id/44658/3/
HERYADI_BAWONO_PUTRO_22010110130184_BabIIKTI.pdf
http://eprints.undip.ac.id/44658/3/
HERYADI_BAWONO_PUTRO_22010110130184_BabIIKTI.pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
e9768db20cd27f53aeab907eef6dbe72.pdf
Transmisi adalah penularan atau penyebaran penyakit. Setiap penyakit memiliki karakteristik
transmisi berdasarkan sifat agen infeksi yang menyebabkannya. Biasanya setiap jenis agen
infeksi disebabkan oleh satu atau beberapa organisme yang berbeda. Transmisi bisa bersifat
langsung, tidak langsung, lewat udara, atau air. Tempat masuk bakteri patogen ke dalam tubuh
yang paling sering adalah tempat bertemunya selaput lendir dengan kulit: saluran pernapasan
(jalan napas atas dan bawah), gastrointesnital (terutama mulut), genital, dan saluran kemih.
Penyakit dapat menular sebagai akibat dari adanya interaksi agen, proses transmisi, dan penjamu.
Beberapa faktor yang memengaruhi transmisi agen infeksius yakni:
Potensi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit tergantung beberapa faktor,
antara lain: kecukupan jumlah organisme (dosis), virulensi atau kemampuan agen untuk bertahan
hidup dalam tubuh host atau di luar tubuh host, kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup
dalam tubuh host, dan kerentanan tubuh host (daya tahan host).
Tempat di mana patogen dapat bertahan hidup tetapi belum tentu dapat berkembang biak. Meski
begitu tetap ada peluang bagi agen infeksius melakukan transmisi dan menimbulkan infeksi pada
makhluk hidup. Reservoir terdiri dari hewan dan manusia.
Contoh: Virus Hepatitis A bertahan hidup dalam kerang laut tetapi tidak dapat berkembang
biak, Pseudomonas dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam reservoir nebulizer, serta
berbagai mikroorganisme yang banyak hidup di kulit, di rongga, dalam cairan, dan cairan yang
keluar dari tubuh.
Yaitu penularan melalui kontak fisik antara sumber dengan penjamu yang rentan atau individu
ke individu. Contoh:
Inokulasi
Yaitu penularan melalui kontak penjamu yang rentan dengan benda mati yang terkontaminasi.
Misalnya, melalui jarum, benda tajam, lingkungan, udara (airbone), air, dan vektor (lalat,
nyamuk).
Dapat terkena infeksi tergantung pada keretanannya terhadap agen infeksius. Kerentanan
bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun secara konstan
kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai
individu rentan terhadap kekuatandan jumlah mikroorganisme tersebut.
Penjamu yang rentan banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan, mereka yang mengalami
gangguan sistem kekebalan tubuh meliputi anak kecil atau bayi, lanjut usia, orang dengan
penyakit kronois, orang yang menerima terapi medis seperti kemoterapi, atau steroid dosis
tinggi, orang dengan luka terbuka.
https://waimediainfo.wordpress.com/2018/04/18/transmisi-agen-infeksius/
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba pathogen, dan bersifat
sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang saling
berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktor manusia atau pejamu (host) dan
faktor lingkungan.
Sebagai agen penyebab penyakit, mikroba patogen memiliki sifat-sifat khusus yang
sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit lainnya. Sebagai makhluk hidup, mikroba
patogen memiliki ciri-ciri kehidupan, yaitu :
a. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang biak
b. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya
c. Bergerak dan berpindah tempat
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan virus ?
2. Apa yang dimaksud dengan bakteri ?
3. Apa yang dimaksud dengan jamur ?
4. Apa yang dimaksud dengan parasit ?
5. Apa yang dimaksud dengan ricketsia ?
6. Apa yang dimaksud dengan clamidia ?
7. Apa agen infeksi opportunistik ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang virus
2. Untuk mengetahui tentang bakteri
3. Untuk mengetahui tentang jamur
4. Untuk mengetahui tentang parasit
5. Untuk mengetahui tentang ricketsia
6. Untuk mengetahui tentang clamidia
7. Untuk mengetahui agen infeksi opportunistik
1.4. Manfaat
Menambah wawasan kita untuk mengetahui tentang virus, bakteri, jamur, parasit, ricketsia,
clamidia, dan agen infeksi opportunistik. Sehingga, mahasiswa mampu memahami dan
membuat resume setelah proses pembelajaran kelengkapan materi dan mahasiswa mampu
memahami dan membuat resume setelah ketepatan jawaban dalam resume.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Virus
Virus berasal dari bahasa Yunani venom yang berarti racun. Virus merupakan suatu
partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk makhluk hidup atau benda mati.
Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalka, sedangkan virus dikatakan benda hidup,
karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang., Para ahli biologi terus
mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel tersebut dikelompokkan sebagai
makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan organisme non-seluler,
karena ia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa membelah
diri sendiri.
Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik yang mengandung
salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang
dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan
ekstrseluler diluar tubuh inang. Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang
terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion. Virion tidak
melakukan aktivitas biosinteis dan reproduksi. Pada saat virion memasuki sel inang, baru
kemudian akan terjadi proses reproduksi. Virus ketika memasuki sel inang akan mengambil alih
aktivitas inang untuk menghasilkan komponen-komponen pembentuk virus. Virus dapat
bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki
sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat
merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris
sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen. Berdasarkan sifat
hidupnya maka virus dimasukan sebagai parasit obligat, karena keberlangsungan hidupnya
sangat tergandung pada materi genetic inang.
Ukuran virus lebih kecil dibandingkan dengan sel bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02
mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 μm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya
dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter.
Virus cacar merupakan salah satu virus yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan
virus polio merupakan virus terkecil yang hanya berukuran 28 nm.
2.2. Bakteri
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki selubung inti).
Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak
terlokalisasi dalam tempat khusus ( nukleus ) dan tidak ada membran inti. Bentuk DNA bakteri
adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoi. Pada DNA bakteri tidak mempunyai intron
dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri juga memiliki DNA ekstrakromosomal yang
tergabung menjadi plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler ( Jawetz, 2004) .
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah
a. Sumber energi, yang diperlukan untuk reaksi – reaksi sintesis yang membutuhkan energi
dalam pertumbuhan dan restorasi, pemeliharaan keseimbangan cairan, gerak dan sebagainya.
b. Sumber karbon
c. Sumber nitrogen, sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-asam nukleat.
d. Sumber garam-garam anorganik, khususnya folat dan sulfat sebagai anion dan potasium,
sodium magnesium, kalsium, besi, mangan sebagai kation.
e. Bakteri-bakteri tertentu membutuhkan faktor-faktor tumbuh tambahan, disebut juga vitamin
bakteri, dalam jumlah sedikit untuk sintesis metabolik esensial (Koes Irianto, 2006).
2.3. Jamur
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yangberarti tumbuh
dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta
tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991).
Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin,
tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang
berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan
memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel
yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas
selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang
lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur
terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara
penampakan (bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979). Banyak jamur
yang sudah dikenal peranannya, yaitu jamur yang tumbuh di roti, buah, keju, ragi dalam
pembuatan bir, dan yang merusak tekstil yang lembab, serta beberapa jenis cendawan yang
dibudidayakan. Beberapa jenis memproduksi antibiotik yang digunakan dalam terapi melawan
berbagai infeksi bakteri (Tortora, et al., 2001). Diantara semua organisme, jamur adalah
organisme yang paling banyak menghasilkan enzim yang bersifat degradatif yang menyerang
secara langsung seluruh material oganik. Adanya enzim yang bersifat degradatif ini menjadikan
jamur bagian yang sangat penting dalam mendaur ulang sampah-sampah alam, dan sebagai
dekomposer dalam siklus biogeokimia (Mc-Kane, 1996). Semua unsur kimia di alam akan
beredar melalui jalur tertentu dari lingkungan ke organisme atau makhluk hidup dan kembali lagi
ke lingkungan. Semua bahan kimia dapat beredar berulang-ulang melewati ekosistem secara tak
terbatas. Jika suatu organisme itu mati, maka bahan organik yang terdapat pada tubuh organisme
tersebut akan dirombak menjadi komponen abiotik dan dikembalikan lagi ke dalam lingkungan.
