Anda di halaman 1dari 8

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAGING BUAH PALA (Myristica fragrans Houtt)

SEBAGAI ZAT PENOLAK (Repellent) TERHADAP Aedes aegypti.

Debby Feybe Mekutika1) Joy V. I. Sambuaga 2) Steven J. Soenjono 3)


1) Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sangihe
2), 3)
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado
Email : debbymekutika@yahoo.co.id

Abstract. Dengue faver is aninfect desease, until now become a problem in Indonesia. The major factor of DBD is
Aedes aegypti mosquito, for that is very important to prevent Aedes aegypti mosquito bites. Once of prevention way of
Aedes aegypti mosquito bites is to use extract nutmeg as a repellent, because of nutmeg contains scent in function as
bites repellent. Repellent mechanism is scent inside the atsiri oil. These scents will be detected by inorganic receptor
which mosquito had and will be passing to nerve, and will be responded inside the mosquito’s brain that will cause of
mosquito to staying away.This examination had purpose to find out the affectivity of extract nutmeg as a repellent to
aedes aegypti.This examination used experimental method. Measurement used in examination was 10%, 15%, 20%.
Examination used experimental white mouse (Rattus norvegicus). Repellent monitoring did every hour until sixth hours.
To observe the potential of repellent is using WHO standard. Nutmeg has repellent power if have protection effort >
90%.The result shows at 20% concentration nutmeg has protection power 92% and effectively until fourth hours. This
nutmeg extract can be used as alternatively repellent, because of this nutmeg commonly throwing away as trash.

Kata kunci: The effectiveness of the repellent, nutmeg, Aedes aegypti.

Abstrak. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang hingga kini masih menjadi masalah di
Indonesia.Vektor utama penyebab DBD adalah nyamuk Aedes aegypti, oleh karenanya menjadi penting untuk mencegah
gigitan nyamuk Aedesa egypti. Salah satu cara pencegahan gigitan Aedes aegypti yaitu menggunakan ekstrak daging
buah pala sebagai repellent, sebab daging buah pala mengandung bau yang berfungsi sebagai penolak gigitan.
Mekanisme repellant adalah bau yang terkandung dalam minyak atsiri. Bau ini akan terdeteksi oleh reseptor kimia yang
terdapat pada antena nyamuk dan diteruskan keimpuls saraf, direspon kedalam otak sehingga nyamuk akan
mengekspresikan diri untuk menghindar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak daging buah pala
sebagai repellent terhadap Aedes aegypti.Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Konsentrasi yang dipakai
dalam uji ini adalah 10%, 15%, 20%. Uji repellent menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus). Pengamatan daya
repellent dilakukan setiap jam sampai jam ke enam. Untuk mengetahui potensi daya repellent digunakan perhitungan
dengan standar WHO. Daging buah pala dikatakan memiliki daya repellent bila daya proteksinya > 90%.Hasil
menunjukkan pada konsentrasi 20% ekstrak daging buah pala pala memiliki daya proteksi sebesar 92% dan efektif
sampai jam ke empat. Ekstrak daging buah pala ini bisa digunakan sebagai alternatif lain repellent, mengingat daging
buah pala banyak dibuang sebagai sampah.

Kata kunci: Efektifitas repellent, buah pala, Aedes aegypti.

Latar belakang. Iklim saat ini sulit 2010 (Januari) telah dilaporkan sebanyak
diprediksi, hal ini terjadi karena efek dari 2.603 kasus dengan kematian 35 orang (CFR
pemanasan global yang berimbas kepada = 1,35) di 12 Propinsi yakni Babel, Lampung,
berbagai masalah kesehatan diantaranya Banten, Jabar, DI Yogyakarta, Kalbar,
adalah meningkatnya frekuensi penyakit Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulut, Gorontalo dan
DBD. Menurut WHO sekitar 2,5 miliar orang NTT (Kemenkes, 2011).
atau 40 persen dari populasi dunia, hidup di Salah satu cara yang telah dilakukan
daerah beresiko DBD. DBD terjadi sedikitnya selama ini untuk mengendalikan penyakit
di 100 negara di seluruh dunia dan tiap tahun demam berdarah dengue (DBD) adalah
sekitar 50 juta sampai 100 juta orang mencegah gigitan nyamuk (vektor) dengan
terinfeksi DBD. Di Indonesia, pada tahun menggunakan zat penolak nyamuk.
Penggunaan zat penolak nyamuk (repellent) Tujuan penelitian ini adalah untuk
diharapkan dapat mengurangi paparan Untuk mengetahui konsentrasi efektif dari
terhadap gigitan nyamuk yang mungkin berbagai konsentrasi ekstrak daging buah pala
terinfeksi virus dengue (Kazambe dan Jere, sebagai repellent terhadap Aedes aegypti ;
2012 dalam Medikanto dan Setyaningrum, Untuk mengetahui waktu efektif repellent dari
2013). Zat penolak (repellent) yang banyak ekstrak daging buah pala terhadap nyamuk
digunakan oleh masyarakat saat ini adalah Aedes aegypti.
repellent sintetik, karena secara ekonomis
memberikan keuntungan, tetapi repellent METODE
sintetik dapat menyebabkan resistensi
serangga dan dapat mencemari lingkungan Penelitian ini bersifat eksperimen quasi
dan meracuni manusia serta serangga lain dengan model eksperimen randomized post
yang bukan sasaran. Salah satu upaya untuk test only control group desain yang bertujuan
mengatasi hal tersebut adalah dengan untuk mengetahui suatu pengaruh yang timbul
menggunakan insektisida nabati. Insektisida sebagai akibat adanya perlakuan dari ekstrak
yang berasal dari tumbuhan memiliki tingkat daging buah pala (Myristica fragrans Houtt)
keamanan yang lebih tinggi karena sifatnya sebagai zat penolak (repellent) terhadap Aedes
yang mudah terurai di alam sehingga tidak aegypti.
menimbulkan bahaya residu yang berat dan Populasi dalam penelitian ini adalah
lebih selektif, yaitu tidak merugikan mahluk nyamuk Aedes aegypti yang diambil dari
hidup dan lingkungan yang bukan sasaran hasil kolonisasi Aedes aegypti, sedangkan
(Kardinan, 2005). sampelnya adalah nyamuk Aedes aegypti
Tanaman pala (Myristica fragrans betina yang diambil dari sebagian populasi.
Houtt) merupakan salah satu sumber Besarnya sampel yang diambil dalam
insektisida nabati.Zat yang terkandung dalam penelitian ini adalah 300 ekor nyamuk betina.
daging buah pala adalah minyak atsiri (α- Setiap perlakuan 25 ekor nyamuk dengan
pinen (8,7%), ß-pinen (6,92%), d-3-karen perlakuan sebanyak 3 kali, di tambah kontrol
(3,54%), D-limonen (8%), α-terpinen (3,69%), dan dilakukan 3 kali pengulangan.
1,3,8-mentatrien (5,43%),γ-terpinen (4,9%), Analisa data menggunakan uji
α-terpineol (11,23%), myrisitin (23,37%), statistik analisis varian (ANOVA) satu arah
safrole (2,95%)) dan zat samak. Komponen dengan berbagai konsentrasi ekstrak daging
myristicin yang bersifat halusinogenik buah pala terhadap daya proteksi nyamuk.
dilaporkan dapat digunakan sebagai bahan
insektisida yang efektif (Ejechi dkk, 1998 PROSEDUR KERJA
dalam Lawani, dkk, 2011). Peran utama
