Disusun Oleh :
2021
I. PENDAHULUAN
Nyamuk merupakan salah satu serangga yang memiliki peran sebagai vektor
dari agen penyakit. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih merupakan masalah
kesehatan bagi masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, seperti: Demam
Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Filariasis (kaki gajah), Chikungunya dan
Encephalitis. Biasa (KLB) yang pada beberapa tahun terakhir ini cenderung mengalami
peningkatan jumlah kasus maupun kematiannya. Nyamuk yang menyebabkan penyakit-
penyakit tersebut diantaranya adalah nyamuk anopheles, aedes, culex, dan lainnya
(Suharyo, 2016).
a. Baygon
Baygon adalah merek pestisida produksi S. C. Johnson & Son. Kegunaannya
adalah sebagai pembasmi dan pengendali hama rumah tangga, seperti nyamuk,
kecoa, lipan, dan semut. Merek ini sangat populer di Indonesia sehingga sudah
menjadi nama generik bagi produk sejenis. Baygon pertama kali diproduksi oleh
Bayern, sebuah perusahaan kemia asal Jerman, pada tahun 2003, kemudian merek
baigon dibeli oleh S. C. Johnson & Son. Walaupun demikian, sebagai bagian dari
persetujuan, Bayern masih memasok bahan aktif yang terkandung dalam baygon.
b. HIT
Obat nyamuk yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai obat nyamuk
yang paling ampuh dari pada insektisida cair lainya. Tapi pada hit ini terdapat dua
bahan kimia yang berbahaya yang jika kontak langsung dengan tubuh akan
mengakibatkan mual, muntah, pusing, diare dan lain-lain. Dosis minimal insektisida
bentuk aerosol yang efektif untuk membunuh nyamuk Aedes aegypti pada ruangan
rumah bahan tembok 1,79 detik (kurang dari 1 gram).
Dosis minimal insektisida Hit bentuk aerosol yang efektif untuk membuhuh
nyamuk Aedes aegypti pada ruangan rumah bahan tembok kurang dari 1 detik
(kurang 1 gram). Setelah dianalisa dengan analisis varians dilanjutkan dengan
CMRT srta nalisis probit ada perbedaan efektivitas daya bunuh insektisida Baygon
dan Hit bentuk aerosol terhadap nyamuk Aedes aegypti dengan demikian hipotesis
diterima. Daya bunuh insektisida Hit bentuk aerosol terhadap nyamuk Aedes
aegypti ternyata jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan daya bunuh baygon
terhadap nyamuk Aedes aegypti.
c. Vape
Hanya dengan 1 kali tekan selama 1 detik, bahan aktif akan menyebar ke seluruh
ruangan dan bekerja efektif hingga 10 jam. Tidak perlu menyemprot secara
berlebihan. Semprot dengan menekan 1 kali selama 1 detik, ruangan anda bebas
nyamuk selama 10 jam. 1 kaleng bisa untuk 30 kali semprot. Jika digunakan untuk
1 kamar/hari bisa digunakan hingga 30 hari. Bahan aktif : Transflutrin 21.3%.
Pada tahun 1960, Rachel Carson menerbitkan buku yang sangat berpengaruh
dalam sejarah penggunaan insektisida berjudul Silent Spring (Musim Sepi yang Sunyi).
Buku tersebut menyorot penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu karena sangat
efektif, sekaligus menyadarkan manusia akan bahaya dari penggunaan pestisida
berlebihan. Insektisida yang dipakai seringkali menyerang organisme non target seperti
burung dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, penggunaan insektisida juga
dikhawatirkan berpotensi membahayakan kesehatan manusia. ( Depkes, RI. 2017 )
1. Uji Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu insektisida
terhadap vektor penyakit. Ada 3 jenis Uji Bioassay yaitu :
2. Uji bioassay kontak langsung (residu)
3. Uji bioassay kontak tidak langsung (air bioassay) (residu)
4. Uji bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV)
Kegiatan bioassay dilakukan agar mengetahui efektivitas dari insektisida yang
digunakan. Uji bioassay adalah suatu uji untuk mengetahui kekuatan atau daya
bunuh insektisida baik terhadap nyamuk dewasa maupun jentik(Sugeng Abdullah,
2013).
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
Alat :
1. Papper cup
2. Pipet transfer
3. Gelas ukur
4. Baskom
5. Mangkok
Bahan :
1. Air kran
2. Abate
3. Larva nyamuk
3.2. Metode
1. Control
a. Di siapkan Alat bahan.
b. Diambil air kran sebanyak 100ml menggunakan gelas ukur.
c. Dimasukkan kedalam papper cup.
d. Di ambil larva sebanyak 10 biji menggunakan pipet transfer.
e. Dimasukkan kedalam papper cup secara perlahan.
f. Wadah ( Papper cup ) diberi keterangan.
g. Dibiarkan selama 24 jam dan di hitung jumlah larva yang mati.
2. Dengan menggunakan abate
a. Di siapkan Alat bahan.
b. Diambil air kran sebanyak 100ml menggunakan gelas ukur.
c. Dimasukkan kedalam papper cup.
d. Ditimbang abate sebanyak 50 mg (kelompok 2), 100 mg (kelompok 3),
150 mg (kelompok 4), 200 mg (kelompok 5), 250 mg (kelompok 6)
e. Dimasukkan kedalam masing-masing papper cup tanpa di aduk.
f. Di ambil larva sebanyak 10 biji menggunakan pipet transfer.
g. Dimasukkan kedalam papper cup secara perlahan.
h. Wadah ( Papper cup ) diberi keterangan.
i. Dibiarkan selama 24 jam dan di hitung jumlah larva yang mati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
awal mati
Kontrol
Abate 50mg
Abate 100mg
Abate 200mg
Abate 250mg
Keterangan :
Uji bioassay adalah suatu uji daya kemampuan dari masing - masing
isolat untuk membunuh larva Aedes sp. Sebagai perlakuan adalah jenis isolat
bakteri dan konsentrasi inokulum mikroba, pada perlakuan diulang sebanyak 3
kali. Prinsip bioassay ialah Membandingkan sampel yang diuji dengan zat
standar internasional dengan perlakuan yang sama. Menentukan jumlah sampel
uji yang diperlukan untuk mengukur respon biologis yang setara dengan
substansi standar. Bioassay secara khusus melibatkan stimulus/rangsangan
(misalnya Vitamin Struktur of a biological B, obat-obatan, atau pestisida) yang
di assay aplikasikan terhadap subjek/sampel (misalnya, hewan, tumbuhan, atau
mikroba). Intensitas yang dipakai dalam mengetahui efektifitas rangsangan
biasanya digunakan istilah "Dosis"
Obat abate tidak boleh digunakan di dalam wadah penampungan air yang
diminum apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang memiliki
hipersensitivitas terhadap kandungan Temephos yang ada di dalam serbuk abate.
Pasalnya, hal tersebut bisa memicu terjadinya reaksi alergi yang merugikan
kesehatan. Cara penggunaan bubuk abate adalah dengan cara menaburkan
bubuk tersebut ke dalam wadah penampungan air kamar mandi dan wadah untuk
air minum. Hal ini dikarenakan biasanya wadah-wadah tersebut sering
dihinggapi oleh nyamuk sebagai tempat meletakkan telur-telur nyamuk yang
akan menetas menjadi larva. Ketika larva tersebut menetas, maka larva-larva
nyamuk tersebut akan mengonsumsi air di dalam wadah yang telah diberikan
taburan bubuk abate. Larva nyamuk yang mengonsumsi air yang telah
bercampur Temephos pun secara perlahan akan mati. Kandungan Temephos
yang ada di dalam air tersebut akan menghambat enzim sistem saraf larva
sehingga menyebabkan kematian pada larva tersebut sebelum beranjak dewasa
dan menjadi vektor penyakit demam berdarah atau DBD. Perkembangbiakan
nyamuk pun bisa ditekan karena larva-larva tersebut sudah mati sebelum
bertelur.
Dosis abate adalah 1 gram untuk 10 liter air. Jadi, jika di dalam wadah
penampungan air Anda berisikan 100 liter air, maka Anda membutuhkan 10
gram bubuk abate. Efek bubuk abate untuk membunuh larva nyamuk akan
bertahan selama 3 bulan, asalkan tidak menguras tempat penampungan air
tersebut maupun menyikat dindingnya. Bila disikat, lapisan abate pada dinding
bak akan hilang sehingga efeknya pun ikut hilang. Jangan heran jika Anda hanya
membutuhkan sedikit bubuk abate. Pasalnya, obat abate bisa bekerja secara
efektif dengan dosis yang sangat rendah. Penggunaan obat abate telah lama dan
sering dilakukan oleh para penduduk. Obat abate sering digunakan terutama di
kala memasuki musim hujan di saat kondisi tersebut mendukung peningkatan
perkembangbiakan nyamuk. Banyak orang yang tak ragu untuk menggunakan
obat abate karena memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah:
Pada praktikum kali ini, kita melakukan uji coba bio assay pada larva
nyamuk Aedes aegypthi. Nyamuk Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang
membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Alat dan bahan
yang digunakan meliputi Papper cup, Pipet transfer, Gelas ukur, Baskom,
Mangkok, Air kran, Abate, Larva nyamuk. Adapun cara kerja yang dilakukan
untuk uji bioassay ini dan cara kerjanya pun di bagi menjadi dua, yaitu control
dan abate. Untuk cara kerja control seperti Di siapkan Alat bahan, Diambil air
kran sebanyak 100ml menggunakan gelas ukur, Dimasukkan kedalam papper
cup, Di ambil larva sebanyak 10 biji menggunakan pipet transfer, Dimasukkan
kedalam papper cup secara perlahan, Wadah ( Papper cup ) diberi keterangan,
Dibiarkan selama 24 jam dan di hitung jumlah larva yang mati. Sedangkan yang
menggunakan abate seperti Di siapkan Alat bahan, Diambil air kran sebanyak
100ml menggunakan gelas ukur, Dimasukkan kedalam papper cup, Ditimbang
abate sebanyak 50 mg (kelompok 2), 100 mg (kelompok 3), 150 mg (kelompok
4), 200 mg (kelompok 5), 250 mg (kelompok 6), Dimasukkan kedalam masing-
masing papper cup tanpa di aduk., Di ambil larva sebanyak 10 biji menggunakan
pipet transfer, Dimasukkan kedalam papper cup secara perlahan, Wadah (
Papper cup ) diberi keterangan, Dibiarkan selama 24 jam dan di hitung jumlah
larva yang mati.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Sebaiknya asisten bisa datang lebih awal pada setiap kegiatan praktikum.
Untuk alat serta bahan juga sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum
dimulainya praktikum dengan dibantu oleh kelompok yang piket.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 2017. Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah Dengue ( PSN DBD ) oleh Juru
Pemantau Jentik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Djati, R. A. P. 2015. Bioassay Fogging di Desa Kalimendong Kecamatan Purwonegoro
Kabupaten Banjarnegara. Laporan Kegiatan Litbang P2B2 Banjarnegara.
Hariastuti, N. Ika. 2017. Tinjauan Hasil Penyemprotan IRS Melalui Bioassay yang
Dilaksanakan Loka Litbang P2B2. Laporan Kegiatan. Balaba. Ed. 005 (2): 11 – 12.
Komariah, dkk. 2010. Pengendalian Vektor. Jurnal Kesehatan Bina Husada. Vol 6 (1): 34 –
43.
Sugeng, Abdullah. 2013. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Suharyo., dkk. 2016. Dinamika A. Aegypti sebagai vektor penyakit. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol 2 (1).
Sucipto, CD. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Yahya dan E. P. Astuti. 2013. Tingkat Kematian Anopheles vagus yang Terpapar Isektisida
Permethrin 2% (W/W) di Dalam Serat Benang Kelambu. Jurnal Penelitian Penyakit
Tular Vektor Aspirator. Vol 5 (1): 1 – 8.
LAMPIRAN