Peredaran bahan abiotik dari lingkungan melalui komponen biotik dan kembali lagi ke
lingkungan dikenal sebagai siklus biogeokimia (Odum, 1993). Tubuh buah suatu jenis jamur
dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung
(pileus), tangkai (stipe), dan lamella (gills) serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran,
warna, serta bentuk dari pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi
suatu jenis jamur (Smith, et al., 1988). Menurut Alexopoulus dan Mimms (1979), beberapa
karakteristik umum dari jamur yaitu: jamur merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil
sehingga cara hidupnya sebagai parasit atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-
cabang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan
seksual. Secara alamiah jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara aseksual
dan seksual. Reproduksi secara aseksual dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan
fragmentasi miselium, pembelahan (fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel anakan. Tunas
(budding) dari sel-sel somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu baru, pembentukan
spora aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk hifa yang selanjutnya berkembang
menjadi miselium (Pelczar dan Chan, 1986). Reproduksi secara seksual melibatkan peleburan
dua inti sel yang kompatibel. Proses reproduksi secara seksual terdiri dari tiga fase yaitu
plasmogami, kariogami dan meiosis. Plasmogami merupakan proses penyatuan antara dua
protoplasma yang segera diikuti oleh proses kariogami (persatuan antara dua inti). Fase meiosis
menempati fase terakhir sebelum terbentuk spora. Pada fase tersebut dihasilkan masing-masing
sel dengan kromosom yang bersifat haploid (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
a. Kelembaban
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water
activity). Rasio aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity).
Ketersediaan air di lingkungan sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya
dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur dapat
menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas permukaan substrat
(Carlile dan Watkinson, 1995). Variasi suhu yang rendah dan kelembaban yang relative tinggi ini
sangat berkaitan dengan curah hujan yang tinggi (Bernes, et al., 1998).
b. Suhu
Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur untuk
tumbuh berkisar 30⁰C sampai 40⁰C dan optimalnya pada suhu 20⁰C sampai 30⁰C. Jamur- jamur
kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan Pleurotus spp, tumbuh
optimal pada suhu 22⁰C (Kaneko dan Sugara, 2001) dalam Panji (2004). Sementara jamur-
jamur Coprinus spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu 25⁰C sampai 28⁰C (Kitomoro, et
al., 1999).
c. Intensitas cahaya
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan
struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proses reproduksi memerlukan
cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur
berbeda di dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya. Contoh spesies
Discomycetes Sclerotina sclerotiorum akan terbentuk dalam kondisi gelap, namun memerlukan
cahaya untuk pembentukan pileusnya (Purdy, 1956). Jamur dari famili polyporaceae tahan
terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi (Nugroho, 2004). Hal ini dimungkinkan karena
kebanyakan jamur family polyporaceae memiliki tubuh buah yang relatif besar. Jamur dari famili
polyporaceae merupakan jamur pembusuk kayu (Arora, 1996).
d. pH
Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada kisaran
pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa mempengaruhi
pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang
dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel. Hal ini memungkinkan nutrisi yang
diperlukan jamur untuk tumbuh dengan baik cukup tersedia. Kebanyakan jamur tumbuh dengan
baik pada pH yang asam sampai netral (Carlile dan Watkinson, 1995).
2.4. Parasit
Parasit berasal dari kata “Parasitus” (Latin) = “Parasitos” (Grik), yang artinya seseorang
yang ikut makan semeja. Mengandung maksud seseorang yang ikut makan makanan orang lain
tanpa seijin orang yang memiliki makanan tersebut. Jadi Parasit adalah organisme yang selama
atau sebagian hayatnya hidup pada atau didalam tubuh organisme lain, dimana parasit tersebut
mendapat makanan tanpa ada konpensasi apapun untuk hidupnya.
Pertumbuhan dan perkembangan parasit
Tubuh terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme tanggap kebal yang akan mengenali
dan segera memusnahkan setiap sel yang berbeda/asing dari sel normal tubuhnya sendiri. Seperti
pada kekebalan terhadap bakteri, cendawan, dan virus,kekebalan dalam parasitologi terdiri dari
kekebalan bawaan yang mungkin disebabkan spesifitas inang, karakteristik fisik inang, sifat
biokimia yang khas dan kebiasaan inang serta kekebalan didapat. Kekebalan didapat dibedakan
menjadi:- Kekebalan secara pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang didapat dari kolostrum
ibunya.- Kekebalan didapat secara aktif. Reaksi kekebalan didapat secara aktif timbul setelah
adanya rangsangan oleh antigen.Tergantung dari sifat antigen sehingga terjadi pembelahan
limfosit-limfosit menjadi sel-T atau sel B. Sel T mempunyai reseptor khusus terhadap antigen
tertentu,sedangkan sel B akan mengeluarkan antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin yang
akan berikatan secara khas pula dengan antigen. Modus penularan ialah cara atau metode
penularan penyakit yang biasanya terjadi. Pada umumnya, cara penularan penyakit parasit adalah
secara kontak langsung, melalui mulut (food-borne parasitosis),melalui kulit, melalui plasenta,
melalui alat kelamin dan melalui air susu. Sumber penularan bagi penyakit parasit, seperti halnya
bagi penyakit menular lain terjadi dari inang yang satu ke inang yang lain. Penularan dapat juga
dari sumber penyakit kepada inang baru. Adapun yang dapat berlaku sebagai sumber penularan
penyakit parasit ialah organisme baik hewan maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah,
air,makanan dan minuman. Faktor meteorologi yang berpengaruh pada kelangsungan hidup
parasit adalah:
a. Data biometeorology
b. Penguapan air
c. Kandungan air dalam tanah.
d. Pengaruh Faktor Cuaca terhadap Siklus Hidup Parasit
2.5. Ricketsia
Rickettsia adalah genus bakteri gram-negatif. Rickettsia bersifat parasit intraselular
obligat, dan dapat menyebabkan penyakit Rickettsia.Metode perkembangan Rickettsia dalam
embrio ayam ditemukan oleh Ernest William Goodpasture dan koleganya di Universitas
Vanderbilt pada tahun 1930-an.
2.6. Clamidia
Klamidia adalah bakteri yang umum ditularkan melalui infeksi menular seksual. Infeksi
ini menulari wanita dan pria, termasuk pria yang berhubungan seksual dengan pria. Pada wanita,
bakteri ini menyebabkan infeksi pada serviks dan pada pria menyebabkan infeksi pada uretra.
Walaupun jarang terjadi, tetapi Klamidia dapat menginfeksi anus dan
menyebabkan conjunctivitis (inflamasi pada mata). Sebagian besar pria dan wanita tidak
memperlihatkan gejala atau tanda. Ketika ada gejala, hal-hal berikut mungkin akan muncul:
Pria
Kemerahan pada mulut penis
Rasa terbakar atau perih saat buang air kecil
Adanya cairan yang keluar dari penis (biasanya berwarna jernih) Bila tidak segera ditangani,
Klamidia dapat menyebabkan rasa sakit dan bengkaknya salah satu atau bahkan keduatestis/buah
zakar.
Wanita
Adanya perubahan pada cairan vagina
Perdarahan yang tidak tentu (biasanya setelah berhubungan seks)
Nyeri panggul, termasuk nyeri saat berhubungan seksual
Rasa terbakar atau perih saat buang air kecil Bila tidak segera ditangani, Klamidia dapat
menyebabkan penyakit radang panggul yaitu terjadinya infeksi pada uterus dan saluran tuba.
Lebih lanjut penyakit radang panggul dapat menyebabkan infertilitas.
Klamidia biasanya ditularkan melalui seks vaginal ataupun anal. Kondom dapat mencegah
penularan tersebut.
3.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih
banyak yang dapat di pertanggung jawabkan.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi kami sendiri
sebagai penulis dari makalah ini. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini rekan mahasiswa
Perawat lebih memahami tentang agen-agen infeksius dan infeksi opportunitis serta untuk lebih
menambah wawasan mahasiswa sehingga bermanfaat di masa yang akan datang.
http://ayusalsabillaputriaurely.blogspot.com/2017/12/agen-agen-infeksius.html
AGEN INFEKSIUS
09.05 Free Pos No comments
MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN 2
AGEN INFEKSIUS
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2 :
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia Nya Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah
di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami juga menyampaikan terima kasih yang tidak
terhingga bapak Dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini dan kepada
kedua orang tua atas jerih payah dan doa yang tak henti-hentinya.
BAB 1
PENDAHULUAN
Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang berfungsi sebagai
pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh terhadap benda asing yang
bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh bakteri, trauma, bahan
kimia, panas, atau fenomena lainnya maka jaringan yang cedera itu akan melepaskan berbagai
zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang sangat dramatis disekeliling jaringan yang tidak
mengalami cedera.
Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana Kedokteran telah
mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian tentang perkembangan, pencegahan
dan pengobatan infeksi maupun penyakit-penyakit, yang berhubungan dengan infeksi.
Berdasarakan latar belakang diatas, kelompok dapat mengambil rumusan masalah sebagai
berikut, yaitu:
1.3 Tujuan
Berdasarakan rumusan masalah diatas, kelompok dapat mengambil tujuan masalah sebagai
berikut, yaitu:
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami Definisi Agen-agen Infeksius, yang berupa Virus, Bakteri,
Jamur, Parasit, Riketsia, Clamida.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh pejamu
(Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang
dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus,
bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang berbeda-beda
dalammenimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai contoh, pada satu ujung spektrum,
satu mikroorganismehidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit (misal Richettsia
tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain,sejuta organisme atau lebih mungkin baru diperlukan
untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan oleh
suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit.
1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan memperbanyak diri di dalam
jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan tekanan oksigen, pH yang
sesuai, suhu, danlingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.
2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan mekanisme pertahanan
hospesyang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis yang diperlukan sehingga agen tetap dapat
menimbulkan penyakit. Setiap ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan
membantu terjadinya prosesinfeksi (Herold, 1994).
2.2 Virus
2.2.1 Sejarah
Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk
makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalkan,
sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam
tubuh inang.
Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel tersebut
dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan
organisme non-seluler, karenaia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan
tidak bisa membelahdiri sendiri. Penyelidikan tentang objek-objek berukuran sangat kecil di
mulai sejak ditemukannyamikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723)
perkembangan mikroskop inmendorong berbagai penemuan dibidang biologi salah satunya
partikel mikroskopikyaitu virus. Beberapa tokoh dalam penemuan virus pertama yaitu:
2.2.2 Definisi
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah parasit mikroskopik
yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas
elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat
(DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu
secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat
hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya
DNA atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam sel
inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan dicairkan.
Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.
Fungsi:
2. Isi
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa sifat keturunan yaitu
DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam nukleat saja yaitu satu DNA/ satu RNA saja,
tidak kedua-duanya. Asam nukleat sering bergabung dengan protein disebut nukleoprotein. Virus
tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi DNA.
3. Kepala
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun oleh satu unit
protein yang disebut kapsomer.
4. Ekor
Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk menempelkan tubuh virus
pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala kapsid. Struktur virus ada 2 macam yaitu virus
telanjang dan virus terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari protein
dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Khusus
untuk virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak memiliki ekor.
Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya mempunyai anggota yang
mampu menyerang mns & binatang.
Menurut RNA, famili virus dibagi menjadi:
- Picontohrnaviridae - Orthomyxoviridae
- Rhabdoviridae - Bunyaviridae
- Caliciviridae - Reoviridae
- Filoviridae - Arenaviridae
- Togaviridae - Retroviridae
- Paramyxoviridae - Contohronaviridae
- Flaviviridae
Menurut DNA, famili virus dibagi menjadi:
- Adenoviridae - Papovaviridae
- Herpesviridae - Parvoviridae
- Hepadnaviridae - Poxviridae
Selain itu tdpt kelompok virus yang belum dpt diklasifikasikan (unclassified virus) karena
banyak sifat biologiknya belum diketahui.
1. Virus yang menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa genetika karena
dapat digunakan untuk cloning gen(reproduksi DNA yang secara genetis identik). Sebagai
contoh adalah virus yang membawa gen untuk mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga
digunakan untuk terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes dan
kanker dapat disembuhkan.
2. Virus yang merugikan: Virus yang dapat merugikan karena menyebabkan berbagai jenis
penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan
contoh : virus influenza penyebab influensa, virus rubeola penyebab campak, ronavirus
penyebab SARS, virus variola penyebab penyakit cacar, virus varicella penyebab penyakit cacar
air.
2. Melalui saluran pencernaan
contoh : virus hepatitis A,B, poliomyelitis penyebab polio, rotavirus penyebab diare
3. Virus Dengue
Virus Dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah satu virus yang termasuk
dalam famili Flavividae. Virion Dengue merupakan partikelsferis dengan diameter nukleokapsid
30nm dan ketebalan selubung 10 mm, sehingga diameter virion kira-kira 50 nm. Genon virus
Dengue terdiri dari asam ribonuleat berserat tunggal , panjangnya kira-kira 11 kilibasa. Genon
terdiri dari protein structural dan protein non structural, yaitugen C mengkode sintesa
nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode sintesa protein M(Membran) dangan E mengkode
sentesa glikoprotein selubung (Envelope).
Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN 2, DEN-3, dan DEN-4. Masing-
masing tipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya ratusan, sesuai daeraah atau asal virus
itu. Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah penyebab wabah demam berdarah di Asia Tenggara.
Infeksi DD/DBD dapat ditularkan padamanusia melalui gigitan vector nyamuk Aedes aegyptidan
Aedes albopictus betina. Virus dengue mampu berkembang biak didalam tubuh hospes (manusia,
monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmut, tikus, hamster serta serangga khususnya nyamuk).
Kontrol dan pencegahan virus dengue dilakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk dengan
menguras atau larvasida dan penyemprotan nyamuk dewasa insektisida. Kontrol epidemi yang
terpenting adalah dengan membunuh nyamuk vektor betina dewasa. Menghambat
perkemabangan nyamuk.
4. Virus Polio
Virus polio merupakan penyebab penyakit polio. Penyakit polio terutama menyerang pada anak-
anak kecil. Polio dapat menyebabkan demam, sakit kepala, muntah,sakit perut,nyeri
otot,kekakuan pada leherdan punggung,serta kelumpuhan.Kebanyakanpasien akan pulih,namun
dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian.
Penyakit ini sangat menular. Polio menyebar dari orang ke orang,terutama melalui rute dari tinja
ke mulut.Virus memasuki tubuh melalui rute mulut dan akhirnya menyerang system saraf pusat.
Masa inkubasi 7-14 hari, dengan kurun waktu antara 3-35 hari. Orang yang diduga terinfeksi
harus dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut dan isolasi. Dewasa ini,tidak ada
perawatan penyembuhan untuk penyakit tersebut.
2.3 Bakteri
2.3.1 Definisi
Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom tunggal dan tidak memiliki
nukleus. (Gillespie et al, 2007)
Bakteri adalah nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel satu.
Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion berarti tongkat atau batang dan umumnya
tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan membela diri dan bahan – bahan genetiknya tidak
terbungkus dalam membran inti. (BIMA, 2005)
2.3.2 Klasifikasi
Tujuan dari klasifikasi mikroorganisme adalah untuk menentukan potensi dari patogeniknya.
Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk menyebar secara luas di komunitas dan
menyebabkan penyakit yang serius.Bakteri dapat diidentifikasi berdasarkan serangkaian sifat-
sifat, imunologis fisik atau sifat-sifat molekuler.
1. Reaksi Gram : Bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif member respons terhadap
antibiotik yang berbeda. Bakteri lain (misalnya Mikobakteria) mungkin memerlukan teknik
pewarnaan khusus.
2. Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.
3. Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel bakteri (terminal, subterminal,
atau sentral).
4. Preferensi atmosfer : Organisme aerob memerlukan oksigen; organism anaerob memerlukan
atmosfer dengan sangat sedikit atau tanpa oksigen.
5. Kekhususan (fastidioudness) : Kebutuhan akan media khusus atau pertumbahan intraselular
khusus.
6. Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu identifikasi salmonela, urease
membantu identifikasi Helicobacter.
7. Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur permukaan (misalnya subtipe dari
Salmonela, Haemophilus, Meningokokus, dan banyak lagi)
8. Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan elemen kunci dalam
klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)
b. Pembiakan Bakteri
Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang dapat menumbuhkan bakteri,
jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman dan inkubasi tertentu. Pembiakan diperlukan untuk
mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau differensiasi
jenis-jenis yang ditemukan.
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang
sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan
kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih
memiliki karakteristik seperti tubuh serangg daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama
spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan
(bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
a. Oomycetes
Dikatakan sebagai jamur air karena sebagian besar anggotanya hidup di air atau di dekat badan
air. Hanya sedikit yang hidup di darat. Miseliumnya terdiri atas hifa yang tidak bersekat,
bercabang, dan mengandung banyak inti. Hidup sebagai saprofit dan ada juga yang parasit.
Pembiakan aseksualnya dengan zoospora, dan dengan sporangium untuk yang hidup di darat.
Pembiakan seksualnya dengan oospora. Beberapa contoh dari kelompok ini antara lain:
Saprolegnia sp., Achya sp., Phytophtora sp (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
b. Zygomycetes
Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai “jamur rendah” yang dicirikan dengan hifa
yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara aseksual dengan zigospora.
Kebanyakan anggota kelompok ini adalah saprofit. Pilobolus, Mucor, Absidia, Phycomyces
termasuk kelompok ini (Wallace, et al.,1986). Rhizopus nigricans adalah contoh dari anggota
kelompok ini, berkembang biak juga melalui hifa yang koneositik dan juga berkonjugasi dengan
hifa lain. Rhizopus nigricans juga mempunyai sporangiospora.
c. Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung yang disebut
askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora yang disebut
askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora (Dwidjoseputro, 1978). Kelas ini
umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus atau stadium aseksual.
d. Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basidiospora. Kebanyakan
anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan berbentuk bola yang
disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya menyebar di udara dengan cara yang berbeda
dari jamur berdaging lainnya. Struktur tersebut berkembang setelah fusi (penyatuan) dari dua
hifa haploid hasil dari formasi sel dikaryotik. Sebuah sel yang memiliki kedua inti yang
disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara seksual. Sel-sel yang diploid membelah secara
meiosis menghasilkan basidiospora yang haploid.
e. Deuteromycetes
Mc-Kane (1996) mengatakan, ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus reproduksi
seksualnya (disebut fase sempurna). Jamur ini “tidak sempurna” karena belum ada spora seksual
mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang biak dengan klamidospora,
arthrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes juga memiliki hifa yang
bersekat (Tortora, et al., 2001).
a. Kelembaban
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity). Rasio aktifitas
air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity). Ketersediaan air di lingkungan sekitar
jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini
menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas
permukaan substrat (Carlile dan Watkinson, 1995).
b. Suhu
Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur untuk tumbuh
berkisar 30°C sampai 40°C dan optimalnya pada suhu 20°C sampai 30°C. Jamur- jamur
kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan Pleurotus spp, tumbuh optimal
pada suhu 22°C (Kaneko dan Sugara, 2001) dalam Panji (2004). Sementara jamur-jamur
Coprinus spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu 25°C sampai 28°C (Kitomoro, et al., 1999).
c. Intensitas cahaya
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan struktur
alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun prosesreproduksi memerlukan cahaya,
hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di
dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya.
d. pH
Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada kisaran pH 4-
9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa mempengaruhi pertumbuhan
meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau
beraksi langsung pada permukaan sel.
2.5 Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan menghambat
respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan yang berbeda.
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau
membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel
antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik. Parasit menghambat
respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit.
2.6 Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama dengan
bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang penting
untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah
asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia
prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab
spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jika metabolisme sel hospes
dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 320 C. Pada umumnya
riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan danpengeringan atau oleh bahan-bahan
bakterisid.
2.7 Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel dari peptidoglikan
yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk
Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit
intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui beberapa stadium mulai dari badanelementer yang
infeksius, berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah
ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial dan kemudian badan
intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48 jam. Clamidia mempunyai 2
jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel.
Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan
fluorocarbon atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan
jenis hospes yang diserangnya. Dua spesies yang terpenting adalah
1. Clamidia psittaci, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang tersebar secara difus dan
tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psitttacosis pada manusia, omitosisi pada
burung dan lain-lain.
2. Clamidia trachomatis, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang padat dan mengandung
glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus. Pada manusia dapat menyebabkan
penyakit trachoma, konjungtivitas induksi, non-spesifik, salpingitis, servistik, dan pneumonitis.
Penyebab utama morboditas dan mortilitas diantara pasien dengan stadium lanjutinfeksi HIV
adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi agen yang jarang menyebabkan
penyakit serius pada individu yang imunikompeten. Infeksioportunistik biasanya tidak terjadi
pada pasien yang terinfeksi HIV hingga jumlah sel T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000
sel/μl menjadi kurang dari 200 sel/μl. Infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien
AIDS yang tidak dapatdiobati yaitu :
1. Protozoa: Toxoplasma gondii, Isospora belli, spesies cryptosporidium.
2. Fungi: Candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodes immitis,Histoplasma
capsulatum, Pneumocytis jiroveci.
3. Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium intracellulare,Listeria
monocytogenes, spesies salmonella.
4. Virus: Cytomegalovirus, virus herpes simpleks, virus vacella zoster,adenovirus, virus
poliomavirus JC, virus hepatitis B dan C
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme
yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
3.1.2 Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi
menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu, termasuk infeksi HIV
3.2 saran
Demikian sedikit informasi dari kelompok 2. Tentu masih banyak sekali kekurangan yang jauh
dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun masih sangat kami butuhkan
demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini. Ucapan terima kasih layaknya pantas
kami persembahkan bagi dosen pembimbing kami dan para pembaca. Terakhir, ucapan maaf
yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan ini kami banyak melontarkan
kata – kata yang kurang berkenan.
http://qinel-cid.blogspot.com/2017/12/agen-infeksius.html