Anda di halaman 1dari 89

GAMBARAN PERESEPAN OBAT PADA PENYAKIT ISPA

PASIEN RAWAT JALAN DI KLINIK PRATAMA TP MEDIKA


KABUPATEN TRENGGALEK PERIODE BULAN
OKTOBER–DESEMBER 2021

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NUR CHAYATI (70321019)

PROGRAM REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)


PROGRAM STUDI D-III FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021-2022
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PERESEPAN OBAT PADA PENYAKIT ISPA PASIEN


RAWAT JALAN DI KLINIK PRATAMA TP MEDIKA
KABUPATEN TRENGGALEK PERIODE BULAN
OKTOBER–DESEMBER 2021

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NUR CHAYATI (70321019)

Karya Tulis Ilmiah ini Telah Disetujui

.........................

Pembimbing Pembimbing Lahan


Direktur Klinik Pratama TP
Medika Ternggalek

Tri Puji Lestari, M.Farm.,Apt dr. Tri Rika Ernawati

Mengetahui

Program Studi D-III Farmasi


Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Ida Kristianingsih., S.Si.,M.Farm.,Apt


Ketua Program Studi

i
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN PERESEPAN OBAT PADA PENYAKIT ISPA PASIEN


RAWAT JALAN DI KLINIK PRATAMA TP MEDIKA
KABUPATEN TRENGGALEK PERIODE BULAN
OKTOBER–DESEMBER 2021

OLEH :

NUR CHAYATI

(70321019)

Telah diuji pada


........................

Oleh Tim Penguji :

Penguji I : Rosa Juwita Hesturini, M.Farm.,Apt ( )

Penguji II : Tri Puji Lestari.,M.Farm.,Apt ( )

Mengetahui

Fakultas Farmasi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Evi Kurniawati, M.Farm., Apt


Dekan

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nur Chayati

NIM : 70321019

Program Studi : D3 Farmasi

Judul KTI : GAMBARAN PERESEPAN OBAT PADA


PENYAKIT ISPA PASIEN RAWAT JALAN DI
KLINIK PRATAMA TP MEDIKA KABUPATEN
TRENGGALEK PERIODE BULAN OKTOBER-
DESEMBER 2022

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI), yang

saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupaakan

pengambilan alihan atau pikiran orang lainyang saya akui sebagai tulisan saya

sendiri.

Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuata tersebut.

Kediri, ... Juni 2022


Penulis

Nur Chayati

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan

judul “GAMBARAN PERESEPAN OBAT PADA PENYAKIT ISPA PASIEN

RAWAT JALAN DI KLINIK PRATAMA TP MEDIKA KABUPATEN

TRENGGALEK PERIODE BULAN OKTOBER-DESEMBER 2022”.

1. Dra. Ec. Lianawati., M.B.A selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata

Kediri.

2. Prof. Dr. Muhammad Zainuddin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri.

3. .............................................................. selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut

Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada

kami untuk menyelesaikan pendidikan.

4. Ida Kristianingsih., S.Si.,M.Farm.,Apt, selaku Ketua Program Studi D3 Farmasi

Fakultas Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

5. Tri Puji Lestari, M.Farm., Apt selaku Pembimbing yang telah banyak

membantu dan memberikan bimbingan, arahan serta saran selam penyusunan

KTI.

6. Rosa Juwita Hesturini, M.Farm.,Apt selaku penguji KTI

7. dr. Tri rika Ernawati, selaku Direktur Klinik Pratama TP Medika Trenggalek

atas sarana dan bimbingan selama melaksanakan penelitian.

iv
8. Teman-teman D3 Farmasi RPL angkatan 2021yang tercinta, terkasih, tersayang

dan seperjuangan , yang telah memberi semangat, bantuan tenaga dan pikiran

dalam penyusunan KTI ini.

9. Suami dan anakku tersayang yang telah memberikan harapan, semangat dan

doa selama menempuh perkuliahan.

10. Teman – teman Klinik Pratama TP Medika Trenggalek yang telah memberi

semangat selama menempuh perkuliahan.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan

dukungan serta doanya.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah (KTI) ini.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih jauh dari

sempurna, tetapi saya berharap KTI ini dapat bermanfaatbagi pembaca.

Kediri, .... Juni 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Persetujuan............................................................................
Halaman Pengesahan ...........................................................................
Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian ................................................
Kata Pengantar ....................................................................................
Abstrak................................................................................................
Abstract...............................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................
Daftar Tabel.........................................................................................
Daftar Lampiran...................................................................................
Daftar Arti Lambang, Singkatan dan Istilah .............................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................... 2
C. Tujuan Penelitian....................................................... .......... 2
D. Manfaat Penelitian...................................................... 2

A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)....................... ......... 5

1. Pengertian ISPA ........................................................ 5


2. Etiologi ISPA....................................................................... 5
3. Klasifikasi ISPA .................................................................. 6
4. Gejala ISPA.......................................................................... 6
5. Penularan ISPA..................................................................... 8
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA.............................. 8
7. Pencegahan ISPA.................................................................. 9
8. Penatalaksanaan ISPA .......................................................... 10
9. Pengobatan penyakit ISPA.................................................... 11
10. Jenis-jenis obat ISPA............................................................. 12
11. Peresepan obat penyakit ISPA.............................................. 13
12. Tinjauan tentang penggolongan obat ISPA........................... 14

B. Klinik 26
1. Pengertian Klinik ................................................................. 26
2. Jenis Klinik ........................................................................... 27
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep................................................................... 31
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian..................................................................... 32

vi
B. Tempan dan Waktu Penelitian........................................................ 32
C. Populasi sampel dan Teknik Sampling........................................... 32
D. Variabel Penelitian.......................................................................... 33
E. Definisi Operasional Variabel.......................................................... 33
F. Instrumen Penelitian......................................................................... 34
G. Prosedur Pengumpulan Data............................................................ 34
H. Keragka kerja.................................................................................... 35
BAB V HASIL PENELITIAN................................................................36
BAB VI PEMBAHASAN....................................................................... 39
BAB VII PENUTUP
A. Penutup.............................................................................................. 43
B. Saran.................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 44
LAMPIRAN............................................................................................ 46

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ISPA merupakan radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang

disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, tanpa atau disertai

parenkim paru. ISPA merupakan suatu kelompok penyakit sebagai penyebab

angka absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain (Putra

& Wulandari, 2019)

ISPA merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat. Menurut

Riskesdas 2018, prevalensi ISPA 4,4%, tertinggi pada usia 1-4 tahun sebesar

8,0%. Keluhan yang sering muncul adalah demam, bersin, batuk, sakit

tenggorokan, hidung meler, nyeri sendi dan badan, sakit kepala, lemah badan.

ISPA biasanya dapat sembuh dengan sendirinya, tanpa obat (self-limited disease).

Hal yang perlu ditingkatkan adalah daya tahan tubuh. Tindakan untuk

meringankan gejala adalah beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik

berlebihan, meningkatkan gizi makanan dengan makanan berkalori dan protein

tinggi, serta buah-buahan tinggi vitamin( Handayani et al., 2021).

Bila diperlukan terapi, dapat dilakukan terapi simptomatik per-oral dengan

pemberian antipiretik (parasetamol, ibuprofen), dekongestan (pseudoefedrin),

antihistamin (klorfeniramin, difenhidramin, loratadin atau cetirizine). Dapat

pula diberikan antitusif atau ekspektoran bila disertai batuk. Sejak adanya

Jaminan Kesehatan Nasional(JKN), akses masyarakat ke fasilitas kesehatan

1
2

meningkat. Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS

Kesehatan) menyebutkan, total pemanfaatan fasilitas kesehatan baik di Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan

(FKTL) pada tahun 2014 sebanyak 252.877 per hari dan tahun 2018 sebanyak

640.765 per hari ( Handayani et al., 2021).

Klinik merupakan FKTP yang melayani peserta BPJS, selain Puskesmas,

praktik dokter perorangan, praktik dokter gigi, dan rumah sakit kelas D Pratama.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan perorangan

yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat

inap( Handayani et al., 2021).

Peresepan obat yang tidak tepat akan menghasilkan pengobatan yang tidak

tepat, dapat berdampak pada terjadinya efek yang tidak diinginkan, pengeluaran

pembiayaan yang terlalu besar, dan kekambuhan yang berulang akibat

penggunaan obat yang tidak seharusnya (WHO, 2010). Jumlah kunjungan pasien

rawat jalan di Klinik TP Medika Kabupaten Trenggalek mengalami peningkatan

dari tahun 2019 hingga 2021. Adanya peningkatan jumlah pasien harus diimbangi

dengan peningkatan pelayanan kefarmasian dan menjamin ketersediaan obat

dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai kebutuhan. Salah satu faktor yang

sangat menentukan adalah faktor perencanaan atau perhitungan perkiraan

kebutuhan obat secara tepat, efektif, dan efisien.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Gambaran peresepan obat pada penyakit ISPA pasien rawat jalan
3

di klinik Pratama TP Medika Kabupaten Trenggalek periode bulan Oktober-

Desember 2021”

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran peresepan obat pada penyakit ISPA pasien rawat jalan di

klinik Pratama TP Medika Kabupaten Trenggalek periode bulan Oktober-

Desember 2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran peresepan obat pada penyakit ISPA pasien rawat

jalan di Klinik Pratama TP Medika Kabupaten Trenggalek periode bulan Oktober-

Desember 2021

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui jenis-jenis obat pada penyakit ISPA pasien rawat jalan di

Klinik Pratama TP Medika Kabupaten Trenggalek periode bulan Oktober-

Desember 2021.

b. Untuk mengetahui persentase peresepan penggunaan obat penyakit ISPA pasien

rawat jalan di Klinik Pratama TP Medika Kabupaten Trenggalek periode bulan

Oktober-Desember 2021

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk mendapatkan informasi perencanaan pengadaan obat dan

ketersediaan obat ISPA pasien rawat jalan di Klinik Pratama TP Medika

Kabupaten Trenggalek
4

2. Sebagai Informasi tambahan bagi pembaca mengenai peresepan penggunaan obat

penyakit ISPA

3. Sebagai Referensi bagi peneliti selanjutnya


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

C. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

13. Pengertian ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang

salah satu alveoli. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai sebab

(multifaktorial). Organ saluran pernafasan yang terlibat pada kasus ISPA

adalah hidung, laring, tengkorok, brongkus, trakea dan paru-paru.(Nur et al.,

2021)

14. Etiologi ISPA

Sebagian besar ISPA disebabkan oleh virus atau campuran infeksi

virus-bakteri. Jenis virus yang sangat patogen jarang ditemukan, akan tetapi

berpotensi menjadi penyebab jumlah kematian yang sangat besar pada orang

dewasa yang sehat, jika tingkat infeksi mencapai proporsi pandemi

(Susanty&Saputra., 2022)

Selain tingkat patogen dari virus, peningkatan virulensi juga dikaitkan

dengan koinfeksi dengan jenis bakteri yang umum terdapat di udara. “Flu

Spanyol” tahun 1918 adalah pandemi paling parah yang pernah tercatat

sebelum Covid-19, dimana 95% kematian dikaitkan dengan koinfeksi bakteri

Streptococcus pneumoniae. Pandemi lainnya yang terjadi pada tahun 1957

dan 1968, jumlah angka kematian dikaitkan dengan koinfeksi bakteri

Staphylococcus aureus (Susanti&Saputra, 2022)

5
6

Koinfeksi ini terjadi karena infeksi virus menarik sel-sel kekebalan

menuju daerah tubuh yang terinfeksi, sehingga menyebabkan tubuh sulit

untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri. Staphylococcus aureus

merupakan salah satu bakteri yang umum terdapat diudara, dan merupakan

salah satu bakteri koinfeksi pada ISPA yang disebabkan oleh virus

( Susanti&Saputra, 2022 )

15. Klasifikasi ISPA

Secara anatomis, ISPA dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:

a. Beberapa penyakit yang merupakan infeksi pada saluran pernafasan atas

akut yaitu influenza, otitis media, dan faringitis. Infeksi saluran pernafasan

bagian atas akut jarang yang berakibat fatal.

b. Beberapa penyakit yang merupakan infeksi pada saluran pernafasan bawah

akut yaitu bronkitis, laringitis, tonsilitis dan pneumonia. Infeksi saluran

pernafasan bawah akut yang sering mengakibatkan kematian atau berakibat

fatal yaitu pneumonia (Erlien, 2008)

16. Gejala ISPA

Tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2006) adalah :

a. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau

lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Batuk.

2) Serak yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada

waktu berbicara atau menangis).


7

3) Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung. Panas atau

demam, suhu badan lebih dari 37˚C

b. Gejala dari ISPA Sedang

Seorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA

ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang

dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur

satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan

menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung

dapat digunakan arloji.

2) Suhu lebih dari 39˚C (diukur dengan termometer).

3) Tenggorokan berwarna merah.

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercakcampak.

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala dari ISPA Berat

Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-

gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala

sebagai berikut:

1) Bibir atau kulit membiru.


8

2) Lubang hidung kem.bang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu

bernafas.

3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

4) Pernafasan berbunyi mengorok dan tampak gelisah

5) Pernafasan menciut dan tampak gelisah

6) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas

7) Pernafasan lebih dari 60 kali permenit dan nadi tidak teraba

8) Tenggorokan berwarna merah

17. Penularan ISPA

Menurut Depkes RI (2004), penularan ISPA terjadi melalui udara

yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Bibit

penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol. Aerosol merupakan suatu

suspensi yang melayang di udara yang berupa bibit penyakit yang terdiri atas

droplet nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari

tubuh berupa droplet dan melayang di udara) dan dust (campuran antara bibit

penyakit yang melayang di udara).

18. Faktor-faktor yang mempengaruhi ISPA

Faktor resiko terjadinya ISPA yaitu faktor individu anak, faktor

lingkungan, dan faktor perilaku. Faktor individu anak meliputi: umur anak,

berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor
9

lingkungan meliputi: pencemaran udara, dan perilaku merokok, dan

kepadatan hunian. Faktor perilaku, dimana apabila faktor perilaku merokok

tidak dilakukakan dengan baik untuk pencegahan dan penanggulangannya

maka akan menambah resiko terjadinya ISPA (Nur et al., 2021)

19. Pencegahan ISPA

a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Ditujukan pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat

kesehatan (health promotion) dan pencegahan khusus (spesific protection)

terhadap penyakit tertentu. Termasuk disini adalah :

1) Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini

diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap

hal-hal yang dapat menigkatkan faktor risiko penyebab ISPA,

penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak,

penyuluhan kesehatan lingkungan, penyuluhan bahaya rokok.

2) Imunisasi yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi

angka kesakitan ISPA.

3) Menghindari bakteri yang patogen dengan menjaga kebersihan tangan.

4) Menggunakan alat pelindung diri terutama masker untuk menghindari

droplet yang melayang di udara.

5) Menciptakan lingkungan yang bersih, hindari anak dari asap yang

membuat anak-anak sulit bernafas.

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


10

Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan

dan dignosis sedini mungkin. Dalam pelaksanaan program Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit ISPA dalam keadaan penyakitnya termasuk dalam

klasifikasi bukan pneumonia apabila ditandai dengan batuk, serak, pilek,

panas atau demam (suhu tubuh lebih dari 37˚C) maka dianjurkan untuk

segera diberi pengobatan.

c.Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada bukan pneumonia agar

tidak menjadi parah dan mengakibatkan kecacatan dan berakhir dengan

kematian. Upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan penyakit bukan

pneumonia yaitu perhatikan bila timbul gejala pneumonia seperti nafas

menjadi sesak tidak mampu minum dan sakit menjadi bertambah parah, agar

tidak bertambah parah bawalah kembali pada petugas kesehatan dan

pemberian perawatan yang spesifik di rumah sakit dengan memperhatikan

asupan gizi (Nur et al., 2021)

20. Penatalaksanaan ISPA

a. Penatalaksanaan ISPA tergolong ringan atau non Peneumonia

Apabila penderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di

rumah saja tidak perlu di bawa ke dokter atau klinik. Di rumah dapat

diberikan obat penurun panas yang dijual ditoko obat atau apotek, akan

tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang anak harus segera di bawa

ke dokter atau klinik terdekat. Selain itu jua bisa dengan menggunakan

cara tradisional yaitu dengan ½ sendok teh jweuk nipis di tambah ½


11

sendok teh kecap manis atau madu diminumkan pada anak 3-4 kali/hari

diminumkan selama kurang lebih 2-3 hari. Jika batuknya tidak kunjung

sembu harus segera di bawa ke dokter atau puskesmas terdekat.

b. Penatalaksanaan ISPA tergolong sedang atau pneumonia

Apabila penderita ISPA sedang atau pneumonia maka harus segera

diperiksakan pada pelayanan kesehatan agar mendapatkan terapi obat.

Antibiotik/antimikroba untuk membunu virus dan bakteri yang ada dan

mendapatkan terapi oksigen 2 sampai 4 liter/hari. Terapi yang

digunakan pada penyakit bini biasanya memberikan antibiotik. Walau

kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan

sendirinya tanpa memberikan obat-obatan terapeutik. Pemberian

antibiotik dapat mempercepat pertumbuhan penyakit ini dibandingkan

hanya pemberian obat-obatan symtomatik. Selain itu dengan pemberian

antibiotik banyak mencegah terjadinya infeksi lanjuta. Pemilihan

antibiotik pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak

terjadi resisten kuman atau bakterial di kemudian hari. Namun pada

penyakit ISPA yang sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yang

sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena

dengan gejalatersebut membuktikan sudah ada bakteri (Depkes RI,

2006)

21. Pengobatan Penyakit ISPA


12

Belum ada obat yang efek membunuh kebanyakan virus yang menyerang

manusia. Pengobatan yang dilakukan selama ini biasanya hanya untuk

meredakan gejala yang muncul akibat infeksi virus. Istirahat yang cukup dan

mengkonsumsi banyak air mineral bisa membantu meredakan gejala itu.

Berikut pengobatan penyakit ISPA :

a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigen dan sebagainya.

b. Pneumoia : diberi antibiotik cotrimoxazol peroral. Bila penderita tidak

mungkin diberi cotrimoxazol atau ternyata dengan pemberian cotrimoxazol

keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu

ampisillin, amoksisillin atau penisillin prokain.

c. Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan

di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat

batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,

dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun

panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada

pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai

pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang

tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik

(penisilin) selama 10 hari (Nur et al., 2021).

10. Jenis-jenis Obat ISPA


13

Beberapa jenis obat yang sering diberikan dokter untuk meredakan gejala-gejala

ISPA diantaranya :

a. Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan asetaminofen, untuk

mengurangi efek demam dan nyeri di tubuh.

b. Obat antihistamin, dekongestan, dan ipratropium, untuk mengatasi hidung

yang berair dan tersumbat.

c. Obat batuk antitusif, untuk mengurangi batuk-batuk.

d. Obat steroid, seperti deksametason dan prednison, mungkin diresepkan

pada kondisi tertentu untuk mengurangi peradangan dan pembekakan yang terjadi

di saluran pernapasan bagian atas.

11. Peresepan Obat Penyakit ISPA

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun

2017 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian menyebutkan, resep adalah

permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada Apoteker,

baik dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan

menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan bagi pasien.

Resep asli tidak boleh diberikan kembali setelah obatnya diambil oleh pasien,

hanya dapat diberikan copy resep atau salinan resep. Resep asli tersebut harus

tersimpan diapotek dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali

diminta oleh :

1. Dokter yang menulisnya atau yang merawatnya

2. Pasien yang bersangkutan


14

3. Pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang ditugaskan utnuk memeriksa

4. Yayasan dan lembaga lain yang menanggung biaya pasien

Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe = ambillah. Dibelakang

tanda ini biasanya baru tertera nama dan jumlah obat. umumya resep ditulis dalam

bahasa latin. Jika tidak jelas atau tidak lengkap, apoteker haraus menanyakan

kepada dokter penulis resep tersebut (Syamsuni H, 2005)

12. Tinjauan Tentang Penggolongan Obat ISPA

a. Analgetik Dan Antipiretik

Penggolongan Analgesik :

1) Analgesik Narkotik

Contoh:Kodein,Tramadol

2) Analgesik non narkotika

Contoh : Asam salisilat, asam organik, para aminophenol

Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan

anastetika umum) (Tjay,2015).

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,

berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jarigan, keadaan psikis sangat

mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau

memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri,

nyeri merupakan suatu perasaan seubjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri

berbeda-beda bagi setiap orang, batas nyeri untuk suhu adalah kostan, yakni pada

44-45°C (Tjay, 2015)


15

Rasa nyeri kebanyakan hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi

melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya

ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot.

Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat

menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan

zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain dapat

mengakibatkan reaksi 3 radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor

nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini

terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan

di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat

banyak sinaps via sumsumtulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah,

Dari thalamus implus kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana

implus dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2015).

Sensasi nyeri, tak perduli apa penyebabnya, terdiri dari masukan isyarat

bahaya ditambah reaksi organisme ini terhadap stimulus. Sifat analgesik opiat

berhubungan dengan kesanggupannya merubah persepsi nyeri dan reaksi pasien

terhadap nyeri.

a. Asam Mefenamat

Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang.

Efek Samping : Terhadap saluran cerna sering timbul. Misalnya dispepsia dan

gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Pada usia lanjut efek samping diare

hebat lebih sering dilaporkan. Efek samping lain berdasarkan hipersensitivitas


16

adalah eritem kulit dan bronkokonstriksi.

Dosis : Dewasa : 500 mg sebagai permulaan, bersama makanan, diikuti

dengan 250mg setiap 6 jam sekali, sesuai dengan keperluan, selama tidak lebih

dari 1 minggu. Interaksi Obat : Antikoagulansia oral : Meningkatkan risiko

perdarahan. Insulin : Menurunkan efek hipoglikemik. Aspirin dan salisilat

lainnya. Kortikosteroid, indometasin, fenilbutazon, oksifenbutazon :

Meningkatkan ulserasi saluran pencernakan.

b. Ibuprofen

Indikasi : Keadaan dimana nyeri dan inflamasi menjadi gejala utama,

termasuk arthritis dan gangguan muskulosletas lain.

Kontra Indikasi

Dewasa : Mulai dengan 1200-1800 mg sehari, dalam 3-4 kali pemberian,

sebaiknya setelah makan, Bila perlu dosis ditingkatkan sampai maksimal 2400 mg

sehari.

Anak : 20 mg/kg BB sehari. Untuk anak dibawah 30 kg/BB dosis maksimal

adalah 500 mg sehari.

Efek Samping : Mual dan muntah, diare, konstipasi, nyeri, dan rasa panas di

epigastrum.

Perhatian : Hati-hati dengan pasien riwayat tukak lambung, kegagalan fungsi

ginjal dan jantung, hipertensi. Jangan digunakan pada kehamilan trimester

pertama. Jumlahnya dalam ASI sangat kecil sekali untuk membahayakan bayi.

Interaksi : Kadar ibuprofen dalam plasma menurun bila diberikan bersama

acetosal.
17

c. Parasetamol

Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang (termasuk sakit kepala, keluhan sesudah

tonsilektom), serta menurunkan demam yang menyertai infeksi bakteri dan virus

(anonim, 1994). Kontra Indikasi: Pasien dengan penyakit hati atau ikterus.

Perhatian : Untuk penggunaan tanpa resep dokter jangan melebihi dosis maximum

yang dianjurkan, dan jangan dipakai terus-menerus lebih dari 10 hari tanpa

pengawasan dokter.

Efek Samping : Sangat jarang dan biasanya ringan.

Dosis : Untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1 g,maks 4 g/hari, pada

penggunaan kronis maks 2,5 g/hari Anak-anak 4-6 dd 10 mg/kg, yakni rata-rata

usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 thn 120-180 mg, 4-6 thn 180 m 7-12 thn 240-360

mg, 4-6 x sehari. Rektal 20 mg/kg setiap kali, dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak-

anak usia 3-12 bulan dd 120 mg, 1-4 thn 2-3 dd 240 mg 4-6 thn 240 mg dan 7-12

dan 2-3 dd 0,5 g (Tjay,2015).

Penggunaan pada Anak-anak : Sirup untuk dewasa yang takarannya diperkuat,

jangan dipakai untuk anak-anak. Penggunaan pada ibu hamil : Paracetamol dapat

digunakan untuk ibu hamil dan menyusui.

b. Antibiotika

Antibiotika berasal dari “ anti “ yaitu lawan, dan “bios” yang berarti hidup

adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungsi dan bakteri, yang memiliki

khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan

toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat yang dibuat secara semi

sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua senyawa sintesis dengan
18

khasiat antibakteri.

1) Mekasisme Kerja

Cara kerjanya yang terpenting adalah perintangan sintesa protein, sehingga

kuman musnah atau tidak berkembang lagi. Selain itu beberapa antibiotika

bekerja terhadap dinding sel atau membran sel. Antibiotika tidak aktif terhadap

kebanyakan virus kecil, mungkin karena virus tidak memiliki proses metabolisme

sesungguhnya, melainkan tergantung seluruhnya dari metabolisme tuan rumah.

2) Penggunaan

Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman

atau juga prevensi infeksi , misalnya pada pembedahan besar ( Tjay,2015 )

Antibiotik yang termasuk golongan bakterisid antara lain penisilin, sefalosporin,

kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lain. Sedangkan antibiotik yang

memiliki sifat bakteriostatik, dimana penggunaanya tergantung status imunologi

pasien, antara lain sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin,

trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain

(Laurence & Bennet,1987).

Pendekatan berdasarkan spektrumnya, antibiotik diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Antibiotik yang berspektrum sempit Antibiotik berspektrum sempit adalah

Antibiotik yang peka terhadap bakteri Gram positif atau peka terhadap bakteri

Gram negatif saja.

2. Antibiotik yang berspektrum luas Menghambat bakteri Gram negatif dan Gram

positif. Dimana yang termasuk didalamnya tetrasiklin dan kloramfenikol (Bhat,

2008).
19

Contoh antibiotika:

a. Amoxicillin

Indikasi : infeksi telinga, hidung dan tenggorok, infeksi saluran kencing,

infeksi kulit dan jaringan lunak. Infeksi saluran napas dan bronkitis kronis,

infeksi saluran pencernaan. Dosis ; Dewasa dan anak BB .20 kg sehari 3

x 1, anak BB < 20 kg 20 – 40 mg / hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Efek

Samping : Keluhan saluran cerna, hipersensitif seperti nyeri sendi, demam.

Kontraindikasi : hipersensitif terhadap penisilin. Perhatian : Untuk

pengobatan jangka panjang dilakukan pemeriksaan darah , fungsi ginjal dan

hati perlu dilakukan secara berkala. Penggunaan pada wanita hamil atau

menyusui : Cukup aman bagi wanita hamil dan menyusui.

b. Erithromisin

Indikasi : Untuk infeksi ringan hingga sedang: infeksi saluran pernafasan

bagian atas atau bawah yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dan

streptococcus pneumonia; infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan

oleh streptococcus pyogenes dan streptococcus aureus. Kontra indikasi:

hipersensitif terhadap eritromisin; pasien yang menggunakan terfenadin,

astemizol atau cisapride; gangguan fungsi hati yang berat. Perhatian:

dilaporkan terjadi disfungsi hepar dengan atau tanpa jaundice pada pasien

yang menerima eritromisin; hati-hati penggunaan pada pasien kerusakan

fungsi ginjal dan hati; hati-hati pada pemakaian wanita hamil dan menyusui

karena diekskresikan melalui ASI. Efek samping: iritasi gastrointestinal;

mual, muntah, diare, epigastric distress, anoreksia; kehilangan pendengaran


20

yang reversibel pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Dosis: dewasa:

250mg tiap 6 jam atau 500mg tiap 12 jam; anak: 30-50 mg/ kgBB sehari

dalam 3-4 dosis bagi.

c. Cefadroxil

merupakan salah satu antibiotik sefalosporin oral yang aktif terhadap

organisme Gram positif dan negatif, serta bakterisidal dengan cara

menghambat sintesis dinding sel bakteri. Indikasi untuk infeksi berat yang

disebabkan oleh organisme gram positif yaitu infeksi saluran kemih, infeksi

saluran pernafasan ( tonsilitis, faringitis, bronkhitis, pneumonia, abses paru,

bronkhopneumonia, sinusitis, laringitis, otitis media ), infeksi kulit dan

jaringan lunak. Kontra indikasi : hipersensitif terhadap sefalosporin dan

penisillin. Dosis : dewasa ; infeksi ringan 1 g / hari dalam 2 dosis terbagi ( 2 x

500mg ), Infeksi sedang sampai berat 1 – 2 g / hari dalam dosis terbagi 2

( 500 mg – 1 g tiap 12 jam ) , Dosis anak : 30 mg / kg bb / hari dalam dosis

terbagi 2 ( tiap 12 jam ). Efek samping : Cefadroxil umumnya dapat

ditoleransi dengan baik, bila timbul efek samping biasanya bersifat ringan

dan berlangsung singkat, antara lain gastrointestinal, reaksi alergi, kolitis

pseudomembranosa, kelainan hematologi dan funsi hati yang bersifat

transien.

d. Cefixime

Cefixime merupakan antibiotik spektrum luas melawan organisme gram

negatif dan gram positif, khususnya apabila dibandingkan dengan golongan

sefalosporin lainnya, memiliki aktivitas yang poten terhadap bakteri gram


21

positif seperti Streptococcus sp, Streptococcus pneumoniae, dan gram negatif

seperti Branhamella catarrhallis, Haemophillus influenzae, Neisseria

gonorrhoae. Cefixime memiliki cara kerja bakterisidal. Cara kerja cefixime

adalah menghambat sintesis dinding sel. Cefixime memiliki anifitas tinggi

terhadap Penicillin Binding Protein (PBP)1 (1a, 1b, dan 1c) dan 3, dengan

tempat kerja yang bervariasi tergantung dari organisme tersebut. Indikasi :

Infeksi saluran Kemih, Otitisnmedia, Faringitis, Tonsilitis, Bronkitis akut,

pengobatan demam tifoid, Gonorrhea. Dosis : Dewasa dan anak dengan bb

kurang lebih 30 kg dosis harian yang dianjurkan adalah 50 – 100 mg

diberikan 2 kali sehari. Dosis harus disesuaikan berdasarkan umur, berat

badan, dan kondisi pasien, dosis dapat ditingkatkan sampai 200 mg diberikan

2 kali sehari. Demam tifoid pada anak 10 – 15 mg / kg bb / hari. Efek

samping : hipersensitivitas, dapat terjadi gejala – gejala syok meskipun

jarang, rasa tidak nyaman pada rongga mulut, kolitis serius, nyeri abdomen,

diare, mual. Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap

sefalosporin dan komponen lain obat.

c.Antihistamin

Yaitu zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap

tubuh dengan jalam menolak reseptor histamin (penghambatan saingan)

Antihistamin dibagi menjadi 2 tipe :

1) Reseptor HI- Bloceker ( antihistamin klasik )

Mengantagonis histamine dengan jalan mem-block reseptorn H1- diotot


22

licin dari dinding pembuluh,bronchi dan saluran cerna, kandung kemih dan

Rahim. Begitu pula melawan efek histamine di kapiler dan ujung saraf.

2) Reseptor H2.-blockers ( penghambat asam )

Obat ini menghambat secara selektif sekresi asam lambung meningkatkan akibat

histamine, dengan jalan persaingan terhadap reseptor H2 di lambung.

Contoh Antihistamin :

a. Chlorpeniramin Maleat (CTM).

Farmakokinetik : Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1diasorbsi dengan

baik. Efeknya timbul 15- 30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setalah 1-

2 jam. Lama kerja setelah pemberian dosis tunggal kebanyakan preparat H1

kurang lebih 3-6 jam. Indikasi : Untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit

alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.

b. Cetirizine HCL

Cetirizine HCL mempunyai efek kerja sebagai antihistamin selektif reseptor H1

dengan efek sedatif yang rendah pada dosis aktif dan juga mempunyai sifat

sebagai anti alergi, bekerja dengan cara menghambat pelepasan histamin pada

fase awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi. Indikasi : pengobatan perenial

rhinitis, alergi rhinitis, urtikaria. Dosis : Dewasa dan anak di atas 12 tahun sehari

sekali 1 tablet. Kontra indikasi : wanita hamil dan menyusui, hipersensitif, bayi

dan anak di bawah 2 tahun, pasien dengan penyakit ginjal. Efek samping :

mengantuk, sakit kepala, pusing, mulut kering dan rasa tidak enak pada lambung.

d. Obat Untuk Saluran Nafas

Penggolongan Obat saluran nafas yaitu:


23

Anti Asma, Antitusiv, Mukolitik dan Ekpektoran

1. Anti Asma

Asma adalah penyakit heterogen, selalu dikarakteristikkan dengan inflamasi

kronis di saluran nafas. Terdapat riwayat gejala respirasi seperti mengi, sesak, rasa

berat di dada dan batuk yang intensitasnya berbeda-beda berdasarkan variasi

keterbatasan aliran udara ekspirasi. Gejala khas asma, jika ada maka

meningkatkan kemungkinan pasien memiliki asma.

Contoh obat asma: Salbutamol, Aminophyllin.

a. Salbutamol

Indikasi: bronkhodilator pada asma bronkial, bronkhitis kronis dan

emfisema. Kontra indikasi: hipersensitif. Erhatian: jangan diberikan bersama

dengan suatu obat golongan ß bloker. Efek samping: mual, muntah, pusing

kadang dapat timbul palpitasi, tremor, nervous tension, sakit kepala, vasodilatasi

peripheral.

b. Aminofilin

Indikasi: untuk meredakan dan mengatasi obstruksi saluran nafas yang

berhubungan dengan asma bronkial dan penyakit paru kronik lain seperti

emfisema dan bronkial kronik. Dosis: dewasa 250-500 mg/ hr melalui injeksi IV

lambat. Anak 6-12 tahun 10-25 mg/ hr.

2. Antitusif

Menurut Martin (2007) antitusif atau cough suppressant merupakan obat

batuk yang menekan batuk, dengan menurunkan aktivitas pusat batuk di otak dan

menekan respirasi. Antutusif adalah obat yang menekan reflex batuk, digunakan
24

pada gangguan saluran nafas yang tidak produktif dan batuk akibat teriritasi.

Misalnya : Dekstromethorfan dan codein

a. Dekstromethorfan

Menurut Dewoto (2008) dekstrometorfan atau D-3-metoksin-N-

metilmorfinan tidak berefek analgetik atau bersifat aditif. Zat ini meningkatkan

nilai ambang rangsang refleks batuk secara sentral dan kekuatannya kira-kira

sama dengan kodein. Berbeda dengan kodein, zat ini jarang menimbulkan

mengantuk atau gangguan saluran pencernaan. Dalam dosis terapi

dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya

bertahan 5-6 jam. Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10mg dan sebagai

sirup dengan kadar 10 mg dan 15 mg/5mL. dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4

kali sehari. Dekstrometorfan sering dipakai bersama antihistamin, dekongestan,

dan ekspektoran dalam produk kombinasi (Corelli, 2007). Obat ini tidak

mempunyai efek analgesik dan ketergantungan. Obat ini juga efektif bila

diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4-8 jam, dosis dewasa 10-20 mg setiap 4

jam. Anak-anak umur 6- 11 tahun 5-10 mg. Sedangkan anak umur 2-6 tahun dosisnya

2, – 5 mg setiap 4 jam.

b. Codein

Menurut Corelli (2007) kodein bertindak secara sentral dengan meningkatkan

nilai ambang batuk. Dalam dosis yang diperlukan untuk menekan batuk, efek

aditif adalah rendah. Banyak kodein yang mengandung kombinasi antitusif

diklasifikasikan sebagai narkotik dan jualan kodein sebagai obat bebas dilarang

di beberapa negara.
25

3. Mukolitik dan Ekpektoran

Contoh obat Mukolitik dan ekpektoran :

a. Ambroxol Hcl

Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang memiliki mekanisme

kerja yang sama dengan bromheksin. Ambroksol sedang diteliti tentang

kemungkinan manfaatnya pada kerato konjungtivitis dan sebagai perangsang

produksi surfaktan pada anak lahir prematur dengan sindrom pernafasan

(Estuningtyas, 2008)

b. Gliyceril Guaiacolat

Indikasi : Untuk mengobati batuk yang disebabkan infeksi saluran napas dan

keadaan –keadaan lain eperti asma, faringitis,bronchitis, dimana pada keadaan

tersebut dipersulit oleh adanya mucus yang lengket atau sumbatan dan

kongestimukus. Kontraindikasi : Pasien yang hipersensitif terhadap gliceryil

Guaiacolat. Perhatian : Tidak diketahui apakah gliceryl guaiacolat diekskresi ke

dalam air susu, karena itu pemberiannya pada wanita menyusui harus dilakukan

dengan hati –hati. Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali, 200-400 mg sehari

( Estuningtyas, 2008).

c. Acetylcystein

adalah derivat asam amino alamiah cysteine. NAC mempunyai toleransi intestinal

yang baik, cepat di absorbsi pemberian oral dan didistribusikan keseluruh tubuh

termasuk paru. NAC juga mempunyai aktivitas fluidikasi melalui gugus sulfhidril

bebas dan sekret mukoid atau mukopurulen dengan cara memutus jembatan
26

disulfida intramolekul dala agregat glikoprotein. Indikasi : sebagai terapi

mukolitik pada penyakit bronkial paru akut dan kronik dengan mukus yang kental,

seperti Bronkitis akut, bronkitis kronis akut dan berulang, pulmonari emfisema.

Kontra indikasi : hipersensitif terhadap acetylcystein. Efek samping :

gastrointestinal ringan, bronchopasm, reaksi alergi seperti urticaria, denyut

jantung yang cepat dan turunnya tekanan darah. Dosis dewasa : 10 ml sirup setara

dengan 200 mg acetylcystein diberikan 2- 3 kali sehari, Dosis anak 5 ml sirup

setara dengan 100 mg acetylcystein diberikan 2 – 4 kali sehari sesuai usia, < 2

tahun 100 mg / hari, 2 – 4 tahun 200 mg / hari, > 4 tahun 300 mg / hari.

d. Bromhexin

Mengencerkan sekret saluran pernafasan dengan jalan mengurangi atau

menghilangkan serat-serat mukoprotein dan mukopolisakarida yang terdapat pada

sputum/dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan. Indikasi : sebagai mukolitik

untuk meredakan batuk berdahak. Dosis dewasa dan anak di atas 10 tahun 1 tablet

3 kali sehari, anak 5 – 10 tahun ½ tablet 3 kali sehari, anak 2 – 5tahun ½ tablet 2

kali sehari. Efek samping obat dapat terjadi mual, diare, gangguan pencernaan,

rasa penuh perut, sakit kepala, berkeringat banyak dan ruam kulit.

D. Klinik

1. Pengertian Klinik

Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar

dan/atau spesialistik. Klinik adalah pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan


27

rehabilitative. Klinik dapat dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, rawat inap,

pelayanan satu hari (one day care) dan/atau home care. Klinik dapat dimiliki oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat. Klinik yang dimiliki oleh

masyarakat yang menyelenggarakan rawat jalan dapat didirikan oleh perorangan

atau badan usaha (Permenkes No. 9 Tahun 2014).

2. Jenis klinik

a. Klinik pratama

Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar

baik umum maupun. Pelayanan medik dasar adalah pelayanan medik terhadap

individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga

kesehatan maksimal dokter umum atau dokter gigi. Tenaga medis pada klinik

pratama yang memberikan pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua)

orang dokter dan/atau dokter gigi sebagai pemberi pelayanan khusus (Permenkes

No.9 Tahun 2014).

c. Klinik Utama

Klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik

spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Pelayanan medik

spesialistik adalah pelayanan medik terhadap individu atau keluarga dalam

masyarakat yang dilakanakan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis.

Dalam Permenkes No.9 Tahun 2014 dijelaskan bahwa tenaga medis pada Klinik

utama yang memberikan pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri dari 1 (satu)

orang dokter spesialis dan 1 (satu) orang dokter sebagai pemberi pelayanan dan

yang memberikan pelayanan kedokteran gigi paling sedikit terdiri dari 1 (satu)
28

orang dokter gigi spesialis dan 1 (satu) orang dokter gigi sebagai pemberi

pelayanan.

1. Kewajiban klinik

Klinik memiliki kewajiban yang diatur dalam Permenkes No 9 Tahun 2014 yaitu:

a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan yang diberikan;

b. memberikan pelayanan yang efektif, aman, bermutu, dan nondiskriminasi

dengan mengutamakan kepentingan terbaik pasien sesuai dengan standar profesi,

standar pelayanan dan standar prosedur operasional;

c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu atau mendahulukan

kepentingan finansial;

d. memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan (informed consent);

e. menyelenggarakan rekam medis;

f. melaksanakan sistem rujukan dengan tepat;

g. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika

serta peraturan perundang-undangan;

h. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;

i. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan kewajiban

pasien;
29

j. melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

k. memiliki standar prosedur operasional;

l. melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku; m. melaksanakan fungsi sosial;

n. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan;

o. menyusun dan melaksanakan peraturan internal klinik; dan

p. memberlakukan seluruh lingkungan klinik sebagai kawasan tanpa rokok.

Klinik Pratama TP Medika terletak di Jalan Raya Bendorejo RT. 06 RW

03 Desa Bendorejo Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek disesuaikan

berdasarkan Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten Trenggalek, dimana

pembangunan Klinik Pratama TP Medika telah mendapatkan izin Pemanfaatan

Ruang Pendirian yang dikeluarkan oleh Kantor Perizinan Dan Penanaman Modal

Kabupaten Trenggalek Nomor. 503.IMB/26/406.078/2011 tanggal 01 Pebruari

2011.

Tujuan dari pendirian Klinik Pratama TP Medika ini adalah merupakan

bentuk partisipasi pemrakarsa dalam upaya untuk dapat memberikan pelayanan

kesehatan untuk masyarakat sekitar. Dalam memberikan pelayanan terhadap

pasien Klinik Pratama TP Medika beroperasi 24 jam dan 7 hari dalam seminggu.
30

Pelayanan yang dilakukan Klinik Pratama TP Medika adalah pelayanan

administrasi, Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut, Pelayanan Gawat Darurat dan

Rawat Inap, Pelayanan Kefarmasian dan Pelayanan Laboratorium.

Sedangkan akibat yang akan ditimbulkan dari kegiatan tersebut memberikan

dampak positif. Secara umum kegiatan di dalam Klinik Pratama TP Medika akan

senantiasa berinteraksi secara saling menguntungkan dan bersama-sama dengan

lingkungan di sekitarnya untuk menjaga kelestarian alam, sumber daya alam

hingga sosial (Permenkes No.9 Tahun 2014).


31
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Infeksi Saluran Pernapasan Akut

ISPA bagian atas ISPA bagian bawah

RAWAT JALAN RAWAT INAP

FARMAKOLOGI NONFARMAKOLOGI

GI
Pola Peresepan

Analgetik/ Obat saluran


Antibiotik Antihistamin Kortikosteroid Vitamin
antipiretik nafas

Gambar III.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Diteliti

Tidak Diteliti

32
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif. Dan menggunakan

pendekatan retrospektif yaitu penelitian yang berusaha melihat kebelakang,

artinya mengumpulkan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi.

Kemuian dari efek tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel yang

mempengaruhi ( Notoatmodjo, 2010).

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini lokasi yang di gunakan untuk obyek penelitian adalah

resep yang ada bertempat di Kilinik Pratama TP Medika Trenggalek.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2021.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah seluruh obyek atau data dengan karateristik tertentu yang
akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lembar resep
pasien yang menggunakan obat pada kasus ISPA rawat jalan di Klinik
Pratama TP Medika Trenggalek periode bulan Oktober - Desember 2021

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling

33
34

tertentu yang memenuhi dan semua populasi (Notoatmojo, 2010). Sampel dalam

penelitian ini adalah menggunakan semua lembar resep pasien ISPA di Pelayanan

Kesehatan Klinik Pratama TP Medika Trenggalek periode bulan Oktober –

Desember tahun 2021.

3. Teknik Sampling

Teknik Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total

sampling sampel yang diambil memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum dari suatu populasi target yang

akan dijadikan subjek penelitian (Nursalam : 2003 : 96). Kriteria eksklusi

adalah kriteria atau ciri – ciri anggota populasi yang tidak bisa dijadikan

sebagai sampel penelitian. (Kriteria inklusi dan eksklusi menurut

Notoatmodjo,2010).

Inklusi : lembar resep pasien ISPA rawat jalan tanpa komplikasi

Eksklusi : lembar resep pasien ISPA rawat jalan dengan komplikasi

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian

tertentu (Notoatmojo, 2010). Variabel penelitian resep pasien rawat jalan di

Klinik Pratama TP Medika Trenggalek tahun 2021.

E. Definisi Operasional Variabel

N V Definisi Operasional Parameter


o a dan Skala
ri Pengukuran
a
35

b
el
1 R Resep merupakan Nominal
e suatu permintaan
s tertulis dari dokter,
e dokter gigi, atau
p dokter hewan kepada
apotekerr untuk
membuatkan obat
dalam bentuk sediaa
tertentu dan
menyerahkannya
kepada penderita.
2 I Infeksi Salura
. S Pernafasan Akut
P (ISPA) adalah
A penyakit infeksi yang
menyerang saluran
pernapasan atas atau
bawah.

F. Istrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam pengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan

hasilnya lebih baik ( cermat, lengkap dan ismatis) sehingga lebih

mudah diolah. Pada penelitian ini instrumen peneliti yang digunakan

adalah lembar resep pasien ISPA.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sekunder,

yaitu data yang diperoleh peneliti dari pihak lain ( Notoatmojo, 2010).

Informasi yang dikumpulkan bukan untuk kepentingan studi yang sedang

dilakukan saat ini tetapi untuk beberapa tujuan lain di pelayanan

kefarmasian Klinik Pratama TP Medika Trenggalek. Berupa data


36

pemakaian obat pada kasus ISPA rawat jalan dalam lembar resep pasien

ISPA.

Untuk mengetahui pola peresepan obat pada pasien ISPA di Klinik

Pratama TP Medika Trenggalek, maka setelah data terkumpul selanjutnya

dilakukan pengolahan data dengan cara sebaga berikut :

ii. Peneliti memeriksa lembar resep pasien yang datang dengan diagnosis ISPA

pada bulan Oktober - Desember 2021.

iii. Mengolah data resep periode bulan Oktober - Desember 2021.

d. Membuat tabel jenis obat yang digunakan pasien ISPA pada bulan Oktober -

Desember 2021.

e. Analisa data

f. Penyajian data

H. Kerangka Kerja
37

Peneliti memeriksa lembar resep pasien yang datang dengan diagnosa


ISPA pada bulan Oktober – Desember 2022

Mengolah data Resep periode Oktober - Desember 2022

- Analgetik
- Antibiotik
- Obat Saluran Napas
- Antihistamin
- Kortikosteroid
- Vitamin

Analisa Data

Penyajian Data
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Data Pasien ISPA rawat jalan bulan Oktober – Desember 2021

1. Berdasarka jenis kelamin dan usia

Berdasarkan populasi periode bulan Oktober-Desember 2022 sejumlah 302 pasien

penderita ISPA yang menjadi subjek penelitian.

Tabel V.1 Karakteristik data responden penderita ISPA Rawat Jalan di Klinik

Pratama TP Medika Kabupaten Trenggalek berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah prosentase

L 147 48,7 %
P 155 51,3 %

Tabel V.2 1 Karakteristik data responden penderita ISPA Rawat Jalan di Klinik

Pratama TP Medika Kabupaten Trenggalek berdasarkan usia

Usia Jumlah Prosentase

Balita 0 – 5 96 31,8 %
6 – 11 72 23,8 %
12 – 16 29 9,6 %
17 – 25 20 6,6 %
26 – 35 19 6,3 %
36 – 45 16 5,3 %
46 – 55 20 6,6 %
56 – 65 20 6,6 %
66 ke atas 10 3,3 %

38
39

2. Berdasarkan JenisObat yang digunakan

Klasifikasi obat yang digunakan pada peresepan obat ISPA Rawat Jalan di

Klinik Pratama TP Medika Kabupaten Trenggalek peride bulan Oktober-

Desember 2022, dengan karakteristik yang akan di bahas meliputi Paracetamol,

Ibuprofen, Amoxcillin, Cefadroxil, Cefixime, Salbutamol, Theofilin, DMP,

Ambroxol, GG, Acetylsystein, Bromhexin, PPA Hc, CTM, Cetirizin,

Methylprednisolone, Dexamethasone, Vitamin C, Multivitamin.

Tabel V.3 Karakteristik obat ISPA Rawat Jalan di Klinik Pratama TP Medika

Kabupaten Trenggalek bulan Oktober-Desember 2022

Jenis Obat Nama Obat Frekuensi (%)


Analgesik-antipiretik Paracetamol 245 14,5 %
Ibuprofen 55 3,3 %
Antibiotik Amoxcillin 74 4,4%
Cefadroxil 149 8,8%
Cefixime 28 1,7%
Bronkodilator Salbutamol 22 1,3%
Theofilin 21 1,2%
Obat Batuk DMP 226 13,4%
Ambroxol 14 4,6%
GG 55 3,3%
Acetylsystein 9 0,5%
Bromhexin 2 0,1%
Dekongestan PPA Hcl 227 13,5%
Antihistamin CTM 286 13,5%
Cetirizine 6 0,6%
Kortikosteroid Methylprednisolone 68 4,0%
Dexamethasone 122 7,2%
Vitamin Vitamin C 68 4,0%
Multivitamin 8 0,5%

3. Berdasarkan Golongan Obat yang digunakan

Klasifikasi golongan obat yang digunakan pada peresepan obat ISPA Rawat Jalan

di Klinik Pratama TP Medika Kabupaten Trenggalek peride bulan Oktober-


40

Desember 2022, dengan karakteristik yang akan di bahas meliputi Obat batuk,

Analgesik-antipiretik, antiistamin, antibiotik, dekongestan, kortikosteroid, vitamin

dan bronkodilator.

Tabel V.4 Karakteristik golongan obat ISPA Rawat Jalan di Klinik Pratama TP

Medika Kabupaten Trenggalek bulan Oktober-Desember 2022

Golongan obat Frekuensi Prosentase

Obat batuk 306 18,2 %


Analgesik – Antipiretik 300 17,8 %
Antihistamin 292 17,3 %
Antibiotik 251 14,9 %
Dekongestan 227 13,5 %
Kortikosteroid 190 11,3 %
Vitamin 76 4,5 %
Bronkodilator 43 2,6%
BAB VI
PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan analisa deskriptif

dengan metode retrospektif terhadap pola peresepan obat pada Pasien Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Klinik Pratama TP Medika Kabupaten

Ternggalek bulan Oktober-Desember tahun 2021.

