KABANJAHE
1. Latar belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk.
Berdarah Dengue atau disingkat DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
lewat gigitan nyamuk Aedes aegipty atau Aedes albopictus berkelamin betina. Demam
berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh
nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan menjangkit luas di banyak
negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat
menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun fatal. Saat ini sekitar 2.5 milliar orang,
atau 40% dari populasi dunia, tinggal di daerah yang beresiko terhadap transmisi virus Dengue
(WHO). WHO memperkirakan 50- 100 juta infeksi terjadi per tahun, termasuk 500.000 kasus
DHF dan 22.000 kematian, sebagian besar pada anak-anak.
Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun
1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia dengan
angka kematian 41,3 % dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia
(Buletin Jendela Epidemiologi DBD 2010).
Melihat dari banyaknya kasus DBD yang terjadi, program pencegahan dan
pengendalian penyakit ini pun terus digalakkan dengan tujuan menekan rantai penularan virus
dengue tersebut. Beberapa program yang sedang berjalan yaitu Juru Pemantau Jentik
(Jumantik), pemberatasan sarang nyamuk (PSN), program 3M Plus, fogging dan kegiatan
lainnya.
Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti L.dan Aedes albopictus tetapi yang
menjadi vektor utamanya adalah Ae. aegypti L. Sampai saat ini penyakit ini belum ada
vaksin dan obat yang dapat mencegah terjadinya penularan. Menurut Depkes
(2004), cara memberantas vektor penyakit demam berdarah yang paling tepat adalah dengan
pengelolaan lingkungan. Pengelolaan sanitasi lingkungan yang dapat diterapkan di
masyarakat adalah dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk, perbaikan penyediaan air
bersih, perbaikan pengelolaan sampah padat, perubahan tempat perkembangbiakan buatan
manusia dan perbaikan desain rumah. Hal ini dapat menurunkan daya dukung lingkungan
(carrying capasity) terhadap perkembangan nyamuk Ae. aegypti sebagai vektor utama
penyakit demam berdarah dengue. Pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan melalui beberapa
cara yaitu :
a) Pengelolaan lingkungan : Pengelolaan lingkungan mencakup semua
perubahan yang dapat mencegah atau meminimalkan perkembangan vektor
sehingga kontak manusia dengan vektor berkurang. Upaya pengelolaan lingkungan
yang dapat diterapkan dalam rangka mengendalikan populasi Ae. aegypti adalah :
b) Modifikasi lingkungan : Menurut Kusnoputranto (2000), modifikasi lingkungan
adalah suatu transformasi fisik permanen (jangka panjang) terhadap tanah, air dan
tumbuhtumbuhan untuk mencegah/menurunkan habitat jentik tanpa
mengakibatkan kerugian bagi manusia. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk
modifikasi lingkungan antara lain : perbaikan persediaan air bersih, tanki air atau
reservoar di atas atau di bawah tanah dibuat anti nyamuk dan pengubahan fisik
habitat jentik yang tahan lama (WHO, 2001).
c) Manipulasi lingkungan : Menurut Kusnoputranto (2000), manipulasi
lingkungan adalah suatu pengkondisian sementara yang tidak menguntungkan
atau tidak cocok sebagai tempat berkembangbiak vektor penular
penyakit. Beberapa usaha yang memungkinkan dapat dilakukan antara
lain antara lain pemusnahan tempat perkembangbiakan vector, misalnya dengan 3
M plus.
d) Perubahan habitat atau perilaku manusia : Upaya untuk mengurangi kontak
antara manusia dengan vektor, misalnya pemakaian obat nyamuk bakar, penolak
serangga dan penggunaan kelambu (WHO, 2001).
e) Pengendalian biologis : Antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik
(ikan cupang) dan penggunaan bakteri endotoxinseperti Bacillus
thuringiensis dan Bacillus sphaericus.
f) Pengendalian dengan bahan kimia : Antara lain dengan cara pengasapan
(fogging) menggunakan malathion sebagai upaya pemberantasan terhadap
nyamuk dewasa dan pemberantasan terhadap jentik dengan memberikan bubuk
abate (abatisasi) yang biasa digunakan yakni temephos (Depkes, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
22d82a3dbab6e380e1aaf347e86dc055.pdf (unud.ac.id)
22d82a3dbab6e380e1aaf347e86dc055.pdf (unud.ac.id)
Lalat merupakan salah satu vektor penting dalam penyebaran penyakit dan tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan manusia, sering dijumpai dalam keseharian kita. Lalat dapat
berperan pada ekosistem dalam proses pembusukan, sebagai predator, parasit pada serangga,
sebagai polinator, dapat berperan sebagai vektor penyakit saluran pencernaan seperti kolera,
myasis, typhus, disentri dan diare. Penularan penyakit ini terjadi secara mekanis, dimana kulit
tubuh dan kaki-kakinya yang kotor tadi yang merupakan tempat menempelnya mikroorganisme
penyakit yang kemudian lalat tersebut hinggap pada makanan. Lalat merupakan serangga dan
berkembangbiak di tempattempat kotor dan berbau busuk. Serangga kecil ini sangat
mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup, mata majemuknya terdiri atas ribuan lensa
dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang
akurat. Dewasa ini ditemukan tidak kurang dari 60.000 – 100.000 spesies lalat di dunia. Jenis
lalat yang di antaranya lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilla seritica), lalat biru
(Calliphora vornituria), dan lalat latirine (Fannia canicularis). Dari keempat jenis tersebut, lalat
rumah adalah yang paling dikenal sebagai pembawa penyakit dan banyak dijumpai di tempat-
tempat yang terdapat sampah basah hasil buangan rumah tangga, terutama yang kaya zat-zat
organik yang sedan
Berbagai cara dapat dilakukan untuk melakukan pengendalian terhadap vektor dan
binatang pengganggu diantaranya adalah pengendalian secara alami, pengendalian secara
buatan, pengendalian lingkungan yang meliputi modifikasi lingkungan (Environmental
Modification) dan manipulasi lingkungan (Environmental Manipulation), pengendalian secara
kimiawi yaitu dengan menggunakan bahan yang berkhasiat membunuh serangga atau
menghalau serangga, pengendalian mekanik, pengendalian fisik, pengendalian biologi,
pengendalian genetika (Safar, 2009). Secara khusus untuk pengendalian lalat dapat dilakukan
terhadap keberadaan lalat diantaranya adalah (Safar, 2009):
penyehatan lingkungan lain yang dapat dilakukan yaitu melindungi makanan terhadap
kontaminasi oleh lalat agar lalat tidak hinggap pada suatu makanan. 2) Membasmi larva lalat
Membasmi larva lalat dapat dilakukan dengan menimbun tempattempat yang diperkirakan
dapat digunakan lalat sebagai tempat berkembiakan salah satu contohnya adalah kotoran
hewan ternak. Bila terdapat timbunan kotoran hewan ternak lebih baik ditutup rapat agar lalat
tidak dapat masuk dan berkembangbiak. Atau membiarkan kotoran hewan ternak tersebut
dalam keadaan kering karena bila kotoran hewan ternak tersebut dalam keadaan kering maka
lalat tidak akan menggunakannya sebagai tempat untuk bertelur atau tempat
perkembangbiakan. 3) Membasmi lalat dewasa Untuk membasmi lalat dewasa hal yang dapat
dilakukan antara lain adalah dengan penyemprotan udara dan penyebaran umpan atau atraktan
pada lalat dewasa
adalah tindakan pengendalian hama yang menggunakan faktor fisik seperti menaikkan suhu
dengan cara pembakaran, menurunkan suhu dengan penggenangan, solarisasi tanah, lampu perangkap,
serta pengaturan cahaya dan suara. Dengan kata lain, Pengendalian fisik merupakan usaha dengan
menggunakan atau mengubah faktor lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat mematikan atau
menurunkan populasi hama yang ditujukan khusus untuk membunuh hama. Metode pengendalian secara
fisik dalam perlindungan tanaman terdiri dari teknik yang membatasi akses hama ke tanaman,
mendaorong perbahan perilaku, atau menyebabkan kerusakan/kematian hama secara langsung
(Anonimous : 2001).
Pengendalian secara mekanis adalah tindakan mematikan hama secara langsung dengan
menggunakan tangan atau alat (Wigenasantana : 2001). Pengendalian secara mekanis bertujuan untuk
mematikan hama secara lagsung baik dengan hanya menggunakan tangan atau dengan menggunakan
alat bantu lain. Teknik mekanik meliputi, pengambilan dengan tangan (kelompok telur penggerek batang),
Gropyokan (pengendalian hama tikus dengan membunuh tikus menggunakan alat), memasang
perangkap (menangkap hama dengan memasang alat perangkap pada tempat yang sering dilalui hama),
Pemasangan umpan (mengendalikan hama walang sangit dengan menggunakan umpan daging busuk),
pengusiran (memasang orang- orangan di tenah sawah). Kelebihan dan kekurangan pengendalian
secara fisik dan mekanis,
antara lain :
1. Tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan
2. Dapat dipadukan dengan cara pengendalian lainnya
3. Memerlukan tenaga yang banyak
4. Tidak dapat dilakukan untuk lokasi yang luas secara terus-menerus
Pengendalian fisik dan mekanis merupakan tindakan mengubah lingkungan khusus untuk membasmi
hama, dan bukan merupan bagian dari praktek budidaya secara umum. Pengendalian fisik dan mekanik
dalam PHT tidak berpengaruh buruk pada lingkungan. Apabila pengendalian fisik dan mekanik dijalankan
secara tepat maka dapat menurunkan populasi hama dengan tidak merusak lingkungan dan
mengakibatkan tanaman bebas dari hama. Pengendalian fisik dan mekanis wajib dilandasi pengetahuan
yang menyeluruh mengenai ekologi serangan hama agar dapat diketahui tindakan apa yang harus
dilakukan agar dapat memperoleh hasil yang efektif da efisien.
Pengendalian secara mekanik atau fisik melibatkan penggunaan hambatan, jebakan, atau
pengambilan secara fisik untuk mencegah atau bahkan mengurangi populasi hama. Menghilangkan
hama pada tanaman juga dapat dilakukan secara fisik, seperti beberapa kutu daun dan tungau dapat
terlempar dari dedaunan dengan menyemprotkan air dengan tekanan tertentu pada tanaman. Metode
aktif digunakan untuk menghancurkan, melukai, atau menyebabkan stress pada hama tanaman atau
bahkan memusnahkan mereka dari lingkungannya, yang dapat diklasifikasikan sesuai dengan modus
pengunaan energi (panas), radiasi elektromaknetik, shock mekanik, dan control pneumatik.
CARA KIMIA
Pemberantasan lalat dengan insektisida harus dilakukan hanya untuk periode yang singkat apabila
sangat diperlukan karena akan menyebabkan resiten yang cepat. Aplikasi yang efektif dari insektisida
dapat secara sementara memberantas lalat dengan cepat, yang aman yang diperlukan pada KLB kolera ,
desentri atau trachoma. Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara umpan (baits),
penyemprotan dengan efek residu (residual spraying) dan pengasapan (space spaying). a. Cara Umpan
( Bait
CARA BIOLOGI
Dengan memanfaatkan sejenis semut kecil berwana hitam ( Phiedoloqelon affinis ) untuk mengurangi
populasi lalat rumah ditempat –tempat sampah ( Filipina )
Peranan Pemerintah dan peran serta masyarakat dalam pengendalan lalat di pemukiman Metode
pengololaan lingkungan dalam pengendalian lalat yang dapat dilakukan oleh individu, masyarakat dan
pemerintah adalah : UPAYA LOKASI Dilakukan Oleh Menggunakan repelen dan sticky fly paper / fly
swatters Dalam Rumah Individu dan keluarga Hindari pembuangan air besar ditempat terbuka disekitar
rumah Di sekitar rumah Individu dan keluarga Mengupayakan halaman tetap bersih dari runtuhan
pepohonan dan kotoran binatang Di sekitar rumah Individu dan masyarakat Mengupayakan kandang
hewan selalu bersih Di sekitar rumah Individu, keluarga dan masyarakat Melakukan pengawasan
terhadap pembuangan air besar ditempat terbuka dengan penggunaan latrin dan penyuluhan Didalam
Pemukiman Individu , keluarga masyarakat Melakukan pengaturan dalam pengumpulan dan
pembuangan sampah Di dalam pemukiman Masyarakat dan Pemerintah Melakukan pengaturan
pengumpulan dan pembuangan limbah Didalam pemukiman Masyarakat dan Pemerintah Menjaga
kebersihan pertokoan dan gudang makanan Di dalam pemukiman Individu, Masyarakat d
DAFTAR PUSTAKA
Vektor (slideshare.net)
3 Cara Membasmi Lalat Rumah dengan Fisik, Kimia, dan Biologi - Hewanpedia
Menurut Aryatie (2005), penularan penyakit dapat terjadi melalui bakteri atau
kuman penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana kuman
tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui
organ tubuh kecoa, selanjutnya kuman penyakit tersebut mengkontaminasi makanan.
Vektor yang paling sering dijumpai di atas kapal adalah kecoa. Pada umumnya kecoa
merupakan binatang malam. Pada siang hari mereka bersembunyi di dalam lubang
atau celah-celah tersembunyi.
Cara pengendalian kecoa menurut Depkes RI (2002), ditujukan terhadap kapsul telur
dan kecoa:
Pembersihan kapsul telur yang dilakukan dengan cara: Mekanis yaitu mengambil
kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding, celah-celah almari, celah-celah
peralatan, dan dimusnahkan dengan membakar/dihancurkan.
Pemberantasan kecoa Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimia.
Secara fisik atau mekanis dengan: (a) Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul
atau tangan, (b) Menyiram tempat perindukkan dengan air panas, (c) Menutup celah-
celah dinding. Secara Kimiawi: (a) Menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan
formulasi spray (pengasapan), dust (bubuk), aerosol (semprotan) atau bait (umpan).
Pencegahan
Sanitasi
Cara yang kedua ini termasuk memusnahkan makanan dan tempat tinggal kecoa
antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa makanan di lantai atau rak,
segera mencuci peralatan makan setelah dipakai, membersihkan secara rutin tempat-
tempat yang menjadi persembunyian kecoa seperti tempat sampah, di bawah kulkas,
kompor, furniture, dan tempat tersembunyi lainnya. Jalan masuk dan tempat hidup
kecoa harus ditutup, dengan cara memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan saluran
air (drainase), bak cuci piring dan washtafel. Pemusnahan tempat hidup kecoa dapat
dilakukan juga dengan membersihkan lemari pakaian atau tempat penyimpanan kain,
tidak menggantung atau segera mencuci pakaian kotor dan kain lap kotor.
Trapping
Perangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat membantu untuk
menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat monitoring. Penempatan perangkap
kecoa yang efektif adalah pada sudut-sudut ruangan, di bawah washtafel dan bak cuci
piring, di dalam lemari, di dalam basement dan pada lantai di bawah pipa saluran air.
Tikus adalah hewat mengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai ham
tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang menjijikan
di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga
membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak
dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup didekat tempat
hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit.
Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari
kelompok virus, rickettsia, bateri, protozoa dan cacing. Penyakit tersebut dapat
ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah, urinn dan fasenya atau melalui
gigitan ektroparasitnya ( kutu, pinjal, caplak dan tungau).
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo, Myomorpha,
family muridae, family muridae ini merupakan family yang dominan dari ordo rodentia
karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam makanan
(omnivorous) dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan manusia,
jenis tikus yang sering ditemukan dihabitat rumah dan lading adalah jenis rattus dan
mus.
PENGENDALIAN TIKUS
Tikus akan berkembang biak dan hidup dengan baik pada situasi dimana mereka
dengan mudah mendapatkan makanan, air, tempat berlindung dan tempat
tinggal yang tidak terganggu. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meminimalisasi gangguan tikus :
- Secara fisik dilakukan ekslusi atau struktur kedap tikus untuk mencegah tikus
dapat masuk ke dalam banguna antara lain dengan menutup semua akses
keluar-masuk tikus (celah, lubang) pada bangunan, mengeliminasi sarang
atau tempat persembunyian tikus serta memangkas ranting pohon yang
menjulur kebangunan, tidak membuat tanam terlalu dekat dengan struktur
bangunan.
c) Pengendalian Kimiawi
Beberapa golongan virus, bakteri, fungi atau protozoa dapat berperan sebagai
patogen dengan cara mengembangkannya sebagai pengendali biologi larva nyamuk di
tempat perindukannya. Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan species bakteri dari genus
Bacillus yang sudah banyak dikembangkan sebagai insektisida. Bt merupakan
insektisida racun perut. Saat sporulasi, bakteri menghasilkan kristal protein yang
mengandung senyawa insektisida α-endotoksin yang bekerja merusak sistem
pencernaan serangga (Djojosumarto, 2008). Ada dua varitas atau subspecies Bt yang
efektif digunakan untuk mengendalikan nyamuk yaitu Bacillus thuringiensis serotype H-
14 (Bt. H-14) dan Bacillus sphaericus (Bs) (WHO, 2005). Penelitian yang dilakukan
Widiyanti, dkk (2004) mengenai toksisitas jamur Metarhizium anisopliae terhadap larva
nyamuk A. aegypti dalam 200 ml air, jamur ini dapat membunuh 50% (LC
menunjukkan bahwa pada tingkat pengenceran 2,955 x 10) larva nyamuk instar III
untuk waktu pengamatan 24 jam setelah perlakuan.
Cara yang sudah umum dilakukan adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
melalui gerakan 3M yaitu:
Menurut WHO (1997) pengendalian vektor yang paling efektif adalah manajemen
lingkungan, termasuk perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan aktivitas monitoring
untuk manipulasi atau modifikasi faktor lingkungan dengan maksud untuk mencegah
atau mengurangi vektor penyakit manusia dan perkembangbiakan vektor patogen.
Pada tahun 1980, WHO Expert Committee on Vector Biology and Control membagi tiga
jenis manajemen lingkungan, yaitu:
https://www.bing.com/ck/a?!
&&p=adb412b680bfdf23b2f14dd9b275b1418de1ed43417c2f8b4d2ce2d258b4a5c0JmltdHM9M
TY1Nzk0Mzg2MyZpZ3VpZD04MjFjMDdmOC1lZjFiLTRlZTUtOTc5Zi02OGQ4OGI2MWUxZmYmaW5
zaWQ9NTMyNA&ptn=3&fclid=71792103-04bb-11ed-80a1-
a834fa9b38ef&u=a1aHR0cHM6Ly9lLXJpc2V0LmxpdGJhbmcua2Vta2VzLmdvLmlkL2Rvd25sb2FkL
nBocD9maWxlPTEuJTIwbGFwb3Jhbi0yMDE2LWIycDJ2cnAtb3ZpdHJhcCUyMHNlYmFnYWklMjBh
bHRlLnBkZg&ntb=1
MAKALAH PEST CONTROL
PELAKSANAAN MANIPULASI DAN MODIFIKASI
LINGKUNGAN MINIMASIL POPULASI VEKTOR DAN
BINATANG PENGGANGGU
Sedangkan konsep dasar dalam penerapan pengendalian vektor menurut Dr. Adi
Heru Sutomo (1993) adalah sebagai berikut:\
Pestisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh hama, termasuk
serangga, tikus, jamur dan tanaman yang tidak diinginkan (gulma). Pestisida digunakan
dalam kesehatan masyarakat untuk membunuh vektor penyakit, seperti nyamuk, dan di
bidang pertanian untuk membunuh hama yang merusak tanaman. Lebih dari 1000 jenis
pestisida digunakan di seluruh dunia.
Kementerian Pertanian RI
Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh,
bahan lain, serta organisme renik atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan
tanaman.
Kegunaan pestisida
- Memberantas rerumputan;
1. Disemprot
2. Ditabur
3. Dioles
Kelebihan Pestisida
Berikut ini adalah beberapa keuntungan jika menggunakan pestisida untuk membasmi
hama:
1. Pengaplikasian mudah
3. Efektivitas tinggi
4. Mudah diperoleh
5. Biaya murah
Pestisida adalah solusi soal biaya yang membutuhkan banyak tenaga, misal
ingin membasmi gulma secara manual, maka dibutuhkan banyak buruh tani/tenaga
untuk membersihkan gulma di sawah atau ladang. Sedangkan jika menggunakan
herbisida cukup disemprotkan atau ditabur bersama pupuk maka rumput gulma akan
mati dengan sendirinya.
Adapun kekurangan dari penggunaan pestisida untuk membasmi hama antara lain:
1. Keracunan
3. Pencemaran lingkungan
Dampak negatif dari limbah pestisida pertanian yang perlu dikhawatirkan adalah
potensinya dalam pencemaran lingkungan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan
kenapa penggunaan pestisida sebaiknya tidak boleh secara berlebihan karena dapat
merusak lingkungan.
Senyawa dari penyusun pestisida yangt memiliki daya racun yang tinggi, susah
terurai dan mampu bertahan lama di lingkungan perlu dihindari penggunaanya. Racun-
racun tersebut melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dapat mengancam
kesehatan makhluk hidup termasuk lingkungan. Salah satu contoh senyawa kimia
pestisida yang sangat mencemari tanah dan kini sudah dilarang penggunaannya adalah
ddt.
Hal lain yang juga patut diwaspadai dari penggunaan pestisida adalah dapat
menyebabkan terjadinya resistansi dan resurjensi hama. Resistansi adalah
meningkatkan daya tahan atau kekebalan hama terhadap racun pestisida sehingga
hama menjadi lebih sulit untuk dikendalikan atau dibasmi.
DAFTAR PUSTAKA
Penggunaan pestisida untuk menghalau dan membunuh vektor dan binatang pengganggu -
Search (bing.com)
1. Pengertian Insektisida
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme
hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang dibudidayakan
manusia untuk kesejahtereaan hidupnya. Menurut PP No. 7 tahun 1973, yang
dimaksud pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang dipergunakan untuk :
Dalam Undang-Undang No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang
dimaksud dengan Pestisida adalah zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain,
serta organisme renik, atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan
tanaman.
Pestisida merupakan bahan yang telah banyak memberikan manfaat untuk
keberlangsungan dunia produksi pertanian. Banyaknya Organisme Penganggu
Tumbuhan (OTP) yang dapat menurunkan hasil panen, dapat diminimalisir dengan
pestisida. Sehingga kehilangan hasil akibat OPT tidak terlalu besar. Selain bidang
pertanian, pestisida juga memberikan banyak manfaat untuk membantu masalah yang
timbul akibat adanya organisme penganggu di tingkat rumah tangga. Seperti
pembasmian nyamuk misalnya, dengan adanya pestisida maka proses pembasmian
nyamuk akan menjadi lebih cepat dan efesien. Bahkan masih banyak lagi peranan
pestisida bagi kehidupan manusia di berbagai bidang.
Aplikasi pengendalian vektor penyakit secara umum dikenal dua jenis insektisida
yang bersifat/non- residual dan insektisida residual. Insektisida kontak/ non-residual
merupakan insektisida yang langsung berkontak dengan tubuh serangga saat
diaplikasikan. Aplikasi kontak langsung dapat berupa penyenmprotan udara (space
spray) seperti pengkabutan panas (thermal fogging), dan pengkabutan dingin (cold
fogging)/ ultra low volume (ULV). Jenis-jenis formulasi yang biasa digunakan untuk
aplikasi langsung adalah emusifiable concentrate (EC), microemulsion (ME), emulsion
(EW), ultra low volume (UL) dan beberapa Insektisida siap pakai seperti aerosol (AE),
anti nyamuk bakar (MC), liquid vaporizer (LV),mat vaporizer (MV) dan smoke .
Insektisida residual adalah Insektisida yang diaplikasikan pada permukaan suatu
tempat dengan harapan apabila serangga melewati/ hinggap pada permukaan tersebut
akan terpapar dan akhirnya mati. Umumnya insektisida yang bersifat residual adalah
Insektisida dalam formulasi wettable powder (WP), water dispersible granule (WG),
suspension concentrate (SC), capsule suspension (CS), dan serbuk (DP).
Cara kerja Insektisida dalam tubuh serangga dikenal istilah mode of action dan
cara masuk atau mode of entry. Mode of action adalah cara Insektisida memberikan
pengaruh melalui titik tangkap (target site) di dalam tubuh serangga. Titik tangkap pada
serangga biasanya berupa enzim atau protein. Beberapa jenis Insektisida dapat
mempengaruhi lebih dari satu titik tangkap pada serangga. Cara kerja Insektisida yang
digunakan dalam pengendalian vektor terbagi dalam 5 kelompok yaitu:
Pengetahuan mengenai cara kerja ini bermanfaat bagi para pelaku pengendalian
vektor dalam memilih dan merotasi insektisida yang ada untuk mendapatkan hasil yang
optimal dalam rangka pengelolaan resistensi (resistance management)
mode of entry adalah cara insektisida masuk ke dalam tubuh serangga, dapat
melalui kutikula (racun kontak), alat pencernaan (racun perut), atau lubang pernafasan
(racun pernafasan). Meskipun demikian suatu Insektisida dapat mempunyai satu atau
lebih cara masuk ke dalam tubuh serangga.
Toksistas (toxicity) adalah suatu kemampuan yang melekat pada suatu bahan
kimia untuk menimbulkan “keracunan”/”kerusakan”. Toksistas biasanya dinyatakan
dalam suatu nilai yang dikenal sebagai dosis atau konsentrasi mematikan pada hewan
coba dinyatakan dengan lethal dose (LD) atau lethal concentration (LC).
LD 50 adalah dosis mematikan/ lethal yang mematikan 50% hewan coba jika
diberikan melalui mulut (oral) atau diserap melalui pernafasan (inhalasi), yang biasanya
dinyatakan dalam mg suatu insektisida per kg berat badan (mg/kg/bb).
(12) PEDOMAN PENGGUNAAN INSEKTISIDA (PESTISIDA) Dalam Pengendalian Vektor | Imel Kristi
Monita - Academia.edu
MAKALAH PEST CONTROL
MANIMALISASI POPULASI VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU
DI PERKOTAAN
Penyakit tersebut hingga kini masih menjadi masalah kesehatan dan banyak ditemukan
di masyarakat dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi serta
berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan/atau wabah serta memberikan
dampak kerugian ekonomi masyarakat.Vektor adalah artropoda yang dapat
menularkan, memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit. Binatang
Pembawa Penyakit adalah binatang selain artropoda yang dapat menularkan,
memindahkan, dan/atau menjadi sumber penular penyakit.
Beberapa Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit yang diketahui; antara lain :
- Nyamuk
- Lalat
- Kecoa
- Pinjal
- Tikus.
Setiap area sekitar manusia harus diupayakan untuk dikaitkan dengan pemenuhan
standar baku mutu untuk Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit, yang
meliputi paling sedikit adalah :
1. Angka kepadatan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai standar baku
mutu.
2. Habitat perkembangbiakan Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sesuai
standar baku mutu.
Upaya penanggulangan penyakit tular Vektor dan zoonotik yang efektif yaitu dengan
cara pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit. Pengendalian Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan
untuk menurunkan populasi Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit serendah
mungkin, sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan
penyakit di suatu wilayah. Strategi pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit secara garis besar meliputi pengamatan, penyelidikan, menentukan metode
pengendalian, serta monitoring dan evaluasi.
Dengan sosialisasi dan penjelasan yang terstruktur dan massive kepada masyarakat,
diharapkan timbul kesadaran dan motivasi masyarakat tentang bahayanya Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit; sehingga ikut berperan dalam peengendalian dan
pencegahannya.
Fasilitas layanan kesehatan, yang dalam hal ini diwakili oleh Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (Klinik, PUSKESMAS, dll) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
(Rumah Sakit) merupakan sarana bagi masyarakat luas di Indonesia untuk
mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas, mulai dari tingkat Kelurahan,
Kecamatan, sampai tingkat Provinsi.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dalam hal ini salah satunya diwakili oleh
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) terhitung mulai
tanggal 1 Januari 2019 mewajibkan semua fasilitas layanan kesehatan bekerjasama
dengan badan tersebut. Dimaksudkan agar seluruh lapisan masyarakat Indonesia
berhak dan layak mendapatakan layanan kesehatan yang memuaskan dan berkualitas.
Mengacu pada Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang standar akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang
PUSKESMAS, dan Permenkes No. 34 tahun 2017 tentang akreditasi Rumah Sakit.
Disyaratkan untuk penyelenggara fasilitas layanan kesehatan untuk mendapatkan
akreditasi dari badan atau komite yang telah ditunjuk oleh Kementrian Kesehatan, yang
salah satunya adalah KOMITE AKREDITASI RUMAH SAKIT (KARS), untuk
mendapatkan kriteria tingkatan akreditasinya. Seperti : kriteria Dasar, Madya, Utama,
dan tertinggi adalah Paripurna.
Mengacu dari peraturan-peraturan Mentri Kesehatan di atas, dan Permenkes No. 1204
tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan di lingkungan rumah sakit, dan Permenkes
No. 374 tahun 2010 tentang pengendalian vektor penyakit. Diwajibkan kepada layanan
fasilitas kesehatan, terutama Rumah Sakit untuk melakukan tindakan pengendalian dan
pencegahan tersebut. Tindakan pengendalian dan pencegahan vektor penyakit serta
binatang pengganggu dapat dilakukan mandiri oleh fasilitas layanan kesehatan tersebut
atau di pihak ketiga kan, yang dalam hal ini adalah operator Pest Control yang telah
memenuhi standar sertifikasi sesuai Permenkes No. 374 tahun 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Kepadatan Vektor
Untuk mengetahui kepadatan vektor disuatu lokasi dapat dilakukan beberapa survei
yang dipilih secara acak yang meliputi : Survei nyamuk, survei Universitas Sumatera
Utara jentik dan survei perangkap telur. Dalam pelaksanaan survei ada 2 metode
meliputi : 1. Metode singgle larva Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik
disetiap tempat genangan air yang ditemukan ada jentiknya untuk dilakukan identifikasi
lebih lanjut jenis jentiknya. 2. Metode visual Survei ini dilakukan dengan melihat ada
atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Dalam
program pemberantasan penyakit demam berdarah dengue, survei jentik yang biasa
digunakan adalah cara visual. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik
yaitu : a. Angka bebas jentik ABJ Jumlah rumahbangunan yang tidak ditemukan jentik x
100 Jumlah rumahbangunan yang diperiksa b. House index H.I Jumlah
rumahbangunan yang diketemukan jentik x 100 Jumlah rumah yang diperiksa c.
Container index C.I Jumlah container dengan jentik x 100 Jumlah container yang
diperiksa d. Breteau index B.I Jumlah container dengan jentik dalam 100 rumah Angka
bebas jentik dan House index lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di
suatu wilayah. Tidak ada teori yang pasti berapa angka Universitas Sumatera Utara
bebas jentik dan house index yang dipakai standart, hanya berdasarkan kesepakatan,
disepakati House index minimal 5 yang berarti persentase rumah yang diperiksa
jentiknya positip tidak boleh melebihi 5 atau 95 rumah yang diperiksa jentiknya harus
negatip. 3. Survei Perangkap Telur Ovitrap Tujuan dari survei perangkap telur adalah
untuk mengetahui adatidaknya nyamuk Aedes aegypti dalam situasi densitas sangat
rendah, yang mana dengan metode single larva tidak dapat menemukan adanya
container positif. Ovitrap berupa bejana kaleng, palstik atau potongan bambu yang
dinding bagian dalamnya dicat hitam dan diberi air secukupnya. Kedalam bejana
tersebut dimasukan padel yaitu berupa potongan bambu atau kain yang tenunannya
kasar dan berwarna gelap sebagai tempat menyimpan telur. Ovitrap ditempatkan di
dalam dan diluar rumah, ditempat yang gelap dan lembab. Setelah satu minggu
dilakukan pemeriksaan adatidaknya telur di padel. Cara menghitung Ovitrap index
adalah : Jumlah padel dengan telur x 100 Jumlah padel diperiksa Untuk mengtahui
lebih tepat gambaran kepadatan populasi nyamuk dengan cara : Jumlah telur dari
seluruh ovitrap x 100 Jumlah ovitrap yang digunakan Universitas Sumatera Utara
2.1.10 Klasifikasi dan Morfologi Nyamuk Aedes sp. Klasifikasi Aedes aegypti dan Aedes
albopictus adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phyllum : Arthropoda Class :
Insecta Order : Diptera Famili : Culicidae Subfamili : Culicinae Genus : Aedes Species :
Aedes aegypti, Aedes albopictus Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa memiliki tubuh
berwarna hitam kecoklatan. Ukuran tubuh nyamuk Aedes aegypti betina antara 3-4 cm.
Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di bagian
punggung dorsal tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan
kanan yang menjadi ciri dari nyamuk spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada
umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-
nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi,
bergantung pada kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama
perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan nyata dalam hal
ukuran. Biasanya, nyamuk jantan memiliki tubuh lebih kecil daripada betina, dan
terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan Soedarto, 2012. Universitas
Sum
DAFTAR PUSTAKA
Vektor dan Binatang Pengganggu.doc - TINJAUAN MATA KULIAH Bahan ajar mata kuliah pengendalian
vektor dan binatang pengganggu – A membahas tentang | Course Hero
Download: Hubungan Faktor Fisik Lingkungan Rumah dan Karakteristik Penderita terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan (123dok.com)
Penyakit Bawaan Vektor JENIS-JENIS VEKTOR DAN PENYAKIT YANG DITIMBULKAN - PDF Free Download
(adoc.pub)