Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Obat Tradisional
Untuk memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Nama : Widia Vina


Prodi : S1 Farmasi (A)
NIM : 10115025

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini untuk
menunjang ketuntasan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “Obat Tradisional”.

Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:


1. Bapak Bapak DR. Bambang Harsono, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan
Bhakti Wiyata
2. Bapak Setyo Widodo, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia yang telah memberikan
arahan serta bimbingan serta selaku dosen yang telah memberikan tugas makalah ini.
3. Orang tua dan teman-teman serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan
yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan demi peningkatan
makalah di masa yang akan datang
Akhirnya penulis berharap semoga pembuatan makalah ini mampu memberikan
banyak manfaat dan bisa menambah wawasan bagi pembacanya. Amin

Kediri, 25 Oktober 2015

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia terdapat 40 ribu spesies tanaman, dan sekitar 30 ribu spesies berada di
Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 9.600 di antaranya terbukti memiliki khasiat
sebagai obat. Bahkan, sekitar 300 spesies dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional oleh
Industri Obat Tradisional (Depkes RI, 2007).
Di Indonesia hingga saat ini sebagian besar obat tradisional lokal berupa jamu
(empiris), obat herbal terstandar sebanyak 38 produk dan fitofarmaka enam produk yang
terdaftar di Badan POM (Badan POM, 2014). Agar produk obat bahan alam Indonesia dapat
menjadi produk yang diandalkan dan diterima di semua kalangan, serta mampu bersaing
secara global, maka mutunya harus ditingkatkan, keamanannya harus dibuktikan, serta
khasiatnya harus diteliti dan dibuktikan secara ilmiah (Republika, 2010).
Produk Fitofarmaka merupakan produk herbal yang paling tinggi tingkatannya setelah
jamu dan obat herbal terstandar, karena telah melalui uji klinik pada manusia. Sampai saat ini
belum ada perkembangan jumlah fitofarmaka yang di produksi di Indonesia. Hal ini
dikarenakan biaya penelitian sampai uji klinis tanaman obat menjadi fitofarmaka mahal.
Walaupun sudah ada regulasi jelas yang mengaturnya tetap saja penggunaan obat herbal oleh
kalangan tenaga kesehatan masih kurang optimal. Hal ini karena terdapat beberapa kendala,
misalnya sistem perundangan kesehatan, belum banyak informasi khasiat dan keamanan yang
melalui uji klinis, belum ada kompetensi pada dokter, belum terhimpunnya data mengenai
obat bahan alam Indonesia berdasarkan pada evidence based, kurangnya koordinasi antar
institusi dalam penelitian obat bahan alam Indonesia (Republika, 2010).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat tradisional ?
2. Apa yang di maksud dengan Jamu ?
3. Apa yang dimaksud dengan OHT ?
4. Apa yang di maksud dengan Fitofarmaka ?
5. Apa sajakah obat tradisional yang dikembangkan menjadi fitofarmaka ?
6. Bagaiman mengenai contoh produksi salah satu tanaman tradisional , kandungan dan
kegunaannya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan obat tradisioal.
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Jamu.
3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan OHT.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fitofarmaka.
5. Untuk mengetahui obat tradisional yang dikembangkan menjadi fitofarmaka
6. Untuk mengetahui contoh produksi salah satu tanaman tradisional , kandungan dan
kegunaannya.

D. Manfaat
1. Untuk mengetahui mengenai fungsi tanaman tradisional yang ada di indonesia
bahwa dapat di produksi menjadi obat tradisional.
BAB II
ISI

A. Pengertian Obat Tradisional


Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara
traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Perkembangan Obat Tradisional di Indonesia


a. Pengobatan alternatif tidak memiliki atau hanya sedikit memiliki studi tentang efisiensi,
efek samping, dan interaksinya dengan obat-obatan konvensional.
b. Menurut beberapa ahli kesehatan, pengobatan alternatif tidak teruji atau hanya sedikit
bukti berdasarkan studi kesehatan.
c. Anggapan pengobatan alternatif juga berpotensi memperlambat penyembuhan, sering
terjadi interaksi yang tidak diketahui dengan obat-obatan konvensi

Tiga bentuk obat tradisional yang didorong oleh BPOM yaitu :


1. Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Jamu atau obat alam, akan difokuskan untuk
pemulihan penyakit regeneratif, misalnya kolesterol, asam urat, tekanan darah tinggi
dan diabetes.
2. Herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara iliah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi.
3. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk
jadinya telah di standarisasi. Obat tradisional yang pada awalnya dibuat oleh pengobat
tradisional untuk pasiennya sendiri/lingkungan terbatas, berkembang menjadi industri
rumah tangga dan selanjutnya sejak pertengahan abad ke-20 telah diproduksi secara
massal baik oleh Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) maupun Industri Obat
Tradisional (IOT) dengan mengikuti perkembangan teknologi pembuatan.

Kelebihan dan kekurangan Obat Tradisional


1. Kekurangan obat tradisional :
a. Efek farmakologinya lemah
b. Pada obat tradisional tertentu bahan bakunya belum standar
c. Belum di lakukan uji klinik (Pada jamu dan obat herbal terstandar)
d. Untuk bahan yang belum di standarisasi mudah tercemar berbagai jenis
mikroorganime

2. Kelebihan obat tradisional :


a. Efek sampingnya relatif kecil bila digunakan secara benar dan tepat
b. Ramuan dengan komponen yang berbeda memiliki efek samping yang mendukung

B. Pengertian Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam
bentuk serbuk seduhan atau cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi
penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat
dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat
yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih.
Pengertian jamu dalam Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau ram
uan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Sebagian besar masya
rakat mengkonsumsi jamu karena dipercaya memberikan andil yang cukup besar terhadap ke
sehatan baik untuk pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit maupun dalam hal m
enjaga kebugaran, kecantikan dan meningkatkan stamina tubuh.

Kelebihan dan Kekurangan dari Jamu


1. Kelebihan dari Jamu
a. Efek samping rendah
b. Masyarakat luas menganggap bahwa penggunaan obat dari bahan herbal lebih mengunt
ungkan karena tidak menimbulkan efek samping jika dibandingkan dengan obat kimia
sintetik. Hal ini disebabkan bahan-
bahan alami lebih dapat diterima oleh tubuh dibandingkan dengan senyawa-
senyawa kimia yang digunakan untuk memproduksi obat kimia
c. Harga lebih murah
d. Harga obat yang terbuat dari herbal biasanya lebih murah, karena bahan-
bahan yang digunakan tidak perlu diimpor dari luar negeri, cukup didapatkan dari dal
am negeri kita. Selain itu proses produksi bahan herbal tidak serumit saat memproduk
si obat kimia.
2. Kekurangan dari Jamu
a. Efek terapi lebih lama
b. Efektivitas obat dari bahan herbal biasanya lebih lama menunjukkan hasil terapi diband
ingkan efektivitas yang dimiliki oleh obat kimiawi. Hal ini disebabkan karena farmak
ologis bahan herbal tergolong lemah, jarang ada data yang dapat memberikan informa
si pasti mengenai penyerapan, metabolisme, administrasi dan ekskresi obat dari bahan
herbal setelah diminum.
c. Bukti uji klinis sedikit
d. Uji klinis yang dilakukan sebagai upaya pembuktian efektivitas obat dari bahan herbal
untuk suatu penyakit juga sangat minim.

C. Pengertian Obat Herbal Terstandar


Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Proses
produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian
ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat,
standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis,
dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Kriteria Obat Herbal Terstandar:
a. Aman
b. Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik
c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
d. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahanbakuyang digunakan dalam produk jadi.

