Tentang
OLEH :
UMIIYATI
NPM. 1625010009
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA
TIMUR
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2. Untuk mengatahui identifikasi alternaria sp
3. Untuk mengatahui faktor yang mempengaruhi perkembangan alternaria sp
4. Untuk mengatahui cara infeksi alternaria sp pada bauh pir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Brooks dkk (2005), jamur tumbuh dalam dua bentuk dasar,
sebagai yeast/ragi dan molds. Pertumbuhan dalam bentuk mold adalah dengan
produksi koloni filamentosa multiseluler. Koloni ini mengandung tubulus silindris
yang bercabang yang disebut hifa, diameternya bervariasi dari 2-10 µm. Massa
hifa yang jalin-menjalin dan berakumulasi selama pertumbuhan aktif adalah
miselium. Beberapa hifa terbagi menjadi sel-sel oleh dinding pemisah atau septa,
yang secara khas terbentuk pada interval yang teratur selama pertumbuhan hifa.
Hifa yang menembus medium penyangga dan mengabsorbsi bahan-bahan
makanan adalah hifa vegetatif atau hifa substrat. Sebaliknya, hifa aerial
menyembul di atas permukaan miselium dan biasanya membawa struktur
reproduktif dari mold.
Semua jamur mempunyai dinding sel kaku yang penting untuk
menentukan bentuknya. Dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh lapisan
karbohidrat, rantai-rantai panjang polisakarida, juga glikoprotein dan lipid.
Selama infeksi, dinding sel jamur mempunyai sifat-sifat patobiologi yang penting.
Komponen permukaan dinding memperantai penempelan jamur pada sel inang.
Beberapa ragi dan mold memberi melanin pada dinding sel, memberikan pigmen
coklat atau hitam. Jamur yang demikian adalah dematiaceous. Dalam beberapa
penelitian, melanin berhubungan dengan virulensi (Brooks dkk, 2005).
(Sumber : www.caltexmoldservices.com)
Alternaria sp. mempunyai miselium berwarna gelap dan pada jaringan tua
memproduksi konidiofor pendek, sederhana dan tegak yang dapat menopang
konidia. Koloni yang cepat tumbuh, hitam berwarna kuning langsat-hitam atau
keabu-abuan Mikroskopis, rantai acropetal bercabang (blastocatenate) dari
multicelled konidia (dictyoconidia) diproduksi sympodially dari yang sederhana,
kadang-kadang bercabang, pendek atau memanjang konidiofor. Konidia dari
Alternaria sp. cukup besar gelap, panjang, multiseluler, dan mempunyai sekat
melintang dan membujur. Konidifor dari Alternaria brassicae menghasilkan spora
aseksual (konidia) dengan panjang rata-rata antara 160-200 μm. Sporulasi terjadi
(in vitro) antara suhu 8 sampai 24oC dimana spora dewasa dapat terbentuk setelah
14 sampai 24 jam (Chung, 1992).
4.1 Kesimpulan
1. Alternaria sp merupakan jamur yang termasuk dalam filum ascomycota
2. Alternaria sp dikenal sebagai cendawan yang banyak menginfeksi
komoditas pascapanen, namun cendawan ini juga menginfeksi tanaman
pada fase pertumbuhan.
3. Pada kondisi cuaca yang lembab tampak bulu-bulu halus kebiruan di pusat
bercak yang bercak tersebut sering terdapat cincin-cincin sepusat.
4. Alternaria sp. dapat memarasit tanaman dengan dua cara yaitu dengan
membuat penetrasi langsung pada inang yang berasal dari tabung
kecambah atau masuk ke tubuh inang melalui luka.
DAFTAR PUSTAKA
Chung, K.J. and J.E. Bennett. 1992. Medical Mycology. Lea & Febiger,
Philadelphia and London.
Agrios, G.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Widiastuti A, Budiarti WP, Pustaka AB, Purwanto ME, Sholihah C. 2007. Critical
period of fruits of some tomato varieties toward Alternaria solani. Di
dalam: Proceeding The 3rd Asian Conference on Plant Pathology; 2007
20–24 Agu; Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. hlm 313–314.
Jurick II WM, Kou LP, Gaskins VL, Luo YG. 2014. First report of Alternaria
alternata causing postharvest decay on apple fruit during cold storage in
Pennsylvania. Plant Dis. 98(5):690. DOI: http://dx.doi. org/10.1094/PDIS-
08-13-0817-PDN.