Berdasarkan responden penelitian yang diteliti disebutkan bahwa terdapat

302 pasien yang menderita ISPA sesuai dengan kriteria inklusi yang disebutkan

oleh penulis. Data obat yang diolah dalam penelitian ini adalah semua obat dari

hasil rekapitulasi resep pasien ISPA Rawat Jalan di Klinik Pratama TP Medika

Kabupaten Ternggalek bulan Oktober-Desember 2022.

Adapun hasil presentase data dari pengelompokan obat ISPA berdasarkan

resep yang menempati urutan tertinggi adalah obat batuk 18,2%,

analgesik_antipiretik 17,8%, antihistamin 17,3%, antibiotik 14,9%, dekongestan

13,5%, kortikosteroid 11,3%, vitamin 4,5% dan bronkodilator 2,6%.

Golongan obat batuk menempati urutan pertama merupakan golongan obat

ISPA dengan frekuensi paling tinggi sebesar 18,2 %, karena sebagian besar

penderita ISPA di Klinik Pratama TP Medika mengalami keluhan sakit pada

saluran nafas. Pada banyak gangguan saluran pernafasan, batuk merupakan gejala

penting yang ditimbulkan oleh terpicunya refluks batuk. Sering kali juga

disebabkan oleh peradangan akibat infeksi virus seperti virus salesma, influenza,

bronchitis dan pharingitis. Virus – virus ini dapat merusak mukosa saluran

41
42

pernafasan sehingga menciptakan pintu masuk untuk infeksi sekunder oleh

kuman. Obat saluran nafas yang paling banyak digunakan adalah dekstrometorfan.

Dekstromettorfan berkhasiat untuk menekan rangsangan batuk. (Tjay, 2015)

Golongan obat analgesik – antipiretik merupakan urutan ke dua dengan

persentase 17,8%, Adanya infeksi virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh

melalui saluran pernafasan dapat menyebabkan rasa nyeri dan demam sebagai

respon dari keadaan tubuh yang tidak normal. Rasa nyeri sebagai isyarat adanya

gangguan di jaringan tubuh seperti radang, demam atau panas. Obat

analgesik/antipiretik yang paling banyak digunakan adalah paracetamol.

Paracetamol bekerja sebagai analgesik yang merupakan pilihan utama dalam

pengobatan ISPA karena dapat mengurangi rasa sakit dan menurunkan suhu

tubuh. (Tjay, 2015)

Golongan antihistamin menempati urutan ketiga dengan persentase 17,3 %

karena sebagian pasien penderita ISPA di klinik Pratama TP Medika Trenggalek

mengalami reaksi alergi seperti bersin- bersin. Antihistamin dapat mengurangi

atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan memblok reseptor

histamin. ISPA dapat disebabkan karena cuaca, cuaca yang dingin dapat

menyebabkan alergi bagi orang yang sensitif terhadap cuaca dingin atau waktu

tertentu. Pemberian antihistamin dimaksudkan untuk mengurangi efek alergi pada

pasien ISPA. Antihistamin yang digunakan menurut catatan resep adalah

Chlorpheniramine Maleat.
43

Golongan antibiotik menempati urutan keempat dengan persentase 14,9 %

karena hanya sebagian pasien ISPA di Klinik Pratama TP Medika Trenggalek

yang diberi terapi antibiotik. Hal ini disebabkan karena tidak semua penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh bakteri melainkan

kemungkinan disebabkan oleh imunitas yang menurun yang disebabkan oleh

infeksi virus yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Obat

antibiotik yang paling banyak digunakan adalah Cefadroxil. Cefadroxil adalah

antibiotik golongan sefalosforin generasi pertama. Obat ini bekerja dengan

menghambat pembentukan protein yang membentuk dinding sel bakteri.

Golongan dekongestan menempati urutan kelima dengan persentase13,5 %

. Hal ini dikarenakan sebagian dari pasien ISPA di Klinik Pratama TP Medika

mengalami keluhan flu, hidung tersumbat ataupun bersin -bersin.

Fenilpropanolamin termasuk dalam golongan dekongestan yaitu dapat mengatasi

masalah hidung tersumbat. Dekongestan bekerja dengan cara mengurangi

penumpukan mukosa. Obat dekongestan yang paling banyak digunakan adalah

Fenilpropanolamin.(tjay,2015)

Golongan kortikosteroid menempati urutan ke enam sebesar 11,3 %,

kortikosteroid berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan gatal

– gatal. Penggunaan kortikosteroid dapat menghambat pertumbuhan yang

mekanisme terjadinya melalui stimulasi somatostatin penghambat growth

hormone sehingga penggunaan kortikosteroid pada anak dibatasi. Obat

kortikosteroid yang paling banyak digunakan adalah dexamethasone.(Tjay,2015)


44

Golongan vitamin menempati urutan ke tujuh dengan persentase 4,5 %,

vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh

kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh.

Sebagian dari pasien ISPA di Klinik Pratama TP Medika Trenggalek diberi

vitamin karena imunitas tubuh menurun, maka perlu diberi vitamin agar daya

tahan tubuh pasien meningkat dan mempercepat proses penyembuhan. Vitamin

yang banyak digunakan pada pasien ISPA adalah vitamin C.(Tjay,2015)

Golongan bronkodilator menempati urutan kedelapan sebesar 2,6 %.

Penggunaan obat ini dikarenakan untuk melegakan pernafasan, terutama pada

penderita penyakit asma yang banyak mengalami penyempitan dan penumpukan

lendir atau dahak di saluran pernafasan. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan

berupa batuk, serak, sesak nafas dan mengi. Untuk meredakan kondisi tersebut

dapat diberikan obat bronkodilator. Bronkodilator mengatasi penyempitan bronchi

dan dengan demikian juga berfungsi melindungi bronchi sehingga proses bernafas

menjadi lebih ringan dan lancar. Obat bronkodilator yang sering digunakan adalah

salbutamol.(Tjay,2015)
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan di dapatkan kesimpulan bahwa gambaran

peresepan obat pada penyakit ISPA pasien rawat jalan di Klinik Pratama TP

Medika Kabupaten Trenggalek periode bulan Oktober-Desember 2021dengan

jenis dan presentase penggunaan obat batuk 18,2%, analgesik-antipiretik 17,8%,

antihistamin 17,3%, antibiotik 14,9%, dekongestan 13,5%, kortikosteroid 11,3%,

vitamin 4,5% dan bronkodilator 2,6%.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat melakukan pengamatan pada peresepanobat dari segi dosis, terapi dan efek

samping menggunakan metode yang berbeda pada pasien ISPA.

45
DAFTAR PUSTAKA

Ari Estuningtyas., Azalia Arif. 2008. Obat Lokal. In Farmakologi dan Terapi.

Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hal 517-41

Corelli, R.L., 2007. Therapeutic&Toxic Potential Of Over-The-Counter Angents.

Basic and Clinical Pharmacology. USA ; Mc Grawhill.

Erlien . 2008. Penyakit Saluran Pernapasan. Jakarta ; Sunda Kelapa Pustaka.

Kunoli, FJ .2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular: Untuk Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat.Cetakan Pertama, Trans Info Media ; Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Nur, N. H., Muharti Syamsul, & Genoveva Imun. (2021). Faktor Risiko

Lingkungan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Panambungan. Journal of Health Quality Development, 1(1), 10–22.

https://doi.org/10.51577/jhqd.v1i1.99

Potensi, U. J. I., Bawang, A., Allium, M., Kuman, T., Udara, D. I., & Alternatif,

S. (2022). UJI POTENSI AROMATERAPI BAWANG MERAH ( Allium cepa

L. ) TERHADAP KUMAN DI UDARA, SEBAGAI ALTERNATIF

PENCEGAHAN KOINFEKSI PENDERITA ISPA. 7(1), 274–280.

Putra, Y., & Wulandari, S. S. (2019). Faktor Penyebab Kejadian Ispa. Jurnal

46
47

Kesehatan, 10(1), 37. https://doi.org/10.35730/jk.v10i1.378

Rini Sasanti Handayani, I. D. S., Yuniar, Y., & Gitawati, R. (2021). Jurnal

Kefarmasian. Jurnal Rasionalitas Penggunaan Obat Pada Pasien Ispa

( Pneumonia Dan Non Pneumonia) Anak Di Puskesmas Mataram, 8(2), 101–

110.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2014 Tentang

Klinik. 2014.

Syamsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, 104, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tjay T.H. and Rahardja K., 2015, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan

Efek - Efek Sampingnya, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 523–531.


LAMPIRAN

ANALISIS DATA INDIKATOR PERESEPAN ISPA DI KLINIK PRATAMA TP MEDIKA TRENGGALEK

KLINIK : KLINIK PRATAMA TP MEDIKA Bulan : Oktober

KOTA : TRENGGALEK Tahun : 2021

PROVINSI : JAWA TIMUR

Jenis
V
N Kelamin
P D C I Ju
N a IBUPR AMOXI CEFAD CEFI SALBUT THEO AMBR G ACETYLC BROM PPA CETRI METHYLPREDNI DEXAMETH MUL
TGL C M T T ml
O m L P OFEN CILLIN ROXIL XIME ASOL FILIN OXOL G YSTEIN HEXIN HCL ZINE SOLONE ASONE TIVIT
T P M ah
a
C
Umur

