PAPER
Oleh :
Dewi Syahrina
150301233
HPT
jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies
pertanian banyak dikenal sebagai hama (Kalshoven, 1981) dan sebagian bersifat sebagai
permukiman antara lain adalah ordo Dictyoptera atau Blattodea (lipas), ordo Diptera
(lalat dan nyamuk), ordo Hymenoptera (semut, tawon, lebah), ordo Siphonaptera
(pinjal), ordo Phthiraptera (subordo Mallophaga atau kutu penggigit dan subordo
Anoplura atau kutu penghisap), ordo Rhynchophthirina, ordo Hemiptera, ordo), ordo
Coleoptera (kumbang), dan ordo Psocoptera. Adapun kelas Arachnida yang penting
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis hewan
dan tanaman yang sangat tinggi, sehingga dikenal dengan sebutan Megabiodiversity
kedua, setelah Brazil. Hal ini karena Indonesia terletak di kawasan tropik dengan
iklim yang stabil dan merupakan negara kepulauan yang terletak secara geografis
antara dua benua yaitu Asia dan Australia. Indonesia memiliki keanekaragaman
hayatinya sebesar 325.350 jenis flora dan fauna. Salah satu kekayaan jenis yang
abdomen). Morfologi Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut, antena, mata
majemuk (faset) dan mata tunggal (ocelli). Pada bagian torak, ditemukan tungkai 3
pasang dan spirakel. Sedangkan di bagian abdomen dapat dilihat membran timpani,
menular yang sering menimbulkan Ke-jadian Luar Biasa (KLB), serta dapat
meresahkan masyarakat. Sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif mencegah
lain : pertumbuhan populasi manu-sia, urbanisasi yang tidak terencana dan terkendali,
pengelolaan sampah padat yang belum baik dan benar, penyediaan air bersih yang
(Widjaja,2011).
Vektor ini secara biologis dan bionomiknya selalu berdekatan dan berhubungan
Angka infeksi virus dengue di Kota Sukabumi tergolong sangat tinggi yang
terjadi hampir merata pada semua wilayah, kelompok umur dan jenis kelamin. Dinkes
Jabar (2010), menyatakan bahwa Kota Sukabumi menjadi urutan pertama Incidence
Rate(IR) demam berdarah dengue di Jawa Barat (1/100.000 penduduk) yaitu sebesar
453.9 disusul oleh Kota Cimahi sebesar 359.2, Kota Bandung 279.4, Kota Depok
207, Kota Bekasi 187.5. Kasus DBD di Kota Sukabumi Pada tahun 2009 sebanyak
1.388 kasus dan 2 orang dinyatakan meninggal dunia dan pada tahun 2010 sampai
mengalami kasus DBD terbanyak secara berturut-turut adalah Kelurahan Baros yaitu
Aedesspp. yang merupakan vektor DBD. Ae. aegyptimerupakan jenis vektor yang
lokal spesifik, dengan kata lain karakteristik nyamuk Ae. aegypti. di setiap daerah
daerah endemis menunjukkan adanya potensi penularan infeksi virus dengue. Untuk
mengetahui tingkat risiko penularan infeksi virus dengue maka perlu data entomologi
Uji Statistik
Pada daerah kasus jenis kontainer bak mandi yang paling ditemukan jentik (51,8%)
kemudian diikuti ember (20,2), bak WC (8,4%), kulkas (5%) dan dis-penser (4,6%).
Sedangkan pada daerah kontrol bak mandi juga paling banyak ditemukan jentik
(7,8%) dan kulkas (4,5%).Berdasarkan hasil uji chi squarejenis kontainer yaitu ember
dengan p = 0,00 (p<0,05). Hal ini berarti masyarakat yang mempunyai kontainer jenis
ember mempunyai risiko 3,630 kali terkena DBD daripada yang tidak mempunyai
kontainer jenis ember., Jenis kontainer lainya yaitu tempayan juga menunjukan
adanya hubungan dengan kejadian DBD dengan nilai OR =5,250 dengan p = 0,034
(p<0,05). Hal ini berarti masyarakat yang mempunyai kontainer jenis tem-payan
mempunyai risiko 5,250 kali terkena DBD daripada yang tidak mempunyai kontainer
(40%) kemudian diikuti keramik dan plastik (26%), logam (4%, karet(3%) dan tanah
(1%). Demikian juga pada dae-rah kontrol bahan kontainer semen juga yang paling
adanya hubungan dengan kejadian DBD. Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 1,770
dengan p = 0,0013 (p<0,05). Hal ini berarti masyarakat yang mempu-nyai jenis bahan
kontainer dari plastik mempunyai risiko 1,770 kali terkena DBD daripada yang tidak
tertutup dan ditemukan jentik ada 19 kontainer (10%) dan keadaan kontain-er yang
Kota Palu merupakan daerah endemis DBD hal ini karena jumlah kasus DBD
yang ditemukan dan kasus kematian yang dilaporkan selama 5 terakhir yang terus
meningkat baik dalam jumlah penderita dan wilayah yang terkena DBD.Hal ini sesuai
dengan literatur Widjaja (2011) yang menyatakan bahwa penyebab kematian oleh
DBD. Vektor ini secara biologis dan bionomiknya selalu berdekatan dan
Aedes aegyptidan Aedes albopictus yang mewadah di setisap genangan air. Hal ini
sesuai dengan literatur Widjaja(2011) yang menyatakan bahwa seperti ada beberapa
sampah padat yang belum baik dan benar, penyediaan air bersih yang tidak adekuat,
kesehatan masyarakat.
hubungan dengan kejadian DBD. Hal ini disebabkan mungkin disebabkan karena
ember dan tempayan sebagai tempat penampungan air sementara sehingga jarang
dibersihkan dan memungkinkan telur nyamuk Ae. aegypti menempel pada dinding
ember atau tempayan. Risiko yang ditimbulkan pada masyarakat yang mempunyai
kontainer jenis ember akan berisiko 3,630 kali terkena DBD daripada yang tidak
kontainer jenis tempayan mempunyai risiko 5,250 kali terkena DBD daripada yang
Baros memiliki density figure4, sedangkan berdasar indikator HI dan BI, memiliki
density figure6. Hal ini menunjukkan bahwa daerah ini memiliki risiko penularan
kompleks antara lain Pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak terencana dan
tidak terkendali, tidak adanya kontrol pemberantasan vektor nyamuk yang efektif di
transportasi.
Vektor ini secara biologis dan bi-onomiknya selalu berdekatan dan berhubungan
Mittermeier RA, Gil PR, Mittermeier CG. 1997. Megadiverisity Earths Biologically
Widjaja. Keberadaan Kontainer Sebagai Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue