Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI II

UJI BIO ASSAY TEMEFOS TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES SP.

Disusun Oleh :

Nama : Gina Novi Triana


NIM : 1911050071
Kelompok :1
Rombongan : Kloter B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
PURWOKERTO

2021
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya pengendalian nyamuk untuk mengurangi kejadian penyakit


arthropod-born viral disease telah banyak dilakukan. Pengendalian tersebut
meliputi pengendalian fisik, pengendalian hayati, pengendalian kimiawi,
pengendalian genetik dan pengendalian terpadu. Pengendalian fisik dengan
mengelola lingkungan sehingga keadaan lingkungan tidak sesuai bagi
perkembangbiakan nyamuk, pengendalian hayati dengan memanfaatkan
organisme predator dan patogen, pengendalian kimiawi dengan menggunakan
insektisida untuk membunuh nyamuk, pengendalian genetic dilakukan dengan
menyebarkan pejantan mandul ke dalam ekosistem, dan pengendalian terpadu
dilakukan dengan menggabungkan berbagai teknik pengendalian yang ada
(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000).
Pemberantasan vektor dengan menggunakan insektisida merupakan
salah satu program pengendalian penyakit yang ditularkan vektor. Insektisida
yang digunakan biasanya hanya berdasarkan hasil uji coba terhadap satu spesies
saja nyamuk vektor dan pada kondisi satu daerah saja, sedang indonesia yang
merupakan negara kepulauan dengan keragaman ekosistem kepekaan nyamuk
vektorpun mungkin berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Selain itu
akibat penggunaan insektisida kimia yang berulang-ulang menimbulkan
masalah baru yaitu membunuh serangga bukan target dan timbulnya resistensi
vektor terhadap insektisida.
Untuk itu dilakukan pengujian terhadap insektisida yang di gunakan
untuk melakukan pengendalian. Apakah insektisida tersebut masih bias di
gunakan untuk membrantas vektor atau sudah resisten. Uji biokimia adalah uji
resistensi nyamuk terhadap insektisida yang sangat esensial berdasarkan
kuantifikasi enzim yang bertanggung jawab pada proses resistensi. Keunggulah
dari uji biokimia adalah informasi status kerentanan diperoleh lebih cepat dan
dapat menunjukan mekanisme penurunan kerentanan (Resistensi dan toleransi)
yang di ukur pada serangga secara individu.(Widiarti, 2002).
1.2. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dan kegunaan abate pada


praktikum kali ini.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan di lakukannya uji bio assay.
3. Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja uji bio assay pada larva.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Nyamuk merupakan salah satu serangga yang memiliki peran sebagai vektor
dari agen penyakit. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih merupakan masalah
kesehatan bagi masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, seperti: Demam
Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Filariasis (kaki gajah), Chikungunya dan
Encephalitis. Biasa (KLB) yang pada beberapa tahun terakhir ini cenderung mengalami
peningkatan jumlah kasus maupun kematiannya. Nyamuk yang menyebabkan penyakit-
penyakit tersebut diantaranya adalah nyamuk anopheles, aedes, culex, dan lainnya
(Suharyo, 2016).

Pengendalian vektor nyamuk terdiri dari beberapa langkah. langkah awal


dengan menurunkan populasi nyamuk, dengan memberantas tempat perindukan
nyamuk dan juga aktivitas untuk membunuh nyamuk dewasa ataupun larva nyamuk
dengan insektisida (Komariah, 2010).

Penyemprotan rumah dan pemakaian kelambu berinsektisida pada prinsipnya


memperpendek umur nyamuk sehingga penyebaran dan penularan penyakit dapat
terputus (Sucipto, 2011).

lnsektisida umumnya hanya diuji pada skala laboratorium, sementara berbagai


faktor di lapangan sangat berpengaruh. Faktor-faktor yang mempengaruhi residu
insektisida diantaranya adalah dosis, suhu dan kelembaban, jenis permukaan benda, alat
semprot dan · ukuran droplet (Hariastuti, 2017).