minyak atsiri pada tumbuhan adalah sebagai 1. Pemeliharaan nyamuk Aedes aegypti
pengusir serangga dan pengusir hewan (Rearing)
pemakan daun lainnya (Lawani, dkk, 2011). a. Buat ovitrapuntuk mendapatkan telur
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu Aedes aegypti. Setelah telur didapat,
dilakukan penelitian untuk mengetahui telur disimpan sampai jumlah yang
konsentrasi yang efektif dari eksatrak daging dibutuhkan untuk penelitian terpenuhi.
buah pala sebagai repellent terhadap nyamuk b. Telur Aedes aegypti ditetaskan secara
Aedes aegypti, sehingga dapat diperoleh bersama-sama agar umur nyamuk yang
produk untuk mengendalikan penyebaran digunakan dalam penelitian semuanya
penyakit demam berdarah dengue (DBD). sama.
Digunakannya daging buah pala dalam c. Siapkan kurungan/kandang nyamuk
penelitian ini karena daging buah pala dengan ukuran 30cm x 30cm x 30cm.
merupakan salah satu hasil bumi yang banyak d. Sediakan wadah kecil yang berisi air
terdapat di Propinsi Sulawesi Utara dan sering bersih, kemudian masukkan larva
tidak dimanfaatkan / dibuang oleh sebagian nyamuk Aedes aegypti kedalam wadah
petani pala.
kecil yang berisi air bersih dan letakkan (oven) selama 14 haripada suhu 50⁰C
di dalam kurungan nyamuk. hingga diperoleh ekstrak yang kental
e. Amati kurungan nyamuk, apabila jentik (Depkes, 1979).
telah berubah menjadi kepompong, d. Hasil ekstrak siap digunakan pada
masukkan air gula kedalam kotak objek penelitian terhadap Aedes aegypti
pemeliharaan untuk makanan nyamuk dengan konsentrasi 10%, 15 %, 20 %
setelah keluar dari kepompong. sebagai perlakuan.
d. Setelah nyamuk keluar dari 3. Pengujian repellent dari ekstrak daging
kepompong, nyamuk tersebut dibiarkan buah pala.
selama 2-3 hari agar terjadi perkawinan a. Siapkan hewan uji (tikus), kemudian
antara nyamuk jantan dan nyamuk dicukur bulunya untuk mempermudah
betina terlebih dahulu, setelah nyamuk menghisap darah.
itudiambil nyamuk betinadengan b. Olesi tubuh tikus dengan berbagai
menggunakan aspirator dan konsentrasi dari ekstrak daging buah
dipindahkan ke kotak perlakuan pala, kemudian tikus dijepit dan
masing-masing sebanyak 25 ekor dimasukkan ke dalam kurungan /
sebagai sampel penelitian. kandang nyamuk. Konsentrasi ekstrak
2. Pembuatan ekstrak daging buah pala daging buah pala yang dipakai pada
a. Buah pala dicuci bersih dan kelompok perlakuan adalah 10%, 15%
dikeringkan. Setelah kering, pisahkan dan 20%, mengacu dari penelitian
daging buah pala dengan bijinya. insektisida nabati sebelumnya dari
b. Daging buah pala kemudian ditimbang ekstrak daun cengkeh sebagai repellent
sebanyak 1000 gram, setelah itu semut api (Baskoro, dkk, 2011)
dihaluskan dengan blender lalu c. Amati kemudian catat jumlah nyamuk
dimasukkan dalam wadah simplisia. yang hinggap pada tubuh tikus dalam
Daging buah pala yang telah halus waktu 15 menit pada 1 jam pertama,
direndam dengan etanol 95% dengan kemudian dilakukan hal yang sama
perbandingan 1 : 5. Proses perendaman setiap jam sampai pada jam yang ke 6
dilakukan selama 3 hari sambil sesekali (Yuniarsih, 2010).
diaduk sampai semua senyawa dalam
simplisa terekstraksi sempurna. HASIL
c. Campuran kemudian diperas dan Hasil pengamatan yang dilakukan
diperoleh ekstrak etanol cair daging untuk melihat kemampuan ekstrak daging
buah pala. Ekstrak cair tersebut buah pala sebagai repellent terhadap nyamuk
diambil, dipisahkan pelarut dengan Aedes aegypti dapat dilihat pada tabel 1.
menggunakan rotavapor kemudian
masukkan kedalam lemari pengering

Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Nyamuk yang Hinggap

pengamatan jumlah nyamuk yang hinggap


Konsentrasi Ekstrak Daging buah pala Ulangan ke -
1 2 3
Kontrol 21 44 39
10% 11 8 8
15% 4 5 5
20% 2 3 3

Tabel 1 menjelaskan bahwa semakin semakin rendah daya hinggap nyamuk. Hasil
tinggi konsentrasi yang digunakan, maka
pengamatan dapat digambarkan dalam grafik
di bawah ini :

Gambar 1. Hasil Pengamatan Jumlah Nyamuk Yang Hinggap Pada Tiap Perlakukan
50
45 44
40
39
35
30 Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3
25
21
20
15 11
10 8
8 5
4
5 3
2
0

Gambar 1 menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, maka akan
semakin rendah daya hinggap nyamuk.
Hasil pengamatan yang dilakukan untuk melihat waktu efektif repellent dari ekstrak daging
buah pala, dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2. Waktu efektif repellent ekstrak daging buah pala

Waktu efektif repellent ekstrak daging buah pala


Ulangan ke- 10% 15% 20%
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 - - 1 2 3 4 - - - 1 1 2 - - - - 1 1
2 - - 1 2 2 3 - - - 1 1 3 - - - - 1 2

Hasil pengamatan yang dilakukan, Aedes aegypti pada konsentrasi 10%, 15%,
diperoleh data berupa persentase daya proteksi dan 20% yang disajikan dalam Tabel 3.
ekstrak daging buah palaterhadap nyamuk
Tabel 3. Hasil Perhitungan Persentase Daya Proteksi Per Jam.

Ulan Persentase Daya Proteksi Per Jam (%)


g an 10% 15% 20%
ke-
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
10 10 66, 16, 10 10 10 66, 10 10 10 10
1 0 0 7 60 40 7 0 0 0 80 80 7 0 0 0 0 80 83,3
10 10 85, 66, 10 10 10 87, 87, 66, 10 10 10 10 87,
2 0 0 7 75 75 7 0 0 0 5 5 7 0 0 0 0 5 77,8
10 10 71, 66, 62, 10 10 10 85, 83, 62, 10 10 10 10 83,
3 0 0 80 4 7 5 0 0 0 7 3 5 0 0 0 0 3 75
Tabel 3 menjelakan bahwa hasil konsentrasi 10%, 15% dan 20% yang
perhitungan persentase daya proteksi per jam, disajikan dalam table 4.
didapat rata-rata persentase daya proteksi pada

Tabel 4. Rata-Rata Perhitungan Persentase Daya Proteksi

Persentase Daya Proteksi Per Jam (%)


Ulangan ke-
10% 15% 205
1 47,6% 80,95% 90,47%
2 81,8% 88,63% 93,18%
3 79,5% 87,18% 92,31%
Rata-Rata 69,6% 85,6% 92%

Tabel 4 menjelaskan bahwa erdapat daging buah pala konsentrasi 10%, 15%, dan
peningkatan rata - rata persentase daya 20% yang tertinggi. Hubungan tersebut dapat
proteksi terhadap nyamuk Aedes aegypti dilihat pada Grafik di bawah ini :
sesuai dengan peningkatan konsentrasi ekstrak

Gambar 2. Persentase Daya Proteksi (%)

100
90.48
90 80.95 88.63 93.18
81.8 92.31
80
70
60 47.6
50 10% 15% 20%
40
30
20
10
0 8.5
Pengamatan 1
pengamatan 2
87.18
Pengamatan 3

