakan modal sendiri dan modal
perbankan. Di Kabupaten Sukoharjo juga berdiri Koperasi Jamu Indonesia
(KOJAI) pada tahun 1995, yang merupakan wadah bagi pengusaha jamu di
Kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya. KOJAI juga memberikan pembinaan-
pembinaan kepada pengusaha jamu dalam bentuk pengadaan seminar, pelatihan,
konsultasi, dan sebagainya. Kabupaten Sukoharjo khususnya Kecamatan Nguter
dipilih menjadi daerah survey karena daerah ini merupakan sentra penjualan
jamu tradisional yang cukup dikenal di Indonesia. Diharapkan hasil survey ini
dapat menjadi acuan bagi investor, perbankan, departemen teknis, dan
pengusaha dalam pengembangan industri jamu tradisional sehingga usaha ini
dapat lebih berkembang dan berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perekonomian daerah maupun nasional.
Adanya kecendrungan pola hidup kembali ke alam (back to nature)
menyebabkan masyarakat lebih memilih mengunakan obat alami yang di yakini
tidak memiliki efek samping seperti obat kimia dan harga lebih terjangkau dari
pada obat sintetik. Kondisi ini memacu peningkatan kebutuhan pasar dan
perkembangan jumlah industri obat tradisional didalam negri. Di dunia
internasional perkembangan obat herbal semakin pesat dengan pemasok terbesar
adalah Cina, Eropa, dan Amerika Serikat. Di Afrika persentase populasi yang

3
mengunakan obat herbal mencapai 60-90%, di Australia sekitar 40-50%, Eropa
mencapai 40-80%, Amerika mencapai 40%, Kanada mencapai 50%, dengan
jumlah penjualan termasuk bahan baku menapai US $ 43 miliar.

Penelitian dan pengembangan obat herbal dapat diarahkan untuk


menghasilkan obat yang dapat diterima dalam pelayanan kesehatan formal,
terutama kualitas, keamanan dan efikasinya. Obat tradisional asal indonesia
(jamu) sudah banyak yang mengandung komponen bioaktif fitokimia. Bahkan
beberapa pabrik jamu besar, secara khusus melakukan penelitian dan
menciptakan jamu dalam bentuk kapsul atau tablet dengan komponen bioaktif
fitokimia, dengan berbagai jenis produk dan kemasan yang menarik.

Obat Herbal Terstandar (OHT) Adalah obat tradisional yang disajikan


dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat,
binatang, maupun mineral. Pada melaksanakan proses ini membutuhkan
peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga
kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan
ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi tinggi, jenis herbal ini pada
umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-
penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart
pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang
higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mendirikan industri obat herbal terstandar ?


2. Berapa biaya atau dana yang dibutuhkan untuk mendirikan industri ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami cara mendirikan industri obat herbal
terstandar.
2. Untuk mengetahui biaya atau dana yang dibutuhkan untuk mendirikan
industri.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industi
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799
MENKES/PER/XII/2010 tentang industri farmasi. Industri Farmasi adalah
badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat adalah seluruh
tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan
awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan
pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Fungsi industri
farmasi yaitu pembuatan obat dan/atau bahan obat, pendidikan dan pelatihan,
dan pengembangan.
Industri farmasi wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup, termasuk wajib memenuhi
memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).
Pemenuhan persyaratan CPOTB dibuktikan dengan sertifikat CPOTB.

2.2 Obat Herbal Terstandar

Obat Herbal Terstandar (OHT) Adalah obat tradisional yang disajikan


dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat,
binatang, maupun mineral. Pada melaksanakan proses ini membutuhkan
peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga
kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan
ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi tinggi, jenis herbal ini pada
umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-

5
penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart
pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang
higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis. Beberapa kriteria OHT, yang
dibaca sekilas hampir mirip fitofarmaka. yaitu:
 Aman
 Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik
 Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
 Telah dilakukan standardisasi terhadap bahanbakuyang digunakan
dalam produk jadi.
2.3 Persyaratan Industri Obat Herbal Terstandar
Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh
industri farmasi. Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin
industri farmasi dari Direktur Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud adalah
Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Persyaratan
untuk memperoleh izin industri farmasi sebagaimana yang tercantum dalam
Permenkes RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah sebagai berikut:
1. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas;

2. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;

3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara

Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,

produksi, dan pengawasan mutu.

5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak

langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

kefarmasian.

6
Dikecualikan dari persyaratan di atas poin 1 dan 2, bagi pemohon izin

industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

2.4 Studi Kelayakan Membuat Usaha atau Industri Farmasi

Desain Studi Kelayakan

a. Identifikasi : Pengamatan lingkungan untuk mencari peluang keuntungan


b. Perumusan : Menterjemahkan kesempatan investasi menjadi rencana yang
konkret
c. Penilaian : Melakukan analisis aspek-aspek yang mempengaruhi
d. Pemilihan : Melakukan pemilihan atas pertimbangan keterbatasan
e. Implementasi : Pelaksanaan sesuai dengan hasil perencanaan
2.5 Perizinan Usaha Industri Obat Herbal Terstandar
Berdasarkan Permenkes RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010, untuk

memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi diperlukan persetujuan prinsip.

Permohonan persetujuan prinsip diajukan secara tertulis kepada Direktur

Jenderal Badan POM.Persetujuan prinsip tersebut diberikan oleh Dirjend

BPOM setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk

Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan POM.Dalam hal permohonan

persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan

persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan,

termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan peraturan

perundang-undangan.Persetujuan prinsip ini berlaku selama 3 (tiga) tahun dan

dapat diubah berdasarkan permohonan dari pemohon Izin Industri Farmasi

yang bersangkutan.

7
Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan dan

wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawasan Obatan

Makanan (BPOM). Izin ini berlaku seterusnya selama industri tersebut

berproduksi dengan perpanjangan izin setiap 5 tahun, sedangkan untuk industri

farmasi Penanaman Modal Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan

ketentuan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing dan pelaksanaannya.

Tata cara permohonan Izin Industri Obat Herbal Terstandar :


a) Pemohon yang telah selesai melaksanakan tahap persetujuan
prinsip dapat mengajukan permohonan izin Industri Obat
Tradisional.
b) Surat permohonan izin Industri Obat Tradisional harus
ditandatangani oleh Direktur Utama dan Apoteker penanggung
jawab pemastian mutu diajukan ke Kementerian Kesehatan
beserta kelengkapannya.

8
c) Pemohon mengajukan surat permohonan ke Kementerian
Kesehatan RI Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
Badan dan KepalaDinas Kesehatan Provinsi setempat.
d) Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak
diterimanya tembusan permohonan, Kepala Badan melakukan
audit pemenuhan persyaratan CPOB dan administrasi.
e) Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi persyaratan CPOB, Kepala Badan mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dan administrasi
kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
Sesuai peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha
yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat. Maka kami sebagai pelaku usaha ingin
membangun industri farmasi obat herbal terstandar yang berlokasi di Propinsi
Sulawesi Selatan, kabupaten Tana Toraja, Kec Rembon.
2.6 Estimasi Anggaran Biaya Bangunan Industri Obat Herbal Terstandar
Estimasi biaya awal digunakan untuk studi kelayakan, alternatif
desain yang mungkin, dan pemilihan desain yang optimal untuk sebuah
bangunan. Hal yang penting dalam pemilihan metode estimasi biaya awal
haruslah akurat, mudah dan tidak mahal dalam penggunaannya. Estimasi
biaya mempunyai dampak pada kesuksesan bangunan dan perusahan pada
umumnya.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Visi dan Misi

3.1.1 VISI

Menjadikan masyarakat Indonesia lebih menyukai produk Obat Herbal


Terstandar yang lebih aman.

3.1.2 MISI

a. Menciptakan inovasi obat herbal Terstandar di kalangan masyarakat


b. Memberikan harga yang terjangkau yang sesuai dengan ekonomi
masyarakat.

3.2 Pengurusan Perizinan Industri


Permohonan yang telah melaksanakan tahap persetujuan izin industri
ditandatangani oleh direktur utama dan apoteker penangung jawab untuk
diajukan ke kementrian kesehatan dengan tebusan kepala dinas kesehatan
setempat. Setelah surat masuk kedinas paling lama 20 hari kerja, kepala dinas
kesehatan provinsi melakukan verifikasi kelengkapan administrasi.
Dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi dalam waktu 10 Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan
persyaratan administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Badan, setelah itu dikeluarkan surat izin Industri Obat Herbal
Terstandar.
3.3 Identifikasi Usaha
Nama Usaha : PT. Industri Obat Herbal Terstandar
Pemilik Usaha : ISTN35
Analisis Usaha :
Usaha ini bergerak dalam bidang Industri Obat Herbal Terstandar, Industri
Obat Herbal Terstandar adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

10
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral. Di Indonesia sendiri bahan - bahan
tersebut sangat banyak dan mudah didapatkan. Dengan rencana pendirian
Industri Obat Herbal Terstandar dan memanfaatkan bahan - bahan yang ada
di Indonesia.

3.4 Modal Usaha

Kegunaan Besar uang


Peralatan Rp. 400.000.000
Biaya Tetap Rp. 850.000.000
Biaya variabel Rp. 350.000.000

Total Biaya
Biaya tetap + biaya Variabel = Rp 850.000.000 + Rp 350.000.000
= Rp. 1.200.000.000
Perkiraan pendapatan perbulan

5000 kemasan x Rp 35.000 = Rp. 175.000.000

Rp. 175.000.000 X 30 hari = Rp. 5.250.000.000


Keuntungan Perbulan

Laba = Total Pendapatan - Total biaya

= Rp. 5.250.000.000 - Rp. 1.200.000.000

= Rp. 4.050.000.000

Keuntungan per tahun 4.050.000.000 x 12 bulan = Rp. 48.600.000.000

Perhitungan Break Event Point (BEP)

Perkiraan dalam setahun:


 Total Pengeluaran = Rp.1.600.000.000
 Harga jual/unit = Rp.35.000
 Biaya/unit =Rp.1.600.000.000 / 60000
=Rp.26.666,6667~Rp.27000

11
Total Pengeluaran
BEP (Unit) =
Harga jual (unit)−Biaya (unit)
Rp.1.600.000.000
=
Rp.35.000−Rp.27.000

= 200.000 per kemasan.

Artinya,
 Titik BEP unit poduk OHT PT. ISTN adalah 200.000 kemasan
dalam setahun yang harus dijual atau (200.000/27.000) = 7.4
tahun perusahaan ini akan mencapai titik BEP (balik modal).
 Dan untuk memperoleh keuntungan harus melewati titik BEP
dengan melebihi batas unit jual produk yang ditetapkan yaitu
dengan menjual lebih dari 200.000 kemasan (misalnya;
200.000 kemasan dalam setahun). Dari analisa diatas dapat di
simpulkan pendirian Industri Obat Herbal Terstandar sangat
menguntungkan.
3.5 Rancangan Organisasi

Struktur organisasi terkandung alur perintah yang mengidentifikasi

jabatan pekerjaan yang harus di pertanggung jawabkan oleh masing-

masing karyawan atas berbagai kegiatan serta komunikasinya dengan unit

yang lainnya.

12
a. President director : memimpin perusahaan, menentukan struktur;
organisasi serta menetapkan peraturan dan perizinan. Personalia
Direktur 1 orang.
b. HRD Manager : personalia 1 orang
c. QA Manager : menjamin produk sesuai dengan spesifikasi standar
produksi yang ditentukan, meliputi kualitas dan kuantitas proses
produksi serta material yang digunakan, personalia 1 orang.
d. Plant Manager : bertanggung jawab pada keseluruhan operasional
proses produksi, personalia 1 orang.
e. Apoteker : bertanggung jawab 3 orang
f. Asisten Apoteker :2

3.6 Aspek Produksi


3.6.1 Lokasi
Lokasi usaha yang ingin disurvei terletak di Desa Rembon kecamatan
rembon kab Tana Toraja karena sudah memiliki lahan di tempat
tersebut. Agar kualitas produksi baik pemilihan lokasi usaha menjadi
sangat penting untuk diperhatikan sebagai berikut :
a. Lokasi pabrik/industri

13
Lokasi bebas dari pencemaran dan tidak mencemari lingkungan.
b. Bangunan pabrik.
 Mempunyai konstruksi yang baik dan mudah dibersihkan.
 Ruangan sesuai dengan urutan proses pembuatan serta
mempunyai penerangan dan ventilasi yang cukup.
 Peralatan sesuai kebutuhan dan menjamin keamanan, mutu
dan keseragaman bobot.
c. Fasilitas untuk pengendalian kebersihan.
 Harus mempunyai sarana penyediaan air bersih.
 Harus mempunyai sarana pembuangan air selokan dan
kotoran.
 Harus mempunyai sarana toilet dan sarana cuci tangan bagi
karyawan.
d. Menjaga kebersihan dan kesehatan terhadap karyawan,
lingkungan, dan kebersihan peralatan proses produksi.
3.6.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan
Untuk memproduksi obat herbal terstandar dibutuhkan fasilitas dan
peralatan produksi sebagai berikut :Timbangan duduk, Timbangan
kecil, Mesin penggerak, mesin penggiling, mesin penyaring, alat
pengepres, alat pengukur kadar air, alat sortir, rak besar, tong, ember
besar, tempat penyimpanan. Alat produksi yang digunakan harus selalu
berada di tempatnya masing-masing. Peralatan produksi tersebut juga
harus digunakan dalam keadaan bersih dan higienis.
3.6.3 Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan pada industri obat herbal terstandar
yang ingin di produksi masih menggunakan teknologi yang relatif
sederhana/tradisional karena produk obat yang dihasilkan adalah berupa
serbuk obat.
Secara umum proses produksi yang dilakukan Meliputi tahapan sebagai
berikut :

14
Bahan baku datang dari pemasok dalam bentuk kering.

Pengambilan sampel bahan baku, jika kualitasnya cocok maka dibeli

Sortasi bahan baku

Pengukuran kadar air

Penimbangan bahan baku sesuai kebutuhan

Penggilingan simplisia menjadi serbuk

Penyaringan/pengayakan

Peramuan/pencampuran

Pengukuran kadar air serbuk

Pengemasan dalam bentuk sachet

Penyimpanan produk jadi sebelum dijual

Distribusi produk jadi pada konsumen

3.7 Prosedur Pengemasan


 Prosedur pengemasan.
 Pengawasan selama pengemasan.
 Formulir yang telah di verifikasi ;
 Isi :
1. Nama, bentuk sediaan, kekuatan serta pemerian produk ruahan ;
2. Daftar lengkap seluruh pengemas yang dibutuhkan dengan tanda
tangan supervisor.
3. Pernyataan hasil teoritis dan RANGE hasil yang diperkenankan ;
4. Prosedur rekonsiliasi antara produk ruahan dan bahan pengemas yang
dikeluarkan.
5. Lokasi pengemasan dan peralatan yang dipakai.

15
3.8 Perancangan Distribusi
Proses pendistribusian yang dilakukan, ialah melalui distribusi
langsung dari perusahaan kami ke tempat-tempat tujuan pemasaran.
3.9 Perancangan Promosi

Kami telah melakukan strategi Promosi, dikarenakan promosi


merupakan hal yang sangat penting dalam usaha ini, oleh karena itu kami
telah menganggarkan Rp. 500.000 / bulan untuk biaya promosi, yang
berupa :

 Biaya Promosi iklan koran Rp 350.000,00


 Biaya pamphlet perusahaan Rp. 150.000,00
3.10 Aspek Pemasaran
3.10.1 Permintaan dan Penawaran
Kecenderungan masyarakat Indonesia maupun mancanegara saat ini
dalam mengkonsumsi sesuatu adalah kembali ke alam (back to nature).
Kondisi tersebut merupakan suatu peluang yang cukup besar dalam hal
obat bahan alam untuk menggantikan obat modern/obat kimia
walaupun belum dapat menggantikannya secara penuh dan
peningkatannya cukup pesat. Apabila jumlah permintaan meningkat,
pengusaha masih dapat meningkatkan kapasitas produksinya.
3.10.2 Persaingan dan Peluang
Untuk dapat memenangkan persaingan, setiap pengusaha harus cukup,
kreatif dan mempunyai strategi dalam meningkatkan kualitas produk
dan meningkatkan penjualan, karena walaupun persaingan yang terjadi
cukup ketat dibandingkan sebelumnya, tetapi permintaan pasar masih
tetap ada dan cenderung meningkat. Sehingga usaha jamu tradisional
ini masih dapat dikatakan memiliki prospek yang cukup baik. Strategi
usaha yang dapat dilakukan adalah melakukan peningkatan
kualitas/mutu jamu, peningkatan kualitas kemasan, dan mencari bahan
baku yang murah dan berkualitas baik.

16
Selain itu, dapat juga dilakukan pendekatan atau lobi-lobi untuk
perluasan pasar, melakukan promosi yang gencar seperti pengadaan
bonus, potongan harga, kemudahan pembayaran, dan yang paling
penting adalah membangun loyalitas dan komitmen pada konsumen.
Selain promosi yang telah disebutkan di atas, promosi juga dapat
dilakukan dengan cara beriklan di media lokal seperti di radio ataupun
koran lokal. Hal ini perlu dilakukan mengingat persaingan yang cukup
ketat dan semakin banyaknya pesaing.
3.10.3 Harga
Sistem pembayaran di perusahaan pasti berbeda beda tergantung
siapa pembelinya, lokasi pembeli, jumlah produk yang dibeli dan
tingkat kepercayaan pengusaha kepada pembeli tersebut. Pada
umumnya sistem pembayarannya adalah kontan terutama untuk
konsumen langsung. Tetapi pembayaran juga dapat dilakukan setelah
pengiriman barang, setelah barang laku terjual ataupun pada
pengiriman berikutnya, bahkan setelah 1 bulan pengiriman baru
dibayar. Oleh karena itu ada biaya pemasaran/distribusi yang
dikeluarkan yang diperlukan untuk mengirim.

17
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

1. Kesimpulan yang dapat ditarik dalam makalah industri OHT adalah

sebagai berikut :

 Tahap awal pendirian industri OHT PT.ISTN memperoleh izin

untuk memproduksi produk tahap selanjutnya pengajuan

proposal agar diperoleh dari dana investor guna pendirian

industri OHT, dimana proposal tersebut mencangkup aspek

teknis organisasi manajemen, aspek produk, pemasaran dan

keuangan, serta tahap terakhir setelah mendapatkan dana dari

investor maka dilakukan pendirian industri.

 Dana yang dibutuhkan pada pendirian usaha industri sebesar

Rp. 1.600.000.000

2. Saran

Untuk mendirikan suatu industri obat herbal terstandar harus mengikuti

persyaratan yang berlaku dan sesuai dengan perundang-undangan sehingga

mendapatkan hasil produksi yang maksimal, dan mempertimbangan keuntungan

yang akan didapatkan agar Industri Obat Herbal Terstandar tetap berjalan sesuai

dengan yang diharapkan

18
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pom Ri, Definisi Obat Herbal Terstandar

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional Yang Baik, Jakarta, Badan POM RI, 2005.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran
Obat Tradisional , Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka.

Menteri Kesehatan. SK MenKes Nomor : 245/menkes/SK/V/1990 tentang


ketentuan dan tata cara pelaksanaan pemberian izin usaha industri
farmasi.pdf. diakses pada tanggal 16 oktober 2015.

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


1799/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Industri Farmasi.

19

Anda mungkin juga menyukai