Anda di halaman 1dari 86

MAKALAH TUGAS INDIVIDU

MIKOLOGI (JAMUR)

DI SUSUN OLEH :

MILDHA AFIYAH SALSABILA

14120210053

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Terimakasih tidak lupa penulis ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata


sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya


dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa dan masyarakat
pada umumnya.

Makassar, 15 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamur.................................................................................................. 4
B. Pertumbuhan Funggi........................................................................... 16
C. Penyakit yang Disebabkan Jamur...................................................... 21
D. Fisio Logi Jamur.................................................................................... 25
E. Perkembangbiakan Jamur ................................................................. 30
F. Klasifikasi Jamur............................................................................... 38
G. Candida albicans................................................................................ 41
H. Pakaian Bekas ................................................................................... 53
I. Struktur Sel.......................................................................................... 59
J. Jenis Reproduksi.................................................................................. 60
K. Patogenitas Jamur............................................................................... 69
L. Jenis-Jenis Pemeriksaan..................................................................... 70

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 81
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme di udara dapat berasal dari orang yang terinfeksi,
pemanasan, ventilasi dan sistem pendingin udara atau yang dikenal juga
dengan Heat Ventilation Air Conditioner (HVAC). Bakteri, jamur, dan
alergen dapat dengan mudah masuk ke dalam ruangan melalui asupan udara
HVAC dan menyebar melalui sistem regulasi udara.Sejumlah studi
membuktikan bahwa tingkat kontaminan dalam udara di ruangan dapat
beberapa kali lipat dibandingkan kontaminan di udara luar ruangan.
Kenyataan ini ditambah dengan adanya fakta bahwa kebanyakan orang
menghabiskan 90% waktunya dalam ruangan yang mengakibatkan
peluang terkontaminasi oleh polutan dalam ruangan sangat dominan. .
Secara umum manusia berinteraksi dengan lingkungan yang penuh
mikroorganisme, parasit, dan virus. Terdapat tiga jalan bagaimana bakteri
maupun virus memasuki tubuh manusia yaitu melalui sistem
pernapasan, pencernaan, dan kontak kulit (Achmadi, 2013). Jika ada 1
orang yang masuk ke suatu ruangan maka jumlah kuman di udara akan
meningkat sebanyak 37 juta kuman/ jam.
Miko lo gi merupakan telaan mengenai prot ista
eukar iot ik nonfotosintetik yang disebut fungi. Fungi atau jamur
adalah organisme heterotrofik yang memerlukan senyawa organik
untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut,
mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan
hewan yang kompleks, menguraikan nya menjadi zat-zat kimia yang
lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanh dan
selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat sangat
menguntungkan bagi manusia.
Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka
membusukkan kayu, tekstil, makanan, dan bahan- bahan lain. Pada
2

manusia dan hewan sebagai “primary pathogen” maupun o pport


unist ic pat ho gen”. Juga dapat menye babkan alergi dan
keracunan. Fungi yang patogen umumnya adalah eksogenous, mereka
hidup dialam bebas seperti air, tanah, dan debris organik. Manusia
terinfeksi melalui inhalasi spora atau masuk ke dalam jaringan tubuh
melalui trauma.
Faktor utama yang dapat menyebabkan meningkatnya infeksi fungi
adalah perubahan sistem imun. Cendawan saprofitik juga penting
dalam fermentasi industri misalnya pembuatan bir, minuman anggur,
dan produksi antibiotik seperti penisilin. Peragian adonan dan
pemasakan beberapa keju juga bergantung kepada kegiatan cendawan.
Dalam bidang kedokteran, fungi menghasilkan ergot alkaloid,
antimikroba, statin, siklosporin, antifungal, vitamin, dan steroid.
Beberapa fungi meskipun saprofitik, dapat juga menyerbu inang yang
hidup lalu tumbuh dengan subur disitu sebagai parasit, mereka
menimbulkan penyakit pada tumbuhan dan hewan, termasuk manusia
( 2) .
Ada juga jamur yang merugikan, baik secara langsung sebagai
penyebab penyakit, seperti; panu, kadas, kurap, TBC semu dan
sebagainya. Juga sebagai penghasil senyawa yang bersifat toksik atau
racun, misalnya; aflatoksin, ochratoksin, luteoskirin dan sebagainya.
Berdasarkan Uraian di atas penulis tertarik membuat makalah tentang
mikologi (jamur).

B. Rumusan Masalah

Rumusan makalah ini adalah bagaimana memahami dan menjelaskan


konseop mikologi (jamur) ?
3

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk memahami dan
menjelaskan konsep Mikologi (Jamur)
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu memahami konsep mikologi (jamur).
b. Penulis mampu menjelaskan konsep mikologi (jamur).
c. Penulis mampu memahami dan menjelaskan gambaran umum
mikologi (jamur).
d. Penulis mampu menjelaskan dan memahami kelompok jamur.
e. Penulis mampu menjelaskan dan memahami jenis penyakit yang
disebabkan oleh jamur.
f. Penulis mampu menjelaskan dan memahami Pencegahan penyakit
yang di sebabkan oleh jamur.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamur
1. Definisi Jamur
Mikologi berasal dari bahasa Yunani mykes=jamur dan
logos=ilmu. Menurut Alexopoulos et al. (1996) dalam Gandjar (2006),
sebenarnya istilah mikologi kurang tepat. Istilah yang tepat adalah
mycetology, karena mykes berdasarkan tatabahasa Yunani adalah
myceto. Fungi dalam bahasa Latin juga berarti jamur. Jamur
merupakan mikroorganisme eukaryotik dengan tingkat biologisnya yang
lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri. Habitat hidupnya terutama di
alam seperti air dan tanah sebagai jamur saprofit. Kehidupan jamur
memerlukan suasana lingkungan dengan kelembapan yang tinggi.
Meskipun demikian jamur dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan, sehingga jamur dapat hidup di gurun pasir yang kering dan
panas (1).
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan
eukariotik dan tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel
atau benang bercabang dan mempunyai dinding sel yang sebagian
besar terdiri atas kitin dan glukan, dan sebagian kecil dari selulosa
atau ketosan. Gambaran tersebut yang membedakan jamur dengan
sel hewan dan sel tumbuhan. Sel hewan tidak mempunyai dinding sel,
sedangkan sel tumbuhan sebagian besar adalah selulosa. Jamur
mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak
mempunyai klorofil dan berkembangbiak secara aseksual, seksual atau
keduanya (1).
Pertumbuhan Jamur Dalam mikrobiologi definisi pertumbuhan
adalah pertambahan volume sel, karena adanya pertambahan
5

protoplasma dan senyawa asam nukleat yang melibatkan sintesis DNA


dan pembelahan mitosis. Pertambahan volume sel tersebut adalah
Irreversibel, artinya tidak dapat kembali ke volume semula. Pada
umumnya suatu koloni digunakan sebagai kriteria terjadinya
pertumbuhan, karena massa sel tersebut berasal dari satu sel. Jadi
sesuatu yang semula tidak terlihat, yaitu suatu spora atau konidia fungi,
menjadi miselium atau koloni yang dapat dilihat. Bila suatu konidia atau
spora fungi ditanam di atas agar dalam cawan Petri, maka setelah satu
atau dua hari baru terlihat sesuatu pada permukaan agar yang dapat
berupatetesan kental apabila suatu khamir atau berupa benang-benang
bila bentuk tersebut adalah suatu kapang. Pemeriksaan mikroskopis
akan membuktikan bahwa yang tumbuh itu betul-betul suatu koloni
khamir atau suatu koloni kapang (2).
2. Morfologi dan Struktur Jamur

Struktur dasar jamur adalah hifa. Tubuh jamur tersusun dari


komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang
disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi
tubuh buah. Ketebalan hifa bervariasi antara 0,5 mm – 100 mm. Hifa
terdiri atas sel-sel sejenis. Sel-sel tersebut satu dan lainnya dipisahkan
oleh dinding sel atau sekat yang dinamakan Septum (jamak: septa)
dan dinamakan hifa bersepta.
6

Menurut (2) jamur tumbuh dalam dua bentuk dasar, sebagai


yeast/ragi dan molds. Pertumbuhan dalam bentuk mold adalah dengan
produksi koloni filamentosa multiseluler. Koloni ini mengandung
tubulus silindris yang bercabang yang disebut hifa, diameternya
bervariasi dari 2-10 µm. Massa hifa yang jalin-menjalin dan
berakumulasi selama pertumbuhan aktif adalah miselium. Beberapa hifa
terbagi menjadi sel-sel oleh dinding pemisah atau septa, yang secara
khas terbentuk pada interval yang teratur selama pertumbuhan hifa. Hifa
yang menembus medium penyangga dan mengabsorbsi bahan-bahan
makanan adalah hifa vegetatif atau hifa substrat. Sebaliknya, hifa aerial
menyembul di atas permukaan miselium dan biasanya membawa
struktur reproduktif dari mold. Ragi adalah sel tunggal, biasanya
berbentuk bulat atau elips dan diameternya bervariasi dari 3-15 µm.
Kebanyakan ragi bereproduksi melalui pertunasan. Beberapa
spesies menghasilkan tunas yangmempunyai ciri khas gagal
melepaskan diri dan menjadi memanjang; kesinambungan dari proses
pertunasan kemudian menghasilkan suatu sel ragi panjang yang disebut
pseudohifa.

Semua jamur mempunyai dinding sel kaku yang penting untuk


menentukan bentuknya. Dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk
oleh lapisan karbohidrat, rantai-rantai panjang polisakarida, juga
glikoprotein dan lipid. Selama infeksi, dinding sel jamur mempunyai
sifat-sifat patobiologi yang penting. Komponen permukaan dinding
memperantai penempelan jamur pada sel inang. Beberapa ragi dan
mold memberi melanin pada dinding sel, memberikan pigmen coklat
atau hitam. Jamur yang demikian adalah dematiaceous. Dalam
beberapa penelitian, melanin berhubungan dengan virulensi. Menurut
(3) morfologi jamur diantaranya adalah:

a. Hifa
7

Hifa adalah suatu struktur fungus berbentuk tabung menyerupai


seuntai benang panjang yang terbentuk dari pertumbuhan spora
atau konidia. Bagian tubuh fungi yang mencolok adalah miselium
yang terbuat dari kumpulan hifa yang bercabang- cabang
membentuk suatu jala yang umumnya berwarna putih. Hifa berisi
protoplasma yang dikelilingi oleh suatu dinding yang kuat.
b. Dinding Sel
Dinding sel memberikan bentuk kepada sel dan melindungi isi
sel dari lingkungan. Meskipun kokoh, dinding sel tetap
bersifat permeable untuk nutrient-nutrien yang diperlukan fungi
bagi kehidupannya. Komponen penting dalam dinding sel sebagian
besar fungi adalah kitin, suatu polisakarida yang juga merupakan
komponen utama dari kerangka luar serangga dan artropoda
lainnya. Kitin adalah polimer linear dari N-asetil-glukosamin yang
subunit-subunitnya dihubungkan oleh ikatan ß-(1-4) glukosida.3)
c. Septum
Septum merupakan suatu sekat yang membagi hifa menjadi
kompartemen-kompartemen. Meskipun demikian protoplasma
dari sel-sel masih saling berhubungan karena septum tersebut
mempunyai lubang-lubang.
d. Mitokondria
Mitokondria terdapat dalam sitoplasma sel fungi, dapat berbentuk
lingkaran, oval atau memanjang.
e. Ribosom
Ribosom terdapat bebas dalam sitoplasma, tetapi ada juga yang
terikat pada permukaan reticulum endoplasma atau pada membran
nukleus. Dalam riboson terjadi sintesis polipeptida. Ribosom
terdapat dalam matriks mitokondria.
f. Aparatus Golgi
Aparatus golgi mempunyai aneka peran, antara lain memroses dan
menyekresi glikoprotein yang akan menjadi bagian dari dinding
8

sel, menyekresi bahan-bahan ekstraseluler seperti cell coat pada


pembelahan spora dari suatu sitoplasma yang multinukleat,
menghasilkan vesikel yang berperan dalam pertumbuhan dinding
sel.
g. Microbodies
Microbodies, antara lain: peroksisom (mengandung katalase);
glioksisom (mengandung enzim-enzim yang terlibat dalam oksidasi
asam lemak dan dalam siklus glio-oksalat); hidrogenosom
(mengandung hidrogenase untuk reaksi-reaksi yang anaerob dalam
sel); lisosom (mengatur pemecahan komponen-komponen sel,
misalnya pemecahan septum agar inti sel bisa bergerak dari sel
yang satu ke sel yang lain dan pada fungi yang parasitic untuk
memecah dinding sel dari inang.
h. Vesikel
Di dalam sel juga terdapat vesikel-vesikel, yaitu struktur- struktur
mirip kantung, dalam jumlah besar di lokasi-lokasi pertumbuhan
dinding sel, terutama pada hifaapikal. Vesikel tersebut
mengosongkan isinya di antara plasmalema dan dinding sel.
Beberapa vesikel mengandung enzim-enzim yang melunakkan
dinding sel yang sudah ada agar kemudian dapat meluas
(bertambah), karena ada vesikel-vesikel lain mengandung bahan-
bahan untuk membentuk dinding sel. Peran vesikel juga pada
pengikatan zat warna dan fungisida yang racun untuk sel, serta
untuk mengekskresi enzim- enzim ekstraselular. Di samping
vesikel-vesikel tersebut di atas masih ada vesikel- vesikel yang
sangat kecil, yaitu kitosom (chitosomes), yang mengandung
enzim kitin-sintetase dan berperan dalam membentuk fibril kitin
dari prekursornya.

Setiap mikroorganisme mempunyai kurva pertumbuhan, begitu


pula fungi. Kurva tersebut diperoleh dari menghitung massa sel pada
9

kapang atau kekeruhan media pada khamir dalam waktu tertentu.


Menurut (3) kurva pertumbuhan mempunyai beberapa fase, antara lain:

a. Fase lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan,


pembentukan enzim-enzim untuk mengurai substrat.
b. Fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dari fase lag
menjadi fase aktif.
c. Fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel
yang sangat banyak, aktivitas sel sangat meningkat, dan fase ini
merupakan fase yang penting dalam kehidupan fungi. Pada awal
dari fase ini kita dapat memanen enzim-enzim dan pada akhir dari
fase ini.
d. Fase deselerasi yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah,
kita dapat memanen biomassa sel atau senyawa- senyawa yang
tidak lagi diperlukan oleh sel-sel.
e. Fase stasioner yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah
sel yang mati relative seimbang. Kurva pada fase ini merupakan
garis lurus yang horizontal. Banyak senyawa metabolit sekunder
dapat dipanen pada fase stasioner.
f. Fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati atau tidak
aktif sama sekali lebih banyak daripada sel-sel yang masih hidup.
3. Hifa dan Miselium
Jamur terdiri dari struktur somatik atau vegetatif yaitu thallus
yang merupakan filament atau benang hifa, miselium merupakan jalinan
hifa. Jamur terdiri dari dua golongan yaitu yang bersifat unuseluler
dikenal sebagai khamir atau ragi dan yang bersifat multiseluler dikenal
sebagai kapang. Sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri
dengan ukuran beragam, biasanya berbentuk telur, memanjang atau
bola. Setiap spesies memiliki bentuk yang khas (4).
10

Tubuh kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu


miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan Hifa (filament).
Bentuk Hifa ada 3 macam yaitu :
a. Aseptat yaitu Hifa yang tidak bersekat mengandung banyak inti
disebut senositik (coenocytic).
b. Septat dengan sel-sel uninukleat disebut monositik hifa.
c. Septat dengan sel-sel multinukleat.

Diameter Hifa berkisar 3 – 30 µm. Hifa tua mempunyai


ketebalan antara 100 –150 µm dan pada dinding selnya terdapat
senyawa melanin dan lipid yang berfungsi untuk melindungi sitoplasma
dari ultraviolet. Secara fungsional Hifa terdiri dari:

a. Hifa vegetatif yang umumnya rebah di atas substrat, berfungsi


untuk menyerap nutrisi dari substrat.
b. Hifa fertil yaitu hifa yang tumbuh tegak di atas permukaan
substrat berfungsi untuk reproduksi. Hifa fertil berupa sporangiofor
atau konidiofor. Sejalan dengan pertumbuhannya hifa-hifa
bertambah banyak dan membentuk jalinan hifa yang disebut
miselium yang makin lama makin tebal maka terbentuk koloni.
Hifa udara (aerial hypha) atau miselium udara (aerial mycelium)
c. Stolon yaitu hypa panjang menegak yang terdapat pada
Rhizopus spp. Dan Mucor spp.
d. Klamidospora adalah sel-sel hifa berdinding tebal dan merupakan
sel dominan dan akan berkecambah bila kondisilingkungan
kondusif.

Anastomosis hifa yaitu pertemuan 2 ujung hifa atau ujung hifa


satu bertemu dengan bagian yang menonjol dari sel hifa lain atau
pertemuan antara bagian yang menonjol dari masing- masing sel hifa,
kemudian terjadi persatuan sitoplasma dan inti,selanjutnya membentuk
hifa baru dan menjadi jala atau miseliumnya:
11

a. Hifa palsu atau Pseudohifa yaitu hifa yang terbentuk pada


jamur uniselluler (Khamir). Khamir bersifat dimorphism yaitu
memiliki 2 fase dalam siklus hidupnya yaitu fase khamir dan
fase hifa yang selanjutnya membentuk pseudomiselium; contohnya
Candida spp., Kluyveromyces spp., dan Pichia spp. Pada golongan
khamir juga ada yang dapat membentuk miselium sejati misalnya
pada Trichosporon spp.
b. Hifa sejati yaitu hifa cendawan berbentuk tabung yang
kemudian terbentuk sekat-sekat/atau tidak terbentuk sekat. Pada
setiap sel dari hifa hanya ada satu inti disebut monokariotik. Bila
dalam satu sel selalu ada dua inti disebut hifa dikariotik.
Basidiomycetes mempunyai 3 macam hifa yaitu;
1) Hifa primer yaitu hifa yang tumbuh dari satu basidiospora
dan berinti banyak, selanjutnya terbentuk sekat-sekat dan setiap
sel berinti satu (homokariotik).
2) Hifa sekunder adalah hifa yang terbentuk dari hasil persatuan
antara 2 hifa homokariotik yang kompatibel.
3) Hifa tertier adalah hifa yang berfungsi sebagai penyangga tubuh
buah, pada ujungnya membentuk lamella dengan basidium yang
mengandung basidiospora.

Miselium adalah kumpulan dari hifa atau filamen yang


membentuk koloni.

4. Dinding Hifa
Dinding Hifa atau dinding sel umumnya terdiri dari selulose
(suatu karbohidrat yang berantai panjang), zat serupa lignin dan
beberapa zat organik lainnya.
12

Tabel 2.1 Komposisi dinding sel jamur(Alexopolous dan Mims, 1979).


Kategori Dinding Kelompok Genus
Sel Jamur
Sellulose – Acrasiomycetes Poltsphondylium ,
Glycogen Oomycetes Dictyostellium
Sellulose – B- Hyphochytridi Phytophthora,Phythium,
Glucan omycetes Saprolegnia
Sellulose - Chitin Zygomycetes Rhizidiomyces
Chytridiomyc Mucor, Phycomyces
Chitin - Chitosan Chytridiomycetes Zygorchynchus Allomyces
Chitin-B-Glucan Ascomycetes Neurospora,Ajellomycetes
Deuteromycetes Aspergillus
Basidiomycetes Schizophyllum,Fomes
Mannan-B-Glucan Ascomycetes Polyporus,Sporobolomyces
Chitin-Mannan Basidiomycetes Rhodotorula,Sporobolomyces
Galactosamine- Trichomycetes Rhodotorula,Amoebidium
Galactosapolymers

5. Membran Hifa (Moore-Landecker, 1996)


Di bawah dinding sel yang kuat terdapat lapisan yang melindungi
isi sel, yaitu membran sel. Komposisi kimia membran sel fungi
diduga terdiri dari senyawa-senyawa sterol, protein (dalam bentuk
molekul-molekul yang amorf), serta senyawa-senyawa fosfolipid.
13

Gambar 2.1 Jenis-jenis hifa (Sumber : Suprvisor IPA, 2018)

6. Kompartemen lain pada Hyfa


Adanya kompartemen pada hifa memudahkan kita mempelajari
isi sel fungi dengan mikroskop elektron. Di samping nukleus seringkali
terlihat bentuk-bentuk ultra strukturseperti mitokondria, reticulum
endoplasma, ribosom, apparatus Golgi, microbodies (peroksisom,
glioksisom, hidrogenesom, dan lisosom).
Mitokondria terdapat dalam sitoplasma sel fungi berbentuk
oval atau memanjang. Retikulum endoplasma adalah membran
yang mengeli- lingi organel-organel yang hanya terdapat pada
golongan eukariot. Ribosom terdapat pada sitoplasma berfungsi untuk
sintesis polipeptida, Ribosom terdapat dalam matriks mitokondria.
Aparatus Golgi berfungsi dalam sintesis bahan dinding sel yaitu
glikoprotein, menyekresikan bahan-bahan ekstraseluler seperti cell
coat pada pembelahan spora dari suatu sitoplasma yang multiseluler
dan menghasilkan vesikel yang berperan dalam pembentukan dinding
sel.
Vesikel merupakan struktur berbentuk kantung terdapat pada
lokasi-lokasi pertumbuhan dinding sel, terutama pada hifa
apical.Vesikel mengandung bahan-bahan untuk pembentukan dinding
sel.Vesikel juga berperan dalam mengikat zat warna dan racun serta
mengekskresikan enzim-enzim ekstraseluler. Selain itu ada vesikel yang
sangat kecil yang disebut kitosom, mengandung enzim kitin-sintase dan
berperan dalam membentuk fibril kitin dari prekursornya.
Microbodies yaitu: peroksisom yang mengandung kata- lase,
glioksisom mengandung enzim-enzim yang terlibat dalam oksidasi
asam lemak dan dalam siklus glio-oksalat, hidro- genosom
mengandung hidrogenase untuk reaksi-reaksi anaerob dalam sel,
lisosom mengatur pemecahan komponen- komponen sel, misalnya
pemecahan septum agar inti sel dapat bergerak dari sel satu ke sel
14

yang lain dan pada sel yang bersifat parasit untuk memecahkan
dinding sel inang.
Nukleus / Inti jamur mempunyai inti yang lengkap yang kita
sebut eukarion, yaitu inti yang berdinding, mempunyai nucleolus dan
bahan inti (kromatin) yang membentuk kromosom. Pada jamur yang
tumbuhnya terdiri dari hifa yang tidak bersekat (nonseptate), inti
tersebar dimana-mana, hifa tersebut dinamakan senosit (ceonocyt).
Sedang pada hifa yang bersekat (septate hypha), pada setiap sel terdapat
satu, dua atau lebih inti.
7. Haustoria
Haustoria yaitu hifa bercabang atau gelembung bertangkai
yang terdapat pada jamur parasit yang dapat menembus dinding sel
inang berfungsi untuk absorpsi makanandari sel inang.
8. Plectenchym
Plectenchym yaitu jaringan tenun dari miselium, terdapat dua
bentuk yaitu jaringan longgar disebut prosenchyma dan jaringan padat
disebut pseudopharenchyma.
9. Stroma
Stroma yaitu suatu anyaman / jalinan hifa yang cukup
padat, fungsinya sebagai bantalan untuk tumbuh bagian-bagian lain.
10. Sklerotium
Sklerotium yaitu anyaman padat serupa rizopor, berfungsi untuk
melekat.
11. Spora

Spora adalah ujung hifa jamur yang menggelembung


membentuk serupa wadah, sedangkan protoplasmanya menjadi spora,
berfungsi sebagai alat perkembangbiakan jamur. Spora terbagi dalam
dua golongan yaitu: spora aseksual dan spora seksual. Spora aseksual
terdiri dari:

a. Konidiospora atau konidium, terbentuk di ujung di sisisuatu hifa


15

b. Sporangiospora, terbentuk dalam suatu kantung yangdisebut


sporangium
c. Oidium atau Oidiospora, terbentuk karena terputusnyasel-sel hifa
d. Klamidospora, terbentuk dari sel hifa somatic
e. Blastospora, terbentuk pada bagian tengah hifa Berdasarkan
ukuran, spora terbagi dalam:
1) Mikrospora atau mikrokonidia, umumnya pada
golongan kapang dan khamir.
2) Makrospora atau makrokonidia, banyak terdapat padabeberapa
jenis jamur pathogen.

Gambar 2.2 Spora Aseksual(Sumber : Siswapedia, 2019)

Spora seksual terdiri dari :


a. Askospora, terbentuk dalam kandung askus terdapat pada
kelas Ascomycetes
16

b. Basidiospora, terbentuk dalam struktur yang berbentuk gada


disebut basidium, terdapat pada kelas Basidiomycetes.
c. Zigospora disebut juga gametosit, terbentuk bila dua hifa secara
seksual serasi.

Meskipun suatu cendawan tunggal dapat membentuk spora


aseksual dan seksual dengan beberapa cara pada waktu yang berlainan
dan dalam kondisi yang berbeda, struktur dan metode pembentukkan
spora-spora tersebut cukup konstan untuk digunakan dalam identifikasi
dan klasifikasi.

Gambar 2.3 Spora Seksual (Sumber : Rumah Belajar, 2016)

B. Pertumbuhan Fungi
1. Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-
nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-
enzim ekstraselular yang dapat mengurai senyawa-senyawa
kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa
yang lebih sederhana. Misalnya, apabila substratnya nasi, atau singkong,
atau kentang, maka fungi tersebut harus mampu mengekskresikan
enzim α-amilase untuk mengubah amilum menjadi glukosa. Senyawa
glukosa tersebut yang kemudian diserap oleh fungi. Apabila substratnya
17

daging, maka fungi tersebut harus mengeluarkan enzim yang proteolitik


untuk dapat menyerap senyawa asam-asam amino hasil uraian protein.
Contoh yang lain lagi, misalnya substratnya berkadar lemak tinggi,
maka fungi tersebut harus mampu menghasilkan lipase agar senyawa
asam lemak hasil uraian dapat diserap ke dalam tubuhnya. Fungi yang
tidak dapat menghasilkan enzim sesuai komposisi substrat dengan
sendirinya tidak dapat memanfaatkan nutrien-nutrien dalam substrat
tersebut.
2. Kelembapan
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada
umumnya fungi tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor
memerlukan lingkungan dengan kelembapan nisbi 90%, sedangkan
kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium, dan banyak hyphomycetes
lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang lebih rendah, yaitu
80%. Fungi yang tergolong xerofilik tahan hidup pada kelembapan 70%,
misalnya Wallemia sebi, Aspergillus glaucus, banyak strain Aspergillus
tamarii dan A. Flavus (5). Dengan mengetahui sifat-sifat fungi ini
penyimpanan bahan pangan dan materi lainnya dapat dicegah
kerusakannya.
3. Suhu
Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk
pertumbuhan, fungi dapat dikelompokkan sebagai fungi psikrofil,
mesofil, dan termofil. Fungi psikofril adalah fungi yang dengan
kemampuan untuk tumbuh pada atau dibawah 00C dan suhu maksimum
200C. Hanya sebagian kecil spesies fungi yang psikofril. Fungi mesofil
adalah fungi yang tumbuh pada suhu 10-350C, suhu optimal 20-350C.
Fungi dapat tumbuh baik pada suhu ruangan (22-250C). Sebagian besar
fungi adalah mesofilik. Fungi termofil adalah fungi yang hidup pada
suhu minimum 200C, suhu optimum 400C dan suhu maksimum 50-
600C. Contohnya Aspergillus fumigatus yang hidup pada suhu 12-550C.
Mengetahui kisaran suhu pertumbuhan suatu fungi adalah sangat
18

penting, terutama bila isolat-isolat tertentu akan digunakan di


industri. Misalnya, fungi yang termofil atau termotoleran (Candida
tropicalis, Paecilomyces variotii, dan Mucor miehei), dapat memberikan
produk yang optimal meskipun terjadi peningkatan suhu, karena
metabolisme funginya, sehingga industri tidak memerlukan penambahan
alat pendingin.
4. Derajat keasaman lingkungan
PH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena
enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan
aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya fungi menyenangi pH di
bawah 7.0. Jenis-jenis khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH yang
cukup rendah, yaitu pH 4.5-5.5. Mengetahui sifat tersebut adalah
sangat penting untuk industri agar fungi yang ditumbuhkan
menghasilkan produk yang optimal, misalnya pada produksi asam
sitrat, produksi kefir, produksi enzim protease-asam, produksi
antibiotik, dan juga untuk mencegah pembusukan bahan pangan.
5. Bahan kimia
Bahan kimia sering digunakan untuk mencegah
pertumbuhan fungi. Senyawa formalin disemprotkan pada tekstil yang
akan disimpan untuk waktu tertentu sebelum dijual. Hal ini terutama
untuk mencegah pertumbuhan kapang yang bersifat selulolitik, seperti
Chaetomium globosum, Aspergillus niger, dan Cladosporium
cladosporoides yang dapat merapuhkan tekstil, atau meninggalkan
noda-noda hitam akibat sporulasi yang terjadi, sehingga menurunkan
kualitas bahan tersebut. Selama pertumbuhannya fungi menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak diperlukannya lagi dan dikeluarkan ke
lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut merupakan suatu pengaman
pada dirinya terhadap serangan oleh mikroorganisme lain
termasuk terhadap sesama mikroorganisme. Manusia memanfaatkan
senyawa-senyawa tersebut, yang kita kenal sebagai antibiotik, untuk
19

mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh


mikroorganisme (6).
Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi
tubuhnya mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal
bercabang-cabang yang padat menjadi satu. Ciri kedua ialah, jamur tidak
mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Sifat ini
menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di
dalam evolusi (Dwidjoseputro, 1998). Menurut Agrios (1996), Sebagian
besar jamur mempunyai tubuh vegetatif seperti tumbuhan yang lebih
kurang terdiri dari filament (benang) memanjang, bersambung,
bercabang, mikroskopis, mempunyai dinding sel yang jelas. Tubuh
jamur disebut miselium, dan cabang-cabang tunggal atau filament dari
miselium disebut hifa. Umumnya tebal hifa atau miselium seragam.
Beberapa jenis jamur diameter hifanya hanya 0,5 m, sedangkan jamur
yang lain tebalnya dapat lebih dari 100 m. Panjang miselium pada
beberapa micrometer, tetapi ada jenis jamur lain yang dapat
menghasilkan benang miselium sepanjang beberapa meter (Agrios,
1996). Habitat adalah tempat yang mempunyai sumber nutrien
(bahan makanan) untuk tempat pertumbuhan jamur yang sesuai.
Sumber nutrien dimaksud dapat berbentuk karbohidrat, lemak, protein
serta senyawa lainnya.Karenanya sejak tanah, air, bahan makanan,
hewan, tanaman sampai dengan manusia, rata-rata sesuai sebagai tempat
tumbuh dan perkembangan jamur. Kehadiran jamur pada suatu substrat
mungkin bersifat normal, yang artinya jamur tersebut selalu didapatkan.
Tetapi mungkin bersifat transien (sementara) yang disebabkan oleh
pengaruh luar. Pengaruh luar yang dimaksud adalah antara lain adanya
penambahan bersama bahan lain, terbawa oleh hewan ataupun
terbawa bersama peralatan dan benda-benda lainnya.
Pada beberapa jamur, miselium terdiri atas banyak sel yang
mengandung satu atau dua inti per sel (celluer). Miselium yang lain
bersifat saenositik (caenocytik), yaitu mengandung inti dan keseluruhan
20

miselium berupa satu sek multi inti yang bersambung, tubular (seperti
pipa), bercabang atau tidak bercabang atau miselium tersebut dibagi
oleh dinding melintang (septa), setiap sigmen menjadi hifa multi inti.
Pertumbuhan miselium terjadi pada ujung hifa (Agrios, 1996). Sebagian
besar jamur berkembang baik dengan spora. Spora mungkin di bentuk
secara aseksual (melalui produksi dengan pemisahan miselium, sel
yang terspesialisasi, spora, tahap melibatkan kariogami dan miosis)
atau sebagai hasil proses seksual. Reproduksi seksual terjadi pada
sebagian besar jamur. Beberapa diantaranya, dua sel (gamet) yang sama
ukuran dan bentuknya bersatu dan menghasilkan zigot, yang disebut
zigospora. Pada sekelompok besar jamur tidak diketahui reproduksi
secara seksual, baik karena jamur tersebut tidak mempunyai reproduksi
secara seksual atau karena belum ditemukan. Nampaknya jenis jamur
tersebut hanya berkembang biak secara aseksual
6. Teori Simpul
Dalam proses kejadian penyakit, termasuk penyakit menular,
pada hakikatnya dapat diuraikan dalam empat simpul. Simpul 1
yaitu sumber penyakit. Sumber penyakit adalah titik yang menyimpan
dan/atau menggandakan agen penyakit serta mengeluarkan atau
mengemisikan agen penyakit. Agen penyakit adalah komponen
lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui
media perantara (yang juga komponen lingkungan) (6).
Dalam hal ini, simpul 1 berupa jamur yang terdapat pada pakaian
bekas, diantaranya jamur Candida albicans dan Aspergillus spp.
Simpul 2 yaitu mediatransmisi penyakit. Media transmisi penyakit
yaitu komponen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit.
Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau di
dalamnya tidak mengandung agen penyakit (6). Dalam hal ini,
simpul 2 berupa udara dan pakaian yang mengandung bakteri yang
berasal manusia. Simpul 3 yaitu perilaku pemajanan. Hubungan
interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut
21

perilakunya, dapat diukur dengan konsep yang disebut sebagai perilaku


pemajanan atau behavioral exposure.
Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia
dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya
penyakit (agen penyakit) (Achmadi,2013). Dalam hal ini, simpul 3
berupa pengetahuan, perilaku, pekerjaan, dan lokasi penduduk. Simpul 4
yaitu kejadian penyakit. Kejadian penyakit merupakan outcome
hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang
memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Manifestasi dampak
akibat hubungan antara penduduk dengan lingkungan menghasilkan
penyakit pada penduduk (6).
C. Penyakit yang Disebabkan Jamur
Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis.
Menurut Entjang (2003), penyakit-penyakit yang disebabkan jamur yaitu:
a. Tinea versicolor (panu) yaitu mikosis superfisial dengan gejala
berupa macula (bercak) putih kekuning-kuningan disertai rasa gatal,
biasanya pada kulit dada, bahu, punggung, axilla, leher dan perut
bagian atas. Pada penyembuhan, daerah yang terkena biasanya
mengalami depigmentasi dalam waktu yang cukup lama. Penyakit
ini disebabkan Malassezia furfur.
b. Tinea cruris yaitu mikosis superfisial yang mengenai paha bagian
atas sebelah dalam. Pada kasus yang berat dapat pula mengenai kulit
sekitarnya, daerah scrotum, perineum, perut dan ketiak. Penyakit ini
disebabkan Epidermophyton floccosum atau Trichophyton sp.
c. Tinea circinata (tinea corporis) yaitu mikosis superfisial berbentuk
bulat-bulat (cincin) dimana terjadinya jaringan granulamatous,
pengelupasan lesi kulit disertai rasa gatal. Gejala penyakitnya
bermula berupa papula kemerahan yang melebar kearah luar sedang
bagian tengahnya membaik, pinggirnya agak menonjol dan berwarna
merah. Penyakit ini disebabkan Mycrosporum sp. dan Trichophyton sp.
22

d. Nocardiosis yaitu mikosis yang menyerang jaringan subkutan dimana


terjadi pembengkakan jaringan yang terkena dan terjadinya
lubang-lubang yang mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa
granula. Penyakit ini disebabkan Nocardia asteroides.
e. Candidiasis yaitu mikosis yang menyerang kulit, kuku, selaput lendir
mulut, vagina dan organ tubuh seperti ginjal, jantung dan paru-paru.
Penyakit ini disebabkan Candida albicans.
f. Sporotrichosis yaitu mikosis yang mengenai kulit dan kelenjar lympha
superfisial dengan gejala benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian
membesar, merah, meradang, proses nekrosis kemudian terbentuk
ulcus. Nodula yang sama terjadi sepanjang pembuluh lympha
regional dan terjadi ulcus-ulcus berikutnya. Penyakit ini
disebabkan Sporotrichum schenckii.
g. Blastomycosis yaitu mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera
tulang dan sistem syaraf dengan gejala berupa papula atau pustula
yang berkembang menjadi ulcus kronik dengan jaringan granulasi
pada alasnya. Penyakit ini disebabkan Blastomyces dermatitidis dan
Blastomyces brasieliensis.
h. Aspergillosis yaitu infeksi oputunistik yang paling sering terjadi pada
paruparu dengan gejala yang mirip dengan TB paru. Penyakit ini
disebabkan Aspergillus spp. terutama Aspergillus fumigatus (7).

Pada penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial seseorang


terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung dengan jamur
tersebut, atau benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh jamur, atau pun
kontak langsung dengan penderita. Bisa juga berasal dari binatang
peliharaan, misalnya Microsporum canis jamur yang berasal dari kucing
ataupun anjing. Sedangkan untuk yang deep mycosis harus ada port
d’entre atau pintu masuk oleh karena luka karena tusukan benda tajam
ataupun benda tumpul. Pada infeksi jamur superfisial kadang-kadang
memberikan gambaran klinis yang karakteristik misalnya pada tinea
23

korporis ataupun tinia kruris, yaitu adanya ruam dengan penyembuhan


sentral dengan pinggir yang aktif. Hal ini karenagolongan jamur
dermatofita aktif mencari keratin daripada kulit. Golongan kandida
merupakan jamur yang bersifat oportunistik yang normal dijumpai di
traktus digestifus pada manusia. Pada keadaan manusia dengan daya tahan
yang sehat jamur tersebut tidak memberikan penyakit pada manusia, tetapi
begitu daya tahan manusia menurun kandida akan menyerang manusia.
Dapat menyerang kuku (onycomycosis), kulit dan selaput lendir mulut,
oesofagus serta vagina. Selain daripada itu kandida dapat menjadi
sistemik yang dapat menyerang organ tubuh dalam seperti paru-paru, yang
gambaran klinisnya seperti infeksi tuberkulosa, otak (meningitis), ginjal dan
hati. Apabila terjadi infeksi pada vagina dapat menyebabkan vulvo-vaginitis
dengan salah satu simptomnya adalah keputihan (leuchorrhea). Keputihan
merupakan masalah yang sangat besar bagi wanita. Sebahagian besar
keputihan disebabkan oleh golongan jamur kandida terutama species
Candida albican (7).

Disamping pengobatan, yang penting juga adalah nasehat kepada


penderita misalnya pada penderita dermatofitosis, kami sarankan agar: -
memakai pakaian yang tipis. - memakai pakaian yang berbahan cotton. -
tidak memakai pakaian dalam yang terlalu ketat. Pada penderita dengan
symptom keputihan sebaiknya pasangan seksualnya (suami) juga datang
memeriksakan diri untuk mencari adanya kandida yang tersembunyi
(hidden candida), misalnya pada kuku, atau pada priposium pasangan
seksualnya. Kemudian dianjurkan jangan memakai celana dalam yang
terlalu ketat dan jangan terlampau sering menggunakan cairan pencuci
vagina (vaginal douche), dan jangan memakan jamu-jamu atau obat-obatan
tradisional yang “disinyalir” mengandung steroid. Obat-obat pada infeksi
jamur pada kulit ada 2 macam yaitu: 1. Obat Topikal misalnya: a.
Golongan Mikonazole b. Golongan Bifonazole c. Golongan Ketokonazole
d. Golongan Terbinafin, dan sebagainya. Tapi sangat disayangkan bahwa
24

obat-obat topikal ini adalah mikostatik, artinya tidak membunuh spora


sehingga kekambuhan akan selalu terjadi. 2. Obat per oral a. Golongan
Griseofulvin yang banyak dipakai di rumah sakit-rumah sakit ataupun di
puskesmas. b. Golongan Ketokonazole yang bersifat fungistatik c.
Golongan Terbinafin d. Golongan Itrakonazole Dari obat-obat
tersebut diatas hanyalahItrakonazole yang bersifat fungisidal (dapat
membunuh spora) tetapi sayang harganya sangat mahal sehingga tidak
terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.

Gambar 1. Badan penderita Tinea versicolor (panu)


25

Gambar 2. Tangan penderita sporotrichosis

D. Fisiologi Jamur
a. Nutrisi Jamur
Jamur adalah suatu organisme heterotrop artinya untuk
hidupnya memerlukan zat-zat organik dari organisme lain. Dari cara
hidupnya jamur dibagi dalam 4 golongan yaitu: parasit, saprofit,
komensal dan simbion. Sebagai parasit jamur memer- lukan zat hidup
yang diperoleh dari makhluk lain yaitu manusia, hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Sebagai saproba atau saprofit jamur memerlukan zat
organik mati untuk hidupnya terutama pada tumbuh-tumbuhan.
Sebagai komemsal atau simbion jamur memerlukan organisme lain
untuk menumpang atau bersimbiosis misalnya mikoriza dan lichen.
Senyawa-senyawa nutrisi yang diperlukan untuk kehidupan
jamur antara lain :
1) Senyawa organik, sumber karbon diperoleh dari glukosa,
sukrosa, maltose, tepung dan selulosa.
2) Sumber nitrogen diperoleh dari pepton, asam amino,
protein,nitrat, garam ammonium dan urea
3) Ion-ion anorganik esensial yaitu Na, P, Mg, S.
4) Ion-ion anorganik sebagai trace element: Fe, Zn, Cu, Mn,Mo
dan Galium.
5) Faktor tumbuh: Zat perangsang tumbuh, vitamin danhormon.
26

Disamping senyawa-senyawa nutrisi tersebut di atas ada


beberapa jamur yang membutuhkan suatu zat organik khusus yaitu
thiamin. Energi yang diperlukan oleh jamur didapat dari senyawa-
senyawa karbon melalui suatu proses respirasi aerob yaitu adanya
pemecahan karbohidrat menjadi CO2 + H2O + Energi.

Pemecahan karbohiodrat dalam kondisi anaerob juga dihasilkan


energi yang nilainya kurang dibandingkan dengan energi yang
dihasilkan dari proses respirasi. Tipe energi ini terdapat dalam proses
fermentasi. Sebagai contoh misalnya pada jamur Aspergillus oryzae
memerlukan 51 senyawa terutama alkohol dan asam-asam untuk
pertumbuhan dan respirasi. Contoh senyawa yang diperlukan tersebut
adalahtriolen, pentosan, amilo peptin, selulose, gula, tepung, dll.

b. Metabolisme
Metabolisme adalah proses kimiawi dalam sel hidup yang
menghasilkan dan menggunakan energi untuk hidup sel. Oleh
karena itu dibutuhkan nutrisi yang mungkin berbeda untuk setiap
jenis. Nutrisi tersebut dirubah menjadi materi sel, energi dan produk
buangan.
Metabolisme dibagi dua yaitu katabolisme dan anabolisme.
Katabolisme merupakan penguraian ataudesimilasi senyawa-senyawa
kompleks menjadi senyawa sederhana yang disertai dengan
pembebasan energi. Energi tersebut disimpan dalam bentuk Adenosin
trifosfat (ATP) hasil sintesis dari ADP dan fosfat atau melalui reduksi

Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NADP+) menjadi Nikotinamida


Dinukleotida Fosfat Hidrogen (NADPH).
Anabolisme merupakan pembentukan senyawa-senyawa
kompleks dari nutrisi-nutrisi sederhana dan disebut juga asimilasi/
biosintesis ATP dan NADPH sebagai energi tinggi digunakan dalam
proses-proses asimilasi atau biosintesis.
27

Antara katabolisme atau desimilasi dengan anabolismeatau


asimilasi satu sama lain berkaitan karena energi yang dibebaskan
kemudian dimanfaatkan kembali dalam proses sintesis. Kelebihan
energi yang tidak dimanfaatkan dalam sel dikeluarkan dalam bentuk
panas dan gerak (8).
Jamur atau fungi merupan organisme heterotrof karena
membutuhkan energi yang diambil dari organisme autotrof yang
mampu mengasimilasi karbon anorganik. Senyawa karbon anorganik
dimanfaatkan juga untuk membuat materi sel baru dari molekul
sederhana seperti gula sederhana, asam organik, karbohidrat, protein,
lipid dan asam nukleat.
Karbohidrat merupakan substrat utama untuk metabolisme
karbon pada jamur yaitu dapat dioksidasi menjadi energi kimia
dalam bentuk ATP dan nukleotida fosforilasi tereduksi dan untuk
asimulasi konstituen sel fungi yang mengandung karbohidrat, lipid,
protein dan asam nukleat.Jamur juga mempunyai peran yang sangat
penting dalam proses-proses fermentasi, terutama dari golongan
khamir. Fermentasi berasal dari bahasa latin fervere yang berarti
mendidih/berbuih, ini disebabkan karena produk akhir dari
fermentasi antibiotika adalah karbon dioksida yang merupakan
aktivitas katabolisme anaerob terhadap gula-gula dalam ekstrak
Gula diasimilasi melalui jalur glikolisis (Embden Mayer
hof – paenas) dan menghasilkan asam piruvat, kemudian asam
piruvat mengalami penguraian oleh enzim piruvat dekarboksilasi
menjadi etanol dan CO2 dalam kondisi anaerob. Selain itu dari asam
piruvat dapat diasimilasi oleh berbagai mikroorganisme baik dalam
keadaan aerob maupun anaerob akan menghasilkan berbagai asam.
Berikut adalah skema dari proses metabolisme dan
pembentukan metabolit skunder dari metabolit primer :
28

Gambar 3.1 Skema : Pembentukan metabolit sekunder darimetabolit


primer

Untuk memenuhi kebutuhan nitrogen fungi menggunakan


protein menjadi asam-asam amino dengan bantuan enzim protease
yang selanjutnya diangkut ke dalam sel melalui system transport.
Kemampuan fungi menggunakan nitrogenanorganik seperti asimilasi
nitrat menjadi ammonium oleh enzim nitrat reduktase dan nitrit
reduktase. Contoh A. nidulans, Harisenula anomata, H. polymarpha.
Kemampuan fungi menggunakan nitrogen organik juga dibuktikan
oleh S. cerevisiae yang menggunakan asparagin, asam aspartat, asam
glutamate, alanin, valin, leusin, serin, arnithin, arginin, feninalanin,
terosin dan prolin, tetapi tidak tumbuh pada media yang mengandung
lisin karena bersifat toksik bagi S. cerevisiae. Geotrichun candidum
juga dapat menggunakan histidin, metionin, trionin, fenil alanin dan
sistein. P. camemberti dapat menggunakan metionin. Urea dapat
dihidrolisis oleh jamur yang menggunakan urease menjadi
ammonium dan karbon dioksida. S. cerevisiae tidak mengandung
urease, tetapi mengandung enzim urea amidohidrolase, sehingga urea
dihidrolisis menjadi alofanat dulu, baru didrolisis oleh enzim alofanat
hidralase menjadi ammonium.

Fungi menguraikan lipida dalam bentuk lemak dan minyak


melalui proses hidrolosis oleh enzim lipase menjadi gliserol atau asam
29

lemak. Contoh jamur adalah Penicillium chrysogenium, P. citrun, P.


requefali, Mucor sp., Rhizopus javanicus dan R. oligosporus.

Fungi-fungi yang mendekomposin selulose dari alam oleh


enzim selulase ekstraseluler adalah Aspergillus, Cladosporium,
Chaetomium, Fusarium, Geotrichum, Phesilomyces dan Penicillium.

c. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mem-Pengaruhi Kehidupan Jamur:


1) Temperatur/ suhu :

a) Suhu minimum : 2 – 5 0C

b) Suhu optimum : 22 – 27 0C

c) Suhu maksimum :35 – 40 0C


2) Kemasaman (pH) :
a) pH optimum : 5 – 6,5
b) pH medium : 4,5
3) Kelembaban : 40 – 60 %
d. Isolasi Dan Identifikasi Jamur
Jamur hidup kosmopolitan (tanah, air, udara, benda- benda,
makanan, dan lain-lain). Bahan isolasi jamur bertgantung kebutuhan.
Jadi dapat berupa padat ataucairan. Media yang digunakan untuk
pertumbuhan jamur umumnya adalah PDA (Patato Dekstrose Agar)
dan Sabouraud Agar (untuk jamur pathogen).
Metode isolasi yang digunakan adalah TPC (Total Plate Count)
untuk mengetahui jumlah jamur, kemudian dilakukan pemurnian
untuk mengamati koloni dan struktur jamur. Masa inkubasi sampai
terdapat pertumbuhan koloni untuk jamur sekitar 3–5 hari bahkan bisa
lebih bergantung pada jenisnya.
Koloni jamur yang telah dimurnikan, kemudian
diidentifikasikan secara makroskopis dan mikroskopis (Analisis
fenotip) yaitu mengamati karakter meliputi bentuk, ukuran, warna,
sifat permukaan (granular, berbulu, licin, dan lain-lain) dan balik
30

koloninya. Selanjutnya dilakukan pengamatan secara mikroskopis


untuk melihat struktur hifa danspora (8).
Untuk mengamati sifat-sifat hidup jamur dengan secara
makroskopis dan mikroskopis. Secara makroskopis dengan mengamati
pertumbuhan koloni jamur pada media pertumbuhan. Sifat-sifat koloni
seperti, bentuk susunan, warna dan ukuran koloni.Secara mikroskopis
adalah dengan mengamati struktur jamur seperti hifa, spora, tubuh
buah dll.Kemudian adanya zat-zat kimia yang dikeluarkan oleh tubuh
jamur seperti preparat enzim, asam-asam, alkohol dan pigmen-
pigmen,juga polysacharida, sterol dan golongan miscellanous,
vitamin-vitamin, acetaldehyde, senyawa arsenic, lipid dan antibiotika
yang merupakan produk dari jamur.
Dengan adanya metabolit-metabolit yang di hasilkan dari tubuh
jamur, maka jamur merupakan organisme penting di dalam dunia
industri makanan, minuman dan obat-obatan. Disamping metabolit
penting untuk dunia industri juga ada metabolit yang sifatnya racun
untuk organisme lain yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan maupun tumbuhan.
Untuk meningkatkan validitas hasil identifikasi maka
dilanjutkan dengan analisis genotip yaitu identifikasi secaramolekuler
yaitu mengamati DNA. Tahapan kerja analisis genotip adalah: Isolasi
DNA, Anypifikasi (PCR), Elektroforesis DNA, Sekrening dan
terakhir analisis Felogenetik.
E. Perkembangbiakan Jamur
Perkembanganbiakan jamur ialah pembentukan individu baru yang
mempunyai sifat-sifat khas bagi species. Pada jamur terdapat 2 macam
perkembangbiakan yaitu seksual dan asekual. Perkembangbiakan secara
seksual cirinya adalah pertemuan 2 (dua) nukleus (inti) yang sesuai. Proses
reproduksiseksual ini terdiri dari 3 fase yaitu: plasmogamy, karyyogamy,
dan fase meiosis. Plasmogamy ialah pembauran dari protoplast yang
31

mendekati kedua nukleus dalam sel yang sama. Karyogamy ialah


pencampuran kedua nukleus tadi.
Meiosis yaitu fase mereduksi jumlah kromonsom diploid menjadi
haploid.
1. Perkembangbiakan Secara Aseksual
Perkembangbiakan secara aseksual yaitu pembiakan untuk
memperoleh individu baru yang dapat terjadi berulang kali dalam
suatu musim.

Reproduksi aseksual ini dapat berlangsung secara :

1. Fragmentasi, tiap fragmen atau bagian somatiknya


membentuk individu baru,
2. Membelah, dengan membentuk dinding sekat
yangmemisahkan kedua anak sel yang baru,
3. Budding, terdapat pada yeast (uniseluler) dan beberapacendawan
lainnya pada keadaan tertentu
4. Pembentukan spora

Gambar 4.2 Reproduksi Seksual dan Aseksual

Berdasarkan kemampuan berkembangbiak, klasifikasi jamur-


jamur yang diketahui hanya berbiak secara aseksual kita masukan dalam
32

suatu klas khusus, yaitu Deuteromycetes. Reproduksi jamur secara umum


dapat kita lihat sebagai berikut:

Gambar 4.1 Pembentukan Askospora dan Basidiospora

Jamur bersel satu berbiak dengan membelah diri, atau dengan


bertunas. Tunas-tunas yang dihasilkan itu biasanya kita sebut blastospora.
Sepotong miselium atau sepotong hifa dapat tercabik-cabik sehingga
terbentuk semacam koloni. Pembiakan aseksual samacam ini biasanya kita
sebut fragmentasi.

Banyak jamur menghasilkan konidia, yaitu ujung hifa- hifa


tertentu yang membagi-bagi diri menjadi bentuk-bentuk bulat atau bulat
telur atau empat-persegi panjang.Bentuk tersebut dinamakan
konidiospora. Disamping oidia (oidiospora) dan artrospora yang
merupakan deretan spora dikenal juga Klamidospora, yaitu spora yang
berdinding tebal.Klamidospora ada yang tunggal, ada yang berderet
terdapat pada ujung hifa atau di tengah-tengah hifa. Spora- spora
tersebut dalam keadaan terbuka, jadi tidak terwadahi di dalam suatu kotak.
Hifa tempat tumbuhnya konidia disebut konidiofor (9).
33

Ujung hifa di beberapa jamur dapat menggelembung merupakan


suatu wadah, sedang protoplastnya membagi-bagi diri menjadi suatu
spora. Wadah itu kita sebutsporangium, sporanya kita sebut
sporangiospora, sedang hifa yang merupakan tangkai sporangium kita
sebut sporangiofor.

Pada umumnya warna jamur-jamur rendah itu ditentukan oleh warna


konidia Berbagai jamur dapat bervariasi dari bening tak berwarna sampai
kuning, hijau, jingga, merah, coklat, hitam. Bentuknya dapat berupa bola
kecil, serupa telur, bulat panjang, seperti sabit, serupa jarum dan
sebagainya. Konidia dapat pula bersel tunggal, dapt pula bersel banyak.

Gambar 4.3 Perekembangbiakan aseksual,

A. Pembelahan sel, B. Buding C. Fragmentasi

Sporangium beberapa jamur Phycomycetes menghasilkan spora-


apora yang dapar bergerak, dan oleh karena itu spora- spora tersebut
mempunyai bulu cambuk (flagel). Flagel ada yang polos, ada juga yang
berambut. Flagel berpangkal dalam protoplast. Pangkal itu disebut
blefaroplast. Blefaroplast bargandengan dengan inti dengan perantaraan
benang-benang dan disebut rizoplast. Penampang melintang flagel
menunjukan adanya 9 pasang benang yang mengelilingi di pinggir, dan
2 benang ditengah yang disebut aksonem.

Sporangium tempat pembentukan zoospora disebut zoosporangium.


Dalam prakteknya dijumpai kesulitan dalam membedakan antara
sporangium dan konidia dan juga antara bentuk-bentuk alat pembiakan
aseksual yang lain; dalam hal ini acapkali ada perbedaan antara para ahli.
34

1. Perkembangbiakan Secara Seksual


Pembiakan secara seksual memerlukan dua jenis jamur yang
cocok, artinyadapat kawin. Untuk kecocokan ini kita berikan istilah
kompatibel. Dua jenis yang kompatibel kita tandai dengan (+) dan (-)
atau dengan A dan a, atau dengan lain kode.
Proses perkawinan antara 2 jenis yang kompatibel pada
hakekatnya terdiri atas persatuan antara dua protoplast yang
kemudian diikuti persatuan intinya persatuan antara protoplast
disebut plasmogami, sedang persatuan antara inti di sebut karyogami.
Didalam pembicaraan jamur-jamur dibelakang ter- nyata, bahwa
plasmogami tidak selalu segera di ikuti dengan karyogami secara
masal antara inti-inti dari sel yang lain yang kompatibel, tetapi
kadang-kadang terdapat juga karyogami antara inti yang sama.
Pada jamur tinggi tidak demikian. Kadang-kadang karyo- gami
hanya berlangsung sebentar dalam siklus hidupnya. Hifa atau
miselium yang terbentuk karena perkawinan dua hifa yang kompatibel
dapat mengalami dua kemungkinan. Kalau kedua inti yang kompatibel
segera bersatu, maka hifa baru disebut berinti satu (monokaryotik),
inti baru itu diploid. Sebaliknya, kalau kedua inti tetap terpisah,
maka hifa baru disebut hifa berinti dua tak sama (dikaryotik). Hifa
yang dikaryotik berkembangbiak pula dengan membelah diri yang
didahului dengan pembelahan kedua inti secara bersama-sama.
Dengan demikian tiap sel baru pada hifa tersebut adalah
heterokaryotik. Pada suatu ketika keadaan heterokaryotik berubah
menjadi monokaryotik. Akan tetapi meiosis akan segera terjadi
sehingga inti yang diploid menjadi haploid lagi. Hal ini terjadi pada
waktu jamur akan menghasilkan spora-spora baru (9).
Jamur yang berinti satu haploid tidak dapat mengadakan
perkawinan sendiri, maka jamur yang demikian itu dinamakan
heterotalik mandul. Jadi jamur yang demikian itu hanya dapat kawin
dengan jenis lain yang kompatibel.
35

Jamur yang berinti dua (atau banyak) yang tidak sama dan
dapat mengadakan perkawinan sendiri disebut homotalik subur. Jika
suatu jamur secara morfologik jelas menghasilkan jenis kelamin
jantan (anteridium) yang menghasilkan sel kelamin jantan dan alat
kelamin betina (oogonium) yang mengandung sel telur, maka jamur
itu disebut hermafrodit. Biasanya jamur hermafrodit
dapatmengadakan perkawinan sendiri, keadaan ini kita sebut berumah
satu (monoecius).
Bila ada jamur yang hanya menghasilkan alat kelamin jantan
saja, atau hanya alat kelamin betina saja, maka keadaan itu kita sebut
berumah dua (dioecius).
Alat kelamin pada umumnya kita sebut gametangium, sedang
sel kelamin disebut gamet. Gametangium yang menghasilkan sel
kelamin jantan dinamakan anteridium, sedang gametangium yang
menghasilkan sel kelamin betina kita namakan oogonium. Sering
kali gamet jantan dan gamet betina secara morfologis tidak dapat
dibedakan yang satu dari yang lain; dalam hal demikian gamet-gamet
itu disebutisogamete. Jika gamet-ganet tersebut jelas berbeda,maka
disebut mereka anisogamet, jika berbeda besar dan kecilnya, atau
heterogamet apabila berbeda jenis kelaminnya. Pada jamur rendah
terdapat gamet-gamet yang bergerak, untuk itu dinamakan
planogamet, sedang yang tidak bergerak disebut aplanogamet. Sel
telur adalah suatu aplanogamet, sedang anterozoida adalah
planogamet. Berbagai bentuk gamet. semuanya adalah planogamet,
kecuali sel telur yang menetap dalam oogonium
Cara bersatunya dua sel yang berlainan jenis dapat kita
klasifikasikan sebagai berikut:
2. Persatuan planogamet
Ini terjadi antara dua gamet yang dapat bergerak; untuk ini
dapat diciptakan istilah planogametogami. Kalau persatuan itu terjadi
antara dua planogamet yang berbeda ukuran atau planogamet yang
36

satu dapat bergerak sedang yang lain tidak, maka persatuan itu
disebut anisogametomi. Contohnya pada Allomyces dan
Monoblephari.
3. Kontak antara Gametangium
Pada banyak species jamur yang tidak menghasilkan sel
kelamin, plasmogami dapat terjadi langsung antara dua gametangium
yang kompatibel, sedang masing-masing gametangium selama
plasmogami tidak mengalami peru- bahan. Melalui suatu lubang atau
saluran kecil yang terjadi antara kedua gametangium yang
mengadakan kontak, mengalirlah inti atau inti-inti dari anteridium
ke oogonium. Setelah ini berakhir, maka oogonium
dapatberkembang, sedangkan anteredium mungkin mengalami
desintegrasi.
4. Persatuan Gametangium atau Gametangiogami
Pada Gametangiogami ini terjadi perpindahan seluruh isi
anteredium keogonium. Dalam hal ini ada dua cara. Pertama ialah,
antara anteridium dan oogonium terbentuk lubang atau saluran,
sehingga seluruh protoplast dari anteridium pindah ke oogonium
lewat lubang atau saluran tersebut.Kedua,

Gametangium luluh menjadi satu tubuh baru.


Gambar 4.4 Peristiwa gametangiogami pada jamur tingkat rendah
37

5. Spermatisasi
Beberapa jamur tinggi menghasilkan semacam konidia kecil
berinti satu yang kita sebut spermatia. Spermatia dapat terbawa angin,
air, serangga atau lainnya untuk membuahi gametangium betina.
Antara spermatania dan gametangium terdapat lubang tempat
mengalir protoplast dari spermatatia ke gametangium (oogonium).

Gambar 4.5 Spermatisasi pada Podospora anserine

6. Somatogami
Pada Jamur-jamur tinggi tertentu tidak terdapat alat kelamin,
maupun sel kelamin, dan persatuan protoplast antara dua jenis
yang kompatibel dapat berlangsung dari setiap sel tubuh (hifa) dari
jenis yang satu dengan sel tubuh (hifa) dari jenis yang lain.

Gambar 4.6 Peristiwa Somatogami pada Basidiomycetes


38

F. Klasifikasi Jamur
Penamaan jamur mengikuti permufakatan internasional. Tiap jamur
diberi dwinama yang menyebutkan genus dan speciesnya (binomial).
Klasifikasi dan penamaan jamur masih jauh dari sempurna. Masih banyak
hal-hal yang memerlukan penelitian lebih luas dan mendalam sebelum kita
dapat menetapkan suatu taksonomi yang agak stabil.
Karena filogeni (asal-usul) masing-masing species yangdi golongkan
sebagaijamur itu belum seluruhnya jelas, maka penelitian lebih lanjut
memungkinkan terjadinya perubahan dalam klasifikasi. Dalam
penggolongan jamur lendir dan jamur tingkat rendah Dwidjoseputro (1979)
memperhatikan pendapat Wolf, Webster, dan Von Ark, sehingga
mengusulkan adanya Pseudomycomycetes untuk menampung ordo
Acrasiales dan ordo Labyrynthulales, sedang klas Plasmodiophora,
Myxoromycetes dianggap lebih sesuai kalau dimasukkan dalam subdivisi
Myxomycotina. Sulit bahkan mustahil untuk mengelompokkan misalnya
jamur lendir dengan jamur-jamur yang lain menjadi suatu kesatuan yang
wajar; yang dimasukkan dalam suatu wadah sangatlah heterogen. Tak
mengherankan kalau ada sarjana-sarjana yang menciptakan suatu Kerajaan
(Regnum) baru untuk merangkum makhluk-makhluk yang tidak diketahui
apakah itu tumbuhan atau hewan. Mereka mengusulkan adanya kerajaan
Protista, dan jamur lendir tercakup di dalamnya dengan nama Mycetozoa.
Yang di usulkan oleh sarjana-sarjana lain menarik juga, namun kurang
langsung berhubungan dengan taksonomi.
Dwidjoseputro dalam bukunya (9) memasukkan semua jamur dalam
kerajaan Tumbuhan (Ragnum Plantae). Kerajaan ini di bagi atas divisi-
divisi, dan jamur masuk dalam Mycota/Mycophyta. Selanjutnya divisi
Mycota di bagi menjadi dua dua subdivisi yaitu subdivis Myxomycotina/
Mycomycophyta dan subdivisi Eumycotina/ Eumyxomy-cophyyta. Subdivisi
dibagi atas klas, nama klas berakhiran– mycetes. Klas dibagi atas subklas,
39

nama subklas berakhiran – mycetidae. Subklas di bagi atas ordo, dan nama
ordo berakhiran – ales. Ordo di bagi atas famili, dan nama famili
berakhiran – aceae.

Kingdom : Plantae

Divisio : Mycota /Mycophyta/Thallophyta

Kelas : mycetes / mycetea

Ordo : ales

Famili : aceae

Sedangkan Alexopolous dan Mims (1979) dalam bukunya


Introductory Mycology memasukkan jamur dalam klasifikasi sebagai
berikut:

Superkingdom :Eukaryo

Kingdom : Myceteae (Fungi)

Divisi 1 : Gymnomycota

Subdivisi I : Acrasiogymnomycotin

Kelas I : Acrasiomycetes

Subdivisi 2 : Plasmodiogymnomycotina

Kelas 1 : Protosteliomycetes

2 : Myxomycetes

Sub kelas 1 : Ceratiomyxomcetidae

2 : Myxogastromycetidae
40

3 : Stemonitomycetida

Divisi II : Mastigomycota

Kelas 1 : Chytridiomycetes
2 :
3 :Hyphochytridiomycetes
4 Subdivisi
Plasmodiophoromycetes
2 : Diplomastigomycotina
Kelas 1 : Oomycetes

Divisi III : Amastigomycota

Subdivisi 1 : Zygomycotina

Kelas 1 : Zygomycetes

2 : Trichomycete

Subdivisi 2 : Ascomycotina

Kelas 1 : Ascomycetes

Subkelas 1 : Hemiascomycetidae

2 : Plectomycetidae

3 : Hymenoascomycetidae

4 : Laboulbeniomycetidae

5 : Loculoascomycetidae

Subdivisi 3 : Basidiomycotina
Kelas 1 : Basidiomycetes
Subkelas 1 : Holobasidiomycetidae
2 :
Phragmobasidiomycetidae
41

G. Candida albicans
1. Taksonomi
Menurut Lodder (1970) dalam Siregar (2004), taksonomi Candida
albicans adalah :
Kelas : Deutromycota
Famili : Cryptococcaccae
Subfamili : Candidoidea
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
2. Ciri-Ciri
Sel-sel jamur Candida albicans berbentuk bulat, lonjong, atau
bulat lonjong dengan ukuran 2-5µ x 3-6µ sampai 2-5,5µ x 5-28,5µ.
Berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang
tumbuh dari tunas, disebut blastospora. Candida albicans dapat
mudah tumbuh di dalam media Sabauroud dengan membentuk
koloni ragi dengan sifat-sifat yang khas, yakni: menonjol dari
permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, berwarna putih
kekuningkuningan, dan berbau ragi (9).

Gambar 3. Sel Candida albicans (Sumber: Malik, 2012)


42

Gambar 4. Koloni Candida albicans (Sumber: Gunawan, 2012)

3. Epidemiologi
Candida albicans hidup sebagai saprofit, merupakan flora
normal pada mulut, tenggorokan, saluran pencernaan, vagina, lipatan
kulit dan di alam ditemukan pada tanah, air, serangga dan tumbuh-
tumbuhan (KSDMI, 2001). Candida albicans mudah tumbuh pada suhu
200C-370C, tahan terhadap suhu dingin, tetapi sensitif terhadap suhu
panas 500C-600C (Firda, 2008). Diperkirakan sekitar 25%-50%
individu sehat mengandung jamur kandida di dalam mulut sebagai
flora normal. Pada keadaan tertentu, sifat kandida ini dapat berubah
menjadi patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut
kandidiasis atau kandidosis (9).
4. Penyakit yang Ditimbulkan
Penyakit yang ditimbulkan oleh jamur Candida albicans yaitu
kandidiasis. Kandidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau
jaringan yang lebih dalam lagi (Entjang, 2003). Candida albicans dapat
menyebabkan kandidiasis mukosa superfisial dan kandidiasis kulit
yang menyebar secara hematogen ke berbagai organ seperti hepar,
43

lien, ginjal, jantung dan otak dengan kematian sekitar 50%.Candida


albicans akan menyerang organ tubuh seperti :
a. Kandidiasis kulit, sering mengenai sela-sela jari kaki atau tangan
dengan faktor predisposisi kaki atau tangan yang selalu basah
atau lembab. Gejala yang timbul terutama rasa gatal dan kulit
maserasi. Pada bayi yang popoknya selalu basah karena kurang
perawatan akan timbul diaper rash yaitu lesi kemerahan pada
bokong. Pada orang dewasa, infeksi kandida sering pada daerah
inguinal dan lipatan payudara. Lesi berupa kemerahan disertai rasa
gatal, biasanya sering pada penderita diabetes melitus dan orang
gemuk.
b. Kandidiasis mukosa, dikenal sebagai oral thrush yang terbatas pada
sekitar orofaring. Terdapat pseudomembran di lidah yang bila
disentuh/dikerok mudah berdarah. Pada wanita sering menimbulkan
kandidiasis vaginitis yang disertai fluor albus (keputihan).
c. Kandidiasis pada kuku, menyebabkan onychomycosis dan
sering disertai paronychia.
d. Kandidiasis pada saluran kemih, sering tanpa gejala. Penyebaran
secara hematogen sampai ke organ ginjal dapat mengakibatkan
abses ginjal, nekrosis pipilari ginjal dan timbul fungus ball pada
ureter atau di pelvis ginjal. Pemeriksaan urin untuk membantu
diagnosisnya.
e. Kandidiasis peritonitis, sering pada penderita peritonial dialisis
kronis dan pada penderita setelah operasi saluran cerna.f.
Hematogen kandidiasis (fungemia), gejalanya bisa akut atau kronis,
disertai demam, peningkatan kadar alkali fosfatase darah dan terjadi
lesi yang multipel pada hepar dan lien.
f. Kandidiasis susunan saraf pusat, terjadi melalui penyebaran secara
hematogen, atau akibat tindakan bedah saraf. Gejalanya seperti
meningitis bakterial.
44

g. Kandidiasis jantung, akibat penyebaran hematogen menyebabkan


kelainan pada katup jantung buatan, katup yang cacat, miokard,
ruang perikardial. Gejala klinis mirip dengan gejala endokarditis
bakterialis, terdapat demam, murmur dan sering terjadi emboli.
Kandidiasis mata, terjadi akibat penyebaran hematogen. Timbul
gejala korioretinitis dan endoptalmitis. Sehingga pada
penderita kandidemia harus memeriksakan matanya secara
teratur.
h. Kandidiasis tulang dan sendi, merupakan sequelae dari
kandidemia. Seringkali timbul beberapa bulan setelah berhasilnya
pengobatan kandidemia. Keadaan tersebut dapat terjadi karena
seolah-olah kandidemia yang bersifat sementara, tetapi jamur
kandida tersebut sudah masuk ke dalam skeletal dan merupakan
fokus yang akan menimbulkan penyakit di kemudian hari.
Meskipun kandidiasis hematogen merupakan infeksi endogen
dari saluran cerna, tetapi dapat juga disebabkan kontaminasi dari
kateter. Jamur masuk ke dalam kuman kateter dan membentuk
biofilm yang dapat menyebar ke dalam sirkulasi darah sebagai
sumber endogen.
45

Gambar 5. Kandidiasis di ketiak (Sumber: Siregar, 2004)

Gambar 6. Kandidiasis di vulva sampai daerah inguinal (Sumber: Siregar,


2004)

5. Aspergillus spp.
a. Taksonomi
Kingdom : Myceteae
Divisio : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumigatus
Aspergillus flavus
Aspergillus niger
b. Ciri-Ciri
Jamur Aspergillus rata-rata membutuhkan suhu yang hangat
(40-430C), kelembapan tinggi (80-850C) dan material organik
untuk tumbuh dan berkembangbiak. Pertumbuhan jamur tersebut
akan terganggu pada suhu 4,50C dan bisa dimusnahkan pada suhu
71-1000C (Info Medion Online, 2015). Aspergillus spp. yang tumbuh
46

pada kultur menghasilkan hifa hialin. Koloni dapat berwarna coklat,


hitam, hijau, kuning, putih atau warna lainnya tergantung dari
masing-masing spesies. Spesies Aspergillus fumigatus memiliki ciri-
ciri koloni saat muda berwarna putih dan dengan cepat berubah
menjadi hijau dengan terbentuknya konidia. Konidiofor pendek dan
berwarna hijau (khusus pada bagian atas). Vesikula berbentuk
gada. Konidia bulat hingga semi bulat dan berdinding kasar (4).
Spesies Aspergillus flavus menghasilkan koloni berwarna
kuning. Spesies Aspergillus niger menghasilkan koloni berwarna
hitam. Gambaran mikroskopik dari Aspergillus memiliki tangkai-
tangkai panjang (conidiophores) yang mendukung kepalanya yang
besar (vesicle). Di kepala ini terdapat spora yang membangkitkan sel
hasil dari rantai panjang spora. Aspergillus mampu tumbuh pada
suhu 370C. Pada rumput kering Aspergillus dapat tumbuh pada suhu
di atas 500C (4).

(1. Konidia; 2. Sterigmata; 3. Vesikel; 4. Konidiophor, 5. Miselium)


Gambar 7. Sel Aspergillus
47

Gambar 8. Koloni Aspergillus fumigatus (Sumber: Marvel, 2008)

Gambar 9. Koloni Aspergillus flavus (Sumber: Ellis, 2015)

Gambar 10. Koloni Aspergillus niger (Sumber: Misdar dkk, 2013)

c. Epidemiologi
48

Jamur Aspergillus tersebar di seluruh dunia. Konidianya dapat


hidup di tanah dan di udara. Sehingga spora jamur ini selalu dapat
terhirup oleh manusia. Terjadinya infeksi Aspergillus pada manusia
lebih berperan pada faktor daya imunitas penderita dibandingkan
virulensi jamurnya sendiri. Saluran napas atas merupakan organ yang
paling sering terkena infeksi jamur Aspergillus.

d. Penyakit yang Ditimbulkan


Jamur Aspergillus menyebabkan penyakit aspergillosis.
Aspergillosis terdiri dari 3 stadium yaitu stadium aspergillosis
alergika, kolonisasi sspergillosis dan invasifaspergillosis. Pada
aspergillosis alergika terdapat gejala sesak seperti asma, infiltrat ke
dua paru, eosinofilia dan terjadi peningkatan kadar IgE dalam darah.
Hal tersebut disebabkan tubuh sensitif terhadap antigen Aspergillus
(10).
Stadium aspergillosis kolonisasi ditandai dengan gejala
“fungus ball” (Aspergilloma) yaitu gumpalan yang berbentuk bola
terdiri dari elemen hifa jamurdisertai lendir dari bronkhus. Selain di
paru fungus ball dapat terjadi di sinus paranasal. Aspergilloma dapat
dilihat dengan pemeriksaan radiologis. Pada stadium kolonisasi
sering timbul perdarahan. Bila di paru, maka gejalanya mirip dengan
tuberkulosis yang disertai hemoptisis. Stadium aspergillosis invasif
sering terdapat pada penderita penyakit kolagen dan diabetes
melitus. Pada stadium ini dapat menjadi aspergillosis diseminata (4).
49

Gambar 11. Foto thorax aspergillosis paru invasif (Sumber: Putrimaura, 2014)

6. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-
masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku (manusia) adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
Skiner (1938) dalam (10) perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus(rangsangan dari luar). Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner disebut
teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Sedangkan
perilaku kesehatan adalah tindakan/aktivitas/kegiatan baik yang
diobservasi secara kasat mata ataupun tidak terhadap
stimulus/rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan
a. Pengetahuan
50

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang


melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoadmodjo, 2007). Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan
tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan
tentang cara-cara memlihara kesehatan ini meliputi:
1) Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular
(jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya,
penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara
mengatasi atau menangani sementara).
2) Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau
mempengaruhi kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air
bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia,
pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan
sebagainya.
3) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang
profesional maupun tradisional.
4) Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan
rumah tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat
umum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut


(10) yaitu :

1) Faktor intrinstik / internal


a) Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
tidak mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
51

kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,


kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat, pendidikan
meliputi pembelajaran keahlian khusus dan juga sesuatu
yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan pertimbangan dan kebijakan.
b) Minat
Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai suatu minat
merupakan kekuatan diri dalam diri sendiri untuk
menambah pengetahuan.
c) Intelegensi
d) Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan
intelegensi dimana seseorang dapat brtindak secara tepat,
cepat dan mudah dalam pengambilan keputusan seseorang
yang memiliki intelegensi yang rendah akan bertingkah laku
lambat dalam mengambil keputusan.
2) Faktor Eksternal
a) Media massa
Dengan majunya teknologi akan tersedianya pula dengan
bermacam-macam media massa yang dapat pula
mempengaruhi pengetahuan masyarakat.
b) Pengalaman
Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang
meninggalkan kesan yang paling dalam akan menambah
pengetahuan seseorang.
c) Sosial
Sosial budaya adalah hal hal yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat,
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan berevolusi dimuka
bumi ini sehingga hasil karya dan cipta masyarakat.
Masyarakat kurang menyadari bahwa beberapa tradisi dan
52

sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan dan


dimana hal ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari
suatu penelitian.
d) Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup mempunyai pengaruh
besar terhadap pengetahuan seseorang,
e) Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melaui
metode penyuluhan dan jika pengetahuan bertambah
seseorang akan berubah perilakunya.
f) Informasi
Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru
bagi penambahan pengetahuan. Pemberian informasi adalah
untuk menggugah kesadaran seseorang terhadap suatu
motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan.
7. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Menurut (Couto S, 2018) sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau
penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan, yang mencakup sekurangkurangnya 4 variabel, yaitu:
a. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit
dan tanda tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara
penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani
sementara).
b. Sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi
kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan
53

air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah,


perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.
c. Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional
maupun tradisional.
d. Sikap untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga
maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum. Allport
(1954) dalam (Couto S, 2018) menjelaskan bahwa sikap mempunyai
3 komponen pokok, yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu
objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.3.
Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
8. Tindakan
Tindakan adalah suatu perbuatan nyata yang merupakan hasil
dari perwujudan sikap yang didukung oleh faktor-faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,
proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
mempratikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah
yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan
perilaku kesehatan (overt behaviour) Menurut (Couto S, 2018) tindakan
atau praktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor, yaitu:
a. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pencegahan penyakit
menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau
gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya,
cara mengatasi atau menangani sementara).
b. Tindakan atau praktik sehubungan dengan gizi makanan, sarana air
bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia,
pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan
sebagainya.
54

c. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penggunaan


(utilisasi) fasilitas pelayanan kesehatan.
d. Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik
kecelakaan rumah tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan
tempat-tempat umum.
H. Pakaian Bekas
1. Pengertian
Pakaian bekas adalah pakaian yang telah dikonsumsi oleh
masyarakat luar negeri lalu diimpor untuk diperdagangkan kembali di
dalam negeri. Pakaian bekas itu tidak seluruhnya bekas pakai, karena
ada sebagian di antaranya yang merupakan pakaian dari gerai ritel
yang sudah ketinggalan mode, setelah tidak laku dijual walaupun
dengan diskon yang cukup besar (Sitorus, 2008). Selanjutnya pakaian
ini ditimbun bertahun-tahun di gudang. Pakaianpakaian timbunan
inilah yang kemudian dijual kembali oleh pihak-pihak tertentu (11).
2. Alur Perjalanan Pakaian Bekas
Pakaian bekas masuk melalui pelabuhan-pelabuhan di
Kepulauan Riau, Aceh (seperti di Lhokseumawe, Sabang dan Langsa),
Sumatera Utara (Belawan, Tanjung Balai Asahan dan Pangkalan
Brandan), Sulawesi Utara, Tengah, Tenggara dan Timur, Maluku, dan
daerah-daerah pantai lainnya. Pakaian-pakaian bekas ini masuk dari
Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa dari Eropa.
Tetapi masyarakat umum hanya mengetahui pakaian bekas tersebut
datang dari Singapura dan Malaysia (11).
Pakaian bekas dikapalkan melalui pelabuhan Port Klang
Malaysia dan sampai ke pelabuhan Tanjung Balai. Pakaian-pakaian
bekas yang dikirim ini dikemas dalam bentuk bal. Bal itu sendiri adalah
suatu kemasan pakaian bekas import berbentuk segi empat yang
memiliki berbagai merek dan kode tergantung jenis pakaian yang
dikehendaki. Satu bal pakaian bekas rata-rata memuat 250 sampai
dengan 300 potong. Bal juga terdiri dari beberapa merk yang
55

menentukan harga dari suatu bal serta kualitas pakaian di dalamnya.


Sejak tahun 1997, para pedagang sudah memilah-milah bal mana yang
mempunyai nilai jual tinggi, karena barang-barang yang dijual
mempunyai kualitas yang baik dan diminati oleh semua lapisan
masyarakat.
Pakaian bekas yang dikirim ke Tanjung Balai ini telah di pilah-
pilah menurut jenisnya antara lain :
a. Bal pakaian wanita dewasa
b. Bal pakaian pria dewasa
c. Bal pakaian dalam wanita
d. Bal pakaian anak-anak
e. Bal kain parasut
f. Bal pakaian rajut
g. Bal pakaian jeans
h. Bal pakaian resmi pria dan wanita
i. Bal bahan bekas tekstil
j. Bal sepatu bekas
k. Bal tas bekas
l. Bal tali pinggang bekas
m. Bal bahan untuk orden bekas
n. Bal roncah : terdiri dari sarung bantal, penutup untuk TV, kain
penutup untuk kulkas, bantal bayi, celemek, dan lain-lain.
o. Bal khusus celana panjang pria
p. Bal khusus boneka
q. Bal kemeja

Penjual atau pedagang pakaian bekas memesan bal kepada


agen-agen bal di sekitar tempat penjualan yang diperoleh agen-
agen tersebut dari agen induk. Pedagang-pedagang tersebut berjualan
dengan sarana kios-kios yang lebarnya sekitar 3x3 m.

3. Penanganan Jamur pada Pakaian Bekas


56

Pakaian bekas dapat menjadi tempat perkembangbiakan jamur.


Jamur yang terdapat pada pakaian bekas kemungkinan merupakan
jamur patogen yang dapat menimbulkan penyakit kulit dan saluran
pernafasan pada konsumennya. Dalam (11) ada beberapa penanganan
yang tepat sebelum pakaian bekas digunakan, di antaranya:
a. Memisahkan pakaian bekas dengan pakaian kotor yang lain.
b. Mencuci menggunakan sabun yang kemudian dilanjutkan dengan
cairan antiseptik seperti cairan bleaching (pemutih).
c. Merebus atau merendam pakaian dengan air panas mendidih
(1000C) selama 5 menit.
d. Setelah direbus atau direndam, dicuci dengan sabun, dijemur, dan
disetrika dengan suhu yang disesuaikan dengan bahan.
4. Klasifikasi Fungi ( Jamur )
Jamur diklasifikasikan berdasarkan cara reproduksi dan struktur
tubuhnya. Dalam klasifikasi dengan lima kingdom, jamur dibagi
menjadi 4 divisi yaitu :
a. Divisi Zygomycot
Tubuh Zygomycota terdiri dari benng hifa yang bersekat
melintang, ada pula yang tidak bersekat melintang. Hifa bercabang-
cabang banyak dan dinding selnya mengandung kitin. Contoh jamur
ini adalah jamur yang tumbuh pada tempe, selain itu ada juga yang
hidup secara saprofit pada rotin, nasi, dan bahan makanan lainnya.
Ada pula yang hidup secara parasit, misalnya penyebab penyakit
busuk pada ular jalar.
Jamur Zygomycota berkembangbiak secara aseksual dengan
spora. Beberapa hifa akan tumbuh ke atas dan ujungnya
menggembung membentuk spoangium. Sporangium yang masuk
berwarna hitam. Spoangium kemudian pecah dan spora tersebar,
spora jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh membentuk benang
baru. Reproduksi secara seksual dilakukan sebagai berikut : Dua hifa
yakni hifa betina (hifa -) dan hifa jantan (hifa +) betemu,
57

kemudian inti jantan dan inti betina melebu, terbentuk zigot yang
berdinding tebal. Zigot menghasilkan kota spora yang disebut
zigosporangium dan sporanya disebut zygospora. Zygospora
mengalamai dormansi (istirahat) selama 1-3 bulan. Setelah itu
zigospora akan berkecambah membentuk hifa. Hifa jantan dan
betina hanya istilah saja , dan disebut jantan, jika hifanya memberi
isi sel, disebut betina kalau menerima isi sel.
b. Divisi Ascomycota
Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat
menghasilkan spora askus (askospora), yaitu spora hasil repoduksi
seksual, berjumlah 8 spora yang tersimpan di dalam kotak spoa.
Kotak spora ini menyerupai kantong sehigngga disebut askus,
untuk mengetahui bentuk dan stuktu askus dibutuhkan pengamatan
yang teliti.
c. Reproduksi secara sesksual
Reproduksi secara seksual dapat dijelaskansecara ingkas
sebagai berikut. Hifa yang bercabang-cabang ada yang
berdifensiasi membentuk alat reproduksi betina yang ukurannya
menjadi lebh besar, yang disebut askogonium. Di dekatnya , dari
ujung hifa lain terbentuk alat repoduksi jantan yang disebut
anteridium berinti haploid(n kromosom). Dari askogonium tumbuh
saluran yang menghubungkan antara askogonium dan anteridum.
Saluran itu disebut trikogin.Melalui saluran trikogin inilah inti sel
dari anteidium pindah dan masuk ke dalam askogonium.
Selanjutnya, inti anteridium dan inti askogonium berpasanga.
Setelah terbentuk pasangan inti, dari askogonium tumbuh
beberapa hifa.
Hifa ini disebut sebagai hifa askogonium . Nah inin yang
berpasangan itu masuk ke dalam askogonium ,kemudian membelah
secara mitosis, namun tetap saja berpasangan. Setelah memasuki
inti hifa askogonium teus tumbuh, membentuk sekat melintang,
58

dan bercabang-cabang banyak. Di ujung-ujung hifa askogonium ini


terdapat dua int. Ujung hifainilah yang kelak akan membentuk
askus. Cabang-cabang hifa itu dibungkus oleh miselium,
bentuknya kompak,yang mudah menjadi tubuh buah atau askokarp.
Dua inti di dalam askus yang berasal dari ujung hifa itu membelah
secara meiosis membentuk 8 buah spoa. Jadi, spoa tersebut
terbentuk di dalam askus, karena itulah disebut spora askus. Spora
askus dapat tersebar kemana-mana karena angin. Jika jatuh di
tempat yang sesuai spora askus akan tumbuh menjadi benag hifa
baru.
d. Reproduksi Secara Aseksual
Selain reproduksi secara seksual, jamur ini juga
melakukan perkembangbiakkan secara aseksual melalui
pembentukan tunas, pembentukan konidia, fragmentas. Warna spora
dan konidia bemacam-macam. Ada yang hitam,coklat, bahkan
kebiruan, dan juga ada yang merah oranye.Ukuran tubuh Ascomycota
ada yang mikroskopis (satu sel), ada yang makroskopis (dapat dilihat
dengan mata). Golongan jamur ini ada yang hidup saprofit, parasit
dan ada pula yang bersimbiosis.
e. Divisi Basidiomycota
Jamur Basidiomycota umumnya merupakan jamur
makroskopik, dapat dilihat dengan mata karena ukuannya yang besar.
Pada musim penghujan dapat kita temukan pada pohon, misalnya
jamur kuping, jamur pohon, atau di tanah yang banyak mengandung
bahan oganik, misalnya jamur barat.
Bentuk tubuh buahnya kebanyakan mirip payung misalnya
pada jamur merang yang kalian amati. Basidiomycota ada yang
dibudayakan misalnya jamur merang,jamur tiram, jamur shiltake,
dan lainnya, jamur-jamur tersebut merupakan makan yang bergizi
tinggi.
59

Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu


(monokaiotik) atau dua (dikariotik). Miseliumnya berada pada
substrat. Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk
payung atau bentuk lain yang menjulang di atas substrat. Bagian
tubuh buah inilah yang enak dimakan. Tubuh buah atau
basidiokarp merupakan tempat tumbuhnya basidium. Setiap basidium
menghasilkan 4 spora basidum. Secara singkat daur hidup
Basidiomycota :Hifa (+) bertemu hifa (-) à inti dari hifa
(+)pindah ke hifa(-) à hifa dikariotik à tumbuh miselium
muncul basidiokarpàmembentuk basidium à spora basidium
f. Divisi Deuteromycota
Telah dibahas sebelumnya bahwa jamu yang epoduksi
seksualnya menghasilkan askus digolongkankedalam Ascomycota
dan yang menghasilkan basidium digolobgkan kedalam
Basidiomycota. Akan tetapi belum semua jamu yang dijumpai di
alam telah diketahui cara repoduksi seksualnya. Kira-kira terdapat
sekitar1500 jenis jamur yang belum diketahui cara reproduksi
seksualnya. Akibat dari hal ini Tidak ada yang bisa menggolongkan
1500 jamur tersebut. Jamur yang demikian untuk sementara waktu
digolongkan k dalam Deuteromycota atau “jamur tak tentu”. Jadi
Deuteromycota bukanlah penggolongan yang sejati atau bukan
takson. Jika kemudian menurut penelitian ada jenis dari jamu ini
yang diketahui proses reproduksi seksualnya,maka akan dimasukkan
ke dalam ascomycota atau Basidiomycota. Sebagai cotnoh adalah
jamur oncom yang mula-mula jamur ini berada di divisi
deuteromycota dengan nama Monilla Sithophila. Namun setelah
diteliti ternyata jamur ini menghasilkan askus sehingga dimasukkan
ke dalam Ascomycota.
I. Struktur Sel
Dinding sel jamur berbeda dengan dinding sel tumbuhan. Dinding
sel jamur bukan terdiri atas selulosa, melainkan tersusun oleh zat Kitin. Sel-
60

sel hifa bersepta ada yang berinti satu (uni nukleat), berinti dua (binukleat
atau dikariotik), atau berinti banyak atau senositik (coenocytic).Struktur
tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo
Sacharomyces cerevisae, ada pula jamur yang multiseluler membentuk
tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur
kayu. Pertumbuhan terjadi dari ujung apikal, vesikula apical mengandung
bahan dan enzim untuk pembentukan dinding hyphal baru. Hifa tua
berkurang aktivitas biokoimianya dan banyak mengandung vakuola.

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding


berbentuk pipa. Hifa adalah benang-benang penyusun tubuh jamur. Ada tiga
jenis hifa, yaitu stolon (hifa yang menjalar dipermukaan substrat), rizoid
(hifa yang menembus kedalam substrat dan berfungsi sebagi akar), dan
sporangiosfor (hifa yang menjulang ke atas dan membentuk sporangium).

Sporangium adalah struktur atau organ pembentuk spora, disebut


juga kotak spora. Didalam sporangium dihasilkan sporangiospora atau
sering disebut spora saja. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, ada pula hifa
yang tidak bersepta atau hifa senositik.Struktur hifa senositik dihasilkan
oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan
61

sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami


modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari
substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.

J. Sistem Reproduksi
Reproduksi jamur dapat terjadi secara vegetatif (aseksual) maupun
generatif (seksual). Pada umumnya, reproduksi secara generatif
merupakan reproduksi darurat yang hanya terjadi bila terjadi perubahan
kondisi lingkungan. Reproduksi secara generatif dapat menghasilkan
keturunan dengan variasi genetik yang lebih tinggi dibanding dengan
reproduksi secara vegetatif. Adanya variasi genetik ini memungkinkan
dihasilkannya keturunan yang lebih adaptif bila terjadi perubahan
kondisi lingkungan.
1. Reproduksi Secara Vegetatif
Reproduksi secara vegetatif pada jamur bersel satu dilakukan
dengan cara pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru.
Sementara reproduksi secara vegetatif pada jamur multiseluler dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
1. Fragmentasi (pemutusan) hifa. Potongan hifa yang terpisah akan
tumbuh menjadi jamur baru.
2. Pembentukan spora aseksual. Spora aseksual dapat berupa
sporangiospora atau konidiospora. Jamur jenis tertentu
yang sudah dewasa menghasilkan sporangiofor(tangkai
kotak spora). Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium
(kotak spora). Di dalam kotak spora terjadi pembelahan sel secara
mitosis dan menghasilkan banyak sporangiospora dengan kromosom
yang haploid (n). Jamur jenis lainnya yang sudah
dewasa dapat menghasilkan konidiofor(tangkai konidium).
Pada ujung konidiofor terdapat konidium (kotak
konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel secara
mitosis dan menghasilkan banyak konidiospora dengan
62

kromosom yanghaploid (n). Baik sporangiospora maupun


konidiospora, bila jatuh di tempat yang cocok, akan tumbuh menjadi
hifa baru yang haploid (n).

Kebanyakan jamur bereproduksi secara seksual dan aseksual.


Reproduksi aseksual terjadi ketika sel-sel hifa berpisah dari jamur dan mulai
tumbuh sendiri. Beberapa jamur juga menghasilkan spora. Reproduksi
seksual pada jamur biasanya melibatkan dua perkawinan yang berbeda
jenis. Bukan jantan dan betina, tetapi (+) dan (-) karena kedua jenis
mempunyai ukuran yang sama. Ketika dua jenis kawin ini bertemu, mereka
melebur dan setelah masa pertumbuhan dan perkembangan, mereka
membentuk zigot diploid yang memasuki meiosis. Hal ini
menghasilkan spora haploid yang mampu tumbuh, dengan putaran berulang
mitosis, menjadi organsims baru.

2. Reproduksi Secara Generatif


Reproduksi pada jamur secara generatif (seksual) dilakukan
dengan pembentukan spora seksual melalui peleburan antara hifa
yang berbeda jenis. Mekanismenya dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Hifa (+) dan hifa (-), masing-masing berkromosom haploid (n),
berdekatan membentuk gametangium. Gametangium merupakan
perluasan hifa.
2. Gametangium mengalami plasmogami (peleburan sitoplasma)
membentuk zigosporangium dikariotik (heterokariotik) dengan
63

pasangan nukleus haploid yang belum bersatu. Zigosporangium


memiliki lapisan dinding sel yang tebal dan kasar untuk bertahan pada
kondisi buruk atau kering. Bila kondisi lingkungan membaik
akan terjadi kariogami (peleburan inti) sehingga zigosporangium
memiliki inti yang diploid (2n).
3. Inti diploid zigosporangium segera mengalami pembelahan secara
meiosis menghasilkan zigospora haploid (n) di dalam zigosporangium.
4. Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium
bertangkai pendek dengan kromosom haploid (n)
5. Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora spora yang
haploid (n). Spora-spora ini memiliki keanekaragaman genetik.
6. Bila spora-spora haploid (n) jatuh di tempat yang cocok, maka
akan berkecambah (germinasi) menjadi hifa jamur yang haploid (n).
Hifa akan tumbuh membentuk jaringan miselium yang semuanya
haploid (n).

Berikut jenis jamur dan peranannya yang menguntungkan bagi manusia :

 Rhizopus stolonifer, Untuk membuat tempe.

 Rhizopus nigricans, Menghasilkan asam fumarat.


64

 Saccharomyces cerevisiae, Untuk membuat tape, roti, minuman sake, dan


bir.

 Aspergillus oryzae, Mengempukkan adonan roti

 Aspergillus wentii, Untuk membuat sake, kecap, tauco, asam sitrat,


asam oksalat, dan asam formiat.
65

 Aspergillus niger, Untuk menghasilkan O2 dari sari buah, dan


menjernihkan sari buah.

 Ganoderma lucidum, Sebagai bahan obat.

 Penicillium roqueforti, Untuk meningkatkan kualitas (aroma) keju.


66

 Trichoderma sp., menghasilkan enzim selulase.

 Neurospora crassa, Untuk membuat oncom

 Volvariella volvacea (jamur merang), sebagai jamur konsumsi


67

 Auricularia polytricha (Jamur kuping), sebagai jamur konsumsi

 Pleutus sp. (jamur tiram) , sebagai Jamur konsumsi

Berikut jenis jamur yang merugikan bagi manusia:

 Aspergillus flavus, menghasilkan aflatoksi,menyebabkan kanker pada


manusia
68

 Amanita phailoides, mengandung balin yang menyebabkab kematian


bagi yang memakannya.

 Ustilago maydis, parasite pada tanaman jagung dan tembakau

 Epidermophyton floccosum, menyebabkan penyakit kaki atlet.

 Trichophyton sp, menyebabkan kurap atau panu.


69

 Helminthospium oryzae, parasite dan merusak kacambah dan tubuh buah


serta menimbulkan noda-noda berwarna hitam pada hospes (inangnya)

 Candinda albicans, infeksi pada vagina

K. Patogenitas Jamur
1. Sekilas mengenai infeksi jamur
Infeksi jamur ditandai dengan adanya invasi ke jaringan oleh
jamur. Infeksi jamur dibagi menjadi infeksi jamur superfisial, kondisi
luka terlokalisasi pada kulit hingga ke jaringan yang lebih dalam ke
paru-paru, darah ataupun infeksi sistemik lainnya.
Infeksi jamur dapat dikategorikan berdasarkan bagian tubuh
yang terinfeksi, seberapa dalam mereka menembus tubuh, jamur
penyebab infeksi, dan bentuk jamur.
Umumnya, saat spora jamur terhisap, sistem imun dalam
tubuh akan mengenalinya sebagai benda asing dan menghancurkannya
sehingga tidak terjadi infeksi jamur.
Beberapa jamur bersifat oportunistik yang dapat menyebabkan
penyakit pada saat sistem kekebalan tubuh terganggu sementara yang
70

lain bersifat patogen, yang dapat menyebabkan penyakit baik pada saat
sistem kekebalan tubuh normal maupun tidak.
2. Penyebab dan Gejala
Candidiasis, aspergillosis dan kriptokokosis adalah beberapa
dari infeksi jamur yang umum yang disebabkan oleh Candida albicans,
Aspergillus dan Cryptococcus. Jika salah satu jamur ini masuk ke dalam
aliran darah, mereka dapat menyerang organ internal, sehingga
menyebabkan gejala. Candida adalah jamur yang hidup dalam tubuh
manusia, tetapi dalam keadaan tertentu, dapat berkembang biak dan
mulai mempengaruhi organ. Penggunaan jangka panjang antibiotik
dan kadar gula darah tinggi dapat merupakan satu peningkatan risiko
infeksi ini. Infeksi dapat mempengaruhi organ-organ vital seperti
jantung, ginjal dan paru-paru. Infeksi jamur usus dapat menyebabkan
kembung, gangguan pencernaan, diare dan ketidaknyamanan perut.
Jika jamur sampai ke otak, kita bahkan bisa menderita kejang.
Kriptokokosis merupakan infeksi jamur serius yang disebabkan oleh
menghirup jamuryang disebut Cryptococcus. Jamur ini terutama
ditemukan di tanah dengan kotoran burung. Jamur ini dapat
menyebabkan peradangan selaput otak. Dalam keadaan seperti itu,
penderita mengalami gejala seperti kebingungan, mual muntah, kejang,
penglihatan kabur, sakit kepala atau mengantuk. Jika paru-paru
terkena, penderita mungkin mengalami gejala seperti letih lesu, batuk
kering, demam dan nyeri dada.
Jamur lain yang disebut Aspergillus dapat mempengaruhi sinus
atau paru-paru. Aspergilosis invasif terjadi ketika jamur ini
menyerang paru-paru dan menyebar ke organ lain melalui darah.Jamur
ini dapat mempengaruhi orang-orang yang kekebalan tubuhnya
terganggu. Mereka yang didiagnosis dengan kanker atau HIV
rentan terinfeksi jamur ini. Dalam kasus yang parah, otak atau tulang
juga mungkin akan terpengaruh. Jamur ini dapat dihirup melalui tanah
atau debu rumah. Jika paru-paru atau sinus yang terkena, salah satu
71

yang paling mungkin mengalami gejala seperti sesak napas, nyeri


dada, batuk, demam, atau mimisan. Sementara gejala-gejala ini
ditunjukkan oleh salah satu penderita infeksi jamur di paru-paru,
gejala bervariasi akan dialami tergantung pada bagian tubuh yang
dipengaruhi oleh infeksi jamur.
L. Jenis-Jenis Pemeriksaan
1. Jenis-jenis Pemeriksaan
Cara Memastikan Penyakit Jamur Pemeriksaan tampilan secara
klinis.
a. Pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV)yaitu
menghasilkan sinar ultraviolet 360 nm (atau sinar “hitam” yang
dapat digunakan untuk membantu evaluasi pengakit-penyakit kulit
tertentu.
b. Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH
c. Pemeriksaan biakan untuk mengetahui jenis jamurnya yaitu
dilakukan dengan menanamkan sampel pada media buatan yaitu
menggunakan media agar dextrose sabouraud. Tujuan dilakukan
pemeriksaan ini yaitu sebagai penyokong pemeriksaan langsung
(KOH)
d. Metode heinriclis
e. Metode slide culture (microculture)
f. Metode riddle
2. Diagnosis Lab
a. Tampilan secara teknis dapat dilihat langsung misalnya pada jamur
penyebab panu yang dapat dilihat secara langsung dengan ciri-ciri
bersisik, gatal pada saat berkeringat, putih dan kasar.
b. Pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV)yaitu
menghasilkan sinar ultraviolet 360 nm (atau sinar “hitam”
yang dapat digunakan untuk membantu evaluasi pengakit-
penyakit kulit tertentu.
c. Pemeriksaan Jamur Secara Mikroskopik
72

Prinsip Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit, kuku
dan rambut sehingga bila mengandung jamur, dibawah mikroskop akan
terlihat hypa dan atau spora. Pemeriksaan KOH (kalium
hidroksida) merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk
menegakkan diagnosis pada setiap kasus kelainan kulit pada infeksi
jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengerokkan
kulit pada bagian kulit yang mengalami infeksi jamur. Hasil yang
diterapkan pada pemeriksaan ini ditemukannya elemen jamur beruoa
hifa panjang dan artrospora (hifa bercabang) yang berarti bahwa
penyebab kelainan kulit pada pasien disebabkan oleh jamur nakal
(dermatofita) .

Tujuan Menemukan adanya hypa dan atau spora pada kulit, kuku
dan rambut. Alat dan Bahan

Alat :

a. Mikroskop
b. Kapas
c. Pipet Tetes
d. Scapel
e. Petridish
f. Obyek Glass
g. Cover Glass

Bahan :

a. KOH 10 %
b. KOH 10 %
c. Alkohol

Langkah Kerja :

a. Kulit
73

1) Kulit yang akan diambil sampelnya dibersihkan dengan


kapas alkohol 70% untuk menghilangkan lemak, debu dan
kotoran lainnya.
2) Bagian yang aktif dan didapati jamur di kerok dengan skalpel
dengan arah dari atas kebawah.
3) Objek glass yang telah ditetesi KOH 10% 1-2 tetes diletakkan
dibawah bagian yang dikerok (untuk melisiskan keratin)
4) Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu
daerah pinggir terlebih dahulu. Dikerok dengan skapel sehingga
memperoleh skuama yang cukup.
5) Lalu tutup dengan cover glass.
6) Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian
dibawa ke lab
7) Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian
periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x
b. Rambut
1) Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus
atau rambut yang warnanya tidak mengkilap lagi.
2) Objek glass tetesi dengan KOH 20%
3) Ambil sehelai rambut, potong dengan gunting
4) Letakkan di objek glass, tutup dengan cover glass.
5) Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian
dibawa ke lab
6) Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian
periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x
c. Kuku
1) Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku
yang sudah rusak atau dari bahan kukunya sendiri.
2) Kuku dibersihkan dengan alkohol 70%.
74

3) Kemudian kuku di kerok menggunakan skapel dan taruh


pada objek glass kemudian tuangi dengan KOH 20-40% 1-2
tetes dan tutup dengan cover glass.
4) Simpan di petridisc yang telah ada kapas beralkohol untuk
diperiksa di lab
5) Fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah mikroskop
perbesaran 10x – 40x dan dilihat dibawah mikroskop
perbesaran 10x. Dan yang dicari adalah hifa dan sporanya.

d. M e t o d e h e i n r i c l i s
Dengan memakai object glass, tisuue b
a s a h y a n g d i masukan dalam cawan dan di sterilkan. 7alu
meneteskan suspensi spora jamur dalam media cair pada media
co/er glass yang tidak di beri lilin. Inkubasi pada suhu kamar
selama 3x24 jam.
3. Metode slide culture (microculture).
Teknik ini bertujuan untuk mengamati sel kapang dengan
menumbuhkan spora pada object glass yang di tetesi media dengan
preparat ulas seperti yang telah diuraikan di depan. Namun sering kali
misselium auat susunan spora menjadi pecah atau terputus sebagian
penampakan di mikroskop dapat membingungkan. dengan teknik ini,
spora dan m i s e l l i u m t u m b u h l a n g s u n g p a d a s l i d e s
e h i n g g a d a p a t m e n g a t a s i m a s a l a h tersebut.
4. Metode riddle
Setelah penyeterilan saboruad dextrose agar steril di potong
bentuk kubus dan diletakan di objek glass dan diinkubasi selama
3x24 jam taruh di preparat dan di amati. Macam- macam metode
perhitungan koloni adalah
a. Metode langsung = Metode dimana massa agar di tentukan setelah
sel-selnya diendapkan dengan sentifuge.
75

b. Metode tidak langsung= metode yang di dasari penentuan intensif


kekeruhan suspensial dan dapat di gunakan untuk menetapkan
massa.
5. Metode penanaman PDA
a. Alat dan Fungsi

b. Bahan dan Fungsi

c. Prosedur Kerja
Di ambil cawan petri yang berisi jamur dalam PDA dari
dalam incase. Kemudian di panaskan jarum loop di atas bunsen
untuk pengkondisian asept is lalu di dinginkan dengan
76

menggoreskan jarum loop di media yang tidak ada jamur nya.


Setelah itu di ambil jamur yang ber hifa, proses ini di lakukan di
dekat bunsen untuk pengkondisian aseptis. Jamur di goreskan pada
cover glass, lalu di tetesi NaFis karena NaFis merupakan larutan
isotonik. Setelah itu cover glass ditutup dengan objek glass
cekung dan di ballik agar hifa t idak rusak sehingga dapat
diamat i. Lalu diamat i preparat dibawah mikroskop dan di
gambar hasilnya. u n t u k p e n g a m a t a n m i k r o s k o p i s , s
ebelumnya dibuat preparatdengan meletakk
k a n k o lo n i j a m u r d i a t a s g e l a s o b j e k , d it e t
e s i d e n g a n a q u a d e s d a n laktofenol untuk pemotretan.
Lalu tutup dengan gelas penutup dan diamati dibawah
mikroskop, terutama terhadap struktur reproduksinya (6).
6. Pengobatan
Cara Mengobati Penyakit Jamur
a. Lengkuas (segar) dipotong salah satu ujungnya lalu dicelupkan
pada bubuk belerang lalu dioleskan pada kulit yang terkena
panu/kadas. Penggunaan : lakukan secara teratur 1-2.
b. Pengobatan infeksi jamur dilakukan dengan memperhatikan jenis
jamur. Karenanya kita disarankan untuk mengobati infeksi jamur
dengan menggunakan obat antijamur. Gunakan obat antijamur
sesuai saran pemakaian atau petunjuk dokter agar infeksi jamur
teratasi maksimal.
c. Jamur Yang Berperan Dalam Bidang Industri Obat-Obatan
Dalam dunia kehidupan jamur harus mampu berkompetisi di
dalam lingkungannya. Sifat kompetitif ini memghasilkan suatu
excresi metabolit yang kita kenal dengan antibiotik yaitu suatu anti
kehidupan organisme lain di luar tubuhnya, umunya hal ini berlaku
untuk bakteri dan jamur. Sebagian besar jamur-jamur yang
berperan dalam industry obat-obatan di manfaatkan sebagai bahan
antibiotik. Selain itu ada pula yang digunakan sebagai fungisida
77

dan bahan campuran jamu-jamuancontohnya supa kakabu di


Indonesia. Jenis jamur lain ada yang di sejajarkan dengan tanaman
penyebab halusinasi contohnya Clytocybe, sehingga di larang dijual
bebas. Contoh jamur lain adalah Shiitake yang mengandung
lentinan, yaitu senyawa yang dapat menurunkan kadar kolesterol
dalam darah, serta berkhasiat pula sebagai anti virus. Peranan
jamur yang yang paling penting di dalam dunia farmasi yaitu
setelah Dr Alexander Fleming (1929) menemukan Penicilin dari
bahan jamur Penicillium notatum. Setelah itu banyak jenis jamur
penghasil antibiotika, kemudian di coba dan di temukan asam
aspergilat dari Aspergillus flavus, klavisin dari Aspergillus
clavatus, fumasigin dari Aspergillus fumigatus dan patulin dari
Penicillium patulum.

d. Antibiotika
Antibiotika adalah suatu golongan zat yang dihasilkan
oleh mikroorganisme atau bahan hayati yang kerjanya antagonis
terhadap mikroorganisme lain (Waksman, 1994) pada konsentrasi
100 um/ml atau kurang (Deacon, 1984). Antibiotika banyak di
hasilkan oleh species fungus biasa, tetapi kebanyakan di peroleh
dari macam-macam bakteri mirip fungus yaitu golongan
Actinomycetes dan sedikit sekali yang Dihasilkan Antibiotika sukar
dideteksi di lingkungan alamiah karena antibiotik dapat langsung ia
bsorpsi ke dalam material lingkungan misalnya tanah, di samping
itu organisme harus dalam keadaan tumbuh sebelum ia
memproduksi antibiotika. Jika tidak antibiotik akan sulit untuk
di lihat keberhasilannya. Produksi antibiotika adalah bentuk
antagonis yang berperan secara langsung, meliputi parasit dan
predasi, serta konpetisi yang berpengaruh secara langsung dalam
memperoleh kebutuhan hidup.
78

Beberapa mikrofungi juga dapat bersifat parasit


menimbulkan penyakit pada inangnya baik tumbuhan ataupun
hewan, termasuk manusia. Akan tetapi, di antara sekitar 500.000
spesies cendawan, hanya kurang lebih 100 yang patogenik terhadap
manusia. Kematian karena infeksi oleh cendawan selain penyakit
kulit sangat tinggi. Banyak mikrofungi patogenik, misalnya
Histoplasma capsulatum, yang menyebabkan histoplasmosis
(infeksi mikosis pada sistem retikuloendotelium yang meliputi
banyak organ), dapat juga hidup sebagai saprofit. Fungsi seperti itu
menunjukkan dimorfisme; artinya mereka dapat ada dalam bentuk
uniselular sepertinya halnya khamir ataupun dalam bentuk benang
(filamen) seperti halnya kapang. Fase khamir timbul
bilamanaorganisme itu hidup sebagai farasit atau patogen dalam
jaringan, sedangkan bentuk kapang bila organisme itu merupakan
saprofit dalam tanah atau dalam medium laboratorium. Identifikasi
di laboratorium untuk mikrofungi patogenik acapkali tergantung
kepada dapat tidaknya dimorfisme ini dipertunjukkan.
7. Pencegahan
a. Hindari meminjam barang (pribadi) orang lain, misalnya
handuk, pakaian, alat mandi, dll.
b. Usahakan mengganti pakaian yang sudah basah karena
keringat. Sebab keringat menyebabkan tumbuhnya jamur.
c. Gunakan pakaian yang benar-benar kering, dan gantilah setiap
harinya
d. Jangan gantung handuk di kamar mandi, langsung jemur handuk
untuk meminimalis kelembapan sehingga jamur mati saat terkena
sinar matahari.
e. Gunakan kaos kaki yang dapat menyerap keringat, hal ini untuk
menghindari kelembapan pada sela-sela ruas jari, sehingga tidak
menyebabkan jamur kutu air.
79

f. Rajin gunting kuku tangan dan kaki. Mengapa? Jika ada bagian
tubuh yang terinfeksi jamur dan tidak sengaja menggaruknya,
jamur akan menempel di bawah kuku, dan mulai menginfeksi
jaringan di bawah kuku. Bahkan bisa jua kita secara tidak sadar
memindahkan jamur tersebut ke daerah lainnya.
g. Usahakan setiap hari mengganti pakaian, gantilah dengan baju
yang bersih, bukan dengan baju yang sudah dipakai berhari-hari.
h. Jika sudah terinfeksi ada baiknya langsung diobati agar tidak
menyebar ke daerah yang lain.
i. Cucilah tangan dan mandi dengan air bersih

BAB III

KESEIMPULAN

Jamur lain yang disebut Aspergillus dapat mempengaruhi sinus atau


paru-paru. Aspergilosis invasif terjadi ketika jamur ini menyerang paru-paru
dan menyebar ke organ lain melalui darah.Jamur ini dapat mempengaruhi
orang-orang yang kekebalan tubuhnya terganggu. Mereka yang didiagnosis
dengan kanker atau HIV rentan terinfeksi jamur ini. Dalam kasus yang
parah, otak atau tulang juga mungkin akan terpengaruh. Jamur ini dapat
dihirup melalui tanah atau debu rumah. Jika paru-paru atau sinus yang
terkena, salah satu yang paling mungkin mengalami gejala seperti sesak
napas, nyeri dada, batuk, demam, atau mimisan. Sementara gejala-gejala ini
ditunjukkan oleh salah satu penderita infeksi jamur di paru-paru, gejala
80

bervariasi akan dialami tergantung pada bagian tubuh yang dipengaruhi oleh
infeksi jamur.

Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis. Menurut


Entjang (2003), penyakit-penyakit yang disebabkan jamur yaitu:

1. Tinea versicolor (panu) yaitu mikosis superfisial dengan gejala


berupa macula (bercak) putih kekuning-kuningan disertai rasa gatal,
biasanya pada kulit dada, bahu, punggung, axilla, leher dan perut
bagian atas. Pada penyembuhan, daerah yang terkena biasanya
mengalami depigmentasi dalam waktu yang cukup lama. Penyakit ini
disebabkan Malassezia furfur.
2. Tinea cruris yaitu mikosis superfisial yang mengenai paha bagian
atas sebelah dalam. Pada kasus yang berat dapat pula mengenai kulit
sekitarnya, daerah scrotum, perineum, perut dan ketiak. Penyakit ini
disebabkan Epidermophyton floccosum atau Trichophyton sp.
3. Tinea circinata (tinea corporis) yaitu mikosis superfisial berbentuk bulat-
bulat (cincin) dimana terjadinya jaringan granulamatous, pengelupasan
lesi kulit disertai rasa gatal. Gejala penyakitnya bermula berupa
papula kemerahan yang melebar ke arah luar sedang bagian tengahnya
membaik, pinggirnya agak menonjol dan berwarna merah. Penyakit ini
disebabkan Mycrosporum sp. dan Trichophyton sp.
4. Nocardiosis yaitu mikosis yang menyerang jaringan subkutan dimana
terjadi pembengkakan jaringan yang terkena dan terjadinya lubang-
lubang yang mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa granula.
Penyakit ini disebabkan Nocardia asteroides.
5. Candidiasis yaitu mikosis yang menyerang kulit, kuku, selaput lendir
mulut, vagina dan organ tubuh seperti ginjal, jantung dan paru-paru.
Penyakit ini disebabkan Candida albicans.
6. Sporotrichosis yaitu mikosis yang mengenai kulit dan kelenjar lympha
superfisial dengan gejala benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian
membesar, merah, meradang, proses nekrosis kemudian terbentuk ulcus.
81

Nodula yang sama terjadi sepanjang pembuluh lympha regional dan


terjadi ulcus-ulcus berikutnya. Penyakit ini disebabkan
Sporotrichum schenckii.
7. Blastomycosis yaitu mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera
tulang dan sistem syaraf dengan gejala berupa papula atau pustula yang
berkembang menjadi ulcus kronik dengan jaringan granulasi pada
alasnya. Penyakit ini disebabkan Blastomyces dermatitidis dan
Blastomyces brasieliensis.
8. Aspergillosis yaitu infeksi oputunistik yang paling sering terjadi pada
paruparu dengan gejala yang mirip dengan TB paru. Penyakit ini
disebabkan Aspergillus spp. terutama Aspergillus fumigatus (Rusdi,
2013).

Daftar Pustaka

1. Rahmi A. Pengenalan Mikologi dalam Kesehatan. PT. Sumber Abadi.2017;1-


28
2. Asan A, Gİray G, A. D. (2021). Comparison of Quartile Scores of Mycology.
Journals Covered by Web of Science and SCImago SCOPUS Databases Web
of Science ve SCOPUS Veritabanları Kapsamında Olan Miko
Loji.2021;12:209
3. Couto S, S. P. (2018). Clinical. Journal of Mycology.
4. D, S. (2018). Kamus Mikology dalam Keseharian (Erik (ed.)). PT. Pusat
Pustaka.
82

5. Di, K., Meutia, G., & Langsa, K. (2021). Hubungan Personal Hygiene Dan
Sanitasi Lingkungan Dengan Keluhan Penyakit Relationship of Personal
Hygiene and Environmental Sanitation with Complaints of Skin Diseases In
Gampong Meutia , Kecamatan Langsa Kota Pendahuluan. 4(1), 31–40.
6. Dlova NC, Mosam A, Chateau A. Eumycetoma . Clinical Infectious Disease
(Second Edition).2018. 180-183 p
7. Kartini. (2020). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Poliklinik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. J Pembang Wil Kota.
8. Khayati L, H. W. Keanekaragaman Jamur Makro di Arboretum Inamberi. J
Mikol Indones.2018;2(1):30-38
9. L, T. (2019). Classification of fungi Morphology of fungi.
10. Nurlina, M. (2011). Mikologi dalam Kesehatan.
11. RM., D. (2021). Perkembangan dan Jenis Jamur. PT. Nasya Expanding
Management.
12. Webster, J. (2017). Introduction to fungi.
13. Wijayanti, T. S. (2020). Penerapan Metode SQ3R dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Biologi. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 4(4), 224–230.
https://doi.org/10.36312/jisip.v4i4.1492

Anda mungkin juga menyukai