Anda di halaman 1dari 6

TIGA OBAT TRADISIONAL YANG DAPAT DIGUNAKAN

DIKOMUNITAS

Pendahuluan
Banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan obat tradisional baik untuk pengobatan
maupun untuk perawatan. Di Indonesia ada tiga jenis obat tradisional yang sering digunakan dalam
masyarakat, yaitu jamu, obat herbal berstandar (OHT) dan fitofarmaka.
Jamu adalah obat tradisional berbahan dasar tumbuhan yang diolah menjadi bentuk serbuk
seduhan, pil, dan cairan langsung minum. Obat herbal terstandar (OHT) adalah obat tradisional
yang terbuat dari ekstrak atau sari bahan alam dapat berupa tanaman obat, sari binatang, maupun
mineral. Sama seperti OHT, produk fitofarmaka terbuat dari ekstrak atau sari bahan alam berupa
tanaman, sari binatang, maupun mineral.
Dalam paper ini, penulis akan membahas mengenai 3 jenis obat tradisional tersebut.

Pembahasan
Menurut KEMENKES RI tentang Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia, Obat
tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
a. Jamu
Jamu mungkin dapat menjadi salah satu pilihan untuk memperkuat sistem imun tubuh
seseorang. Jamu adalah obat herbal tradisional Indonesia yang telah dipraktekkan selama
berabad-abad di masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan dan mengobati penyakit.
Meskipun sudah banyak obat-obatan modern, jamu masih sangat populer di daerah pedesaan
maupun perkotaan (Elfahmi et al., 2014). Terutama disaat saat seperti ini, dimana belum
ditemukannya obat untuk suatu penyakit, masyarakat akan kembali menggunakan tumbuhan
sebagai alternatif pengobatan dengan manfaatnya yang beragam. Selain itu dengan harga yang
murah dan bahan baku yang mudah ditemukan, jamu dapat dibuat dan dikonsumsi sendiri di
rumah.
Tanaman yang dapat dikonsumsi dan dibuat menjadi jamu untuk immune booster antara lain
adalah temulawak, kunyit, dan jahe. Selain bahan utama tersebut dapat juga ditambahkan bahan
lain untuk menambah rasa dan memberi aroma yang menggugah selera seperti kayu manis,
serai, dan gula aren.
Temulawak atau Curcuma xanthorrhiza Roxb merupakan tanaman yang sering digunakan
sebagai obat-obatan yang tergolong dalam suku temu- temuan (Zingiberaceae). Salah satu
kandungan terbanyak yang dimiliki tumbuhan temulawak ialah pati, pati temulawak
mengandung kurkuminoid yang membantu proses metabolisme dan fisiologis organ badan.
Penggunaan temulawak dalam pengobatan tradisional banyak digunakan dalam pengobatan
gangguan pencernaan, sakit kuning, keputihan, meningkatkan daya tahan tubuh serta menjaga
kesehatan (Aldizal et al., 2019).
Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rempah yang berasal dari Asia Selatan, dan
sekarang telah tersebar ke seluruh dunia. Jahe dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal karena
mengandung minyak atsiri dengan senyawa kimia aktif, yang berkhasiat dalam mencegah dan
mengobati berbagai penyakit (Goulart, 1995; Reader’s Digest, 2004; Sudewo,2006; Santoso,
2008). Senyawa kimia aktif yang juga terkandung dalam jahe yang bersifat anti-inflamasi dan
antioksidan, adalah gingerol, beta-caroten, capsaicin, asam cafeic, curcumin dan salisilat. (Yuan
Shan & Iskandar, 2018).
Kunyit, Curcuma longa L. (Zingiberaceae) adalah tanaman tropis yang banyak terdapat di
benua Asia. Dalam sejarah perobatan rakyat India, kunyit dianggapkan sebagai bahan antibiotik
yang terbaik sementara pada masa yang sama kunyit juga digunakan untuk memudahkan proses
pencernaan dan memperbaiki perjalanan usus. Dari ketiga bahan diatas diketahui mengandung
senyawa kurkumin yang memiliki banyak sekali manfaat seperti : antioksidan, antiinflamasi,
antibakteri, dan antivirus yang sangat cocok apabila digunakan untuk meningkatkan imunitas
agar tetap sehat dikala pandemi seperti saat ini (Redi Aryanta, 2019).
Kandungan pada jahe, junyit dan temulawak dapat berdampak baik bagi kesehatan dan sistem
imun tubuh. Sehingga jamu sangat baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

b. Obat Herbal Terstandar (OHT)


Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara
traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Hal ini sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, tentang Izin Usaha Industri Obat
Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. Perkembangan selanjutnya obat tradisional
kebanyakan berupa campuran yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga dikenal dengan obat
herbal atau obat bahan alam Indonesia. Obat Herbal atau Obat Bahan Alam Indonesia adalah
obat tradisonal yang diproduksi oleh Indonesia dan berasal dari alam atau produk tumbuhan obat
Indonesia. Banyak obat tradisional yang dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair,
simplisia dan tablet.
OHT harus memenuhi kriteria :
• Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
• Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan percobaan).
• Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
• Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
Contoh OHT yang beredar di Indonesia adalah Antangin JRG, OB Herbal, Mastin, Lelap,
Diapet.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryadi. N, Hasil penelitian menemukan bahwa
konsumen mempersepsi positif kualitas dan nilai obat herbal terstandar. Selain itu, ditemukan
juga konsumen cenderung tidak peduli terhadap risiko obat herbal terutama pada risiko sosial,
Keuangan dan kinerja. Konsumen lebih peduli pada risiko keamanan dan kesehataan saat
mengkonsumsi obat herbal. Penelitian ini menemukan novelty sebuah model Kepercayaan
Konsumen. Model tersebut mengusulkan Persepsi Nilai memediasi Persepsi Kualitas dan Risiko
dalam hubungannya dengan Kepercayaan Konsumen.

c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia), bahan baku
dan produk jadinya sudah distandarisasi.
Fitofarmaka memenuhi kriteria :
• Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
• Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan) dan klinik (pada manusia).
• Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
• Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
• Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi.
Contoh fitofarmaka: Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar, Inlacin, VipAlbumin plus,
Rheumaneer.
Memang fitofarmaka merupakan obat herbal yang diresepkan oleh para dokter mengingat
sudah teruji baik pada hewan maupun manusia.
Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 48 ayat 1 disebutkan bahwa
terdapat 17 penyelenggaraan upaya kesehatan dimana diurutan kedua adalah pelayanan
kesehatan tradisional. Oleh karena itu, diteliti persepsi pengguna obat hebal, dan dari hasil
penelitian secara kuantitatif dan kualitatif oleh Nauviyah. N. A, didapat hasil bahwa 45%
pengguna fitofarmaka tidak mengetahui manfaat dan risiko dari produk yang digunakan, dan
50% pengguna obat tradisional tidak memberitahukan kepada tenaga kesehatan termasuk dokter
dalam penggunaan obat herbal.Persepsi yang salah dapat berisiko terhadap keberlanjutan
pengobatan, penggunaan obat yang rasional dan progresivitas penyakit yang di-masking effect
oleh merasa badan lebih terasa sehat pada kelompok pengguna obat tradisional lain.

Sesuai peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 tanggal 23 Oktober 2019 tentang Persyaratan
Keamanan dan Mutu Obat Tradisional maka apa pun bentuk sediaan yang dibuat dan didaftarkan
sebagai obat tradisional, OHT atau fitofarmaka harus memenuhi parameter uji persyaratan
keamanan dan mutu obat jadi yaitu : organoleptik, kadar air, cemaran mikroba (E.coli, Clostridia,
Salmonella, Shigella), aflatoksin total, cemaran logam berat (Arsen, Timbal, Kadmium dan
Merkuri), ditambah dengan keseragaman bobot, waktu hancur, volume terpindahkan serta kadar
alkohol/pH tergantung bentuk sediaannya. Selain itu untuk OHT dan fitofarmaka harus memenuhi
uji kualitatif dan kuantitatif dalam hal bahan baku (bagi OHT) dan bahan aktif (bagi fitofarmaka),
serta residu pelarut (jika digunakan pelarut selain etanol). Pengujian semua parameter harus
dilakukan di laboratorium terakreditasi atau laboratorium internal industri/usaha obat tradisional
yang diakui oleh BPOM. Pada ketentuan peralihan dinyatakan bahwa izin edar obat tradisional yang
telah ada sebelum berlakunya Peraturan Badan ini, tetap berlaku dan harus menyesuaikan dengan
Peraturan Badan ini paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak Peraturan Badan ini diundangkan. Jadi
memang bukan BPOM yang melakukan pengujian tersebut.

