Anda di halaman 1dari 21

Definisi Agen-agen infeksius

Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh


pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang
dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus,
bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang berbeda-beda
dalammenimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai contoh, pada satu ujung spektrum,
satu mikroorganismehidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit (misal Richettsia
tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain,sejuta organisme atau lebih mungkin baru diperlukan
untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan oleh
suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit.

1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan memperbanyak diri di dalam
jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan tekanan oksigen, pH yang
sesuai, suhu, dan lingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.
2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan mekanisme pertahanan
hospesyang cukup lama untuk mencapai jumlah kritis yang diperlukan sehingga agen tetap dapat
menimbulkan penyakit. Setiap ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan
membantu terjadinya prosesinfeksi (Herold, 1994).

Virus

A. Sejarah
Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk
makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalkan,
sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam
tubuh inang.
Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel tersebut
dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan
organisme non-seluler, karenaia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan
tidak bisa membelahdiri sendiri. Penyelidikan tentang objek-objek berukuran sangat kecil di
mulai sejak ditemukannyamikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723)
perkembangan mikroskop inmendorong berbagai penemuan dibidang biologi salah satunya
partikel mikroskopikyaitu virus. Beberapa tokoh dalam penemuan virus pertama yaitu:

1. Adoft Mayer (1883, Jerman)


Percobaan diawali dari munculnya penyakit bintik kuning pada daun tembakau. Iamencoba
menyemprotkangetah tanaman sakit ke tanaman sehat, hasilnyatanaman

2. Dmitri Ivanovski (1892, Rusia)


Ia mencoba menyaring getah tanaman yang sakit dengan filter bakteri sebelum disemprotkan ke
tanaman sehat. Hasilnya, tanaman sehat tetap tertular. Iamenyimpulkan bahwa ada partikel yang
lebih kecil lagi dari bakteri yang lolossaringan yang menularkan penyakit.

3. Martinus W. Beijerinck (1896, Belanda)


Ia menemukan bahwa partikel itu dapat bereproduksi pada tanaman, tapi tidak pada medium
pertumbuhan bakteri. Ia menyimpulkan bahwa partikel itu hanya dapat hidup pada makhluk
hidup yang diserangnya.

4. Wendel M. Stanley (1935, Amerika)


Ia berhasil mengkristalkan partikel tersebut. Partikel mikroskopis itu lalu dinamai TMV
(Tobacco Mosaic Virus).

B. Definisi
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah parasit mikroskopik
yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas
elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat
(DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu
secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat
hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya
DNA atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam sel
inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan dicairkan.
Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.

C. Bentuk dan Ukuran Virus


Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi kimiawinya. Bentuk virus ada
yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindariis, dan ada juga yang berbentuk T. Ukuran
Virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus
lebih kecil daripada bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1
µm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm
adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus yang
ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang
hanya berukuran 28 nm.
D. Susunan Tubuh
1. Kabsid
Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein. Kapsid terdiri
dari sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.
Fungsi:

a. Memberi bentuk virus


b. Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan
c. Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel

2. Isi
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa sifat
keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam nukleat saja yaitu satu
DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-duanya. Asam nukleat sering bergabung dengan
protein disebut nukleoprotein. Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi
DNA.

3. Kepala
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun oleh satu
unit protein yang disebut kapsomer.

4. Ekor
Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk menempelkan tubuh
virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala kapsid. Struktur virus ada 2 macam
yaitu virus telanjang dan virus terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang
terdiri dari protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang dilengkapi
benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak memiliki
ekor.
E. Pengembangbiakan Virus
Virus memanfaatkan metabolisme sel penjamu untuk membantu sintesis protein virus dan virion
baru; jenis sel yang dapat diinfeksi oleh virus dapat sedikit dapat banyak. Untuk tujuan diagnosti,
sebagian besar virus ditumbuhkan dalam biakan sel, baik turunan sel sekunder atau kontinu;
pemakaian telur embrionik dan hewan percobaan untuk membiakan virus hanya dilakukan untuk
investigasi khusus. Jenis biakan sel untuk mengembangbiakan virus sering berasal dari jaringan
tumor, yang dapat digunakan secara terus menerus.

F. Klasifikasi Virus
Nama famili ditandai dengan akhiran viridae. Nama subfamili diberi akhiran virinae Nama
akhiran genus diberi akhiran virus. Lwoff, Horne & Tournier adl ahli dlm taksonomi virus,
berdasarkan criteria:

1. Jenis asam nukleat (DNA/ RNA) berantai ganda/ tunggal.


2. Ukuran & morfologi tmsk tipe simetri kapsid.
3. Adanya enzim spesifik, terutama polimerase RNA & DNA yang penting bagi replikasi genom.
4. Kepekaan thd zat kimia & keadaan fisik.
5. Cara penyebaran alamiah.
6. Gejala2 yang timbul.
7. Ada tidaknya selubung.
8. Banyaknya kapsomer untuk virus ikosohedarial/ diameter nukleokapsid untuk virus helikoidal.

Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya mempunyai anggota yang
mampu menyerang mns & binatang.

Menurut RNA, famili virus dibagi menjadi:


- Picontohrnaviridae - Orthomyxoviridae
- Rhabdoviridae - Bunyaviridae
- Caliciviridae - Reoviridae
- Filoviridae - Arenaviridae
- Togaviridae - Retroviridae
- Paramyxoviridae - Contohronaviridae
- Flaviviridae
Menurut DNA, famili virus dibagi menjadi:
- Adenoviridae - Papovaviridae
- Herpesviridae - Parvoviridae
- Hepadnaviridae - Poxviridae
Selain itu terdapat kelompok virus yang belum dpt diklasifikasikan (unclassified virus) karena
banyak sifat biologiknya belum diketahui.

G. Peran Virus
Didalam kehidupan, virus memiliki 2 peran, yaitu peran virus sebagai mikroorganisme yang
menguntungkan, maupun yang merugikan.
1. Virus yang menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa genetika karena
dapat digunakan untuk cloning gen(reproduksi DNA yang secara genetis identik). Sebagai
contoh adalah virus yang membawa gen untuk mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga
digunakan untuk terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes dan
kanker dapat disembuhkan.

2. Virus yang merugikan: Virus yang dapat merugikan karena menyebabkan berbagai jenis
penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan

H. Penyakit-penyakit Akibat Virus


Proses infeksi virus dpt melalui berbagai jaringan.
1. Melalui saluran pernafasan

Contoh :virus influenza penyebab influensa, virus rubeola penyebab campak, ronavirus
penyebab SARS, virus variola penyebab penyakit cacar, virus varicella penyebab penyakit cacar
air.

2. Melalui saluran pencernaan


Contoh :virus hepatitis A,B, poliomyelitis penyebab polio, rotavirus penyebab diare

3. Melalui kulit & mukosa genitalia


Contoh :virus herpes simplex1 penyebab stomatitis, flavivirus penyebab DBD, rabies
penyebab rabies, cytomegalovirus penyebab hepatitis.
4. Melalui plasenta
Contoh :virus rubella, cytomegalovirus

I. Beberapa Virus yang Merugikan


1. Virus Hepatitis
Hepatitits adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan oleh berbagai virus
yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D, E. Karena perkembangan penyakit kuning
merupakan fitur karakteristik penyakit hati.

2. Human Immunodeficiency Virus (HIV)


Merupakan anggota subfamili lentivirinae dari famili retroviridae. Virus RNA berselubung.
Dengan diameter 100-150 nm. HIV adalah retrovirusyang biasanya menyerang organ vital
system kekebalan manusia sepertisel T CD4+ (sejenissel T), makrofaf, dan sel dendritik.
Bereplikasi melalui DNA perantana menggunakan DNA polimer yang dikendalikan oleh RNA
(reverse transcriptase). Terdapat 2 tipe yaitu: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 dibagi menjadi 3
kelompok: kelompok M, O, N.

3. Virus Dengue
Virus Dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah satu virus yang termasuk
dalam famili Flavividae. Virion Dengue merupakan partikelsferis dengan diameter nukleokapsid
30nm dan ketebalan selubung 10 mm, sehingga diameter virion kira-kira 50 nm. Genon virus
Dengue terdiri dari asam ribonuleat berserat tunggal , panjangnya kira-kira 11 kilibasa. Genon
terdiri dari protein structural dan protein non structural, yaitugen C mengkode sintesa
nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode sintesa protein M(Membran) dangan E mengkode
sentesa glikoprotein selubung (Envelope).

Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN 2, DEN-3, dan DEN-4. Masing-
masing tipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya ratusan, sesuai daeraah atau asal virus
itu. Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah penyebab wabah demam berdarah di Asia Tenggara.
Infeksi DD/DBD dapat ditularkan padamanusia melalui gigitan vector nyamuk Aedes aegyptidan
Aedes albopictus betina. Virus dengue mampu berkembang biak didalam tubuh hospes (manusia,
monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmut, tikus, hamster serta serangga khususnya nyamuk).

Kontrol dan pencegahan virus dengue dilakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk dengan
menguras atau larvasida dan penyemprotan nyamuk dewasa insektisida. Kontrol epidemi yang
terpenting adalah dengan membunuh nyamuk vektor betina dewasa. Menghambat
perkemabangan nyamuk.

4. Virus Polio
Virus polio merupakan penyebab penyakit polio. Penyakit polio terutama menyerang pada anak-
anak kecil. Polio dapat menyebabkan demam, sakit kepala, muntah,sakit perut,nyeri
otot,kekakuan pada leherdan punggung,serta kelumpuhan.Kebanyakanpasien akan pulih,namun
dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian.
Penyakit ini sangat menular. Polio menyebar dari orang ke orang,terutama melalui rute dari tinja
ke mulut.Virus memasuki tubuh melalui rute mulut dan akhirnya menyerang system saraf pusat.
Masa inkubasi 7-14 hari, dengan kurun waktu antara 3-35 hari. Orang yang diduga terinfeksi
harus dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut dan isolasi. Dewasa ini,tidak ada
perawatan penyembuhan untuk penyakit tersebut.

Bakteri

A. Definisi
Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom tunggal dan tidak memiliki
nukleus. (Gillespie et al, 2007)
Bakteri adalah nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel satu.
Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion berarti tongkat atau batang dan umumnya
tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan membela diri dan bahan – bahan genetiknya tidak
terbungkus dalam membran inti. (BIMA, 2005)

Bakteri mempunyai struktur sel yang penting, antara lain:


1. Kapsul : Merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel dari fagositosis dan
desikasi (kekurangan).
2. Lipopolisakarida : melindungi bakteri Gram-negatif dari lisis yang diperantarai oleh
komplemen. Merupakan stimulator pelepasan sitokin poten.
3. Fimbria atau Pili : Bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel pejamu dan
kolonisasi. Eschercia coli yang uropatogenik memiliki fimbria terspesialisasi (fimbria P) yang
terikat ke reseptor manosa pada sel epitel ureter. Antigen fimbria sering bersifat imunogenik
tetapi bervariasi antarstatin sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada Neisseria
gonorrhoeae).
4. Flagela : Organ pergerakan (lokomasi) bakteri, membuat organism mampu untuk menemukan
sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu. Flagela dapat tunggal atau multipel, dapat berada
di salah satu ujung sel (polar) atau di banyak tempat (peritrik). Pada beberapa spesies (misalnya
Treponema), flagela terfiksasi secara kuat di dalam dinding sel bakteri.
5. Lendir : Materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang tumbuh dalam
lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari serangan imunitas dan eradikasi oleh
antibiotik.
6. Spora : Suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak
cocok; sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup jangka panjang, sehingga memungkinkan
bakteri untuk tumbuh kembali pada kondisi yang sesuai.(Gillespie et al, 2007)

B. Klasifikasi
Tujuan dari klasifikasi mikroorganisme adalah untuk menentukan potensi dari patogeniknya.
Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk menyebar secara luas di komunitas dan
menyebabkan penyakit yang serius.Bakteri dapat diidentifikasi berdasarkan serangkaian sifat-
sifat, imunologis fisik atau sifat-sifat molekuler.
1. Reaksi Gram : Bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif member respons terhadap
antibiotik yang berbeda. Bakteri lain (misalnya Mikobakteria) mungkin memerlukan teknik
pewarnaan khusus.
2. Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.
3. Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel bakteri (terminal, subterminal,
atau sentral).
4. Preferensi atmosfer : Organisme aerob memerlukan oksigen; organism anaerob memerlukan
atmosfer dengan sangat sedikit atau tanpa oksigen.
5. Kekhususan (fastidioudness) : Kebutuhan akan media khusus atau pertumbahan intraselular
khusus.
6. Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu identifikasi salmonela, urease
membantu identifikasi Helicobacter.
7. Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur permukaan (misalnya subtipe dari
Salmonela, Haemophilus, Meningokokus, dan banyak lagi)
8. Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan elemen kunci dalam
klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)
C. Identifikasi Bakteri
Terdapat beberapa cara untuk identifikasi bakteri antara lain
a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan pembelahan secara biner,
mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang pada saat mengalami fiksasi panas serta
selama proses pewarnaan mengakibatkan beberapa perubahan (Koes Irianto, 2006).

b. Pembiakan Bakteri
Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang dapat menumbuhkan bakteri,
jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman dan inkubasi tertentu. Pembiakan diperlukan untuk
mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau differensiasi
jenis-jenis yang ditemukan.

Medium pembiakan terdiri dari :


1) Medium pembiakan dasar
Pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang mengandung bahan yang umum
diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar untuk
membuat medium pemkan lain. agar diperoleh apa yang dinamakan agar nutrisi atau bulyon
agar.

2) Medium pembiakan penyubur (Euriched Medium)


Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar dengan penambahan bahan
lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu yang pada medium pembiakan dasar tidak
dapat tumbuh dengan baik.

3) Medium pembiakan selektif


Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan dari campuran
dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam bahan pemeriksaan.

Jamur
A. Definisi
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh dengan
subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh
atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991). Organisme yang disebut jamur
bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis,
tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak
(multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara
absorpsi (Gandjar, et al., 2006).

Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang
sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan
kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih
memiliki karakteristik seperti tubuh serangg daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama
spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan
(bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
B. Klasifikasi Jamur
Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari kategori taksonomi,
dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya. Kelompok-kelompok ini
adalah: Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora seksual yang spesifik.

a. Oomycetes
Dikatakan sebagai jamur air karena sebagian besar anggotanya hidup di air atau di dekat badan
air. Hanya sedikit yang hidup di darat. Miseliumnya terdiri atas hifa yang tidak bersekat,
bercabang, dan mengandung banyak inti. Hidup sebagai saprofit dan ada juga yang parasit.
Pembiakan aseksualnya dengan zoospora, dan dengan sporangium untuk yang hidup di darat.
Pembiakan seksualnya dengan oospora. Beberapa contoh dari kelompok ini antara lain:
Saprolegnia sp., Achya sp., Phytophtora sp (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

b. Zygomycetes
Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai “jamur rendah” yang dicirikan dengan hifa
yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara aseksual dengan zigospora.
Kebanyakan anggota kelompok ini adalah saprofit. Pilobolus, Mucor, Absidia, Phycomyces
termasuk kelompok ini (Wallace, et al.,1986). Rhizopus nigricans adalah contoh dari anggota
kelompok ini, berkembang biak juga melalui hifa yang koneositik dan juga berkonjugasi dengan
hifa lain. Rhizopus nigricans juga mempunyai sporangiospora.

c. Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung yang disebut
askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora yang disebut
askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora (Dwidjoseputro, 1978). Kelas ini
umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus atau stadium aseksual.

d. Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basidiospora. Kebanyakan
anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung dan cendawan berbentuk bola yang
disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya menyebar di udara dengan cara yang berbeda
dari jamur berdaging lainnya. Struktur tersebut berkembang setelah fusi (penyatuan) dari dua
hifa haploid hasil dari formasi sel dikaryotik. Sebuah sel yang memiliki kedua inti yang
disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara seksual. Sel-sel yang diploid membelah secara
meiosis menghasilkan basidiospora yang haploid.

e. Deuteromycetes
Mc-Kane (1996) mengatakan, ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus reproduksi
seksualnya (disebut fase sempurna). Jamur ini “tidak sempurna” karena belum ada spora seksual
mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang biak dengan klamidospora,
arthrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi. Deuteromycetes juga memiliki hifa yang
bersekat (Tortora, et al., 2001).
C. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

a. Kelembaban
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity). Rasio
aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity). Ketersediaan air di lingkungan
sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal
ini menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas
permukaan substrat (Carlile dan Watkinson, 1995).

b. Suhu
Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur untuk
tumbuh berkisar 30°C sampai 40°C dan optimalnya pada suhu 20°C sampai 30°C. Jamur- jamur
kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan Pleurotus spp, tumbuh optimal
pada suhu 22°C (Kaneko dan Sugara, 2001) dalam Panji (2004). Sementara jamur-jamur
Coprinus spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu 25°C sampai 28°C (Kitomoro, et al., 1999).

c. Intensitas cahaya
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan
struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun prosesreproduksi memerlukan
cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur
berbeda di dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya.
d. pH
Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada kisaran
pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa mempengaruhi
pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang
dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel.

Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan
menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan yang
berbeda.

1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host vertebrata.
2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host.
3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau
membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan mantel
antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik. Parasit menghambat
respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit.

Riketsia

Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama
dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang penting
untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat serta merubah
asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Riketsia
prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab
spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat tumbuh subur jika metabolisme sel hospes
dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 320 C. Pada umumnya
riketsia dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan danpengeringan atau oleh bahan-bahan
bakterisid.

Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel dari
peptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanellla atau
Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis, tidak bergerak
dan merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui beberapa stadium mulai
dari badanelementer yang infeksius, berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron,
memiliki satu inti dan sejumlah ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan
inisial dan kemudian badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48
jam. Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies. Keduanya
terdapat di dalam dinding sel. Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar
grup telah dilepaskan dengan fluorocarbon atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan
atas dasar patologenitas dan jenis hospes yang diserangnya. Dua spesies yang terpenting adalah

1. Clamidia psittaci, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang tersebar secara difus dan
tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psitttacosis pada manusia, omitosisi pada
burung dan lain-lain.
2. Clamidia trachomatis, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang padat dan mengandung
glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus. Pada manusia dapat menyebabkan
penyakit trachoma, konjungtivitas induksi, non-spesifik, salpingitis, servistik, dan pneumonitis.

2.8 Agen Infeksi Opportunistik


Definisi Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi
menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu, termasuk infeksi HIV.
Organisme-organisme penyakit ini sering hadir dalam tubuh tetapi umumnya dikendalikan oleh
sistem kekebalan tubuh yang sehat. Ketika seseorang terinfeksi HIV mengembangkan infeksi
oportunistik, tahapannya masuk ke diagnosis AIDS.

Penyebab utama morboditas dan mortilitas diantara pasien dengan stadium lanjutinfeksi HIV
adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi agen yang jarang menyebabkan
penyakit serius pada individu yang imunikompeten. Infeksioportunistik biasanya tidak terjadi
pada pasien yang terinfeksi HIV hingga jumlah sel T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000
sel/μl menjadi kurang dari 200 sel/μl. Infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien
AIDS yang tidak dapatdiobati yaitu :

1. Protozoa: Toxoplasma gondii, Isospora belli, spesies cryptosporidium.


2. Fungi: Candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodes immitis,Histoplasma
capsulatum, Pneumocytis jiroveci.
3. Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium intracellulare,Listeria
monocytogenes, spesies salmonella.
4. Virus: Cytomegalovirus, virus herpes simpleks, virus vacella zoster,adenovirus, virus
poliomavirus JC, virus hepatitis B dan C

Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen-agen infeksius


Penyakit dapat menular terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi agen, proses
transmisi dan pejamu. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi agen
infeksius diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Faktor penyebab atau agen
b. Sumber penular
Sumber penular juga mempengaruhi proses transmisi agen infeksius seperti hewan,
manusia, air, dan lain-lain.
c. Penularan Kontak secara langsung, mis. penyakit kelamin
 Kontaminasi dan luka, mis. infeksi luka, rabies.
 Inokulasi, mis. gigitan serangga (malaria), suntikan (serum hepatitis)
 Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi, mis. hepatitis A,
poliomielitis,kolera.
 Menghirup debu dan droplets, mis. influenza, tuberkulosis.

Perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius


Pejamu memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh jaringan dan
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng pertama diperankan oleh kulit
yang utuh, membran mukosa permukaan dan sekret yang diproduksi. Contohnya lisozym air
mata merusak peptidoglikan dinding bakteri.
Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan ke dalam sistem organ yang
terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentuk kelainan klinik yang di timbulkan seperti
virus yang menyebabkan eksastema, dan sifat infeksi infeksi laten virus. Infeksi yang
disebabkan oleh bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya rasa sakit, nyeri, atau borok
pada bagian tubuh. Ada waktu saat sistem kekebalan tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu
infeksi bakteri. Masing-masing faktor penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamur
menimbulkan infeksi umumnya terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderung mengenai
daerah-daerah yang sering berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan paha,
dan lengan. Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa menimbulkan infeksi melalui kontak
langsung maupun tidak langsung. Riketsia. Clamidia.

PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI

Tanda-tanda infeksi secara klinis dapat dilihat pada respon klinis lokal dan sistematik.
Tanda klinis lokal : rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit atau nyeri, tumor
(pembengkakan), dan fungtiolaesa (keterbatasan anggota gerak).
Ada beberapa hal yang perlu kita kaji dalam prinsip pencegahan infeksi, antara lain :
1. TRANSMISI KUMAN
Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang
dapat menimbulkan radang atau penyakit.proses tersebut melibatkan beberapa unsur,di
antaranya:
a. Reservoir merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, dapat berupa
manusia, binatang, tumbuhan maupun tanah.
b. Jalan masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat penampungan dari
berbagai kuman, seperti saluran pernapasan, pencernaan, kulit, dan lain-lain.
c. Inang (host) tempat berkembangnya suatu mikroorganisme , yang dapat didukung oleh
ketahanan kuman.
d. Jalan keluar tempat keluar mikroorganisme, dari reservior, seperti sistem pernapasan,sistem
pencernaan, alat kelamin, dan lain-lain.
e. Jalur penyebaran merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme
ke berbagai tempat seperti air, makanan, udara, dan lain-lain.

2. TEKNIK ISOLASI
Ada 3 poin utama yang perlu diingat untuk teknik isolasi :
a. Teknik isolasi adalah sebutan untuk metode perawatan pasien dengan penyakit yang mudah
tertular.
b. Penting bahwa setiap orang bertanggung jawab dan menggunakan teknik isolasi yang tepat
untuk mencegah penyebaran penyakit untuk orang lain.
c. Seluruh benda-benda yang berhubungan dengan eksresi, sekresi, darah atau cairan tubuh yang
mengandung mikroba yang sudah dikenal atau masih dalam dugaan harus dianggap
terkontaminasi bahan-bahan potensial inspeksi, ini harus diberlakukan dengan cara khusus.

B. TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI


1. CUCI TANGAN

a. Pengertian Cuci Tangan


Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan perawat atau petugas
kesehatan dalam memberikan tindakan. Tindakan ini yang bertujuan untuk membersihkan tangan
dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang melalui tangan dan persiapan bedah atau
tindakan pembedahan agar miroorganisme yang dapat mengakibatkan infeksi tidak berpindah ke
pasien, pengunjung, dan tenaga kesehatan. Sebaiknya waktu pencucian tangan dilakukan :
1) Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
2) Awal dan akhir dari perawatan persalinan bagi yang berada dalam ruangan maternity, juga
bagi perawatn pasien pre dan post operasi
3) Sebelum menyediakan makanan dan menyuapi pasien
4) Setelah menyentuh alat yang terkontaminasi
5) Sebelum menyiapkan obat bagi pasien
6) Sebelum memegang alat steril bagi pasien, yaitu pasien telah menggunakan urinal sebelum dan
sesudah makan

b. Langka-Langkah Mencuci Tangan


1) Langkah 1:
a) Telapak dengan telapak

2) Langkah 2:
b) Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dan telapak kiri di atas punggung tangan kanan
3) Langkah 3:
c) Telapak dengan telapak dan jari saling terkait
4) Langkah 4:
d) Letakkan pungguh jari pada telapak satunya dengan jari sering mengunci

5) Langkah 5:
e) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya
6) Langkah 6:
f) Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak kanan dan sebaliknya

7) Langkah 7:
g) Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya, gerakkan memutar
c. Teknik Mencuci Tangan
Adapun teknik –teknik mencuci tangan ada 3:
1) Teknik mencuci biasa
a) Alat dan bahan:
1.1 air bersih
1.2 handuk
1.3 Sabun
1.4 sikat lunak

b) Prosedur kerja:
1.1 lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan.
1.2 Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian sabuni dan sikat bila perlu.
1.3 Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering.

2) Teknik mencuci dengan desinfeksi


a) Alat dan bahan:
1.1 Air bersih
1.2 Larutan desinfektan lisol atau savlon
1.3 Handuk atau lap kering
b) Prosedur kerja:
1.1 Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan,
1.2 Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian dengan larutan desinfektan (lisol
atau savlon)dan sikat bila perlu.
1.3 Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk atau lap kering.

3) Teknik mencuci steril


a) Alat dan bahan:
1.1 Air mengalir
1.2 Sikat steril dalam tempat
1.3 Alkohol 70%
1.4 Sabun
b) Prosedur kerja:
1.1 Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti cincin atau jam tangan.
1.2 Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian alirkan sabun(2-5 ml)ke tangan dan
gosokkan tangan serta lengan sampai 5 cm diatas siku,kemudian sikat ujung jari,tangan
lengan,dan kuku sebanyak kurang lebih 15 kali gosokan,sedangkan telapak tangan 10 kali
gosokan hingga siku.
1.3 Bilas dengan air bersih yang mengalir
1.4 Setelah selesai tangan di bilas dan tetap diarahkan ke atas.
1.5 Gunakan sarung tangan steril.

2. MENGGUNKAN SARUNG TANGAN STERIL


a. Pengertian
Menggunakan sarung tangan merupakan komponen kunci dalam meminimalkan
penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi.
b. Tujuan
1) Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bakterial dari klien
2) Mencegah penularan flora kulit petugas pada klien
3) Mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari
klien satu ke klien yang lainnya
c. Persiapan alat
1) Sarung tangan steril
2) Wastafel/air mengalir untuk cuci tangan
3) Handuk bersih
4) Sabun

d. Prosedur
1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2) Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
3) Lakukan cuci tangan
4) Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati menyibakkannya ke samping
5) Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar yang bersih tepat diatas
ketinggian pergelangan tangan.
6) Buka kemasan, pertahankan sarungtangan pada permukaan dalam pembungkus.
7) Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai manset kurang
lebih 5 cm (2 inci). Kenakan sarung tangan pada sarung tangan yang lebih dominan.
8) Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan non dominan, pegang tepi manset sarung
tangan untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.
9) Tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, lebarkan manset, pastikan bahwa manset tidak
menggulung pada tangan, pastikan juga ibu jari dan jari-jari anda pada posisi yang tepat.
10) Dengan tangan yang telah memakai sarung tangan, masukkan jari di bawah manset sarung
tangan kedua.
11) Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan. Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari
sarung tangan yang dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang terbuka. Pertahankan
ibu jari sarung tangan non dominan abduksi ke belakang
12) Jika sarung tangan kedua telah terpasang cakupkan kedua tangan, manset biasanya terbuka saat
pemasangan. Pastikan untuk menyentuh bagian yang steril.

3. MENGGUNAKAN GAUN (CELEMEK) PELINDUNG


a. Pengertian gaun (celemek pelindung)
Gaun ( dari kain ) yang bersh atau disposable ( dari bahan sejenis kertas ) atau apron (
pakaian pelindung ) plastic digunakan saat seragam perawat kemungkinan akan kotor.
Umumnya, gaun disposable digunakan di rumah sakit. Gaun harus mempunyai lapisan kedap air
sehingga cairan dan cairan tubuh tidak dapat tembus.

b. Memakai Gaun Bedah


1) Pengertian :
Adalah memakai / memasang baju steril pada diri sendiri atau orang lain setelah cuci
tangan, dengan prosedur tertentu agar lokasi pernbedahan bebas dan mikroorganisme.
2) Tujuan :
a) Untuk menghindari kontaminasi.
b) Agar tidak terjadi path luka operasi
c) Agar lokal pembedahan dalam keadaan aseptik.

3) Persiapan
a) Baju steril dalam bungkusan set steril.
b) Teman kerja (perawat sirkulasi) untuk membantu mengikat tali baju.

4) Pelaksanaan Memakai baju steril untuk baju sendiri


a) Cuci tangan dan pembedahan.
b) Buka bungkusan steril yang berisi baju steril oleh perawat sirkulasi
c) Ambil baju steril secara aseptic yaitu pegang baju pada garis leher bagian dalam dengan
menggunakan tangan kiri dan posisi tangan
d) kanan tetap setinggi bahu.
e) Buka lipatan baju dengan cara melepaskan bagian yang terjepit tangan dan jangan sampai
terkontaminasi.
f) Tangan kiri tetap memegang bagian leher baju kanan dan masukkan tangan kanan ke lubang
lengan baju kanan, diikuti dengan tangan kiri dimasukkan ke lengan kiri.
g) Perawat sirkulasi berdiri dibelakangnya untuk membantu mengikat tali baju dengan menarik
bagian belakang leher baju
h) Buka tali ikat pinggang, berikan salah satu ujung tali tersebut pada perawat sirkulasi.
i) Dengan korentang tali tersebut terjepit, orang yang memakai baju memutarkan badannya,
kemudian mengambil tali dan jepitan serta mengikat tali tersebut. Pada saat rnemutar tidak boleh
terjadi kontaminasi.

5) Memakaikan pada orang lain :


a) Setelah kita memakai baju dan sarung tangan steril ambil baju dengan menggunakan bagian
luarnya.
b) Buka lipatan gaun dengan hati-hati dengan rnemegang pada leher.
c) Buka lubang masuk tangan dengan sisi dalam menghadap pada yang akan dipasang, lakukan
dengan hati – hati sehingga tidak menyentuh tangan.
d) Pertahankan tangan kita pada area luar gaun dengan lindungan lengan gaun, hadapkan sisi gaun
pada yang dipasang, dia akan memasukkan tangannya pada gaun masuk.
e) Setelah tangan kanan dan kiri masuk, sambil diangkat kedua lengan direntangkan supaya gaun
masuk. Perawat sirkulasi membantu dari sisi dalam dan kemudian mengikat tali gaun. Buka ikat
pinggang lalu berikan salah satu pada yang dipasang dan disuruh berputar dan berikan dan diikat.

c. Gaun untuk ruang isolasi


1) Pengertian
Menggunakan penutup, pelindung, seperti penutup kepala, masker, gaun/ baraskot, dan
sarung tangan sebelum perawat masuk ke ruang isolasi.
2) Tujuan
a) Sebagai kewaspadaan untuk mengurangi penularan mikroorganisme saat meraat pasien yang
diisolasi
b) Melindungi perawat dari penularan penyakit
d. Jas Operasi Yang perlu diperhatikan
1) Keringkan kedua lengan sebelum memakai jas operasi
2) Tetap pegang bagian dalam jas operasi pada langkah pertama
3) Perhatikan tehnik aseptic pada setiap langkah
4) Ikuti prosedur yang telah ditetapkan uleh kamar operasi

e. Langkah memakai jas operasi


1) Ambil handuk atau lap tangan yang ada diatas jas operasi
2) Keringkan kedua lengan
3) Ambil jas operasi pada bagian bawah sisi leher dan juntai kebawah
4) Buka lipatan jas secara perlahan dan masukkan kedua tangan kedalam kedua lengan jas
5) Perhatikan kedua tangan tetap dalam lengan jas, sementara perawat sirkuler mengikat kedua
tali dimulai dengan tali atas kemudian tali bawah

f. Langkah melepas jas operasi


1) Dengan tetap memakai sarung tangan kendorkan manset dan goyangkan kebawah sampai
pergelangan tangan. Tahan jas dibagian bahu kanan (buka ikatan tali)
2) Tarik lengan jas dari tubuh dengan memfleksikan siku
3) Pegang bahu lengan sebelah kiri dan tarik lengan dengan posisi terbalik

4. MENGENAKAN DAN MELEPASKAN MASKER


Pada kewaspadaan standar, masker digunakan untuk mencegah masuknya material yang
berpotensi infektif ke dalam mulut, hidung, atau mata perawat selama prosedur dilakukan apabila
darah/ cairan tubuh lain dapat memecik dekat muka perawat. Satu buah unit yang biasanya
digunakan terdiri dari masker kertas dengan pelindung plastic jernih yang dapat ditarik ke atas
dari masker untuk melindungi mata.
a. Pengertian
Masker digunakan sebagai alatpengaman yang menutup lubang hidung dan mulut.
b. Tujuan
1) Mencegah atau mengurangi transmisi mikroorganisme melalui udara ( droplet infection ) saat
merawat pasien yang diisolasi.
2) Melindungi perawat dari infeksi pernafasan, seperti Tuberkulosis.
c. Indikasi
1) Saat membantu prosedur sprosedur steril
2) Saat menyiapkan alat-alat steril untuk area steril
3) Saat merawat pasien di ruang isolasi
d. Persiapan alat
1) Masker sekali pakai

a) Menggunakan Masker
1.1 Prosedur
2.1 Cuci tangan
2.2 Tenukan tepi atas masker ( masker biasanya mempunyai strip logam tipis disalah satu tepinya
yang dapat ditekuk untuk disesuaikan dengan pangkal hidung pengguna ). Periksa kebijakan
institusi untuk menggunakan masker yang tepat.
2.3 Pegang masker pada kedua tali bagian tali. Ikat kedua tali tersebut di belakang kepala dengan
tali di atas telinga.
2.4 Ikat kedua tali bawah di sekitar leher dengan tepi masker bawah tepat di bawah dagu. Ada juga
jenis masker yang mempunyai tali elastic yang dikaitkan di kedua telinga.
b) Melepas Masker
1.1 Prosedur
2.1 Bila menggunakan sarung tangan, lepaskan terlebih dahulu sarung tangan kemudian masker,
baaru cuci tangan.
2.2 Lepaskan kedua ikatan dan lipat masker menjadi setengahnya dengan permukaan dalam saling
beradapan.
2.3 Buang masker ke dalam tempat yang elah disediakan ( masker sekali pakai harus dibuang ke
tong sampah infeksius yang berwarna kuning).

5. TUTUP KEPALA PELINDUNG


Reservoar potensial lain untuk infeksi luka pasca operatif adalah rambut petugas.
Walaupun rambut jarang disangka sebagai reservoar, dilaporkan adanya dua letupan kasus yang
disebabkan oleh s. Aureus yang masing-masing ditemukan pada rambut seorang dokter dan
seorang perawat. Tidak terdapat bukti bahwa topi mencegah penularan mikroorganisme dari
rambut keluka operasi. Walaupun pemakaian penutup kepala mungkin sesuai untk mencegah
rambut jatuh kelapangan operasi, namun keefektifan pelindung semacam itu berkaitan dengan
kemampuannya menutupi semua rambut dan kulit.
Staf Pengajar FK UI. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara
Pringgoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku AjarPatologi I (Umum). Jakarta:
Sagung Seto.
Staf Penagajar FK UI, (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai