Oleh
MADE SUDIARTI
NIM : 1613351022
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue atau biasa dikenal dengan DBD adalah salah
penularan penyakit demam berdarah berjalan dengan cepat dan juga dapat
Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat
muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit
RI,2018)
daerah tropis dan subtropis. Penyebaran penyakit ini terjadi secara cepat dengan
peningkatan kejadian 30 kali lipat dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. World
setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia berada di negara endemik.
Saat ini sekitar 75% populasi global yang berisiko terpajan virus dengue berada di
wilayah Asia-Pasifik (WHO, 2012 dalam Ajeng 2018) Pada tahun 2017 kasus
DBD berjumlah 68.407 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 493 orang.
Jumlah tersebut menurun cukup drastis dari tahun sebelumnya, yaitu 204.171
kasus dan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Angka kesakitan DBD tahun
2017 menurun dibandingkan tahun 2016, yaitu dari 78,85 menjadi 26,10 per
100.000 penduduk. Namun, penurunan case fatality rate (CFR) dari tahun
sebelumnya tidak terlalu tinggi, yaitu 0,78% pada tahun 2016, menjadi 0,72%
dunia. Tahun 2015 kasus DBD meningkat menjadi 4.516 kasus dengan 15
diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2016 angka kejadian DBD menurun di
angka 3.145 dengan 32 kasus meninggal dunia (Dinkes Provinsi Lampung, 2014;
Kemenkes, 2016 dalam Ajeng, 2018 ) Pada tahun 2018 dkasus DBD berjumlah
2.872 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 14 orang (Kemenkes RI, 2019)
Saat ini pencegahan terhadap nyamuk yang paling umum adalah menggunakan
untuk menghindari kontak antara manusia dan nyamuk. namun bahan yang
digunakan tidak selamanya aman digunakan pada tubuh (Koren et al., 2003 dalam
Rahmatullah, 2018).
Hampir semua losion dan spray anti nyamuk yang beredar di Indonesia
Metatoluamid merupakan bahan kimia berbahaya bagi anak dan juga orang
dewasa bila penggunaanya kurang hati-hati, selain itu DEET menetap di kulit
selama 8 jam (tidak larut air) dan terserap secara sistemik ke sirkulasi darah
melalui kulit dan hanya 10- 15% yang dapat terbuang lewat urin. Dalam aturannya
pemakaian hanya diperbolehkan satu kali sehari dan tidak digunakan pada kulit
luka atau di bawah baju karena dapat menetrasi ke jaringan kulit (Kementrian RI,
1978) .Buah dan daun buah alpukat mengandung saponin, alkaloida, flavonoida,
polifenol, quersetin, dan gula alkohol persiit yang berperan aktif sebagai
antioksidan.
kosentrasi yang paling tinggi dan paling efektif dengan daya proteksi sebanyak
51,2%. Namun, semakin tinggi konsentrasi lotion ekstrak daun alpukat daya
tolaknya semakin menurun. Diduga bahwa pada larutan dengan konsentrasi yang
lebih pekat yaitu 10% hingga 30% berpengaruh secara dominan yang disebabkan
adanya perbedaan berat molekul yang terkandung di ekstrak daun alpukat pada
setiap konsentrasi sehingga tidak saling bersinergi dalam meningkatkan stabilitas
ekstrak daun alpukat sebagai insektisida alami dan mengakibatkan jumlah nyamuk
mudah didapat khususnya di daerah dataran tinggi, banyak orang yang mengetahui
Penggunaan bahan alami dari ekstrak daun alpukat diharapkan lebih aman jika
B. Rumusan Masalah
penyakit DBD saat ini begitu banyak terjadi. Berdasarkan data yang di
peroleh di provinsi lampung Pada tahun 2018 kasus DBD berjumlah 2.872 kasus
(DEET) dimana bahan tersebut berbahaya bagi anak – anak. Sehingga hal tersebu
yang mendasari penulis untuk : Apakah losion ekstrak etanol daun alpukat ( Persea
aegypti ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Americano Mill) memiliki aktivitas sebagai repelan terhadap nyamuk aedes aegypti.
2. Tujuan Khusus
aegypti.
aegypti.
D. Manfaat
2. Bagi Masyarakat
( rapelan)
E. Ruang Lingkup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definsi
Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat
muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit
RI,2018)
2. Gejala
tanda perdarahan, hematomegali dan syok. Gejala - gejala tersebut yaitu demam
tinggi yang mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2 sampai 7 hari, naik
turun (demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 400°C
dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada
demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien
seakan sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok,
1. Klasifikasi
berasal dari daratan tinggi Amerika Tengah dan memiliki banyak varietas yang
tersebar di seluruh dunia. Alpukat secara umum terbagi atas tiga tipe: tipe West
Indian, tipe Guatemalan, dan tipe Mexican. Daging buah berwarna hijau di bagian
bawah kulit dan menguning kearah biji. Warna kulit buah bervariasi, warna hijau
karena kandungan klorofil atau hitam karena pigmen antosiasin (Lopez, 2002;
tingginya mencapai 20 meter. Bentuk pohonnya seperti kubah sehingga dari jauh
tampak menarik. Daunnya panjang (lonjong) dan tersusun seperti pilin. Pohonnya
keluar pada ujung cabang atau ranting dalam tangkai panjang. Warna bunga putih
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
2. Morfologi
Tanaman alpukat berupa pohon dengan ketinggian 3-10 m, rating tegak dan berambut
halus, daun berdesakan diujung ranting, bentuk bulat telur atau corong, awalnya
berbulu pada kedua belah permukaannya dan lama-kelamaan menjadi licin. Bunga
alpukat berupa malai dan terletak di dekat ujung ranting, bunganya sangat banyak
berdiameter 1-1,5 cm, berwarna kekuningan, berbulu halus dan benang sari dalam 4
karangan, buah alpukat berbentuk bola lampu sampai bulat telur, berwarna hijau
kekuningan berbintik ungu, gandul/halus, dan harum, biji berbentuk bola dan hanya
terdapat satu biji dalam 1 buah (Materia Medika Indonesia, 1996; Hika citra, 2009).
melalui uji fitokimia ekstrak daun alpukat (Persea Americana Mill) ditemukan
mengandung senyawa saponin, tanin, flavonoid, dan alkaloid (Antia dkk, 2005)
a. Flavonoid
produk yang dihasilkan tanaman yang termasuk ke dalam senyawa dengan rumus
didegradasi oleh aktivitas enzim yang didapatkan dari bahan tanaman baik dalam
bentuk segar maupun kering. Ekstraksi flavonoid dibutuhkan pelarut yang sesuai
isoflavon, flavanon, flavon yang termetilasi, dan flavonol yang dapat diekstraksi
dengan pelarut kloroform, diklorometana, dietil eter, atau etil asetat, namun
flavonoid glikosida dan aglikone yang lebih polar dapat diekstraksi dengan
Hostettmann, 2006).
permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi
vital serangga sehingga timbul suatu perlemahan syaraf. Bila senyawa flavonoid
kerusakan pada spirakel sehingga serangga tidak bisa bernafas dan akhirnya mati.
b. Alkaloid
dan antivirus, yang dapat bersifat racun bagi binatang . (Wink, 2008).
Mekanisme kerja alkaloid sebagai antibakteri dengan mengganggu komponen
senyawa yang berfungsi untuk membuat dinding sel tetap kaku sehingga
terganggu, lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk secara utuh dan
Senyawa alkaloid yang terkandung dalam suatu jenis tanaman dapat bersifat
c. Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam lebih
dari 90 genus pada tumbuhan. Glikosida adalah suatu kompleks antara gula
pereduksi (glikon) dan bukan gula (aglikon). Banyak saponin yang mempunyai
satuan gula sampai 5 dan komponen yang umum ialah asam glukuronat. Adanya
sterol bebas dalam saluran pencernaan serangga. Sterol merupakan zat yang
proses pergantian kulit. Sehingga menurunnya jumlah sterol bebas dalam tubuh
d. Tanin
Tanin dapat menyebabkan denaturasi protein dengan membentuk kompleks
dengan protein melalui kekuatan non-spesifik seperti ikatan hidrogen dan efek
untuk menempel pada sel inang), dan menstimulasi sel-sel fagosit yang berperan
antibakteri adalah dengan cara merusak membran pada sel bakteri. Tanin
1. Klasifikasi
serangga yang sangat penting di dunia kesehatan. Nyamuk termasuk dalam subfamily
riketsia, dan protozoa (malaria). Di seluruh dunia terdapat lebih dari 2500 spesies
nyamuk, meskipun sebagian besar dari spesies-spesies nyamuk ini tidak berasosiasi
yang menjadi vector utama, biasanya adalah Aedes spp, Culex spp, Anopheles spp,
dan Mansonia spp (Sembel, 2009). Nyamuk Aedes aegypti merupakan penyebab
terjadinya penyakit demam berdarah. Menurut Wormack (1993) di dalam sistem
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
genus : Aedes
2. Morfologi
yang hitam dan bintik-bintik putih pada bagian-bagian badannya terutama pada
kakinya dan dikenal dari bentuk morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang
Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil (4 – 13 mm) dan rapuh. Kepala mempunyai
probosis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betina
probosis dipakai sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan
juga keringat. Di kiri kanan probosis terdapat palpus yang terdiri atas 5 ruas dan
sepasang antena yang terdiri atas 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat
(plumose) dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sebagian besar toraks yang tampak
(mesonotum), diliputi bulu halus. Bulu ini berwarna putih/kuning dan membentuk
gambaran yang khas untuk masingmasing spesies. Sayap nyamuk panjang dan
scales) yang letaknya mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederatan rambut
yang disebut fringe. Abdomen berbentuk selinder dan terdiri atas 10 ruas. Dua ruas
yang terakhi berubah menjadi alat kelamin. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki
(hexopoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri dari 1 ruas femur, 1 ruas
3. Siklus Hidup
nyamuk Aedes aegypti betina hanya kawin satu kali semumur hidupnya. Nyamuk
larva – pupa – dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air sedangkan
stadium dewasa hidup beterbangan. Empat stadium nyamuk tersebut, sebagai berikut:
Gambar siklus hidup nyamuk ((McCafferty, 2010).
1. Telur nyamuk.
Telur yang baru diletakkan baerwarna putih, tetapi sesudah 1-2 jam
terpisah di permukaan air. Pada Aedes telur-telur ini juga diletakkan satu per
satu terpisah tetapi telur ditemukan ditepi permukaan air pada lubang pohon
2. Larva
Telur nyamuk akan menetas menjadi larva setelah 2-4 hari, larva selalu hidup
di air. Larva ini disebut juga dengan jentik nyamuk. Tempat perindukan
(breeding place) untuk masing-masing spesies berlainan, misalnya rawa,
air seperti got, saluran air, bekas jejak kaki binatang, lubang-lubang pohon,
3. Pupa
meninggalkan water air dan dapat hidup di udara (Public Health Pest
Management Section, 2011). Walaupun pupa ini tidak makan, akan tetapi
3 hari sampai beberapa minggu. Pupa jantan menetas terlebih dahulu daripada
4. Nyamuk dewasa
Nyamuk jantan dan betina dewasa memiliki perbandingan 1:1, nyamuk jantan
keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan
nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk
betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk
betina menghisap darah untuk pembentukan telur, tetapi ada beberapa spesies
D. Ekstraksi
simplisia dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Peran ekstraksi dalam analisis
fitokimia sangat penting karena sejak tahap awal hingga akhir menggunakan proses
1. Maserasi
Mesari adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam dalam pelarut pada
larutan di luar dan didalam sel sehingga di perlukan pergantian pelarut secara
pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaiti 40 - 60°C
2. Perkolasi
sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan pelarut yang lebih
banyak. Untuk meyakinkan perkolasi sudah sempurna, perkolat dapat di uji
3. Soxhletasi
Soxhletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organic pada suhu didih
dengan alat soxhlet. Pafa soxhletasi, simplisia dan ekstrak berada pada labu
berlangsung terus menerus dengan jumlah pelarut relatif konstan. Ekstraksi ini
4. Refluks
Reflux adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Agar hasil penyaringan lebih baik atau sempurna, reflux
panas.