Untuk menjamin keamanan obat tradisional, BPOM memberikan daftar bahan apa saja yang
dilarang untuk diproduksi dalam obat tradisional antara lain : biji saga, biji kecubung, herba efedra,
gandarusa, daun tembelekan, daun kratom, daun/buah Nerium oleander, daun komfre, hewan kodok
kerok serta mineral sulfur, arsen dan merkuri. Sulfur boleh dibuat untuk obat luar. Di dalam
lampiran Peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 terdapat bahan tambahan yang diperbolehkan untuk
ditambahkan dalam obat tradisional dan pada kadar berapa (bahan pengawet, bahan pemanis alami
dan buatan, bahan pewarna alami dan sintetik, bahan antioksidan, bahan lain-lain missal
pengemulsi, penstabil dll).

Perlu diperhatikan juga interaksi obat terhadap makanan atau penyakit tertentu. contoh interaksi
pada makanan: alkohol dengan anti depresan dapat mempengaruhi syaraf otak, theophylline dengan
xantine (teh, kopi, coklat) dapat meningkatkan efek samping, vit K (brokoli, kangkung) dengan
heparin warfarin mengahambat pembekuan darah, mengkonsumsi Fiber dapat menyerap obat
(paracetamol, digoxin). Contoh interaksi obat dengan penyakit bawaan: ginseng meningkatkan
tekanan darah dan menyebabkan menstruasi abnormal, ginseng + kafein menyebabkan over
stimulasi, dan garlic dengan obat anti diabet dapat menyebabkan tekanan darah turun.

Penutup
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa obat tradisional mempunyai banyak manfaat
dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan dusetujui oleh KEMENKES RI. Akan tetapi penting
juga bagi masyarakat untuk memastikan persyaratan keamanan dari prodak yang akan dikonsumsi
sudah sesuai dengan peraturan BPOM utnuk mencegah terjadi hal yang tidak diinginkan.
Selain memastikan persyaratan keamanan obat, penting juga untuk memperhatikan interaksi dari
bahan yang ada dalam obat tradisional tersebut dengan makanan atau penyakit bawaan dari orang
yang akan mengkonsumsi obat tradisional tersebut. Hal yang harus diperhatikan juga adalah dosis,
cara penyajian obat tradisional dan ara penyimpanan obat tradisional. Lakukan sesuai dengan
petunjuk yang tersedia.
Dari beberapa hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang sering
mengkonsumsi obat tradisional tidak terlalu perduli dengan resiko dan efek samping obat. Sehingga
perlu bagi perawat komunitas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.

Daftar Pustaka
KEMENKES RI NOMOR HK.01.07/MENKES/187/2017 tentang FORMULARIUM RAMUAN OBAT
TRADISIONAL INDONESIA. Diakses melalui http://hukor.kemkes.go.id/.
Kusumo. A. R,Wiyoga. F. Y, Perdana. H. P, Khairunnisa. I, Suhandi. R. I, Prastika. S. S. (2020).JAMU
TRADISIONAL INDONESIA: TINGKATKAN IMUNITAS TUBUH SECARA ALAMI SELAMA
PANDEMI. Diakses melalui https://e-journal.unair.ac.id/jlm/article/view/23478.

Nauviyah. N. A. (2018). KAJIAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PERSEPSI PASIEN DALAM


PENGGUNAAN FITOFARMAKA DAN OBAT TRADISIONAL UNTUK DIABETES MELITUS TIPE
2. diakses melalui https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/1197.

Peraturan BPOM No. 32 tahun 2019 tanggal 23 Oktober 2019 tentang Persyaratan keamanan dan mutu obat
tradisional.
Prawata. I. M. O. A. (2017). Obat Tradisional. Diakses melalui https://simdos.unud.ac.id/.

Puspitasari. I. (2020). Pentingnya Mengenal Kembali Jenis Obat Tradisional pada Masa Pandemik Covid-
19. Diakses melalui https://farmasi.ugm.ac.id/.
Suryadi. N. (2018). PERSEPSI KUALITAS DAN RISIKO OBAT HERBAL TERSTANDAR TERHADAP
PERSEPSI NILAI DAN IMPLIKASINYA KEPADA KEPERCAYAAN KONSUMEN . Diakses melalui
https://repository.unpad.ac.id/.

Anda mungkin juga menyukai