1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan memperbanyak diri di dalam
jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan tekanan oksigen, pH yang
sesuai, suhu, dan lingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.
2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan mekanisme pertahanan
hospesyang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis yang diperlukan sehingga agen tetap dapat
menimbulkan penyakit. Setiap ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan
membantu terjadinya prosesinfeksi (Herold, 1994).
Virus
A. Sejarah
Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk
makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalkan,
sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam
tubuh inang.
Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel tersebut
dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan
organisme non-seluler, karenaia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan
tidak bisa membelahdiri sendiri. Penyelidikan tentang objek-objek berukuran sangat kecil di
mulai sejak ditemukannyamikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723)
perkembangan mikroskop inmendorong berbagai penemuan dibidang biologi salah satunya
partikel mikroskopikyaitu virus. Beberapa tokoh dalam penemuan virus pertama yaitu:
B. Definisi
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah parasit mikroskopik
yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas
elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat
(DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu
secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat
hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya
DNA atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam sel
inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan dicairkan.
Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.
2. Isi
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa sifat
keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam nukleat saja yaitu satu
DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-duanya. Asam nukleat sering bergabung dengan
protein disebut nukleoprotein. Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi
DNA.
3. Kepala
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun oleh satu
unit protein yang disebut kapsomer.
4. Ekor
Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk menempelkan tubuh
virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala kapsid. Struktur virus ada 2 macam
yaitu virus telanjang dan virus terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang
terdiri dari protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang dilengkapi
benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak memiliki
ekor.
E. Pengembangbiakan Virus
Virus memanfaatkan metabolisme sel penjamu untuk membantu sintesis protein virus dan virion
baru; jenis sel yang dapat diinfeksi oleh virus dapat sedikit dapat banyak. Untuk tujuan diagnosti,
sebagian besar virus ditumbuhkan dalam biakan sel, baik turunan sel sekunder atau kontinu;
pemakaian telur embrionik dan hewan percobaan untuk membiakan virus hanya dilakukan untuk
investigasi khusus. Jenis biakan sel untuk mengembangbiakan virus sering berasal dari jaringan
tumor, yang dapat digunakan secara terus menerus.
F. Klasifikasi Virus
Nama famili ditandai dengan akhiran viridae. Nama subfamili diberi akhiran virinae Nama
akhiran genus diberi akhiran virus. Lwoff, Horne & Tournier adl ahli dlm taksonomi virus,
berdasarkan criteria:
Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya mempunyai anggota yang
mampu menyerang mns & binatang.
G. Peran Virus
Didalam kehidupan, virus memiliki 2 peran, yaitu peran virus sebagai mikroorganisme yang
menguntungkan, maupun yang merugikan.
1. Virus yang menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa genetika karena
dapat digunakan untuk cloning gen(reproduksi DNA yang secara genetis identik). Sebagai
contoh adalah virus yang membawa gen untuk mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga
digunakan untuk terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes dan
kanker dapat disembuhkan.
2. Virus yang merugikan: Virus yang dapat merugikan karena menyebabkan berbagai jenis
penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan
Contoh :virus influenza penyebab influensa, virus rubeola penyebab campak, ronavirus
penyebab SARS, virus variola penyebab penyakit cacar, virus varicella penyebab penyakit cacar
air.
3. Virus Dengue
Virus Dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah satu virus yang termasuk
dalam famili Flavividae. Virion Dengue merupakan partikelsferis dengan diameter nukleokapsid
30nm dan ketebalan selubung 10 mm, sehingga diameter virion kira-kira 50 nm. Genon virus
Dengue terdiri dari asam ribonuleat berserat tunggal , panjangnya kira-kira 11 kilibasa. Genon
terdiri dari protein structural dan protein non structural, yaitugen C mengkode sintesa
nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode sintesa protein M(Membran) dangan E mengkode
sentesa glikoprotein selubung (Envelope).
Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN 2, DEN-3, dan DEN-4. Masing-
masing tipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya ratusan, sesuai daeraah atau asal virus
itu. Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah penyebab wabah demam berdarah di Asia Tenggara.
Infeksi DD/DBD dapat ditularkan padamanusia melalui gigitan vector nyamuk Aedes aegyptidan
Aedes albopictus betina. Virus dengue mampu berkembang biak didalam tubuh hospes (manusia,
monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmut, tikus, hamster serta serangga khususnya nyamuk).
Kontrol dan pencegahan virus dengue dilakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk dengan
menguras atau larvasida dan penyemprotan nyamuk dewasa insektisida. Kontrol epidemi yang
terpenting adalah dengan membunuh nyamuk vektor betina dewasa. Menghambat
perkemabangan nyamuk.
4. Virus Polio
Virus polio merupakan penyebab penyakit polio. Penyakit polio terutama menyerang pada anak-
anak kecil. Polio dapat menyebabkan demam, sakit kepala, muntah,sakit perut,nyeri
otot,kekakuan pada leherdan punggung,serta kelumpuhan.Kebanyakanpasien akan pulih,namun
dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian.
Penyakit ini sangat menular. Polio menyebar dari orang ke orang,terutama melalui rute dari tinja
ke mulut.Virus memasuki tubuh melalui rute mulut dan akhirnya menyerang system saraf pusat.
Masa inkubasi 7-14 hari, dengan kurun waktu antara 3-35 hari. Orang yang diduga terinfeksi
harus dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut dan isolasi. Dewasa ini,tidak ada
perawatan penyembuhan untuk penyakit tersebut.
Bakteri
A. Definisi
Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom tunggal dan tidak memiliki
nukleus. (Gillespie et al, 2007)
Bakteri adalah nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel satu.
Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion berarti tongkat atau batang dan umumnya
tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan membela diri dan bahan – bahan genetiknya tidak
terbungkus dalam membran inti. (BIMA, 2005)
B. Klasifikasi
Tujuan dari klasifikasi mikroorganisme adalah untuk menentukan potensi dari patogeniknya.
Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk menyebar secara luas di komunitas dan
menyebabkan penyakit yang serius.Bakteri dapat diidentifikasi berdasarkan serangkaian sifat-
sifat, imunologis fisik atau sifat-sifat molekuler.
1. Reaksi Gram : Bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif member respons terhadap
antibiotik yang berbeda. Bakteri lain (misalnya Mikobakteria) mungkin memerlukan teknik
pewarnaan khusus.
2. Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.
3. Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel bakteri (terminal, subterminal,
atau sentral).
4. Preferensi atmosfer : Organisme aerob memerlukan oksigen; organism anaerob memerlukan
atmosfer dengan sangat sedikit atau tanpa oksigen.
5. Kekhususan (fastidioudness) : Kebutuhan akan media khusus atau pertumbahan intraselular
khusus.
6. Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu identifikasi salmonela, urease
membantu identifikasi Helicobacter.
7. Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur permukaan (misalnya subtipe dari
Salmonela, Haemophilus, Meningokokus, dan banyak lagi)
8. Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan elemen kunci dalam
klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)
C. Identifikasi Bakteri
Terdapat beberapa cara untuk identifikasi bakteri antara lain
a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan pembelahan secara biner,
mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang pada saat mengalami fiksasi panas serta
selama proses pewarnaan mengakibatkan beberapa perubahan (Koes Irianto, 2006).
b. Pembiakan Bakteri
Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang dapat menumbuhkan bakteri,
jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman dan inkubasi tertentu. Pembiakan diperlukan untuk
mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau differensiasi
jenis-jenis yang ditemukan.
Jamur
A. Definisi
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh dengan
subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh
atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991). Organisme yang disebut jamur
bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis,
tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak
(multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara
absorpsi (Gandjar, et al., 2006).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang
sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan
kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih
memiliki karakteristik seperti tubuh serangg daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama
spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan
(bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
B. Klasifikasi Jamur
Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari kategori taksonomi,
dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok ini
adalah: Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora seksual yang spesifik.
a. Oomycetes
Dikatakan sebagai jamur air karena sebagian besar anggotanya hidup di air atau di dekat badan
air. Hanya sedikit yang hidup di darat. Miseliumnya terdiri atas hifa yang tidak bersekat,
bercabang, dan mengandung banyak inti. Hidup sebagai saprofit dan ada juga yang parasit.
Pembiakan aseksualnya dengan zoospora, dan dengan sporangium untuk yang hidup di darat.
Pembiakan seksualnya dengan oospora. Beberapa contoh dari kelompok ini antara lain:
Saprolegnia sp., Achya sp., Phytophtora sp (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
b. Zygomycetes
Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai “jamur rendah” yang dicirikan dengan hifa
yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara aseksual dengan zigospora.
Kebanyakan anggota kelompok ini adalah saprofit. Pilobolus, Mucor, Absidia, Phycomyces
termasuk kelompok ini (Wallace, et al.,1986). Rhizopus nigricans adalah contoh dari anggota
kelompok ini, berkembang biak juga melalui hifa yang koneositik dan juga berkonjugasi dengan
hifa lain. Rhizopus nigricans juga mempunyai sporangiospora.
c. Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung yang disebut
askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora yang disebut
askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora (Dwidjoseputro, 1978). Kelas ini
umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus atau stadium aseksual.
d. Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basidiospora. Kebanyakan
anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan berbentuk bola yang
disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya menyebar di udara dengan cara yang berbeda
dari jamur berdaging lainnya. Struktur tersebut berkembang setelah fusi (penyatuan) dari dua
hifa haploid hasil dari formasi sel dikaryotik. Sebuah sel yang memiliki kedua inti yang
disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara seksual. Sel-sel yang diploid membelah secara
meiosis menghasilkan basidiospora yang haploid.
e. Deuteromycetes
Mc-Kane (1996) mengatakan, ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus reproduksi
seksualnya (disebut fase sempurna). Jamur ini “tidak sempurna” karena belum ada spora seksual
mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang biak dengan klamidospora,
arthrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes juga memiliki hifa yang
bersekat (Tortora, et al., 2001).
C. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
a. Kelembaban
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity). Rasio
aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity). Ketersediaan air di lingkungan
sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal
ini menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas
permukaan substrat (Carlile dan Watkinson, 1995).
b. Suhu
Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur untuk
tumbuh berkisar 30°C sampai 40°C dan optimalnya pada suhu 20°C sampai 30°C. Jamur- jamur
kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan Pleurotus spp, tumbuh optimal
pada suhu 22°C (Kaneko dan Sugara, 2001) dalam Panji (2004). Sementara jamur-jamur
Coprinus spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu 25°C sampai 28°C (Kitomoro, et al., 1999).
c. Intensitas cahaya
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan
struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun prosesreproduksi memerlukan
cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur
berbeda di dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya.
d. pH
Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada kisaran
pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa mempengaruhi
pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang
dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel.
Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan
menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan yang
berbeda.
1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau
membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel
antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik. Parasit menghambat
respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit.
Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama
dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang penting
untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah
asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia
prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab
spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jika metabolisme sel hospes
dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 320 C. Pada umumnya
riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan danpengeringan atau oleh bahan-bahan
bakterisid.
Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel dari
peptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanellla atau
Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak
dan merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui beberapa stadium mulai
dari badanelementer yang infeksius, berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron,
memiliki satu inti dan sejumlah ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan
inisial dan kemudian badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48
jam. Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies. Keduanya
terdapat di dalam dinding sel. Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar
grup telah dilepaskan dengan fluorocarbon atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan
atas dasar patologenitas dan jenis hospes yang diserangnya. Dua spesies yang terpenting adalah
1. Clamidia psittaci, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang tersebar secara difus dan
tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psitttacosis pada manusia, omitosisi pada
burung dan lain-lain.
2. Clamidia trachomatis, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang padat dan mengandung
glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus. Pada manusia dapat menyebabkan
penyakit trachoma, konjungtivitas induksi, non-spesifik, salpingitis, servistik, dan pneumonitis.
Penyebab utama morboditas dan mortilitas diantara pasien dengan stadium lanjutinfeksi HIV
adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi agen yang jarang menyebabkan
penyakit serius pada individu yang imunikompeten. Infeksioportunistik biasanya tidak terjadi
pada pasien yang terinfeksi HIV hingga jumlah sel T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000
sel/μl menjadi kurang dari 200 sel/μl. Infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien
AIDS yang tidak dapatdiobati yaitu :
Tanda-tanda infeksi secara klinis dapat dilihat pada respon klinis lokal dan sistematik.
Tanda klinis lokal : rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit atau nyeri, tumor
(pembengkakan), dan fungtiolaesa (keterbatasan anggota gerak).
Ada beberapa hal yang perlu kita kaji dalam prinsip pencegahan infeksi, antara lain :
1. TRANSMISI KUMAN
Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang
dapat menimbulkan radang atau penyakit.proses tersebut melibatkan beberapa unsur,di
antaranya:
a. Reservoir merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, dapat berupa
manusia, binatang, tumbuhan maupun tanah.
b. Jalan masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat penampungan dari
berbagai kuman, seperti saluran pernapasan, pencernaan, kulit, dan lain-lain.
c. Inang (host) tempat berkembangnya suatu mikroorganisme , yang dapat didukung oleh
ketahanan kuman.
d. Jalan keluar tempat keluar mikroorganisme, dari reservior, seperti sistem pernapasan,sistem
pencernaan, alat kelamin, dan lain-lain.
e. Jalur penyebaran merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme
ke berbagai tempat seperti air, makanan, udara, dan lain-lain.
2. TEKNIK ISOLASI
Ada 3 poin utama yang perlu diingat untuk teknik isolasi :
a. Teknik isolasi adalah sebutan untuk metode perawatan pasien dengan penyakit yang mudah
tertular.
b. Penting bahwa setiap orang bertanggung jawab dan menggunakan teknik isolasi yang tepat
untuk mencegah penyebaran penyakit untuk orang lain.
c. Seluruh benda-benda yang berhubungan dengan eksresi, sekresi, darah atau cairan tubuh yang
mengandung mikroba yang sudah dikenal atau masih dalam dugaan harus dianggap
terkontaminasi bahan-bahan potensial inspeksi, ini harus diberlakukan dengan cara khusus.
2) Langkah 2:
b) Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dan telapak kiri di atas punggung tangan kanan
3) Langkah 3:
c) Telapak dengan telapak dan jari saling terkait
4) Langkah 4:
d) Letakkan pungguh jari pada telapak satunya dengan jari sering mengunci
5) Langkah 5:
e) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya
6) Langkah 6:
f) Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak kanan dan sebaliknya
7) Langkah 7:
g) Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya, gerakkan memutar
c. Teknik Mencuci Tangan
Adapun teknik –teknik mencuci tangan ada 3:
1) Teknik mencuci biasa
a) Alat dan bahan:
1.1 air bersih
1.2 handuk
1.3 Sabun
1.4 sikat lunak
b) Prosedur kerja:
1.1 lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan.
1.2 Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian sabuni dan sikat bila perlu.
1.3 Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering.
d. Prosedur
1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2) Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
3) Lakukan cuci tangan
4) Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati menyibakkannya ke samping
5) Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar yang bersih tepat diatas
ketinggian pergelangan tangan.
6) Buka kemasan, pertahankan sarungtangan pada permukaan dalam pembungkus.
7) Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai manset kurang
lebih 5 cm (2 inci). Kenakan sarung tangan pada sarung tangan yang lebih dominan.
8) Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan non dominan, pegang tepi manset sarung
tangan untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.
9) Tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, lebarkan manset, pastikan bahwa manset tidak
menggulung pada tangan, pastikan juga ibu jari dan jari-jari anda pada posisi yang tepat.
10) Dengan tangan yang telah memakai sarung tangan, masukkan jari di bawah manset sarung
tangan kedua.
11) Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan. Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari
sarung tangan yang dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang terbuka. Pertahankan
ibu jari sarung tangan non dominan abduksi ke belakang
12) Jika sarung tangan kedua telah terpasang cakupkan kedua tangan, manset biasanya terbuka saat
pemasangan. Pastikan untuk menyentuh bagian yang steril.
3) Persiapan
a) Baju steril dalam bungkusan set steril.
b) Teman kerja (perawat sirkulasi) untuk membantu mengikat tali baju.
a) Menggunakan Masker
1.1 Prosedur
2.1 Cuci tangan
2.2 Tenukan tepi atas masker ( masker biasanya mempunyai strip logam tipis disalah satu tepinya
yang dapat ditekuk untuk disesuaikan dengan pangkal hidung pengguna ). Periksa kebijakan
institusi untuk menggunakan masker yang tepat.
2.3 Pegang masker pada kedua tali bagian tali. Ikat kedua tali tersebut di belakang kepala dengan
tali di atas telinga.
2.4 Ikat kedua tali bawah di sekitar leher dengan tepi masker bawah tepat di bawah dagu. Ada juga
jenis masker yang mempunyai tali elastic yang dikaitkan di kedua telinga.
b) Melepas Masker
1.1 Prosedur
2.1 Bila menggunakan sarung tangan, lepaskan terlebih dahulu sarung tangan kemudian masker,
baaru cuci tangan.
2.2 Lepaskan kedua ikatan dan lipat masker menjadi setengahnya dengan permukaan dalam saling
beradapan.
2.3 Buang masker ke dalam tempat yang elah disediakan ( masker sekali pakai harus dibuang ke
tong sampah infeksius yang berwarna kuning).