5. Destilasi ( penyulingan )
Destilasi adalah cara ekstraksi untuk menarik atau menyaring senyawa yang
ikut menguap dengan air sebagai pelarut, pafa proses pendinginan, senyawa
dan uap air akan terkodensasi dan terpisah menjadi destilat air dan senyawa
yang diekstraksi, cara ini umum digunakan untuk mencari minyak atsiri dari
tumbuhan.
6. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut air,, pada suhu 96 - 98°C
selama 15 –20 menit ( dihitung setelah suhu 96°C tercapa). Bejana influsa
tercelup dalam tangan air. Cara ini sesuai untuk simplisia yang bersifat lunak,
7. Dekok
Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan inlusa, hanya saja waktu
ekstraksinya lebih lama yaitu 90 menit dan suhunya mencapai titik didih air.
berlawanan arah dengan pelarut yang digunakan. Cara ini banyak digunakan
E. Ekstrak
Ekstrak adalah sedian cair, kental atau kering yang merupakan hasil proses
ekstraksi atau penyarian suatu matriks atau simplisia menurut cara yang sesuai,
ekstrak cair di peroleh dari ekstraksi yang masih mengandung sebagian besar cairan
penyari sudah di uapkan, sedangkan ekstrak kering akan di peroleh jika sudah tidak
F. Lotion
tubuh, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan
dasar yang sesuai dan diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air (Depkes RI, 1995). Lotion umumnya mudah menyebar rata dan untuk
lotion tipe minyak dalam air (M/A) lebih mudal dibersihkan atau dicuci dengan air.
Emulsi M/A merupakan tipe lotion yang paling banyak digunakan untuk
baik dan dapat diformulasikan menjadi produk kosmetik yang elegan.( Mardikasari,
Sandra Aulia)
G. Rapelan
Repelan adalah suatu senyawa yang beraksi secara lokal atau pada jarak
terbang, mendarat atau menggigit pada permukaan kulit manusia (Djatmiko M et al.,
2011). Repelan biasanya dibuat dalam bentuk sediaan lotion yang mengandung N,N-
H. Efektivitas
proteksi yang efektif atau maksimal sesuai dengan konsentrasi yang diberikan.