F 1
1 1 1 1 1 1 1 6
DL 3
01/10/

2021
E 2
2 1 1 1 1 1 5
N 6

02/10/ M
1
2021 3 R 1 1 1 1 1 5
2
D

D
1
4 W 1 1 1 1 1 1 6
6
T

5 F 6 1 1 1 1 1 5

6 SL 8 1 1 1 1 1 4

48
49

K
1
7 M 1 1 1 1 1 1 6
5
Z

A
8 5 1 1 1 1 1 5
Y

9 D 8 1 1 1 1 1 5

03/10/
6
2021

1 D
b 1 1 1 1 1 1 1 7
0 A
l

1 RS
7 1 1 1 1 1 5
1 TI

A
04/10/ 1 1
R 1 1 1 1 1 1 6
2021 2 2
N

M
1 5
S 1 1 1 1 1 1 6
3 3
M

05/10/ 1 SR 6
1 1 1 1 4
2021 4 J 4

S
1 5
N 1 1 1 1 1 1 6
5 7
W

1 M
5 1 1 1 1 1 5
6 FB

06/10/ 1 FF 1
1 1 1 3
2021 7 N 0

1 FY
4 1 1 1 1 4
8 L
50

A
1
D 6 1 1 1 1 1 1 6
9
V

W
2 2
H 1 1 1 1 1 1 6
0 4
Y

4
07/10/ H
2
2021 N 1 1 1 1 1 1 6
1 b
M
l

2 N
1 1 1 1 1 1 6
2 L b

08/10/ 3

2021
2 BL
b 1 1 1 1 1 1 1 6
3 Q
l

2 PS 8
1 1 1 1 1 1 6
4 H 5

2 G 1
1 1 1 1 1 1 6
5 Z 2

2 V
4 1 1 1 1 1 1 1 7
6 T

G
2
B 4 1 1 1 1 1 5
7
N

2 SP 5
1 1 1 1 1 6
8 T 9

2 K 6 1 1 1 1 1 5

9 V
51

F
3
D 6 1 1 1 1 1 1 6
0
N

09/10/ 3 RS 1 1 2
7
2021 1 K

R
3
N 3 1 1 1 1 1 5
2
D

W 2
3
R 6 1 1 1 1 1 1 6
3
N

10/10/ N 6
3
2021 D 5 1 1 1 1 1 1 6
4
N

3 JV 1 1 1 1 1 1 1 6

5 T 4

3 EF 1 1 1 1 1 5
7
6 D

W 4
12/10/ 3
H 6 1 1 1 1 1 1 6
2021 7
N

3 FB 7 1 1 1 3

8 L

13/10/ 3 IS 1 1 1 1 1 1 1 6

2021 9 N 2

R 3
4
D 8 1 1 1 1 1 6
0
Y

4 S 6 1 1 1 1 1 6

1 M 6

N
52

4 SR 4
1 1 1 1 1 6
2 M 7

4 RY 3
1 1 1 1 1 6
3 T 6

4 AF 2
1 1 1 1 1 6
4 Y 6

4 AS 1
1 1 1 1 1 1 6
5 G 1

4 AS
14/10/ 2 1 1 1 1 1 1 6
6 L
2021

P
4
D 2 1 1 1 1 1 1 6
7
W

A
4
V 4 1 1 1 1 1 5
8
D

A
4
Q 4 1 1 1 1 1 5
9
L

15/10/
5 VS
2021 7 1 1 1 1 1 5
0 F

E
5 3
W 1 1 1 1 1 1 6
1 8
N

5 ST
3 1 1 1 1 1 1 6
2 Y

S
16/10/ 5 6
G 1 1 1 1 1 1 1 7
2021 3 5
R

17/10/ 5 AS
5 1 1 1 1 1 5
2021 4 K

18/10/ 5 D 1 1 1 1 1 1 1 6

5 R

H
53

5 NJ
6 1 1 1 1 1 5
6 W

5 1Z
5 1 1 1 1 1 1 6
7 L

2021 5 A 2
1 1 1 1 1 1 6
8 G 3

M
5 6
R 1 1 1 1 1 5
9 0
G

6 V
3 1 1 1 1 1 1 1 7
0 T

6 A
6 1 1 1 1 1 1 5
1 D

1
19/10/
4
2021 Z
6
D 1 1 1 1 1 6
2 b
N
l

K
6
H 3 1 1 1 1 1 1 6
3
S

20/10/
6 IF 1
2021 1 1 1 1 1 1 6
4 Y 5

6 N 1
1 1 1 1 1 1 6
5 YL 5

21/10/ 6 SK
7 1 1 1 1 1 5
2021 6 L

6 S 6 1 1 1 1 1 1 6

7 G 5

R
54

6
JN 3 1 1 1 1 1 5
8

G
6
F 3 1 1 1 1 1 5
9
N

7 Z 6
1 1 1 1 1 1 6
0 HJ 6

1
22/10/
8
2021
7 A
1 1 1 1 1 5
1 RL b

7 A
4 1 1 1 1 1 5
2 R
23/10/

2021
7 2
TS 1 1 1 1 1 1 6
3 0

24/10/ 7 RF 2
1 1 1 1 1 1 6
2021 4 I 0

7 A 4
1 1 1 1 1 1 6
5 RF 3

E
7
V 6 1 1 1 1 1 5
6
T
27/10/

2021
1

7 FL
1 1 1 1 1 1 6
7 Z b

28/10/ 7 FR
b 1 1 1 1 1 1 6
2021 8 D
l

n
55

M
7 4
K 1 1 1 1 1 1 6
9 5
H
29/10/

2021
R
8
H 2 1 1 1 1 4
0
D

30/10/ 8 N
3 1 1 1 1 1 1 5
2021 1 LV

8 N
1 1 1 1 1 1 6
2 BL b

31/10/ 1

2021 6
H
8
N 1 1 1 1 1 1 1 7
3 b
M
l

8 W 1
1 1 1 1 1 5
4 H 5

4 4 6 6 1 7 1 46
Jumlah 14 24 37 7 6 7 5 5 0 66 1 11 37 3
1 3 9 1 2 8 8 5
56
57
58
59

ANALISIS DATA INDIKATOR PERESEPAN ISPA DI KLINIK PRATAMA TP MEDIKA TRENGGALEK

KLINIK : KLINIK PRATAMA TP MEDIKA Bulan : November

KOTA : TRENGGALEK Tahun : 2021

PROVINSI : JAWA TIMUR

TGL N NA Jenis P IBUPR AMOXI CEFAD CEFI SALBUT THEO D AMBR G ACETYLC BROM PPA C CETRI METHYLPREDNI DEXAMETH V MUL Ju

M Kelami C M T I ml

A n T P M T ah
60

O OFEN CILLIN ROXIL XIME ASOL FILIN OXOL G YSTEIN HEXIN HCL ZINE SOLONE ASONE TIVIT
C
Umur

AF
1 1 1 1 1 1 5
H

TL
2 1 1 1 1 1 1 6
T

SN
3 1 1 1 1 1 5
T

01/11/

2021 M
4 1 1 1 1 1 5
RD

5 M 1 1 1 1 1 1 1 7

ED
6 1 1 1 1 1 1 6
G

RS
7 1 1 1 1 1 1 6
M

02/11/ IB
8 1 1 1 1 1 5
2021 A

KT
9 1 1 1 1 1 1 6
M

1
BQ 1 1 1 1 1 5
0

03/11/ 1 AS
1 1 1 1 1 1 6
2021 1 H

1
FZ 1 1 1 1 1 1 6
2

04/11/ 1 KR
1 1 1 1 1 1 6
2021 3 H

05/11/ 1 ST 1 1 1 1 1 1 6

2021 4 R
61

1 BS
1 1 1 1 1 1 6
5 R

1 AS
1 1 1 1 1 5
6 K
06/11/

2021
1 AG
1 1 1 1 1 1 6
7 S

07/11/ 1 SQ
1 1 1 1 1 1 5
2021 8 L

1 FS
1 1 1 1 1 1 6
9 T

2 FR
1 1 1 1 1 5
0 D

2 NR
1 1 1 1 1 5
1 L

08/11/ 2 M
1 1 1 1 1 5
2021 2 RD

2
IZ 1 1 1 1 1 1 6
3

2 W
1 1 1 1 1 4
4 KP

2 AB
1 1 1 1 1 1 6
5 S

2
ZF 1 1 1 1 1 5
6

2 SL
1 1 1 1 4
7 B

09/11/

2021 2 FS
1 1 1 1 1 1 6
8 K

D
2
W 1 1 1 1 1 1 6
9
T
62

3 M
1 1 1 1 1 5
0 S

10/11/ 3 SF
1 1 1 1 1 1 6
2021 1 R

3
IR 1 1 1 1 1 1 6
2

3 ZZ
1 1 1 1 1 1 5
3 R

11/11/ 3 M
1 1 1 1 1 1 6
2021 4 RD

3
SKT 1 1 1 1 5
5

3 GL
1 1 1 1 1 5
6 G

Y
3
M 1 1 1 1 1 1 6
7
R
14/11/

2021
3 YY
1 1 1 1 1 1 6
8 K

S
3
M 1 1 1 1 1 1 6
9
T

4 AY
1 1 1 1 1 5
0 S

4 AS
1 1 1 1 1 5
1 F
15/11/

2021
4 BT
1 1 1 1 1 1 6
2 G

4 LL
1 1 1 1 1 1 6
3 S

16/11/ 4 AG 1 1 1 1 1 5

4
63

4 DV
1 1 1 1 1 5
5 T

4
AD 1 1 1 1 1 5
6

4 AG
2021 1 1 1 1 4
7 D

4 SC
1 1 1 1 1 1 6
8 A

4 M
1 1 1 1 1 1 6
9 SR

17/11/ 5
KK 1 1 1 1 1 5
2021 0

D
5
M 1 1 1 1 1 1 6
1
S

18/11/
5 IM
2021 1 1 1 1 1 1 6
2 M

5 DL
1 1 1 1 1 5
3 N

5
DF 1 1 1 1 1 1 6
4
19/11/

2021
5 AF
1 1 1 1 1 1 6
5 M

5
AD 1 1 1 1 1 1 1 7
6
20/11/

2021
5
NL 1 1 1 1 1 5
7

5 SK
1 1 1 1 5
8 T
21/11/

2021
5 RV
1 1 1 1 1 5
9 N
64

6 PN
1 1 1 1 1 5
0 K

6
DN 1 1 1 1 1 1 6
1

6
PT 1 1 1 1 1 1 6
2

22/11/ 6 ZD
1 1 1 1 1 1 1 6
2021 3 N

23/11/ 6 N
1 1 1 1 1 1 6
2021 4 DV

6 LK
1 1 1 1 1 5
5 N
24/11/

2021
6 IQ
1 1 1 1 1 5
6 B

6 RS
1 1 1 1 1 5
7 D

6
RF 1 1 1 1 1 5
8

25/11/

2021 R
6
W 1 1 1 1 1 1 6
9
N

7 PN
1 1 1 1 1 1 6
0 R

26/11/ 7 AL
1 1 1 1 1 5
2021 1 V

27/11/ 7 TS
1 1 1 1 1 1 6
2021 2 R

7 AA
1 1 1 1 1 1 6
3 B

7 AR 1 1 1 1 1 1 6

4
65

7 SJ
1 1 1 1 1 1 6
5 W

7 RR 1 1 1 1 1 1 6

28/11/ 7 LN 1 1 1 1 1 1 1 6

2021 7 W

7 RY 1 1 1 1 1 1 1 6

8 T

7 FD 1 1 1 1 1 1 6

9 L

8 ZF 1 1 1 1 1 1 6

0 N
29/11/

2021
8 CY 1 1 1 1 1 1 6

1 P

8 AY 1 1 1 1 1 1 6

2 F

8 W 1 1 1 1 1 1 6

3 DT

8 SF 1 1 1 1 1 5
30/11/
4 R
2021

M
8
W 1 1 1 1 1 1 6
5
M

7 6 1 8 1 47
Jumlah 13 14 52 9 4 5 4 3 1 66 2 22 33 4
5 4 1 1 5 4
66
67
68
69
70

ANALISIS DATA INDIKATOR PERESEPAN ISPA DI KLINIK TP MEDIKA TRENGGALEK

KLINIK : KLINIK PRATAMA TP MEDIKA

KOTA : TRENGGALEK BULAN : DESEMBER

PROVINSI : JAWA TIMUR TAHUN : 2021

Jenis
V
N Kelamin
P D C I Ju
N A IBUPR AMOXI CEFAD CEFI SALBUT THEO AMBR G ACETYLC BROM PPA CETRI METHYLPREDNI DEXAMETH MUL
TGL C M T T ml
O M L P OFEN CILLIN ROXIL XIME ASOL FILIN OXOL G YSTEIN HEXIN HCL ZINE SOLONE ASONE TIVIT
T P M ah
A
C
Umur