D. Pengertian Fitofarmaka
Fitofarmakaadalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat
modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sa
mpai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah, protokol uji ya
ng telah disetujui, pelaksana yang kom Kita menyadari bahwa kekayaan alam Indonesia akan
berbagai tanaman obat, patut untuk diperhatikan dan dimanfaatkan sebesar-
besarnya bagi kesehatan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itulah pemerintah menetapkan
Peraturan mengenai Fitofarmaka dengan Permenkes RI nomor 760/Menkes/Per/IX/1992.

Kriteria Fitofarmaka :
a. Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi

Keuntungan Strandarisasi Fitofarmaka :


1. Menghasilkan efek terapetik yang konsisten, reproducible & derajat keamanannya tinggi (dos
is terkontrol).
2. Semakin banyak obat tradisional dengan efikasi klinis yang dapat diuji pra klinik maupun kli
nik.
3. Kebanyakan uji klinik telah menggunakan ekstrak terstandar.

Jenis jenis Uji Fitofarmaka:


1. Uji Toksisitas Akut
2. Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai LD50 dan dosis
maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji (menggunakan 2 spesies hewan uji).
3. Uji Toksisitas Sub Akut
4. Uji toksisitas sub akut adalah pengujian untuk menentukan organ sasaran tempat kerja dari ob
at tersebut, pengujian selama 1-
3 bulan, menggunakan 2 spesies hewan uji, menggunakan 3 dosis yang berbeda. toksisitas su
b-akut sebagai adanya perubahan berat badan serta perubahan lainnya dari hewan percobaan.

Pengujian Klinik Fitofarmaka :


Uji klinik Fitofarmaka adalah pengujian pada manusia, untuk mengetahui atau
memastikan adanya efek farmakologi tolerabilitas, keamanan dan manfaat klinik untuk
pencegahan penyakit, pengobatan penyakit atau pengobatan segala penyakit.

Tujuan pokok uji klinik fitofarmaka adalah :


1. Memastikan keamanan dan manfaat klinik fitofarmaka pada manusia dalam
pencegahan atau pengobatan penyakit maupun gejala penyakit.
2. Untuk mendapatkan fitofarmaka yang dapat dipertanggung jawabkan keamanan dan
manfaatnya.
3. Bentuk-Bentuk Sediaan Fitofarmaka
4. Sediaan oral adalah penggunaan obat yang bertujuan untuk mendapatkan efek sistemik,
yaitu obat beredar melalui pembuluh darah keseluruh tubuh.
5. Kapsul adalah Kapsul adalah bentuk sediaan obat yang terbungkus cangkang kapsul,
keras atau lunak.

E. Obat tradisional yang dikembangkan menjadi fitofarmaka


Jenis-jenis Obat Tradisional Yang dikembangkan Menjadi Fitofarmaka Sesuai
lampiran Permenkes RI No.760/Menkes/Per/IX/1992 tanggal 4 September 1992 berikut ini
adalah daftar obat tradisional yang harus dikembangkan menjadi Fitofarmaka yaitu :
1. Antelmintik
2. Anti ansietas (anti cemas)
3. Anti asma
4. Anti diabetes (hipoglikemik)
5. Anti diare
6. Anti hepatitis kronik
7. Anti herpes genitalis
8. Anti hiperlipidemia
9. Anti hipertensi
10. Anti hipertiroidisma
11. Anti histamin
12. Anti inflamasi (anti Rematik)
13. Anti kanker
14. Anti malaria
15. Anti TBC
16. Antitusif / ekspektoransia
17. Disentri
18. Dispepsia (gastritis)
19. Diuretik

A. Uraian Tanaman
A.1. Klasifikasi Tanaman Mengkudu ( Morinda citrifolia L. )
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.

Nama Simplisia : Morindae citrifoliae Fructus (buah mengkudu), Morindae citrifoliae Foliu
m (daun mengkudu), Morindae citrifoliae Radix (akar mengkudu).
Nama Daerah : Sumatera: eodu, eoru, keumudee, lengkudu, bangkudu, bengkudu, bakudu,
bingkudu, pamarai, mangkudu, mengkudu, neteu. Jawa : kudu, cangkudu, kemudu, pace.
Nusa Tenggara : tibah, wungkudu, ai kombo, manakudu, bakulu. Kalimantan: mangkudu, wa
ngkudu.
Nama Asing : Hai ba ji (C), noni, Indian mulberry, awl tree (I), gaiu (V), tombongaso (Ph.
), mengkudu daun besar (Malay), nonu (Samoa), mangalwe (Caroline island).
Sinonim : Morinda speciosa Wall., Bancudus latifolia Rumph.

A.2. Morfologi Tanaman Mengkudu ( Morinda citrifolia L. )


Mengkudu tumbuh liar di pantai, hutan, ladang, atau ditanam di pekarangan sebagai ta
naman sayur atau tanaman obat. Di Indonesia, tanaman asli Polynesia ini banyak ditemukan
mulai dari dataran rendah sampai 500 m dpl. Perdu atau pohon kecil, tumbuh membengkok, t
inggi 3-
8 m, berkayu, bulat, kulit kasar, bercabang banyak dengan ranting muda bersegi empat. Daun
tunggal, letak berhadapan, bertangkai pendek, tebal mengilap, berbentuk buat telur lebar sam
pai berbentuk elips, ujung runcing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panja
ng 10-40 cm, lebar 5-17 cm, dan berwarna hijau tua.
Bunga keluar dari ketiak daun, 5-
8 dalam karangan berbentuk bonggol, mahkota berbentuk tabung, berbentuk seperti terompet,
berwarna putih, dan harum. Buah bertangkai dengan bentuk bulat lonjong, panjang 5-
10 cm, berupa buah buni majemuk yang berkumpul menjadi satu sebagai buah yang besar. Pe
rmukaan buah berbenjol-
benjol, keras, berwarna hijau, berdaging lunak dan berair jika masak, berwarna kuning pucat
atau kuning kotor, berbau busuk, berisi banyak biji berwarna cokelat kehitaman. Buah bersifa
t astringen. Perbanyakan dengan biji.

A.3. Kegunaan Tanaman Mengkudu ( Morinda citrifolia L. )


Bahan obat yang berasal dari mengkudu mengandung senyawa 1-methoxy-2formyl-
3hydroxyanthraquinon yang telah dipatenkan oleh Hazegawa dkk sebagai anti bakteri
helicobacter pylori, sebagai anti infeksi virus HIV oleh Kayano T dkk, serta sebagai anti
kanker dengan cara inhibit the action of ras cancer gene products.
A.4. Kandungan Kimia Tanaman Mengkudu ( Morinda citrifolia L. )
Daun mengandung Daun mengkudu mengandung protein, zat kapur, zat besi, karoten,
askorbin, alkaloid triterpenoid, polysaccharide, dan b-
sitosterol. Terdapat pula golongan antharquinones seperti nordamnachanthal, morindone, rubi
adin, rubiadin-1-
methylether, dan antharquinones glycoside. Glykoside antharquinones bisa ditemukan pada b
unga, buah, kulit kayu, dan akar.

B. Khasiat dan Kegunaan dari Obat


a. Khasiat dan Kegunaan dari Mengkudu ( Morinda citrifolia L. )
b. Kandungan scopoletin mempunyai kemampuan untuk vasodilator (melebarkan pe
mbuluh darah) sehingga dapat mencegah penyakit hipertensi (antihipertensi)
c. Senyawa Polisakarida yang terkandung dalam mengkudu menunjukkan dapat men
ingkatkan pelepasan senyawa-
senyawa yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh dengan mengaktifkan sel-
sel darah putih untuk menghancurkan sel-sel tumor.
d. Kandungan Asam askorbat berfungsi sebagai antioksidan untuk meningkatkan day
a tahan tubuh dalam melawan infeksi dan menangkal radikal bebas.
e. Kandungan Aucubin, L-
asperuloside, alisarin dan antraquinon berfungsi sebagai antibakteri.
f. Senyawa damnacanthal diperkirakan bertanggung jawab dalam menghasilkan efek
penenang sehingga mengkudu disebutkan mempunyai daya penenang yang ringa
n.
g.
C. Proses Produksi
C.1. Pabrik
Morindae Herbs 830 Botol
Produk: Morindae Herbs
Merk:
Kemasan: 830 Botol
Nomor registrasi: TR113326631 Tanggal: 25-07-2011
Nama perusahaan: CV. Herbagold Indonesia, Jawa Barat Jawa Barat
POM TR: 113 326 631
Komposisi:
Morindae Fructus (mengkudu) 500 mg
Indikasi:
a. Meningkatkan jumlah sel-
sel leukosit dan fungsi fagositosis dari macrophage terhadap bakteri dan sel-sel tumor
b. Merubah fungsi sel abnormal menjadi normal serta menurunkan multiplikasi sel pada
level gen
c. Sebagai antioksidan
d. Mempunyai efek sebagai pencahar
Perhatian:
Tidak dianjurkan untuk ibu hamil (menyebabkan gangguan pertumbuhan janin)
Dosis Terapi:
Dewasa 3 x 2 caps
Dosis pemeliharaan:
Dewasa 1 x 1 caps
Kemasan:
Botol 30 kapsul @ 500 mg
C.2. Khasiat Obat
Khasiat dari Obat Morindae Herbs:
1. Anti oksidan dan Anti kanker
2. Membantu menurunkan Hipertensi
3. Sangat baik untuk menyembuhkan gondok dan insomnia
4. Penyeimbang sel-sel tubuh
5. Menurunkan kekuatan kontraksi otot jantung
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang
secara traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Pengertian jamu dalam Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau ram
uan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral.
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk jadinya
telah di standarisir (Badan POM. RI., 2004 ).
Alasan utama keengganan profesi kesehatan untuk meresepkan atau menggunakan
obat tradisional karena bukti ilmiah mengenai khasiat dan keamanan obat tradisional pada
manusia masih kurang. Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya bangsa
sehingga perlu digali, diteliti dan dikembangkan agar dapat digunakan lebih luas oleh
masyarakat. Untuk itulah dikembangkan Obat Tradisional menjadi fitofarmaka.
Fitofarmaka harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya :
a. Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku

B. Saran
a. Seharusnya kita dapat lebih bijak untuk memanfaatkan tanaman herbal yang
ada di sekitar kita dengan sebaik mungkin. Serta tetap menjaga kelestarian
lingkungan hidup disekitar kita agar tercipta lingkungan hidup yang sehat.
b. Bagi pemerintah diharapkan memberi bimbingan dan penyuluhan kepada
masyarakat untuk lebih mengetahui tentang manfaat tanaman obat tradisional.
c. Bagi pemerintah juga diharapkan mampu mengembangkan usaha pembuatan
obat obatan tradisional agar menjadi komoditi unggulan
d. Obat tradisional bisa didapatkan disekitar pekarangan dan dapat di tanam send
iri.. Jadi kita tidak bergantung pada obat-
obatan kimia dan dapat memanfaatkan tanaman obat keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Kompas, BPOM Pekanbaru Tarik 9.708 Kotak Obat Tradisional dari Peredaran,
Agoes, Azwar. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia, Pengobatan Tradisional. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Hariana, H. Arief. (2006). Tumbuhan Obat & Khasiatnya 3. Jakarta:Swadaya.
Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics) 2000.Jakarta:
46-73
A.N.S, Thomas. 1992. Tanaman Obat Tradisional. Jogjakarta : Kanisius.
Handayani, Lestari. 2009. Cara Benar Meracik Obat Tradisional. Jakarta : Amazone.

Anda mungkin juga menyukai