Disusun Oleh :
PARTNER 2
Nama Nim
Irma Rahmadani 180805008
Disusun Oleh :
PARTNER 2
Nama Nim
Irma Rahmadani 180805008
a. Dapat mengetahui jumlah mortalitas larva nyamuk Aedes sp. pada tahap
konsentrasi
b. Dapat mengetahui nilai LC50 dari ekstrak daun sirsak (Annona muricata)
yang digunakan
c. Dapat mengetahui efek pemberian ekstrak daun sirsak (Annona
muricata) terhadap mortalitas larva nyamuk (Aedes sp.).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5 0%
4 5%
3 10%
2 15%
20%
1
25%
0
0 Jam 24 Jam 48 Jam 72 Jam
Berdasarkan Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah kematian tertinggi larva
uji terjadi pada kurun waktu 24 jam dan didapatkan hasil pada konsentrasi ekstrak
0%, 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% mengalami kematian larva yang tinggi dengan
jumlah kematian larva uji tertinggi terjadi pada konsentrasi ekstrak 25%.
Menurut Susiwati (2015), senyawa- senyawa bioaktif dari daun sirsak, selain
toksik terhadap serangga juga mudah mengalami biodegredasi dari alam, sehingga
tidak berbahaya bagi lingkungan. Selain buahnya yang dapat langsung dikonsumsi
bagian lain dari pohon sirsak dapat di manfaatkan sebagai tanaman obatuntuk
mengobati berbagai penyakit, insektisida, larvasida, dan lainnya. Daunnya
merupakan bagian yang terbanyak mengandung senyawa annonaceus acetogenin.
Daun sirsak juga mengandung bahan aktif lainnya. Kandungan senyawa
annonaceous acetogenin yang terdapat dalam daun sirsak tersebut diketahui
mempunyai efek insektisida yang bekerja sebagai racun. larva yang mati pada
percobaan memiliki tanda tanda yaitu larva tidak bergerak sama sekali. Tubuhnya
yang berwarna putih kaku dan berada di dasar air. Larva yang di gunakan adlah larva
instar 3 dan 4 karena pada stadium ini ukurannya yang paling besar sehingga sistem
pertahanannya lebih kuat dari pada larva instar 1 dan larva instar 2. Dengan demikian
diperkirakan bahwa ekstrak yang mampu membunuh larva instar 3 dan 4 juga
mampu membunuh larva instar 1 dan larva instar 2.
Menurut Susanti (2015), larvasida merupakan suatu bahan insektisida yang
mampu menghambat siklus hidup atau membunuh stadium larva pada habitat aslinya
atau pada potensial habitatnya. Suatu larvasida nyamuk yang efektif harus memiliki
kerja yang cepat persisten pada berbagai tempat perindukan nyamuk, baik pada air
yang bersih maupun pada air yang tercemar. Selama ini pengendalian nyamuk
sebagai vektor penyakit umumnya dilakukan dengan menggunakan pestisida sintetik.
Menurut Prastha (2015), kematian larva Aedes aegypti pada ekstrak daun
sirsak lebih besar dibanding ekstrak daun sirih. Hal ini karena kandungan bahan aktif
yang terdapat dalam larvasida nabati tersebut berbeda sehingga mempengaruhi
jumlah kematian larva Aedes aegypti. Kandungan bahan aktif pada daun sirsak
mempunyai daya bunuh yang lebih tinggi disbanding daun sirih. Secara teoritis
kandungan bahan aktif pada daun sirsak yaitu senyawa flavonoid, alkaloid,
acetogenin, asimisin dan bulatacin. Daun mengandung minyak atsiri dengan
kandungan kimianya. Ekstrak daun larvasida alami yang mengandung senyawa
kimia seperti minyak atsiri sebanyak 4,2%, dengan komponen utamanya fenon dan
senyawa turunannya kavinol, karvanol, alkoloid, flavonoid, sapori, tanin, dan
eugeneol. Kandungan bahan aktif ekstrak daun ini memiliki daya antibakteri,
antioksidasi, dan fungisida serta berperan sebagai larvasida, penolak serangga
dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut. Dalam daun terkandung
beberapa senyawa seperti minyak atsiri, ciniole, dan yang terpenting adalah senyawa
alkaloid. Senyawa inilah yang nantinya dapat digunakan untuk membasmi larva
nyamuk dengan cara kerja mirip bubuk abate.
Menurut Astriani (2016), pengendalian vektor tergantung pada penggunaan
insektisida serangga yang diaplikasikan terhadap larva nyamuk. Larvasida seperti
temephos organofosfat telah banyak digunakan dalam program kesehatan
masyarakat. Bahan insektisida seperti temephos organofosfat telah diberlakukan
sebagai program kesehatan masyarakat dan memang memiliki efektifitas yang tinggi.
Untuk menurunkan jumlah vektor nyamuk di masyarakat, namun karena
penggunaannya yang berulang-ulang dapat memberikan dampak resisten untuk
vektor itu sendiri.
4.2 Hasil Perhitungan Nilai LC50
No. Waktu Nilai LC50 (%)
1. 0 Jam 0
2. 24 Jam 1,683
3. 48 Jam 4,378
4. 72 Jam 18,603
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas diketahui bahwa nilai LC50 dianalisis probit
menggunakan SPSS 22. Hasil yang didapatkan berbeda secara signifikan. Pada
pengamatan 24 jam mendapatkan nilai LC50 sebesar 1,683. Pada pengamatan 48 jam
mendapatkan nilai LC50 sebesar 4,378 dan pada pengamatan 72 jam mendapatkan
nilai LC50 sebesar 18,603.
Menurut Astriani (2016), Lethal Concentration (LC50) adalah nilai
konsentrasi yang dapat membunuh 50% dari total larva yang diujikan. World Health
Organization (WHO) telah menerbitkan pedoman laboratorium pada tahun 2005
yang ditujukan untuk bidang pengujian larvasida dengan membuat prosedur
mekanisme pengujian larvasida yang baku. Dalam pengujiannya, suatu potensi
senyawa sebagai insektisida harus dibandingkan dengan insektisida lainnya. Sampai
saat ini WHO belum menetapkan kriteria standar dalam menentukan aktivitas
larvasida alami.
Menurut Ihsan (2017), uji pendahuluan bertujuan untuk menentukan batas
kisaran konsentrasi krisis bahan uji yang digunakan untuk penentuan LC50-96h yaitu
konsentrasi tertinggi dimana hewan uji tidak mengalami kematian, dan konsentrasi
ambang atas yaitu konsentrasi terendah yang menyebabkan kematian 100%. LC50
adalah konsentrasi yang dapat mematikan 50% hewan uji dalam waktu yang relatif
pendek yaitu satu sampai empat hari.
Menurut Jamal (2016), semakin rendah nilai LC50 dan LC90 suatu zat maka
zat tersebut mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dalam membunuh hewan uji,
karena zat tersebut perlu konsentrasi yang lebih rendah untuk mematikan hewan
coba. semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin banyak jumlah larva Aedes
sp yang mati. Lethal Concentration (LC) 50% adalah konsentrasi yang dapat
menyebabkan kematian 50% larva uji. Lethal Concentration (LC) 90% adalah
konsentrasi yang menyebabkan kematian 90% larva uji. Semakin rendah nilai LC50
dan LC90 suat zat maka zat tersebut mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dalam
membunuh hewan uji,
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
a. Jumlah mortalitas larva Aedes sp. pada setiap konsentrasi berbeda-beda.
Setelah dilakukan pengamatan selama 72 jam. konsentrasi yang paling efektif
sebagai larvasida alami adalah konsentrasi 25% pada waktu 24 jam
dikarenakan pada konsentrasi ini jumlah larva Aedes sp. banyak yang dapat
bertahan hidup, sementara konsentarsi 5% kurang efektif untuk dijadikan
sebagai larvasida alami dikarenakan jumlah larva Aedes sp. masih banyak
yang bertahan hidup.
b. Nilai LC50 dari ekstrak Annona muricata pada pengamatan 24 jam
mendapatkan nilai LC50 sebesar 1,683. Pada pengamatan 48 jam
mendapatkan nilai LC50 sebesar 4,378 dan pada pengamatan 72 jam
mendapatkan nilai LC50 sebesar 18,603.
c. Efek pemberian ekstrak daun sirsak (Annona muricata) terhadap mortalitas
Aedes sp. tidak memberikan pengaruh yang tampak terhdap nyamuk Aedes
sp. dikarenakan terlalu banyak dicampur dengan aquadest sehingga ekstrak
yang digunakan tidak murni.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah:
a. Sebaikanya praktikan selanjutnya lebih fokus lagi dalam melakukan
pengamatan.
b. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih berhati-hati lagi dalam melakukan
praktikum.
c. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih teliti lagi dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alat
Timbangan Blender