1 AS 4 1 1 1 1 1 5

01/12/

2021 FL 2
1 1 1 1 1 1 6
2 X 1

02/12/ 3 LK 7 1 1 1 1 1 5

2021 M
71

1 1 1 1 1 1 6
B

ZK L

4 A N

FR 2
1 1 1 1 1 1 6
5 K 2

V 3
1 1 1 1 1 1 6
6 M 1

JR 4
1 1 1 1 1 1 6
7 N 9

KN
4 1 1 1 1 1 1 6
8 Z
03/12/

2021
M
7 1 1 1 1 1 5
9 FZ

1 ZK
7 1 1 1 1 1 5
0 A
04/12/

2021
1 ST 4
1 1 1 1 1 1 6
1 R 1

1 LK
7 1 1 1 1 1 5
2 M

1 HS
6 1 1 1 1 1 5
3 N

1 YL
05/12/ 7 1 1 1 1 1 5
4 S
2021

N
2
1 N 1 1 1 1 1 1 6
2
5 G

1 M 7
1 1 1 1 1 1 6
6 SD 0

06/12/ 1 DF 1 1 1 1 1 1 5

2021 5
72

7 Q N

1 1 1 1 1 1 1 6

1 AB L

8 L N

1 M
9 1 1 1 1 1 5
9 RD

2 AB 1
1 1 1 1 1 1 6
0 L 5

2 AL 1
1 1 1 1 1 1 6
1 A 2

2 M 1
1 1 1 1 1 5
2 RD 2

2 D 1
1 1 1 1 1 5
3 W 2

2 ZR 2
1 1 1 1 1 1 1 6
4 H 2

2 BS
6 1 1 1 1 1 5
5 D
07/12/

2021
2 KN 1
1 1 1 1 1 5
6 D 0

08/12/ 2 FB
5 1 1 1 1 5
2021 7 N

09/12/ 2 AZ 1 1 1 1 1 1 1 6

2021 8 D 8

N
73

2 1
1 1 1 1 4
9 EZ 4

3 ZD
8 1 1 1 1 1 5
0 N

3 G 1
1 1 1 1 1 1 6
1 NJ 4

3 BR 1
1 1 1 1 1 5
2 G 2

3 BK 2
1 1 1 1 1 1 6
3 T 4

3 DP 4
1 1 1 1 1 5
4 W 5

3 ED 4
1 1 1 1 1 5
5 R 3

3 ED 4
1 1 1 3
6 G 0

3
3 1 1 1 1 1 1 6
7 VN

3 AV
7 1 1 1 1 1 1 6
8 L

10/12/

2021 3 AB
5 1 1 1 1 1 5
9 D

D
3
4 N 1 1 1 1 1 1 6
1
0 A

12/12/ 4 FD
4 1 1 1 1 1 1 6
2021 1 L

4 TT
2 1 1 1 1 1 1 6
2 R

4 AZ 7 1 1 1 1 1 5

3 L
74

4 RZ 1
1 1 1 1 1 5
4 L 2

4 HS 9 1 1 1 1 1 5

5 N

4 3 1 1 1 1 1 1 6

6 IZ 0

1 1 1 1 1 5
B
13/12/
4 L
2021
7 TR N

4 4 1 1 1 1 1 5

8 DL

4 N 6 1 1 1 1 1 1 6

9 HS 0

5 SJ 5 1 1 1 1 1 1 6

0 M 8

14/12/ 5 FR 4 1 1 1 1 1 1 6

2021 1 D

5 8 1 1 1 1 1 1 6

2 AB

5 G 8 1 1 1 1 1 5

3 N

5 AP 6 1 1 1 1 1 5

4 R

5 8 1 1 1 1 1 1 6

5 DK

5 KD 1 1 1 1 1 1 5

6 L 2

L
75

P
2
5 W 1 1 1 1 4
0
7 T

5
5 1 1 1 1 1 5
8 AD

5 AD
7 1 1 1 1 1 5
9 S

6
6 1 1 1 1 1 5
0 DV

6 JS 5
15/12/ 1 1 1 1 1 1 6
1 M 2
2021

6 KR 5
1 1 1 1 1 1 6
2 D 0

6 SY 6
1 1 1 1 1 1 6
3 T 5

S
6
6 M 1 1 1 1 1 1 6
6
4 T

6 JT
7 1 1 1 1 1 1 6
5 S

6 VC 1
1 1 1 1 1 5
6 L 0

6 M
16/12/ 7 1 1 1 1 1 5
7 G
2021

H
3
6 N 1 1 1 1 1 1 6
0
8 D

6 SD 6
1 1 1 1 1 1 6
9 N 5

17/12/ 7 DL 4 1 1 1 1 1 1 6

0
76

7 SP 5
1 1 1 1 1 1 6
1 Y 3

7 N 3
2021 1 1 1 1 1 1 6
2 AL 1

7 SJ 3
1 1 1 1 1 1 6
3 M 4

7 AS
4 1 1 1 1 1 5
4 K

B 1 1 1 1 1 1 6

7 AF L

5 N N

7 LK
7 1 1 1 1 1 5
6 M
18/12/

2021
7 S2 5
1 1 1 1 1 1 6
7 N 5

7 KS 4
1 1 1 1 1 1 6
8 M 8

7 D 7
1 1 1 1 1 1 6
9 HL 5

8 M 8
1 1 1 1 1 1 6
0 NR 0

8 M 3 1 1 1 1 1 1 6

1 R

19/12/
8 YD 7
2021 1 1 1 1 1 1 6
2 N 0

8 6
1 1 1 1 1 1 6
3 IM 1

20/12/ 8 JN
3 1 1 1 1 1 1 1 7
2021 4 T
77

8 FR
7 1 1 1 1 1 5
5 D

8 NY 1
1 1 1 1 1 5
6 L 5

8 AS
4 1 1 1 1 1 5
7 Y

8 RZ 1
1 1 1 1 1 6
8 K 0

21/12/ 8 LG 2
1 1 1 1 1 1 1 6
2021 9 R 9

9 KT 5
1 1 1 1 1 1 6
0 N 5

9 IS 6
1 1 1 1 1 1 6
1 N 1

9 AZ
5 1 1 1 1 1 1 6
2 R

9 D
5 1 1 1 1 1 5
3 W
22/12/

2021
9
7 1 1 1 1 1 1 6
4 YN

9
8 1 1 1 1 1 5
5 DL

9 DV
3 1 1 1 1 1 1 6
6 T

9 SZ
7 1 1 1 1 1 1 6
7 N

23/12/

2021 R

9 M 8 1 1 1 1 1 5

8 O

9 FR
6 1 1 1 1 1 1 6
9 R
78

1
3
0 1 1 1 1 1 1 6
1
0 LL

1 1 1 1 1 1 6
1 B

0 A L

1 QL N

1 A

0 M 8 1 1 1 1 1 1 1 7

2 R

24/12/

2021 1

0 M 7 1 1 1 1 1 1 6

3 SA

1 K
5
0 M 1 1 1 1 1 1 6
5
4 D

0 4 1 1 1 1 1 1 6

5 DF

0 4 1 1 1 1 1 1 6

6 EZ

0 5 1 1 1 1 1 5

7 RF

25/12/ 1
2021 0 FR 5 1 1 1 1 1 1 6

8 D

0 PD 5 1 1 1 1 1 1 6

9 W

1 YN 5 1 1 1 1 1 1 6

0
79

1 1 1 1 1 1 6
1 B

1 L

1 FZ N

26/12/ 1 D 2 1 1 1 1 1 1 6

2021 2 N

1 IN
3
1 1 1 1 1 1 1 6
2
3

1
3
1 RP 1 1 1 1 1 1 6
4
4 G

1
4
1 FJ 1 1 1 1 1 1 6
3
5 R

1
27/12/
1 AD 4 1 1 1 1 1 5
2021
6 M

1 RF 4 1 1 1 1 1 5

7 S

28/12/ 1 VN
1
2021 1 1 1 1 1 1 1 6
1
8

1 LD
2
1 1 1 1 1 1 1 6
2
9

1 M 4 1 1 1 1 1 5

2 AY

0
80

2 AR 6 1 1 1 1 1 5

1 Y

1
2
2 1 1 1 1 1 1 6
1
2 DK

1
2
2 1 1 1 1 1 1 6
9
3 EK

1
29/12/ 3
2 W 1 1 1 1 1 1 6
2021 1
4 KT

1
5
2 ED 1 1 1 1 1 1 6
9
5 G

2 FD 5 1 1 1 1 1 1 6

6 N
30/12/

2021
1

2 AL 3 1 1 1 1 1 5

7 S

31/12/ 1

2021 2 4 1 1 1 1 1 1 6

8 EK

2 D 6 1 1 1 1 1 5

9 G

1 P

3 M 8 1 1 1 1 1 1 6

0 K

3 HB 8 1 1 1 1 1 1 1 6

1 N

1 TG 3 1 1 1 1 6

2
81

H 3

3 RZ 3 1 1 1 1 1 1

3 K 5

1 1
6 6 9 3 3 74
Jumlah 0 30 37 61 12 12 9 5 1 1 95 2 3 35 52 1
4 9 5 2 5 5
2 7

Anda mungkin juga menyukai