Metode yang digunakan untuk mengetahui kekuatan/ daya bunuh insektisida


yang digunakan serta efek residual insektisida yang digunakan untuk pengendalian
vektor secara kimiawi disebut dengan metode bioassay, baik untuk pemberantasan
nyamuk dewasa maupun jentik. Dengan kata lain bioassay dilakukan untuk mengetahui
efektif atau tidaknya insektisida yang digunakan terhadap vektor dalam program
pemberantasan vektor. Uji yang banyak dilakukan antara lain uji terhadap kelambu yang
diberi insektisida (Yahya, 2013), uji terhadap fogging (Djati, 2015), dan uji terhadap
IRS (Hariastuti, 2017). Untuk itu, praktikum yang kami lakukan pada acara ini adalah
mengetahui metode pengukuran efektivitas insektisida dalam menanggulangi
persebaran nyamuk yaitu dengan uji bioassay.

Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk


membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta
aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu
tanaman (SPT). Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida. Jenis-Jenis Insektisida
Cair : ( Depkes, RI. 2017 )

a. Baygon
Baygon adalah merek pestisida produksi S. C. Johnson & Son. Kegunaannya
adalah sebagai pembasmi dan pengendali hama rumah tangga, seperti nyamuk,
kecoa, lipan, dan semut. Merek ini sangat populer di Indonesia sehingga sudah
menjadi nama generik bagi produk sejenis. Baygon pertama kali diproduksi oleh
Bayern, sebuah perusahaan kemia asal Jerman, pada tahun 2003, kemudian merek
baigon dibeli oleh S. C. Johnson & Son. Walaupun demikian, sebagai bagian dari
persetujuan, Bayern masih memasok bahan aktif yang terkandung dalam baygon.
b. HIT
Obat nyamuk yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai obat nyamuk
yang paling ampuh dari pada insektisida cair lainya. Tapi pada hit ini terdapat dua
bahan kimia yang berbahaya yang jika kontak langsung dengan tubuh akan
mengakibatkan mual, muntah, pusing, diare dan lain-lain. Dosis minimal insektisida
bentuk aerosol yang efektif untuk membunuh nyamuk Aedes aegypti pada ruangan
rumah bahan tembok 1,79 detik (kurang dari 1 gram).
Dosis minimal insektisida Hit bentuk aerosol yang efektif untuk membuhuh
nyamuk Aedes aegypti pada ruangan rumah bahan tembok kurang dari 1 detik
(kurang 1 gram). Setelah dianalisa dengan analisis varians dilanjutkan dengan
CMRT srta nalisis probit ada perbedaan efektivitas daya bunuh insektisida Baygon
dan Hit bentuk aerosol terhadap nyamuk Aedes aegypti dengan demikian hipotesis
diterima. Daya bunuh insektisida Hit bentuk aerosol terhadap nyamuk Aedes
aegypti ternyata jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan daya bunuh baygon
terhadap nyamuk Aedes aegypti.
c. Vape
Hanya dengan 1 kali tekan selama 1 detik, bahan aktif akan menyebar ke seluruh
ruangan dan bekerja efektif hingga 10 jam. Tidak perlu menyemprot secara
berlebihan. Semprot dengan menekan 1 kali selama 1 detik, ruangan anda bebas
nyamuk selama 10 jam. 1 kaleng bisa untuk 30 kali semprot. Jika digunakan untuk
1 kamar/hari bisa digunakan hingga 30 hari. Bahan aktif : Transflutrin 21.3%.

Pada tahun 1960, Rachel Carson menerbitkan buku yang sangat berpengaruh
dalam sejarah penggunaan insektisida berjudul Silent Spring (Musim Sepi yang Sunyi).
Buku tersebut menyorot penggunaan DDT yang sangat marak di masa itu karena sangat
efektif, sekaligus menyadarkan manusia akan bahaya dari penggunaan pestisida
berlebihan. Insektisida yang dipakai seringkali menyerang organisme non target seperti
burung dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, penggunaan insektisida juga
dikhawatirkan berpotensi membahayakan kesehatan manusia. ( Depkes, RI. 2017 )

Insektisida seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani


beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus
hasilnya. Beberapa petani bahkan mencampurkan perekat pada insektisidanya agar
tidak mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan perekat ini justru
mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada hasil panen yang nantinya akan
menjadi bahan konsumsi manusia. Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang
meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam
45 menit akibat pestisida dan atau insektisida. ( Depkes, RI. 2017 )

Pengendalian nyamuk vektor telah banyak dilakukan dengan berbagai cara


antara lain dengan pengendalian menggunakan bahan-bahan kimia yaitu menggunakan
insektisida kimia yang sesuai baik untuk larva maupun nyamuk dewasa. Pengendalian
kimia dengan menggunakan insektisida banyak dipakai oleh masyarakat karena dapat
menurunkan populasi nyamuk dengan cepat dan penggunaannya yang praktis, tetapi
penggunaan insektisida terbukti banyak menimbulkan dampak negatif, antara lain
matinya organisme bukan sasaran, adanya residu sehingga terjadi pencemaran
lingkungan serta munculnya nyamuk yang resisten ( Sugeng Abdullah, 2013 ).
Kemampuan insektisida membunuh serangga bergantung pada bentuk, cara
masuk kedalam tubuh serangga, macam bahan kimia, konsentrasi dan jumlah (dosis)
insektisida. Selain itu juga harus memperhatikan faktor-faktor yaitu spesies serangga
yang akan diberantas, ukuran, stadium, sistem pernapasan dan bentuk mulut, penting
juga mengetahui habitat dan perilaku serangga dewasa termasuk kebiasaan makannya.
Untuk mengetahui efektif atau tidaknya insektisida yang digunakan dalam program
pengendalian vektor perlu di lakukan bioassay.

1. Uji Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu insektisida
terhadap vektor penyakit. Ada 3 jenis Uji Bioassay yaitu :
2. Uji bioassay kontak langsung (residu)
3. Uji bioassay kontak tidak langsung (air bioassay) (residu)
4. Uji bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV)
Kegiatan bioassay dilakukan agar mengetahui efektivitas dari insektisida yang
digunakan. Uji bioassay adalah suatu uji untuk mengetahui kekuatan atau daya
bunuh insektisida baik terhadap nyamuk dewasa maupun jentik(Sugeng Abdullah,
2013).
III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi

Alat :
1. Papper cup
2. Pipet transfer
3. Gelas ukur
4. Baskom
5. Mangkok

Bahan :

1. Air kran
2. Abate
3. Larva nyamuk

3.2. Metode

1. Control
a. Di siapkan Alat bahan.
b. Diambil air kran sebanyak 100ml menggunakan gelas ukur.
c. Dimasukkan kedalam papper cup.
d. Di ambil larva sebanyak 10 biji menggunakan pipet transfer.
e. Dimasukkan kedalam papper cup secara perlahan.
f. Wadah ( Papper cup ) diberi keterangan.
g. Dibiarkan selama 24 jam dan di hitung jumlah larva yang mati.
2. Dengan menggunakan abate
a. Di siapkan Alat bahan.
b. Diambil air kran sebanyak 100ml menggunakan gelas ukur.
c. Dimasukkan kedalam papper cup.
d. Ditimbang abate sebanyak 50 mg (kelompok 2), 100 mg (kelompok 3),
150 mg (kelompok 4), 200 mg (kelompok 5), 250 mg (kelompok 6)
e. Dimasukkan kedalam masing-masing papper cup tanpa di aduk.
f. Di ambil larva sebanyak 10 biji menggunakan pipet transfer.
g. Dimasukkan kedalam papper cup secara perlahan.
h. Wadah ( Papper cup ) diberi keterangan.
i. Dibiarkan selama 24 jam dan di hitung jumlah larva yang mati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Konsentrasi Larva Larva Presentase Gambar

awal mati

Kelompok 1 10 ekor 0 ekor 0%

Kontrol

Kelompok 2 10 ekor 10 ekor 100%

Abate 50mg

Kelompok 3 10 ekor 10 ekor 100%

Abate 100mg

Kelompok 4 10 ekor 10 ekor 100%


Abate 150mg

Kelompok 5 10 ekor 10 ekor 100%

Abate 200mg

Kelompok 6 10 ekor 10 ekor 100%

Abate 250mg

Keterangan :

Rumus perhitungan larvasida :

Larva mati : Larva awal x 100%


4.2. Pembahasan

Uji bioassay adalah suatu uji daya kemampuan dari masing - masing
isolat untuk membunuh larva Aedes sp. Sebagai perlakuan adalah jenis isolat
bakteri dan konsentrasi inokulum mikroba, pada perlakuan diulang sebanyak 3
kali. Prinsip bioassay ialah Membandingkan sampel yang diuji dengan zat
standar internasional dengan perlakuan yang sama. Menentukan jumlah sampel
uji yang diperlukan untuk mengukur respon biologis yang setara dengan
substansi standar. Bioassay secara khusus melibatkan stimulus/rangsangan
(misalnya Vitamin Struktur of a biological B, obat-obatan, atau pestisida) yang
di assay aplikasikan terhadap subjek/sampel (misalnya, hewan, tumbuhan, atau
mikroba). Intensitas yang dipakai dalam mengetahui efektifitas rangsangan
biasanya digunakan istilah "Dosis"

Macam-macam bioassay yaitu Bioassay kontak langsung (residu),


Bioassay kontak tidak langsung (air bioassay) (residu), Bioassay untuk
pengasapan (fogging/ULV). Adapun kelebihan dari teknik bioassay yaitu :

1. bioassay tidak hanya membantu untuk menentukan konsentrasi, tetapi juga


dapat menentukan potensi sampel. (Potensi Kelebihan adalah istilah yang
menunjukkan aktivitas senyawa per basis molekul. Yaitu jika senyawa
menunjukkan aktivitas yang lebih baik pada konsentrasi menit, semakin
besar potensi, dan jika aktivitasnya rendah pada konsentrasi yang lebih
rendah, maka lebih rendah pula populasinya).
2. bioassay digunakan untuk standarisasi obat-obatan, vaksin, kelebihan toksin
atau racun, desinfektan, antiseptik dll.
3. Membantu menentukan kekhususan suatu senyawa yang akan digunakan
misalnya: Penisilin, Penisilin efektif kelebihan terhadap Gram ve tapi tidak
pada Gram-ve.Pengujian pasien yang terinfeksi sputum membantu
menentukan anti-biotik yang diberikan untuk pemulihan cepat.
4. senyawa kompleks tertentu seperti vitamin B-12 yang tidak dapat dianalisis
kelebihan dengan teknik uji sederhana dapat efektif jika diperkirakan oleh
Bioassays.
5. Kadang-kadang komposisi kimia sampel berbeda tetapi memiliki aktivitas
biologis yang sama.

Abate 1 GR adalah pestisida pengendalian vector penyakit pada manusia


non sistemik berbentuk butiran siap pakai berwarna putih untuk mengendalikan
larva nyamuk penyebab demam berdarah dengue (Aedes aegypti). Kandungan
yang ada di dalam bubuk abate adalah Temephos dengan kadar 1%. Jadi, setiap
satu sachet abate yang berisi 1 gram mengandung Temephos sebanyak 0,01
gram. Temephos telah direkomendasikan oleh WHO sebagai pengendali jentik
nyamuk secara kimiawi. Temephos bisa mengendalikan jumlah vektor wabah
penyakit Demam Berdarah dengan cara memusnahkan jentik nyamuk (larva
nyamuk) sebelum dewasa dan menularkan penyakit. Banyaknya jentik nyamuk
yang mati bisa membuat jumlah vektor berkurang pula.

Manfaat Abate adalah untuk memberantas penyakit Demam Berdarah


dengan cara mengendalikan jumlah vektor. Bubuk abate merupakan
pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah secara kimia. Kandungan kimia
yang ada di dalam bubuk abate, yaitu Temephos bisa membunuh jentik-jentik
nyamuk sebelum ia mencapai dewasa dan menyebarkan penyakit DBD. Hal ini
bisa mengurangi jumlah vektor DBD dan angka kejadian DBD pun bisa
diturunkan. Penggunaan Abate bisa dilakukan sebagai tindakan larvasidasi
terhadap vektor penyebab penyakit Demam Berdarah atau Dengue. Tindakan
larvasidasi ini biasanya dilakukan ketika musim hujan atau banyak korban
demam berdarah yang berjatuhan masuk rumah sakit hingga meninggal.

Obat abate tidak boleh digunakan di dalam wadah penampungan air yang
diminum apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang memiliki
hipersensitivitas terhadap kandungan Temephos yang ada di dalam serbuk abate.
Pasalnya, hal tersebut bisa memicu terjadinya reaksi alergi yang merugikan
kesehatan. Cara penggunaan bubuk abate adalah dengan cara menaburkan
bubuk tersebut ke dalam wadah penampungan air kamar mandi dan wadah untuk
air minum. Hal ini dikarenakan biasanya wadah-wadah tersebut sering
dihinggapi oleh nyamuk sebagai tempat meletakkan telur-telur nyamuk yang
akan menetas menjadi larva. Ketika larva tersebut menetas, maka larva-larva
nyamuk tersebut akan mengonsumsi air di dalam wadah yang telah diberikan
taburan bubuk abate. Larva nyamuk yang mengonsumsi air yang telah
bercampur Temephos pun secara perlahan akan mati. Kandungan Temephos
yang ada di dalam air tersebut akan menghambat enzim sistem saraf larva
sehingga menyebabkan kematian pada larva tersebut sebelum beranjak dewasa
dan menjadi vektor penyakit demam berdarah atau DBD. Perkembangbiakan
nyamuk pun bisa ditekan karena larva-larva tersebut sudah mati sebelum
bertelur.

Dosis abate adalah 1 gram untuk 10 liter air. Jadi, jika di dalam wadah
penampungan air Anda berisikan 100 liter air, maka Anda membutuhkan 10
gram bubuk abate. Efek bubuk abate untuk membunuh larva nyamuk akan
bertahan selama 3 bulan, asalkan tidak menguras tempat penampungan air
tersebut maupun menyikat dindingnya. Bila disikat, lapisan abate pada dinding
bak akan hilang sehingga efeknya pun ikut hilang. Jangan heran jika Anda hanya
membutuhkan sedikit bubuk abate. Pasalnya, obat abate bisa bekerja secara
efektif dengan dosis yang sangat rendah. Penggunaan obat abate telah lama dan
sering dilakukan oleh para penduduk. Obat abate sering digunakan terutama di
kala memasuki musim hujan di saat kondisi tersebut mendukung peningkatan
perkembangbiakan nyamuk. Banyak orang yang tak ragu untuk menggunakan
obat abate karena memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah:

1. Direkomendasikan oleh WHO sebagai pengendalian vektor DBD secara


kimiawi
2. Mampu membunuh larva nyamuk dengan sangat efektif
3. Bermanfaat dalam dosis rendah sehingga aman bagi manusia dan hewan
peliharaan
4. Tidak menimbulkan residu yang membahayakan
5. Tidak memiliki risiko keracunan jika digunakan dengan dosis dan aturan
yang tepat
Sebenarnya, obat abate tidaklah menimbulkan efek samping yang parah
jika Anda menggunakannya sesuai dengan aturan pakai dan dosis yang tepat.
Namun, obat abate bisa menimbulkan efek samping bila Anda atau anggota
keluarga alergi terhadap Temophos. Efek samping Abate bagi hipersensitivitas
adalah reaksi alergi berupa gatal-gatal, ruam, pusing, mual, muntah, sakit perut,
dan pembengkakan di area wajah. Selain itu, ada juga potensi keracunan jika
Anda menaburkan bubuk abate secara berlebihan.

Pada praktikum kali ini, kita melakukan uji coba bio assay pada larva
nyamuk Aedes aegypthi. Nyamuk Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang
membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Alat dan bahan
yang digunakan meliputi Papper cup, Pipet transfer, Gelas ukur, Baskom,
Mangkok, Air kran, Abate, Larva nyamuk. Adapun cara kerja yang dilakukan
untuk uji bioassay ini dan cara kerjanya pun di bagi menjadi dua, yaitu control
dan abate. Untuk cara kerja control seperti Di siapkan Alat bahan, Diambil air
kran sebanyak 100ml menggunakan gelas ukur, Dimasukkan kedalam papper
cup, Di ambil larva sebanyak 10 biji menggunakan pipet transfer, Dimasukkan
kedalam papper cup secara perlahan, Wadah ( Papper cup ) diberi keterangan,
Dibiarkan selama 24 jam dan di hitung jumlah larva yang mati. Sedangkan yang
menggunakan abate seperti Di siapkan Alat bahan, Diambil air kran sebanyak
100ml menggunakan gelas ukur, Dimasukkan kedalam papper cup, Ditimbang
abate sebanyak 50 mg (kelompok 2), 100 mg (kelompok 3), 150 mg (kelompok
4), 200 mg (kelompok 5), 250 mg (kelompok 6), Dimasukkan kedalam masing-
masing papper cup tanpa di aduk., Di ambil larva sebanyak 10 biji menggunakan
pipet transfer, Dimasukkan kedalam papper cup secara perlahan, Wadah (
Papper cup ) diberi keterangan, Dibiarkan selama 24 jam dan di hitung jumlah
larva yang mati.

Setelah dilaksanakannya praktikum ini, hasil pengamatan yang kita


dapat beruba :

1. Pada kelompok 1 yang terpilih melakukan uji bioassay control, hasilnya


yaitu larva yang telah di diamkan selama 24 jam dan tidak ditambahkan
bubuk abate tetap hidup. Sehingga di peroleh presentase sebesar 0% (
dengan menggunakan rumus perhitungan larvasida )
2. Pada kelompok 2 yang sampel larvanya ditambahkan bubuk abate sebanyak
50mg, semua larva yang terdapat dalam papper cup mati.
3. Pada kelompok 3 yang sampel larvanya ditambahkan bubuk abate sebanyak
100mg, semua larva yang terdapat dalam papper cup mati.
4. Pada kelompok 4 yang sampel larvanya ditambahkan bubuk abate sebanyak
150mg, semua larva yang terdapat dalam papper cup mati.
5. Pada kelompok 5 yang sampel larvanya ditambahkan bubuk abate sebanyak
200mg, semua larva yang terdapat dalam papper cup mati.
6. Pada kelompok 6 yang sampel larvanya ditambahkan bubuk abate sebanyak
250mg, semua larva yang terdapat dalam papper cup mati.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari praktikum yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :


1. Abate 1 GR adalah pestisida pengendalian vector penyakit pada
manusia non sistemik berbentuk butiran siap pakai berwarna putih
untuk mengendalikan larva nyamuk penyebab demam berdarah
dengue (Aedes aegypti). Mengandung Temephos 1% dengan
formulasi berbentuk butiran sehingga mudah digunakan.
2. Tujuan dilakukannya uji bioassay adalah untuk mengukur efektivitas
suatu insektisida terhadap vektor penyakit pada manusia.
3. Cara kerja uji bioassay :
a. Di siapkan Alat bahan.
b. Diambil air kran sebanyak 100ml menggunakan gelas ukur.
c. Dimasukkan kedalam papper cup.
d. Ditimbang abate sebanyak 50 mg (kelompok 2), 100 mg
(kelompok 3), 150 mg (kelompok 4), 200 mg (kelompok 5), 250 mg
(kelompok 6)
e. Dimasukkan kedalam masing-masing papper cup tanpa di aduk.
f. Di ambil larva sebanyak 10 biji menggunakan pipet transfer.
g. Dimasukkan kedalam papper cup secara perlahan.
h. Wadah ( Papper cup ) diberi keterangan.
i. Dibiarkan selama 24 jam dan di hitung jumlah larva yang mati.

5.2. Saran

Sebaiknya asisten bisa datang lebih awal pada setiap kegiatan praktikum.
Untuk alat serta bahan juga sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum
dimulainya praktikum dengan dibantu oleh kelompok yang piket.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2017. Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah Dengue ( PSN DBD ) oleh Juru
Pemantau Jentik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Djati, R. A. P. 2015. Bioassay Fogging di Desa Kalimendong Kecamatan Purwonegoro
Kabupaten Banjarnegara. Laporan Kegiatan Litbang P2B2 Banjarnegara.
Hariastuti, N. Ika. 2017. Tinjauan Hasil Penyemprotan IRS Melalui Bioassay yang
Dilaksanakan Loka Litbang P2B2. Laporan Kegiatan. Balaba. Ed. 005 (2): 11 – 12.
Komariah, dkk. 2010. Pengendalian Vektor. Jurnal Kesehatan Bina Husada. Vol 6 (1): 34 –
43.
Sugeng, Abdullah. 2013. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Suharyo., dkk. 2016. Dinamika A. Aegypti sebagai vektor penyakit. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol 2 (1).
Sucipto, CD. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Yahya dan E. P. Astuti. 2013. Tingkat Kematian Anopheles vagus yang Terpapar Isektisida
Permethrin 2% (W/W) di Dalam Serat Benang Kelambu. Jurnal Penelitian Penyakit
Tular Vektor Aspirator. Vol 5 (1): 1 – 8.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai