Dosen Pengajar:
Prof. Dr. Suwarno Hadisusanto, M. Si
Oleh:
Ajeng Prastiwi Suci W 16/403174/PKU/15992
B. Nyamuk Culex sp
Nyamuk memiliki tubuh bewarna kecoklatan, promboscis bewarna gelap tetapi
kebanyakan dilengkapi dengan sisik bewarna lebih pucat pada bagian bawah, scutum
bewarna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan disekitr sisiknya. Sayap
bewarna gelap, kaki belakang memiliki femur yang bewarna lebih pucat, seluruh kaki
bewarna gelap, kecuali pada bagian persendian. Nyamuk Culex sp mengalami
metamorfosis sempurna (holometabola) yang diawali dengan stadium telur, larva (jentik),
pupa, dan dewasa (imago). Nyamuk Culex sp mempunyai kebiasaan menghisap darah
pada malam hari. Setelah nyamuk Culex sp. menggigit manusia, nyamuk tersebut akan
beristirahat selama 2 3 hari. Nyamuk Culex sp. suka beristirahat di dalam rumah dan
diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang bewarna gelap dan lainnya yang
merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk beristirahat. Begitu juga tempat
berkembangbiaknya, misalnya di air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka, dan
saluran pipa. Nyamuk Culex meletakkan telur di atas permukaan air secara bergerombol
dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung. Sekali bertelur
menghasilkan 100 telur hingga 200 lebih dan biasanya dapat bertahan selama 6 bulan.
Kemudian tahap selanjutnya, yaitu larva yang memiliki siphon. Nyamuk Culex
mempunyai 4 tingkatan atau instar sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut. Pupa
(kepompong) berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Pupa membutuhkan waktu 2-5
hari. Pupa tidak makan apapun. Setelah 1 2 hari akan menjadi nyamuk dewasa. Ciri-ciri
nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-belang putih, kepala berwarna
hitam dengan putih pada ujungnya dan ada bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk
kurva (NVBDCP, 2012).
Nyamuk merupakan tempat parasit bagi virus, bakteri, protozoa, nematode dan
lainnya. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan karena perilaku nyamuk yang darah
sehingga nyamuk dapat memperoleh mikroorganisme patogen atau parasit dari satu host
vertebrata dan meneruskannya ke yang lainnya. Salah satunya adalah nyamuk Culex yang
sering dijumpai adalah Culex quinquefasciatus yang dapat menularkan filariasis yang
disebabkan oleh cacing filaria jenis Wucheraria bancrofti (Elytha, 2014). Nyamuk Culex
juga merupakan hewan pengganggu, menggigit/mengisap darah waktu malam
mengganggu tidur atau kerja malam di dalam rumah atau mungkin juga di luar rumah,
terutama sawah dan tempat kotor Nyamuk ini juga dilaporkan dalam beberapa laporan
penelitian di tahun 20152016 diduga sebagai vektor virus Zika, karena kemampuan
mencerna partikel virus. Beberapa Culex sp lainnya yang dilaporkan sebagai vektor,
antara lain Culex restuant dilaporkan sebagai vektor penyakit West Nile Virus di beberapa
tempat di dunia dan Culex sitiens yang merupakan vektor penyakit Japanese ensephalitis
(Eman, 2016).
D. Kesimpulan
Penanganan nyamuk Culex sp sebagai vektor penyebab penyakit filariasis dan
Japanese Encephalitis dapat dengan penggunaan insektisida karena dirasa dapat
digunakan dalam kondisi tertentu untuk memutus rantai penularan secara cepat. Namun,
hal ini dapat menimbulkan resistensi dan akibat negatif, yaitu menyerang organisme non
target. Oleh karena itu, pengendalian vektor secara biologi dapat menjadi solusinya, yaitu
dengan memanfaatkan mikroorganisme lain yang ditujukan untuk mengurangi
pencemaran lingkungan akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan
beracun, salah satunya dengan jamur entomopatogen Beauveria bassiana dan dinilai
aman bagi manusia.
DAFTAR PUST AKA