Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyamuk sering dikaitkan dengan masalah kesehatan karena gigitan

nyamuk tidak hanya menimbulkan gatal saja tetapi beberapa spesies nyamuk

juga dapat menularkan berbagai jenis parasit yang berbahaya bagi kesehatan

manusia (Widoyono, 2008).

Di Indonesia telah menjadi permasalahan bagi penduduknya,

khususnya nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD). DBD merupakan salah satu dari penyakit menular

yang menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. DBD

di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan karena kejadiannya hampir

dapat dipastikan setiap tahun, khususnya pada awal musim hujan.

(Mutiarawati, 2010).

Selama ini pengendalian nyamuk sebagai vektor penyakit umumnya

dilakukan dengan menggunakan pestisida sintetik. Hal ini dikarenakan pestisida

sintetik dianggap efektif, praktis, manjur dan dari segi ekonomi lebih

menguntungkan. Namun, hal ini perlu diwaspadai karena penggunaan pestisida

sintetik secara terus menerus akan menimbulkan pencemaran lingkungan,

kematian berbagai makhluk hidup lain dan menyebabkan hama pengganggu atau

larva nyamuk menjadi resisten, bahkan dapat menyebabkan mutasi gen pada

spesies ini. Pestisida sintetik bersifat bioaktif, mengandung bahan kimia yang

sukar mengalami degradasi di alam sehingga residunya dapat mencemari


lingkungan bahkan menurunkan kualitas lingkungan (Schutterer dalam Elena,

2006).

Oleh karena itu, perlu pengembangan insektisida baru yang tidak

menimbulkan bahaya dan lebih ramah lingkungan, hal ini diharapkan dapat

diperoleh melalui penggunaan bioinsektisida. Bioinsektisida atau insektisida

hayati adalah suatu insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang

mengandung bahan kimia (bioaktif) yang toksik terhadap serangga mudah terurai

(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman

bagi manusia. Selain itu insektisida hayati juga bersifat selektif (Moehammadi,

2005).

Biolarvasida merupakan suatu bahan insektisida yang mampu

menghambat siklus hidup atau membunuh stadium larva pada habitat aslinya atau

pada potensial habitatnya. Suatu larvasida nyamuk yang efektif harus memiliki

kerja yang cepat persisten pada berbagai tempat perindukan nyamuk, baik pada

air yang bersih maupun pada air yang tercemar (Haeni, 2008).

Wibowo (1997) melaporkan bahwa adanya aktivitas biolarvasida pada

tanaman simplisia. Beberapa keanekaragaman tumbuhan yang dapat membunuh

larva nyamuk aman terhadap manusia dan mudah di dapatkan serta membawa

dampak positif pada kesehatan manusia.

Toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam

kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan mekanisme

biologi pada suatu organisme. Toksisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain komposisi dan jenis toksikan, konsentrasi toksikan, durasi dan

frekuensi pemaparan, sifat lingkungan, dan spesies biota penerima. Keladi


tikus (Typhonium Flagelliforme) banyak di temukan di daerah Jombang yaitu

di kota asal penulis. Beberapa metabolit sekunder yang dapat memberikan efek

larvasida ialah golongan senyawa alkaloid, saponin, tanin, danflavonoid.

Skrining senyawa larvasida dari daun keladi tikus (Typhonium

Flagelliforme)belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan latar

belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan memperoleh

senyawa larvasida dari keefektivan daun keladi tikus (Typhonium

Flagelliforme) sebagai biolarvasida nyamuk aedes aegypti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan

masalah ini adalah Apakah daun keladi tikus (Typhonium Flagelliforme)

memiliki aktivitas larvasida terhadap daya bunuh larva nyamuk Aedes

aegypti ? dan Berapakah konsentrasi daun keladi tikus (Typhonium

Flagelliforme) yang efektif untuk dapat membunuh larva Aedes aegypti ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah daun keladi

tikus (Typhonium Flagelliforme) memiliki aktivitas larvasida terhadap daya

bunuh larva nyamuk Aedes aegypti. dan untuk mengetahui konsentrasi daun

keladi tikus (Typhonium Flagelliforme) yang efektif untuk dapat

membunuh larva Aedes aegypti ?


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi

tentang daun keladi tikus (Typhonium Flagelliforme) memiliki

aktivitas larvasida terhadap daya bunuh larva nyamuk Aedes aegypti.

2. Bagi Pembaca

Sebagai referensi pada studi atau penelitian di masa yang akan

datang.

3. Bagi Institut

Memberikan gambaran proses penelitian sebagai evaluasi

seberapa jauh pemahaman mahasiswa mengenai penelitian.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah studi kepustakaan

dan menjadi suatu masukan yang berarti dan bermanfaat bagi

mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

Anda mungkin juga menyukai