Hasil perhitungan persentase daya perbedaan yang signifikan (nyata) dari ketiga
proteksi ekstrak daging buah pala konsentrasi kelompok perlakuan tersebut, dengan kata lain
10%, 15%, dan 20% terhadap kontak dengan ketiga konsentrasi tersebut memiliki
nyamuk Aedes aegypti (Tabel 4) dapat efektivitas yang cukup berbeda dalam
dilakukan dengan menggunakan uji statistik menghalau / menolak nyamuk Aedes aegypti.
one-way ANOVA. Uji one-way ANOVA
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya PEMBAHASAN
perbedaan yang signifikan (nyata) antara Insektisida alami (bioinsektisida)
konsentrasi tersebut.Hasil yang didapatkan adalah suatu insektisida yang bahan dasarnya
pada uji varians mempunyai nilai signifikan berasal dari alam, misalnya tumbuhan. Jenis
0,041<α = 0,05. Hal ini menandakan terdapat insektisida ini mudah terurai di alam,
sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan rendah jika dibandingkan dengan pengamatan
relatif aman bagi manusia dan ternak, karena kedua dan ketiga.
residunya akan terurai dan mudah hilang. Keseluruhan hasil yang didapat dari
Aktifitas repelen dari minyak atsiri yang penelitian ini menunjukkan bahwa
umumnya merupakan senyawa monoterpen konsentrasi tertinggi yaitu konsentrasi 20%
dan sesquiterpen memiliki aktifitas penolakan memiliki daya proteksi sebesar 92% dengan
terhadap hinggapan nyamuk yang rendah dan waktu efektif selama 4 jam dan berbeda nyata
efek tersebut relatif cepat hilang. Senyawa dengan kontrol. Hal tersebut dapat dijelaskan
monoterpen yang telah terbukti memiliki efek bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
repelen terhadap nyamuk diantaranya adalah daging buah pala, maka semakin meningkat
α–pinen, D-limonen. α-terpineol. komponen senyawa monoterpenyaitu α–
Potensi repelen dari minyak atsiri dapat pinen, D-limonen.α-terpineol yang terkandung
dilihat dari jumlah nyamuk yang hinggap pada didalam minyak atsiri daging buah pala
tikus. Semakin sedikit/kurang jumlah nyamuk sehingga daya repelennya semakin besar.Ini
yang hinggap pada tubuh tikus berarti potensi dapat diartikan bahwa daya repelendari
sebagai repelensemakin baik. Pengamatan minyak atsiri sangat tergantung dari
jam pertama dan kedua sebesar 100% untuk konsentrasi yang diaplikasikan. Semakin
semua konsentrasi. Pengamatan pada jam tinggi konsentrasi minyak atsiri yang
ketiga,mulai mengalami penurunan sampai digunakan, semakin sedikit jumlah nyamuk
pada jam keenam. Konsentrasi 10% mulai yang hinggap. Namun setelah beberapa
dihinggapi nyamuk pada jam ketiga, waktu, maka akan semakin banyak nyamuk
sementara untuk konsentrasi 15% mulai yang hinggap, artinya daya repelenakan
dihinggapi nyamuk pada jam keempat dan menjadi semakin rendah apabila minyak atsiri
untuk konsentrasi 20% mulai dihinggapi sudah semakin menguap. Jadi, daya repelen
nyamuk pada jam kelima. Hal ini disebabkan selain tergantung kepada konsentrasi, waktu
karena minyak atsiri yang mudah menguap pemaparan juga sangat mempengaruhi, hal ini
sehingga pada konsentrasi 10%, minyak atsiri disebabkan sifat minyak atsiri yang memang
hanya bertahan selama 2 jam, sedangkan pada mudah menguap dan penguapan semakin
konsentrasi 15%, minyak atsiri dapat bertahan besar pada suhu kamar dan semakin besar lagi
selama 3 jam dan pada konsentrasi 20%, bila terpapar panas dari tubuh pengumpan.
