Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Tentang

PENYAKIT PASCA PANEN PENYAKIT BUSUK kering


(alternaria sp) PADA buah pir

OLEH :
UMIIYATI
NPM. 1625010009

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA
TIMUR
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Beberapa tahun terakhir, masalah kehilangan pangan yang disebabkan oleh


penurunan produk pasca panen menjadi pusat perhatian banyak negara di dunia.
Kehilangan pasca panen mencapai 10-30% dari produksi total tanaman. Bahkan
pada beberapa produk tanaman yang mudah rusak, kehilangan pasca panen dapat
lebih besar dari 50% terutama di negara berkembang. Menurut perkiraan kasar,
kehilangan pasca panen setiap tahunnya kemungkinan mencapai setengah dari
pasokan pangan dan serat dunia.
Kehilangan produk pasca panen, baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
terutama disebabkan oleh agensia hayati, yaitu jamur dan bakteri patogen. Infeksi
dari patogen pasca panen kemungkinan besar dapat dimulai sejak produk masih
berada di lahan sebelum dipanen atau selama periode pasca panen. Bahkan dari
persentase infeksi yang secara relatif kecil dapat menyebabkan kehilangan produk
yang besar, dan menyebabkan kerugian besar. Ada banyak faktor yang dapat
menyebabkan kehilangan pasca panen dan dapat mengakibatkan kerugian yang
besar.
Kebanyakan patogen yang menyerang hasil pertanian dalam simpanan
menginfeksi di lapangan pada fase prapanen. Komoditas pascapanen membawa
banyak spora pada waktu dipanen. Pemanenan menyebabkan terjadinya luka pada
buah atau sayuran sehingga spora cendawan dapat dengan mudah masuk dan
berkembang di dalamnya selama penyimpanan. Kerugian terbesar pada sayuran
dan buah-buahan yang disimpan ialah serangan mikrob yang mengakibatkan
pembusukan. alah satu penyebarannya berlangsung melalui sporayang
berterbangandi udara, dan berkembang biakdi dalam tanah, air ataupada
permukaan bahan makanan termasuk buah dan sayuran.Selain terbawa oleh angin
biasanya spora jamur menempel pada kaki lalat.
Adapun jenis jamuryang terbawa oleh lalat diantaranya Aspergilus sp,
Rhizopus sp, Mucor sp dan alternaria sp. Buah dan sayuryang terinfeksi oleh
jamur ditandai dengan adanya noda berwarna hitam kecoklatan dan bauyang
menyengat.Ada jamur patogen dan tidak patogen. Jamuryang tidak patogen secara
ilmiah bisa ada dalam tubuh manusia apabila terjadi ketidakseimbanganflora
tersebut dalam tubuh yaitu ketika daya tahan menurun, jamur tersebut baru
menggangu kesehatan
1.2 Rumusan masalah
a. Bagaimana identifikasi alternaria sp?
b. Bagaimana faktor yang mempengaruhi perkembangan alternaria sp?
c. Bagaimana cara infeksi alternaria sp pada bauh pir?

1.3 Tujuan
2. Untuk mengatahui identifikasi alternaria sp
3. Untuk mengatahui faktor yang mempengaruhi perkembangan alternaria sp
4. Untuk mengatahui cara infeksi alternaria sp pada bauh pir
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Jamur

Mikologi berasal dari bahasa Yunani mykes=jamur dan logos=ilmu.


Menurut Alexopoulos et al. (1996) dalam Gandjar (2006), sebenarnya istilah
mikologi kurang tepat. Istilah yang tepat adalah mycetology, karena mykes
berdasarkan tatabahasa Yunani adalah myceto. Fungi dalam bahasa Latin juga
berarti jamur. Jamur merupakan mikroorganisme eukaryotik dengan tingkat
biologisnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri. Habitat hidupnya
terutama di alam seperti air dan tanah sebagai jamur saprofit. Kehidupan jamur
memerlukan suasana lingkungan dengan kelembapan yang tinggi. Meskipun
demikian jamur dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan, sehingga jamur
dapat hidup di gurun pasir yang kering dan panas (Kumala, 2006).

2.2 Morfologi dan Struktur Jamur

Menurut Brooks dkk (2005), jamur tumbuh dalam dua bentuk dasar,
sebagai yeast/ragi dan molds. Pertumbuhan dalam bentuk mold adalah dengan
produksi koloni filamentosa multiseluler. Koloni ini mengandung tubulus silindris
yang bercabang yang disebut hifa, diameternya bervariasi dari 2-10 µm. Massa
hifa yang jalin-menjalin dan berakumulasi selama pertumbuhan aktif adalah
miselium. Beberapa hifa terbagi menjadi sel-sel oleh dinding pemisah atau septa,
yang secara khas terbentuk pada interval yang teratur selama pertumbuhan hifa.
Hifa yang menembus medium penyangga dan mengabsorbsi bahan-bahan
makanan adalah hifa vegetatif atau hifa substrat. Sebaliknya, hifa aerial
menyembul di atas permukaan miselium dan biasanya membawa struktur
reproduktif dari mold.
Semua jamur mempunyai dinding sel kaku yang penting untuk
menentukan bentuknya. Dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh lapisan
karbohidrat, rantai-rantai panjang polisakarida, juga glikoprotein dan lipid.
Selama infeksi, dinding sel jamur mempunyai sifat-sifat patobiologi yang penting.
Komponen permukaan dinding memperantai penempelan jamur pada sel inang.
Beberapa ragi dan mold memberi melanin pada dinding sel, memberikan pigmen
coklat atau hitam. Jamur yang demikian adalah dematiaceous. Dalam beberapa
penelitian, melanin berhubungan dengan virulensi (Brooks dkk, 2005).

2.3 JAMUR ASCOMYCOTA

Ascomycota merupakan salah satu filum dari kingdom fungi. Kata


ascomycota sendiri berasal dari kata ascus yang artinya kantung atau pundi-pundi.
Askus ini merupakan semacam sporangium yang menghasilkan askospora.
Ascomycota dapat melakukan reproduksi secara seksual dan aseksual.
Ascomycota umumnya hidup sebagai pengurai bahan organik pada tumbuhan atau
sisa organisme di dalam tanah dan di laut.

2.4 STRUKTUR TUBUH JAMUR ASCOMYCOTA


Ada ascomycota yang merupakan multiseluler, adapula yang uniseluler.
Ascomycota memiliki dinding sel yang terdiri dari dua lapisan, sehingga mereka
menunjukkan kompabilitas seksual bipolar. Ciri umum dari ascomycota adalah
mereka memiliki hifa yang bersekat-sekat dan memiliki banyak inti. Dinding dari
hifa mereka diperkuat dengan selulosa yang bersifat heterokariotik (membentuk
zigosporangium dikariotik).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Identifikasi alternaria sp

(Sumber : www.caltexmoldservices.com)

Alternaria sp. mempunyai miselium berwarna gelap dan pada jaringan tua
memproduksi konidiofor pendek, sederhana dan tegak yang dapat menopang
konidia. Koloni yang cepat tumbuh, hitam berwarna kuning langsat-hitam atau
keabu-abuan Mikroskopis, rantai acropetal bercabang (blastocatenate) dari
multicelled konidia (dictyoconidia) diproduksi sympodially dari yang sederhana,
kadang-kadang bercabang, pendek atau memanjang konidiofor. Konidia dari
Alternaria sp. cukup besar gelap, panjang, multiseluler, dan mempunyai sekat
melintang dan membujur. Konidifor dari Alternaria brassicae menghasilkan spora
aseksual (konidia) dengan panjang rata-rata antara 160-200 μm. Sporulasi terjadi
(in vitro) antara suhu 8 sampai 24oC dimana spora dewasa dapat terbentuk setelah
14 sampai 24 jam (Chung, 1992).

3.2 Infeksi Alternaria sp


Pada kondisi cuaca yang lembab tampak bulu-bulu halus kebiruan di pusat
bercak yang bercak tersebut sering terdapat cincin-cincin sepusat. Angin yang
sering timbul saat hujan dapat memperparah serangan penyakit. Misal Alternaria
brassicae penyebab bercak daun pada kubis-kubisan ini dapat menyebar cepat
dengan bantuan angin. Serangan semakin parah bila cuaca lembab dan suhu antara
25–30oC. Temperatur optimum adalah antara 16 dan 24oC dimana waktu sporulasi
hanya berkisar antara 12 sampai 14 jam. Kelembaban pada kondisi hujan, embun,
atau kelembaban yang tinggi sangat penting untuk infeksi. Hanya dengan waktu
minimum 9-18 jam infeksi pada tanaman oleh A. brassicae dapat terjadi. Ketika
terjadi penurunan suhu, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk 98% dari spora
untuk tumbuh meningkat (Agrios, 1996).

Busuk kering dengan alur konsentris Alternaria sp

Alternaria dikenal sebagai cendawan yang banyak menginfeksi komoditas


pascapanen, namun cendawan ini juga menginfeksi tanaman pada fase
pertumbuhan. Widiastuti et al (2007) melaporkan sebanyak 5 varietas tomat
terinfeksi Alternaria sp. pada usia tanaman 6–7 minggu. Selain itu cendawan ini
juga dapat menginfeksi pada suhu dingin, yaitu A. alternata yang menginfeksi
buah apel di Pennsylvania (Jurick II et al. 2014)
Perkembangan penyakit atau siklus penyakit dimulai ketika konidia
menempel pada permukaan inang. Konidia tersebut kemudian membentuk
kecambah. Dalam satu konidia, kecambah yang terbentuk bisa lebih dari satu.
Alternaria sp. dapat memarasit tanaman dengan dua cara yaitu dengan membuat
penetrasi langsung pada inang yang berasal dari tabung kecambah atau masuk ke
tubuh inang melalui luka. Perkembangan penyakit atau siklus penyakit dimulai
ketika konidia menempel pada permukaan inang. Konidia tersebut kemudian
membentuk kecambah. Dalam satu konidia, kecambah yang terbentuk bisa lebih
dari satu. Alternaria sp. dapat memarasit tanaman dengan dua cara yaitu dengan
membuat penetrasi langsung pada inang yang berasal dari tabung kecambah atau
masuk ke tubuh inang melalui luka.

3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur


Pada umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh (Gandjar, 2006):
1. Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru
dapat dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstra
selular yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat
tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana.
2. Kelembapan
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. alternaria sp termasuk
Fungi yang tergolong xerofilik tahan hidup pada kelembapan 70%.
3. Suhu
Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan, fungi
dapat dikelompokkan sebagai fungi psikrofil, mesofil, dan termofil.
alternaria sp termasuk Fungi mesofil yaitu fungi yang tumbuh pada suhu
10-350C, suhu optimal 20-350C. Fungi dapat tumbuh baik pada suhu
ruangan (22-250C).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Alternaria sp merupakan jamur yang termasuk dalam filum ascomycota
2. Alternaria sp dikenal sebagai cendawan yang banyak menginfeksi
komoditas pascapanen, namun cendawan ini juga menginfeksi tanaman
pada fase pertumbuhan.
3. Pada kondisi cuaca yang lembab tampak bulu-bulu halus kebiruan di pusat
bercak yang bercak tersebut sering terdapat cincin-cincin sepusat.
4. Alternaria sp. dapat memarasit tanaman dengan dua cara yaitu dengan
membuat penetrasi langsung pada inang yang berasal dari tabung
kecambah atau masuk ke tubuh inang melalui luka.
DAFTAR PUSTAKA

Chung, K.J. and J.E. Bennett. 1992. Medical Mycology. Lea & Febiger,
Philadelphia and London.
Agrios, G.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Widiastuti A, Budiarti WP, Pustaka AB, Purwanto ME, Sholihah C. 2007. Critical
period of fruits of some tomato varieties toward Alternaria solani. Di
dalam: Proceeding The 3rd Asian Conference on Plant Pathology; 2007
20–24 Agu; Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. hlm 313–314.
Jurick II WM, Kou LP, Gaskins VL, Luo YG. 2014. First report of Alternaria
alternata causing postharvest decay on apple fruit during cold storage in
Pennsylvania. Plant Dis. 98(5):690. DOI: http://dx.doi. org/10.1094/PDIS-
08-13-0817-PDN.

Anda mungkin juga menyukai