2. Efektivitas waktu adalah waktu efektif yang dapat memberikan daya proteksi
D. Kerangka Teori
daun alpukat yang mengandung saponin, tanin, flavonoid, alkaloid. Kandungan kimia
yang terdapat di daun alpukat akan dimanfaatkan untuk di uji efektivitasnya sebagai
Lotion
Rapelan
Efektifitas kosentrasi
ekstrak Daun Alpukat
(Persea Americano
Mill)
Presentase daya proteksi
0 % , 3 % dan 4 % lotion ekstrak Daun
Alpukat (Persea
Effektivitas waktu
Americano Mill)
ekstrak daun alpukat (
Persea Americano
Mill)
0, 30 menit, 1, 2,3 4
jam dan 6 jam
METODELOGI
C. Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
2. Sampel penelitian
sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2011) sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1 jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian menurut
WHOPES,2000 (modifikasi )
3. Relawan
Relawan akan dioleskan ekstrak repellent pada lengan bawah tangan kiri dan
pengujian dan atau tidak memiliki bau yang khas yang dapat
mengganggu pengujian
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah presentase daya proteksi terhadap
E. Definisi Operasional
F. Kelompok Perlakuan
3.3 Tabel Kelompok perlakuan
NO KELOMPOK PERLAKUAN
1 Kelompok 1 Kelompok tangan yang diberikan repelan
dengan konsentrasi ekstrak daun alpukat
dengan kosentrasi 0%
2 Kelompok 2 Kelompok tangan yang diberikan repelan
dengan konsentrasi ekstrak daun alpukat
dengan kosentrasi 3%
3 Kelompok 3 Kelompok tangan yang diberikan repelan
dengan konsentrasi ekstrak daun alpukat
dengan kosentrasi 4%
Kelompok perlakuan
H. Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian Eksperimen
metode mesari. Ektrak daun alpukat menggunakan Etanol 70%. Setelah itu di buat
dibuat.tangan relawan di olesi lotion ekstrak daun alpukat . Setelah itu tangan
dimasukan kedalam kandang nyamuk yang berisi 25 ekor nyamuk pada kosentrasi
0%. Masukan selama 3 menit kemudian dikeluarkan dari kandang dan dimasukkan
lagi pada jam perlakuan berikutnya sampai enam jam perlakuan setiap 0 menit, 30
menit, 1 jam, 2 jam 4 jam, dan 6 jam setelah perlakuan pertama, dengan lama
pengamatan sama yaitu 3 menit. Pada kelompok yang kedua sama seperti yang
I. Persiapan
1. Bahan Penelitian
Kesehatan Lingkungan
d. 4 orang relawan
e. Bahan kimia, yaitu etanol 70%, kloroform, paraffin cair, toluen p.a,
etil asetat p.a, silikagel 60 F254, terpineol p.a, vanilin asam sulfat p.a.
f. Aquades
g. Larutan gula
2. Alat Penelitian
a. Timbangan elektronik
b. Kurungan nyamuk
c. Pengayak serbuk
d. Mortir
e. Stamper
g. Sokhlet
h. Gelas pelastik
i. Aspirator
potong kecil – kecil setelah itu dikeringkan dibawah sinar matahari selama
V1 .M1 = V2.M2
Keterangan :
M2 = konsentrasi ekstrak daun jambu biji yang dibuat (%). Jumlah volume
M1 V2 M2 V 2 M2
V1
M1
100% 100 ml 0% 0%
100% 100 ml 3% 3 ml
100% 100 ml 4% 4 ml
Total 7 ml
glikol, parafin cair, dan BHT) dilebur dalam cawan penguap di atas
paraben, propil paraben, dan ektrak buah pare) sedikit demi sedikit
stabil.
BAHAN FORMULA
A B C
Ekstrak etanol 0% 3% 4%
daun alpukat
Paraffin Cair 2,5 g 2,5 g 2,5 g
Setil Alkohol 2g 2g 2g
Lanolin 1g 1g 1g
Asam Stearat 3g 3g 3g
Propil Paraben 0,1 g 0,1 g 0,1 g
Metil Paraben 0,12 g 0,12 g 0,12 g
Propilen Glikol 5g 5g 5g
BHT 0,0075 g 0,0075 g 0,0075 g
Trietanolami 1g 1g 1g
Aquades 100 ml 100 ml 100 ml
Sumber : martin, 1993
Persentase daya proteksi losio ekstrak etanol daun alpukat terhadap jumlah
ƩC − Ʃt
Presentase daya proteksi (%) = x 100%
ƩC
Keterangan:
ƩC = jumlah nyamuk yang kontak pada kulit tangan coba kontrol (0%)
Daftar Pustaka
Ario MD. 2015. Daya proteksi ekstrak daun jambu biji merah sebagai repellent
Indonesia.Jakarta
Ningrum, Ajeng Fitria. 2018. Uji Daya Proteksi Ekstrak Metanol Buah Pare
Bandar Lampung
scheme: guidelines for efficacy testing of mosquito repellents for human skin.
Geneva: WHO