minyak atsiri dapat bertahan selama 4 jam. Dalam penelitian ini terdapat beberapa
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa kelemahan yaitu tidak dilakukannnya
ekstrak daging buah pala memiliki potensi pengukuran suhu dan kelembaban dimana
sebagai pengusir nyamuk yang relatif aman kedua faktor ini sangat mempengaruhi
untuk kulit manusia walaupun masih belum kelangsungan hidup nyamuk dan juga
sesuai standar dari komisi pestisida mempengaruhi nafsu makan dari nyamuk
Departemen Pertanian yang mencantumkan Aedes aegypti. Faktor lain juga yang
bahwa repelen dikatakan efektif bila bertahan mempengaruhi adalah adaptasi nyamuk
selama 6 jam dengan daya proteksi diatas terhadap repelen (minyak atsiri). Semakin
90%. lama nyamuk terpapar oleh bau dari repelen
Melihat hasil perhitungan daya proteksi (minyak atsiri) dalam beberapa jam, akan
(tabel 4) pada konsentrasi 10% terutama pada membuat nyamuk menjadi terbiasa dengan
pengamatan yang pertama, menunjukkan hasil bau tersebut sehingga repelen itu sendiri lama
46,7%. Hasil ini cukup berbeda jauh dengan kelamaan akan menjadi tidak efektif lagi
hasil pada pengamatan yang kedua pada terhadap nyamuk. Pengujian daya proteksi
konsentrasi yang sama yaitu 81,8%. Hal ini terhadap nyamuk Aedes aegypti dilakukan
desebabkan karena waktu pengamatan pada sebanyak tiga kali pengulangan dengan waktu
pengamatan yang pertama dilaksanakan pada pengamatan pada setiap pengulangan adalah
siang hari yaitu pukul 11.30 dimana nyamuk empat hari sekali. Hal ini disebabkan karena
Aedes aegypti sudah tidak aktif mencari darah, pada proses rearing, perubahan jentik menjadi
sehingga daya proteksi yang didapat lebih larva hingga menjadi nyamuk dewasa, tidak
serentak sehingga diperlukan waktu yang Dirjen P2M dan PLP.(2004). Ekologi Vektor
lebih lama dalam melakukan penelitian. dan Beberapa Perilaku. Depkes
RI. Jakarta.
Departemen Pertanian. (1995). Metoda
Kesimpulan dan Saran Standar Pengujian Efikasi
Pestisida. Komisi Pestisida
Kesimpulan Departemen Pertanian. Jakarta.
1. Konsentrasi / dosis yang efektif dari Departemen Pertanian. (1986). Pala dan
ekstrak daging buah pala adalah 20%, Pengolahannya. Proyek Informasi
dengan daya proteksi sebesar 92%. Pertanian. Irian Jaya.
2. Waktu efektif repelen dari ekstrak daging Depkes RI. (2004). Kajian Masalah
buah pala pada konsentrasi 20%, terlihat Kesehatan : Demam Berdarah
pada jam ke 1 sampai jam ke 4 (100%). Dengue. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Saran Depkes RI. (2005). Pencegahan dan
1. Pelaksanaan penelitian sebaiknya mulai Pemberantasan Demam Berdarah
dilaksanakan pada pagi hari dimana Dengue Di Indonesia.Badan
nyamuk Aedes aegypti mulai aktif mencari Penelitian dan Pengembangan
darah. Kesehatan. Jakarta.
2. Perlu penelitian formulasi lebih lanjut Depkes RI. (2007). Modul Pelatihan bagi
tentang daging buah pala sebagai Pengelola Program Pengendalian
repelenyang dapat dipasarkan. Penyakit Demam Berdarah
3. Diharapkan bagi para petani pala untuk Dengue di Indonesia. Jakarta.
dapat menggunakan daging buah pala Depekes RI. (1979). Farmakope Indonesia,
sebagai repelen dalam kehidupan sehari- edisi ketiga. Jakarta.
hari, mengingat buah pala ini mudah Ibnu, Fajar. DTN, Isnaeni. Pudjirahayu,
didapat karenamerupakan salah satu hasil Astutik. Amin, Isman. Sunindya B,
bumi yang banyak terdapat di Sulawesi Rudi. Aswin, AAG. Iwan, S,
Utara. Sugeng. (2009). Statistika untuk
Praktisi Kesehatan.Graha Ilmu.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta.
Kardinan, Agus. (2005). Tanaman Pengusir
Anies.(2006). Manajemen Berbasis dan Pembasmi Nyamuk.
Lingkungan: Solusi Mencegah dan Agromedia Pustaka. Jakarta.
Menanggulangi Penyakit Menular. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
P.T. Elex Media Komputindo. ,Ditjen PP dan PL. Dit PPBB,
Jakarta. (2011). http://www. pppl.
Baskoro, Aswin, D. Alamsyah, Arif. Redzuan, depkes.go.id/asset/ download/
Noorul. (2011). Uji Efektivitas INFORMASI_UMUM_DBD_201
Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium 1.pdf. diakses tanggal 5 september
Aromaticum) Sebagai Pengusir 2013.
(Repellent) Semut Api Solenopsis Kementrian Kesehatan RI.(2013).http://
sp. Program Studi Pendidikan www.depkes.go.id/index.php/berita
Dokter. Malang. /press-release/ 439-waspada-
Bian, Rahmadi, Medikanto. Dra.Endah, demam-berdarah-dengue.html.
Setyaningrum, M.Biomed.(2013) diakses tanggal 5 September 2013.
Pengaruh Ekstrak Daun Legundi Lawani, Mizran.Wulandari, Nur, Tanhindarto,
(Vitex trifoliaL.)Sebagai Repellent R,P. Karakteristik Fisik Kimia Dan
Terhadap Nyamuk Aedes Bioaktivitas Pala. http://
aegypti.Medical Journal of ranlawani.blogspot.com/ 2011/01/
Lampung University Volume 2. v-behavior urldefaultvmlo 30.
html. diakses tanggal 20 september
2013.
Made Mika Mega Astuthi, Ketut Sumiartha, I
Wayan Susila, Gusti Ngurah Alit
Susanta Wirya, dan I Putu
Sudiarta, (2012), Efikasi Minyak
Atsiri kehTanaman Ceng
(Syzygium aromaticum L.) Meer. &
Perry), Pala (Myristica fragrans
Houtt), Dan Jahe (Zingiber
officinale Rosc.) Terhadap
mortalitas ulat bulu Gempinis
Dari Famili Lymantriidae.
Fakultas Pertanian, Universitas Shinta. (2010). Potensi Minyak Atsiri Daun
Udayana. Bali. Nilam, Daun Bandotan, Bunga
Nasir, Abd. Muhith, A. Ideputri, M.E. Kenanga dan Daun Rosemary
(2011).Buku Ajar Metodologi sebagai Repellent terhadap Aedes
Penelitian Kesehatan, Nuha aegypti L. Pusat teknologi dan
Medika.Jogyakarta. intervensi kesehatan. Jakarta.
Nursakinah.(2008).Efficacy Bioinsectiside Sastroutomo, SS. (1992). Pestisida : Dasar –
Extract Mulwo Leaf (Annona dasar dan Dampak
feticula L.) As Larvacide to Aedes Penggunaannya.Gramedia.
Aegepty In Laboratory. Jakarta.
http://digilib.unimus.ac.id/files/dis Suparni. Wulandari, A. (2012). Herbal
k1/10/jtptunimus-gdl-s1-2008- Nusantara. Rapha Publishing.
nursakinah-495-3-bab2.pdf. Jakarta.
Diakses tanggal 25 aguatus 2013. Satari, H. Meiliasari, M.(2004).Demam
Politeknik Kesehatan Manado.(2011). Berdarah Perawatan di Rumah
Pedoman Penilisan Karya Tulis dan Rumah Sakit.Plus menu.Puspa
Ilmiah / Skripsi. Manado. swara. Jakarta.
Ririn Teguh Ardiansyah S. (2011). Daya WHO, (2013), Quidelines for Efficacy Test Of
Repellent Minyak Atsiri Cengkeh, Spacia (Repellents),Jenewa.
Pala Dan Seledri Dalam Sediaan Yuniarsih, Eka. (2010). Uji Efektifitas Losion
Lotion Terhadap Nyamuk Aedes Repellent Minyak Mimba terhadap
aegypti. http://etd.ugm.ac.id/index. Nyamuk Aedes aegypti.Program
php? Sarjana Farmasi Universitas Islam
mod=penelitian_detail&sub=Penel Negeri Syarif Hidayatullah.
itianDetail&act=view&typ=html& Jakarta.
buku_id=57874&obyek_id=4. Yuliani, S. Satuhu, S. (2012). Panduan
Diakses tanggal 30 Januari 2014. Lengkap Minyak Atsiri. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai