Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang maha esa atas berkah, rahmat, dan
karunianyalah makalah ini dapat diselesaikan dengan judul “Agen-agen Infeksius
Parasit “.
Halaman Judul. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .I
Bab 1 Pendahuluan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Bab 11 Pembahasan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4
Daftar Pustaka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
BAB I
Pendahuluan
Pembahasan
Parasit berasal dari kata“ Parasitus” (Latin) =“Parasitos” (Grik), yang artinya
seseorang yang ikut makan semeja. Mengandung maksud seseorang yang ikut
makan makanan orang lain tanpa seijin orang yang memiliki makanan tersebut. Jadi
Parasit adalah organisme yang selama atau sebagian hayatnya hidup pada atau di
dalam tubuh organisme lain, dimana parasit tersebut mendapat makanan tanpa ada
kompensasi apapun untuk hidupnya.
A. Pembagian Parasitologi
Protozoology
Protozoology mempelajari protozoa atau organisme bersel satu, contohnya
Amoeba
Helminthology
Helminthology mempelajari cacing atau helminth, contoh: cacing pita babi
atau taenia solium.
Entomology
Entomology mempelajari serangga sebagai parasit atau sebagai hospes
parasit yang penting bagi manusia, contohnya nyamuk anopheles.
Penularan penyakit parasitik terjadi karena stadium infektif berpindah dari satu
hospes ke hospes yg lain. Parasit dapat berpindah ke hospes lain dengan cara:
Hand to mouth
Dibawah oleh vektor (binatang penular), contohnya nyamuk
Dibawah oleh hospes perantara, contohnya siput, ikan, sapi, babi.
Cara infeksi
Stadium infektif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara, yaitu
Sumber infeksi parasit yaitu dapat melalui tanah, air, makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh telur atau larva cacing, binatang dan manusia yang terinfeksi
parasit, dan serangga pengisap darah.
a. Mengobati penderita
b. Mencegah penularan dengan orang di sekitarnya
c. Memberantas sumber infeksi (reeservoir host)
d. Memberantas binatang penular (vektor) atau
intermediate host.
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transmisi Agen-agen
Infeksius
1. Patoginitas
Patogenitas adalah kemampuan organisme untuk menimbulkan penyakit.
2. Virulensi
Virulensi adalah kekuatan suatu mikroorganisme atau ganasnya
mikroorganisme. Virulensi adalah derajat patogenitas suatu agen
infeksius kemampuan untuk dapat menyebabkan penyakit yang berat
atau bahkan kematian.
3. Jumlah mikroorganisme antara virulensi dengan jumlah mikroorganisme itu
saling berhubungan di mana semakin banyak mikroorganisme yang
menyerang tubuh maka mikroorganisme itu lebih virulensi.
2.4. Perbedaan Proses Infeksi Agen Infeksius
a. Saluran Pernapasan
b. Saluran Pencernaan
Hanya virus tak berselubung yang masih infektif setelah lewat cairan empedu
dan lambung. Virus tersebut hanya menyebabkan penyakit setempat seperti;
rotavirus, Norwalk agent, Hawaii agent, pararotavirus. Adapula yang menyebar
ketempat lain seperti virus hepatitis dan virus imunodifisiensi manusia. Pada
kasus infeksi rotavius, gejala timbul akibat kerusakan sel-sel velii. Akibat
kerusakan tersebut terjadi defisiensi enzim-enzim penting seperti disakarida dan
gangguan absorpsi garam-garam dan air.
Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap
kuman dan jamur karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya
flora bakteri yang memelihara suatu keseimbangan biologis. Akan tetapi bila
lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan mikroorganisme
terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah mengakibatkan
infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak dikeringkan dengan
baik setelah mandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu tertutup.
Penularan terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan penderita mikosis
bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di
tanah, debu rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas dan lembab,
dan di tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alas kaki, infeksi dengan
spora paling sering terjadi misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga,
kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.
Infeksi kronik klamidia dapat memicu kerusakan tuba yang dari beberapa
penelitian in vitro diperkirakan dapat diakibatkan oleh:
1. Badan elementer Klamidia trakomatis yang terdapat pada semen pria yang
terinfeksi menularkan ke perempuan pasangan seksualnya.
3. Didalam sel badan elementer berubah menjadi badan retikulat dan mulai
untuk bereplikasi.
Maka aktivasi sistem imun berhenti dan replikasi badan retikulat mulai kembali.
10. Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan destruksi dari sel epitel
baru dan persisten dalam intaseluler dengan pelepasan CHSP60 menyebabkan
pembentukkan jaringan parut dan merusak patensi tuba falopii.
Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan
clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke
dalam sistem organ yang terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk
kelainan klinik yang di timbulkan seperti virus yang menyebabkan eksastema,
dan sifat infeksi infeksi laten virus. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri sering
terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borok pada bagian
tubuh. Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu
infeksi bakteri. Masing-masing faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri.
Jamur menimbulkan infeksi umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih
cenderung mengenai daerah-daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti
muka, badan, kaki, lipatan paha, dan lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan
protozoa menimbulkan infeksi melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
BAB III
Penutup
3.1.Kesimpulan
Daftar Pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35135/4/
Chapter%20II.pdf
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf
https://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-
typhi-new.pdf http://digilib.unila.ac.id/5690/11/13.BAB
%20II.pdf