Anda di halaman 1dari 16

AGEN-AGEN INFEKSIUS PARASIT

Disusun oleh kelompok iv:

1. Rosvin Mariani (2122022)


2. Ewaldus Wiki )21220)
3. Detri Karolina Ria (21220)
4. Antonia Novrianci (21220)
5. Otniel Adi Papa (21220)
6. Maria Nelviana (2122048)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2023
Pengantar

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang maha esa atas berkah, rahmat, dan
karunianyalah makalah ini dapat diselesaikan dengan judul “Agen-agen Infeksius
Parasit “.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami berbagai


hambatan baik langsung maupun tidak langsung akan tetapi ,berkat bimbingan
dan bantuan dari teman-teman makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu
dalam kesempatan yang ini penulis ingin mengucapkan Terima kasih. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Namun kami
menyadari banyak kekurangan pengetahuan dan kemampuan yang kami punya,
oleh sebab itu kami sangat menunggu kritik dan saran yang membangun.

Makassar, Oktober 2022


DAFTAR ISI

Halaman Judul. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .I

Kata Pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .II

Daftar Isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .III

Bab 1 Pendahuluan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.1 Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1


1.2 Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
1.3 Tujuan Penulis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3

Bab 11 Pembahasan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4

2.1 Pengertian Infeksius. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4

2.2 Pengertian Agen Infeksius Parasit. . . . . . . . . . . . .8

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transmisi Agen-agen Infeksius. . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . .9

2.4 Perbedaan Proses Infeksius Agen Infeksius. . . . 13

Bab 111 Penutup. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

3.1 Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29

3.2 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .30

Daftar Pustaka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur,


dan parasit, semuanya terjadi secara normal dan dalam berbagai
tingkatan pada kulit, mulut, jalan napas, saluran cerna, membran yang
melapisi mata, dan bahkan saluran kemih. Banyak dari agen infeksius ini
mampu menyebabkan kelainan fungsi fisiologis yang serius atau bahkan
kematian bila agen infeksius tersebut masuk ke jaringan yang lebih dalam.
Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang
berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-
respon tubuh terhadap benda asing yang bersifat merugikan. Apabila
terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh bakteri, trauma, bahan
kimia, panas, atau fenomena lainnya maka jaringan yang cedera itu akan
melepaskan berbagai zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang
sangat dramatis di sekeliling jaringan yang tidak mengalami cedera.
Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para
sarjana Kedokteran telah mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-
penelitian tentang perkembangan, pencegahan dan pengobatan infeksi
maupun penyakit- penyakit, yang berhubungan dengan infeksi.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah, berdasarkan latar belakang diatas, diantaranya


sebagai berikut :

1. Apa itu pengertian Infeksius?


2. Apa itu pengertian Infeksius Parasit?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen Infeksius?
4. Bagaimana perbedaan proses Infeksi agen Infeksius?
1.3. Tujuan Penulis

Adapun tujuan penulis, diperoleh dari rumusan masalah diatas, diantaranya


sebagai berikut :

1. Mengetahui apa itu agen infeksius dan Infeksius parasit.


2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen
Infeksius dan bagaimana perbedaan proses infeksi agen Infeksius.
3. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu dasar keperawatan.
BAB II

Pembahasan

2.1. Pengertian Agen-agen Infeksius

Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme


didalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius
adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme
yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit,
riketsia,dan clamidia. Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis
dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam menimbulkan infeksi progresif
dan penyakit. Sebagai contoh, pada satu ujung spektrum, satu
mikroorganisme hidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit (misal
Richettsia tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain, sejuta organisme atau
lebih mungkin baru diperlukan untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella
typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan oleh suatu agen infeksi agar
menimbulkan penyakit.

1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan


memperbanyak diri di dalam jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus
mampu mendapatkan tekanan oksigen, pH yang sesuai, suhu, dan lingkungan
nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.
2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan
mekanisme pertahanan hospes yang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis
yang diperlukan sehingga agen tetap dapat menimbulkan penyakit. Setiap
ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan membantu
terjadinya proses infeksi (Herold, 1994).

2.2. Pengertian Agen Infeksius Parasit

Parasit berasal dari kata“ Parasitus” (Latin) =“Parasitos” (Grik), yang artinya
seseorang yang ikut makan semeja. Mengandung maksud seseorang yang ikut
makan makanan orang lain tanpa seijin orang yang memiliki makanan tersebut. Jadi
Parasit adalah organisme yang selama atau sebagian hayatnya hidup pada atau di
dalam tubuh organisme lain, dimana parasit tersebut mendapat makanan tanpa ada
kompensasi apapun untuk hidupnya.

A. Pembagian Parasitologi

Parasitologi adalah Ilmu yang mempelajari organisme yang hidupnya tergantung


pada organisme hidup yang lain. Pembagian Parasitologi ada tiga yaitu :

 Protozoology
Protozoology mempelajari protozoa atau organisme bersel satu, contohnya
Amoeba
 Helminthology
Helminthology mempelajari cacing atau helminth, contoh: cacing pita babi
atau taenia solium.
 Entomology
Entomology mempelajari serangga sebagai parasit atau sebagai hospes
parasit yang penting bagi manusia, contohnya nyamuk anopheles.

B. Epidemiologi Penyakit Parasitik

Penularan penyakit parasitik terjadi karena stadium infektif berpindah dari satu
hospes ke hospes yg lain. Parasit dapat berpindah ke hospes lain dengan cara:

 Hand to mouth
 Dibawah oleh vektor (binatang penular), contohnya nyamuk
 Dibawah oleh hospes perantara, contohnya siput, ikan, sapi, babi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi

 Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan


menghambat respon imun host.
 Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host
vertebrata.
 Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada
dalam host.
 Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam
sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit
dapat menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah
terikat pada antibodi spesisik.
 Parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-
masing parasi.

Cara infeksi

Stadium infektif dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara, yaitu

 Kontaminasi makanan dan minuman.


 Kontaminasi kulit atau selaput lendir
 Gigitan serangga

Sumber infeksi parasit yaitu dapat melalui tanah, air, makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh telur atau larva cacing, binatang dan manusia yang terinfeksi
parasit, dan serangga pengisap darah.

C. Pemberantasan Penyakit Parasitik

Pemberantasan penyakit Parasitik diusahakan dengan melakukan


pencegahan, dengan cara :

a. Mengobati penderita
b. Mencegah penularan dengan orang di sekitarnya
c. Memberantas sumber infeksi (reeservoir host)
d. Memberantas binatang penular (vektor) atau
intermediate host.
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transmisi Agen-agen
Infeksius

Agen Infeksius dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :

1. Patoginitas
Patogenitas adalah kemampuan organisme untuk menimbulkan penyakit.
2. Virulensi
Virulensi adalah kekuatan suatu mikroorganisme atau ganasnya
mikroorganisme. Virulensi adalah derajat patogenitas suatu agen
infeksius kemampuan untuk dapat menyebabkan penyakit yang berat
atau bahkan kematian.
3. Jumlah mikroorganisme antara virulensi dengan jumlah mikroorganisme itu
saling berhubungan di mana semakin banyak mikroorganisme yang
menyerang tubuh maka mikroorganisme itu lebih virulensi.
2.4. Perbedaan Proses Infeksi Agen Infeksius

A. Proses Infeksi Virus

Proses infeksi virus pada sel dimulai dengan menempelnya virus


infektif pada reseptor yang ada di permukaan sel. Ada tidaknya reseptor
tersebut pada sel tertentu ditentukan oleh faktor genetik, tingkat diferensiasi
sel dan lingkungan sel. Virus poliomielitis misalnya hanya mampu menginfeksi
sel hewan primata. Tidak semua sel primata dapat terinfeksi, sel-sel ginjal
dan sel-sel otak dapat terinfeksi sementara sel-sel epitel tidak.

Selanjutnya virus atau genomnya masuk ke dalam sel. Dengan


bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk komponen-
komponennya, baik komponen antara maupun komponen struktural virus.
Setelah komponen- komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam
sel. Proses perkembangbiakan virus ini terjadi pada sitoplasma, inti sel,
ataupun membran sel, tergantung pada jenis virusnya. Secara umum
interaksi sel dan virus dapat diringkas dan digolonkan sebagai berikut :

- Virus yang akibat efek sitosidalnya atau efek toksisnya menimbulkan


banyak kematian sel,

- Virus yang proses berkembang-biaknya tidak menimbulkan kematian sel


langsung tetapi hanya menimbulkan kematian sel langsung tetapi hanya
menimbulkan kelainan kecil,

- Virus yang proses infeksinya mengubah tumbuh kembang sel sehingga


sel tumbuh kembang berlebihan, pada keadaan terkhir seringkali proses
infeksinya pada mas aawalnya tidak mengganggu fungsi-fungsi sel.
Infeksi Oleh Virus

a. Saluran Pernapasan

Banyak virus penyebab penyakit seperti, virus influenza, parainfluenza, virus


rubeola dan coronavirus (bersifat setempat). Gejala ditempat lain seperti virus
variola, virus varicella bahkan ada yang bersifat tumorik seperti virus papilloma.
Pada influenza, proses infeksinya dimulai dari virus yang masuk harus
berhadapan dengan Ig A yang mampu menetralisir dan glikoprotein yang mampu
menghambat perlekatan virus pada reseptornya Virus-virus yang mampu
melampauinya akan berkembang-biak pada sel dan merusaknya. Virus-virus yang
baru dilepaskan selanjutnya menyerang sel epitel lainnya. Penyebaran ini dibantu
cairan transudat. Proses kematian sel menyebabkan saluran napas menjadi lebih
rentan terhadap infeksi bakterial.

b. Saluran Pencernaan

Hanya virus tak berselubung yang masih infektif setelah lewat cairan empedu
dan lambung. Virus tersebut hanya menyebabkan penyakit setempat seperti;
rotavirus, Norwalk agent, Hawaii agent, pararotavirus. Adapula yang menyebar
ketempat lain seperti virus hepatitis dan virus imunodifisiensi manusia. Pada
kasus infeksi rotavius, gejala timbul akibat kerusakan sel-sel velii. Akibat
kerusakan tersebut terjadi defisiensi enzim-enzim penting seperti disakarida dan
gangguan absorpsi garam-garam dan air.

B. Proses Infeksi Bakteri

Proses infeksi bakteri dimulai dari, dimana suatu bakteri harus


menempel dan melekat pada sel inang biasanya pada sel epitel. Setelah
bakteri mempunyai kedudukan yang tetap untuk menginfeksi, mereka mulai
memperbanyak diri dan menyebar secara langsung melalui jaringan atau
melalui sistem limfatik ke aliran darah. Infeksi ini (bakteremia) dapat
berlangsung sementara ataupun menetap. Bakteremia mempunyai
kesempatan untuk menyebar ke dalam tubuh serta mencapai jaringan yang
cocok untuk memperbanyak diri.

C. Proses Infeksi Jamur

Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap
kuman dan jamur karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya
flora bakteri yang memelihara suatu keseimbangan biologis. Akan tetapi bila
lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan mikroorganisme
terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah mengakibatkan
infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak dikeringkan dengan
baik setelah mandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu tertutup.
Penularan terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan penderita mikosis
bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di
tanah, debu rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas dan lembab,
dan di tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alas kaki, infeksi dengan
spora paling sering terjadi misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga,
kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.

D. Proses Infeksi Parasit

Penularan penyakit parasitik terjadi karena stadium infektif berpindah


dari satu hospes ke hospes yg lain. Parasit menginvasi imunitas protektif
dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat respon imun host:

1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup


dalam host vertebrata

2. Menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada


dalam host

3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di


dalam sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun.
Dan kemudian parasit menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan
ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik.

4. Lalu parasit menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme


untuk masing-masing parasit.

F. Proses Infeksi Riketsia

Rickettsiiosis ditularkan melalui gigitan serangga pada kulit, hanya penyebab


Q fever yang ditularkan leawat udara (air borne),sehingga pada penyakit ini
tidak ditemukan kelainan kulit. Beberapa jenis mamalia dan athropoda
merupakan hospes alam untuk rickettsia, bahkan yang terakhir dapat bertindak
sebagai vektor dan resevoir. Infeksi pada manusia hanya bersifat insidentil,
kecuali pada tifus epidemik yang vektor utamanya kutu manusia juga, yaitu
Pediculus vestimenti.

Riketsia mempunyai enzim yang penting untuk metabolisme. Dapat


mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah asam
glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel.
Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan
golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat
tumbuh subur jikametabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya
dalam telur bertunas pada suhu 32o C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan
dengan cepat pada pemanasan dan pengeringan atau oleh bahan-bahan
bakterisid. Riketsia memasuki sel inang dengan menginduksi fagositosis, lalu
segera lolos dari fagosom untuk tumbuh dan berkembang biak di dalam
sitoplasma (atau nukleus) sel inang. Sel inang biasanya akan lyse pada akhirnya,
menyebabkan pelepasan organisme baru. Sel inang juga dirugikan oleh efek
racun dari dinding sel.
G. Proses Infeksi Klamida

Infeksi kronik klamidia dapat memicu kerusakan tuba yang dari beberapa
penelitian in vitro diperkirakan dapat diakibatkan oleh:

1. Badan elementer Klamidia trakomatis yang terdapat pada semen pria yang
terinfeksi menularkan ke perempuan pasangan seksualnya.

2. Klamidia naik ke traktus reproduksi wanita dan menginfeksi sel epitel


padatuba falopii.

3. Didalam sel badan elementer berubah menjadi badan retikulat dan mulai
untuk bereplikasi.

4. Jalur apoptosis dihambat,yang menyebabkan sel yang terinfeksi dapat


bertahan.

5. Ketika jumlah badan elementer mencapai tingkat densitas tertentu, maka


badan elementer tersebut akan terlepas darisel epitel dan menginfeksi sel
disebelahnya.

6. Badan elementer ekstaseluler akan mengaktivasi sistem imun berupa dipro

Duksinya dan sitokin-sitokin proinflamasi lainnya.

7. Respon imun akan menurunkan jumlah badan elementer dan menghambat


replikasi intraseluler dari badan retikulat.

8. Interupsi replikasi badan retikulat menyebabkan klamidia tetap ada dalam


bentuk intaseluler sehingga dapat menimbulkan respon imun yang bersifat
destrruksif. Pada bentuk persisten ini, potein-60 (CHSP60) dilepaskan, yang
dapat menyebabkan respon inflamasi.

9. Ketika jumlah badan elementer berada di bawah kadar kritis tertentu

Maka aktivasi sistem imun berhenti dan replikasi badan retikulat mulai kembali.

10. Perubahan siklus infeksi badan elementer dengan destruksi dari sel epitel
baru dan persisten dalam intaseluler dengan pelepasan CHSP60 menyebabkan
pembentukkan jaringan parut dan merusak patensi tuba falopii.

Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius

Tubuh memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh jaringan


dan mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng pertama
diperankan oleh kulit yang utuh, membran mukosa permukaan dan sekret yang
diproduksi. Contohnya lisozym air mata merusak peptidoglikan dinding bakteri.

Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan
clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke
dalam sistem organ yang terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk
kelainan klinik yang di timbulkan seperti virus yang menyebabkan eksastema,
dan sifat infeksi infeksi laten virus. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri sering
terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borok pada bagian
tubuh. Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu
infeksi bakteri. Masing-masing faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri.
Jamur menimbulkan infeksi umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih
cenderung mengenai daerah-daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti
muka, badan, kaki, lipatan paha, dan lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan
protozoa menimbulkan infeksi melalui kontak langsung maupun tidak langsung.
BAB III

Penutup

3.1.Kesimpulan

Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme


didalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius
adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi. Mikroorganisme
yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit,
riketsia,dan clamidia. Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur,
parasit, riketsia, dan clamidia. Infeksi virus yang menyebabkan penyakit
umumnya digolongkan ke dalam sistem organ yang terkena, seperti infeksi
virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yang di timbulkan seperti virus yang
menyebabkan eksastema, dan sifat infeksi infeksi laten virus.
3.2.Saran

Pemberantasan penyakit Parasitik diusahakan dengan melakukan


pencegahan, dengan cara : mengobati penderita, mencegah penularan
dengan orang di sekitarnya, memberantas sumber infeksi (reeservoir host),
memberantas binatang penular (vektor) atau intermediate host. Demikianlah
makalah yang kami buat, kritik dan saran yang membantu dan membangun
sangat kami harapkan dari pembaca.

Daftar Pustaka

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35135/4/
Chapter%20II.pdf
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf
https://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-
typhi-new.pdf http://digilib.unila.ac.id/5690/11/13.BAB
%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai