Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................2

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................2


1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................2
1.3. Tujuan ........................................................................................................................3
1.4. Manfaat ......................................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................................4

2.1. Definisi Agen-agen Infeksius ...................................................................................4


2.2. Definisi virus ............................................................................................................4
2.3. Definisi Bakteri .........................................................................................................9
2.4. Definisi Jamur ............................................................................................................10
2.5. Definisi parasit ...........................................................................................................12
2.6. Definisi ricketsia ........................................................................................................13
2.7. Definisi clamidia.........................................................................................................13
2.8. Agen-Agen Infeksi opurtunistik..................................................................................14

BAB 3 PENUTUP ...................................................................................................................15

3.1. Kesimpulan ...............................................................................................................15


3.2. Saran .........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................16

Agen Infeksius 1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.2 LatarBelakang

Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri,virus, jamur, dan parasit,
semuanya terjadi secaranormal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit, muut, jalan napas,
saluran cerna, membran yang mlapisi mata, dan bahkan saluran kemih. Banyak dari agen
infeksius ini mampu menyebabkan kelainan fungsi fisiologis yang serius atau bahkan
kematian bila agen ifekius terebut masuk ke jaringan yang lebih dalam.

Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang berfungsi sebagai
pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh terhadap benda asing yang
bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh bakteri, seperti
trauma, bahan kimia, panas, atau fenomena lain nya maka jarinngan yang cedera itu akan
melepaskan berbagai zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang sangatt dramatis di
sekeliling jaringan yang tidak mengalami cedera.

Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana kedokteran
telah mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian tentang perkembangan,
penceghan, dan pengobatan infeksi maupun penyakkit-penyakit, yang berhubungan dengan
infeksi.

.1 RumusanMasalah

1. Apa yang dimaksud dengan virus ?

2. Apa yang dimaksud dengan bakteri ?

3. Apa yang dimaksud dengan jamur ?

4. Apa yang dimaksud dengan parasit?

5. Apa yang dimaksud dengan ricketsia ?

6. Apa yang dimaksud dengan clamdia ?

7. Apaagen infeksi opportunistic ?

.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang virus

2. Untuk mengetahui tentang bakteri

Agen Infeksius 2
3. Untuk mengetahui tentang jamur

4. Untuk mengetahui tentang parasit

5. Untuk mengetahui tentang ricketsia

6. Untuk mengetahui tentang clamidia

7. Untuk mengetahui agen infeksi oppurtunistik

.1 Manfaat

Menambah wawasan kita untuk mengetahui tentang virus, bakteri,jamur, parasit, ricketsia,
clamdia, dan agen infeksi opportunistic. Sehingga,mahasiswa mampu memahami dan
membuat membuat resume setelah ketepatan jawaban dalam resume.

BAB 2

Agen Infeksius 3
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Agen-agen infeksius 


Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh
pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah mikroorganisme yang
dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain
virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia. 
Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang berbeda-beda
dalammenimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai contoh, pada satu ujung spektrum,
satu mikroorganismehidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit (misal Richettsia
tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain,sejuta organisme atau lebih mungkin baru diperlukan
untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan oleh
suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit. 
1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan memperbanyak diri di
dalam jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus mampu mendapatkan tekanan oksigen,
pH yang sesuai, suhu, danlingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya. 
2. Agen infeksius pathogen
harus memiliki kemampuan untuk menahan mekanisme pertahanan hospesyang cukup
lama untuk mencapai jumlah kritis yang diperlukan sehingga agen tetap dapat
menimbulkan penyakit. Setiap ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan
membantu terjadinya prosesinfeksi (Herold, 1994). 
2.2 Virus
A. Sejarah
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan manfaat
sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi
sendiri. Dalam selinang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi
tidak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA,
tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselebungi semacam bahan pelindung yang
terdiriatas protein , lipid, glikoprotein ,atau kombinasi ketiganya. Ganom virus menyandi,
baik protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. (Kuswiyanto, S.Si,. M.Kes, 2016) .
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel
eukariota (organisme multi sel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
Bakteriofag atau Fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenil sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berintisel). (Kuswiyanto, S.Si.,M.Kes, 2016).

Agen Infeksius 4
Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel
tersebut dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus
merupakan organisme non-seluler, karenaia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma,
organel sel, dan tidak bisa membelahdiri sendiri. Penyelidikan tentang objek-objek
berukuran sangat kecil di mulai sejak ditemukannyamikroskop oleh Antony Van
Leeuwenhoek (1632-1723) perkembangan mikroskop inmendorong berbagai penemuan
dibidang biologi salah satunya partikel mikroskopikyaitu virus. Beberapa tokoh dalam
penemuan virus pertama yaitu:
1. Adoft Mayer (1883, Jerman)
Percobaan diawali dari munculnya penyakit bintik kuning pada daun tembakau.
Iamencoba menyemprotkangetah tanaman sakit ke tanaman sehat, hasilnyatanaman
2. Dmitri Ivanovski (1892, Rusia)
Ia mencoba menyaring getah tanaman yang sakit dengan filter bakteri sebelum
disemprotkan ke tanaman sehat. Hasilnya, tanaman sehat tetap tertular.
Iamenyimpulkan bahwa ada partikel yang lebih kecil lagi dari bakteri yang
lolossaringan yang menularkan penyakit.
3. Martinus W. Beijerinck (1896, Belanda)
Ia menemukan bahwa partikel itu dapat bereproduksi pada tanaman, tapi tidak pada
medium pertumbuhan bakteri. Ia menyimpulkan bahwa partikel itu hanya dapat hidup
pada makhluk hidup yang diserangnya.
4. Wendel M. Stanley (1935, Amerika)
Ia berhasil mengkristalkan partikel tersebut. Partikel mikroskopis itu lalu dinamai
TMV (Tobacco Mosaic Virus).
B. Definisi
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah parasit
mikroskopik yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara umum virus merupakan
partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah satu asam nukleat
yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada
dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan
ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler)
yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA atau RNA), dapat
bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam sel inang (parasit
obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan dicairkan. Struktur
berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.

1. Bentuk dan Ukuran Virus

Agen Infeksius 5
Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi
kimiawinya. Bentuk virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindariis,
dan ada juga yang berbentuk T. Ukuran Virus sangat kecil, hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus lebih kecil daripada
bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 µm =
1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm). 1
nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar merupakan
salah satu virus yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus
polio merupakan virus terkecil yang hanya berukuran 28 nm.

2. Susunan tubuh
a. Kabsid
Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein.
Kapsid terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.
Fungsi:
1. Memberi bentuk virus
2. Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan
3. Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel
b. Isi
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa
sifat keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam
nukleat saja yaitu satu DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-duanya. Asam
nukleat sering bergabung dengan protein disebut nukleoprotein. Virus
tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi DNA
c. Kepala
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun
oleh satu unit protein yang disebut kapsomer.
d. Ekor
Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk
menempelkan tubuh virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala
kapsid. Struktur virus ada 2 macam yaitu virus telanjang dan virus
terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari protein
dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang dilengkapi benang
atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak
memiliki ekor.
3. Pengembangbiakan Virus

Agen Infeksius 6
Virus memanfaatkan metabolisme sel penjamu untuk membantu sintesis
protein virus dan virion baru; jenis sel yang dapat diinfeksi oleh virus dapat sedikit
dapat banyak. Untuk tujuan diagnosti, sebagian besar virus ditumbuhkan dalam
biakan sel, baik turunan sel sekunder atau kontinu; pemakaian telur embrionik dan
hewan percobaan untuk membiakan virus hanya dilakukan untuk investigasi
khusus. Jenis biakan sel untuk mengembangbiakan virus sering berasal dari
jaringan tumor, yang dapat digunakan secara terus menerus.
4. Klasifikasi Viru
Nama famili ditandai dengan akhiran viridae. Nama subfamili diberi akhiran
virinae Nama akhiran genus diberi akhiran virus. Lwoff, Horne & Tournier adl
ahli dlm taksonomi virus, berdasarkan criteria:
1. Jenis asam nukleat (DNA/ RNA) berantai ganda/ tunggal.
2. Ukuran & morfologi tmsk tipe simetri kapsid.
3. Adanya enzim spesifik, terutama polimerase RNA & DNA yang penting bagi
replikasi genom.
4. Kepekaan thd zat kimia & keadaan fisik.
5. Cara penyebaran alamiah.
6. Gejala2 yang timbul
7. Ada tidaknya selubung.
8. Banyaknya kapsomer untuk virus ikosohedarial/ diameter nukleokapsid untuk
virus helikoidal.
Saat ini telah lebih dari 61 famili virus di identifikasi, 21 diantaranya
mempunyai anggota yang mampu menyerang mns & binatang.
Menurut RNA, famili virus dibagi menjadi:

- Picontohrnaviridae - Orthomyxoviridae
- Rhabdoviridae - Bunyaviridae
- Caliciviridae - Reoviridae
- Filoviridae - Arenaviridae
- Togaviridae - Retroviridae
- Paramyxoviridae - Contohronaviridae
- Flaviviridae
Menurut DNA, famili virus dibagi menjadi:

- Adenoviridae - Papovaviridae
- Herpesviridae - Parvoviridae
- Hepadnaviridae - Poxviridae

Agen Infeksius 7
Selain itu tdpt kelompok virus yang belum dpt diklasifikasikan (unclassified
virus) karena banyak sifat biologiknya belum diketahui.
5. Peran Virus
Didalam kehidupan, virus memiliki 2 peran, yaitu peran virus sebagai
mikroorganisme yang menguntungkan, maupun yang merugikan.
a. Virus yang menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa
genetika karena dapat digunakan untuk cloning gen(reproduksi DNA yang
secara genetis identik). Sebagai contoh adalah virus yang membawa gen
untuk mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga digunakan untuk
terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes dan
kanker dapat disembuhkan.
b. Virus yang merugikan: Virus yang dapat merugikan karena menyebabkan
berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan
6. Penyakit-penyakit Akibat Virus
Proses infeksi virus dpt melalui berbagai jaringan.
a. Melalui saluran pernafasan
contoh : virus influenza penyebab influensa, virus rubeola penyebab campak,
ronavirus penyebab SARS, virus variola penyebab penyakit cacar, virus
varicella penyebab penyakit cacar air.
b. Melalui saluran pencernaan
contoh : virus hepatitis A,B, poliomyelitis penyebab polio, rotavirus penyebab
diare
c. Melalui kulit & mukosa genitalia
contoh : virus herpes simplex1 penyebab stomatitis, flavivirus penyebab DBD,
rabies penyebab rabies, cytomegalovirus penyebab hepatitis
d. Melalui plasenta
contoh : virus rubella, cytomegalovirus
7. Beberapa Virus yang Merugikan
a. Virus Hepatitis
Hepatitits adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan
oleh berbagai virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D, E. Karena
perkembangan penyakit kuning merupakan fitur karakteristik penyakit hati.
b. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Merupakan anggota subfamili lentivirinae dari famili retroviridae. Virus RNA
berselubung. Dengan diameter 100-150 nm. HIV adalah retrovirusyang
biasanya menyerang organ vital system kekebalan manusia sepertisel T CD4+
(sejenissel T), makrofaf, dan sel dendritik. Bereplikasi melalui DNA perantana

Agen Infeksius 8
menggunakan DNA polimer yang dikendalikan oleh RNA (reverse
transcriptase). Terdapat 2 tipe yaitu: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 dibagi menjadi
3 kelompok: kelompok M, O, N.
c. Virus Dengue
Virus Dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah satu
virus yang termasuk dalam famili Flavividae. Virion Dengue merupakan
partikelsferis dengan diameter nukleokapsid 30nm dan ketebalan selubung 10
mm, sehingga diameter virion kira-kira 50 nm. Genon virus Dengue terdiri
dari asam ribonuleat berserat tunggal , panjangnya kira-kira 11 kilibasa.
Genon terdiri dari protein structural dan protein non structural, yaitugen C
mengkode sintesa nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode sintesa protein
M(Membran) dangan E mengkode sentesa glikoprotein selubung (Envelope).
Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN 2, DEN-3,
dan DEN-4. Masing-masing tipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya
ratusan, sesuai daeraah atau asal virus itu. Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah
penyebab wabah demam berdarah di Asia Tenggara. Infeksi DD/DBD dapat
ditularkan padamanusia melalui gigitan vector nyamuk Aedes aegyptidan
Aedes albopictus betina. Virus dengue mampu berkembang biak didalam
tubuh hospes (manusia, monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmut, tikus,
hamster serta serangga khususnya nyamuk).
Kontrol dan pencegahan virus dengue ini dapat dilakukan PSN
(pemberantasan sarang nyamuk dengan menguras atau larvasida dan
penyemprotan nyamuk dewasa insektisida. Kontrol epidemi yang terpenting
adalah dengan membunuh nyamuk vektor betina dewasa. Menghambat
perkemabangan nyamuk.
d. Virus Polio
Virus polio merupakan penyebab penyakit polio. Penyakit polio terutama
menyerang pada anak-anak kecil. Polio dapat menyebabkan demam, sakit
kepala, muntah,sakit perut,nyeri otot,kekakuan pada leherdan punggung,serta
kelumpuhan.Kebanyakanpasien akan pulih,namun dalam kasus yang parah,
penyakit ini dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian. Penyakit ini
sangat menular. Polio menyebar dari orang ke orang,terutama melalui rute
dari tinja ke mulut.Virus memasuki tubuh melalui rute mulut dan akhirnya
menyerang system saraf pusat. Masa inkubasi 7-14 hari, dengan kurun waktu
antara 3-35 hari. Orang yang diduga terinfeksi harus dirujuk ke rumah sakit
untuk penanganan lebih lanjut dan isolasi. Dewasa ini,tidak ada perawatan
penyembuhan untuk penyakit tersebut.

Agen Infeksius 9
2.3 Bakteri
Istilah bakteri berasal dari kata : “Bakterion” (BahasaYunani yang berarti tongka tatau
batang). Istilah bakteri ini sekarang banyak dipakai untuk tiap mikroba yang bersel satu.
Banyak Negara didunia belum sepakat dalam klasifikasi spesies bakteri, demikian pula
penggunaan istilah dalam mikrobiologi. (Syamsunir Adam, 1992)
Dalam Bahasa pergaulan sehari-hari di Rumah Sakit dan Laboratorium dan didalam
pembicaraan yang umum dipakai Terminologi yang baru. Misalnya, Bacillus digunakan untuk
pengertian tiap kuman bentuk batang, tetapi dalam terminologi yang baru berarti kelompok
khusus atau genus kuman untuk batang. Kita sering mendengar kata Mycobacterium
Tubercolosis, ini maksudnya adalah Bacillus Tubercolosis atau Tubercle Bacillus (TB). Juga
sama maksudnya dengan Bacterium dalam pengertian yang umum. Dalam istilah yang umum
disebut Bakteriologi (IlmuBakteri). (Syamsunir Adam, 1992
Bentuk Bakteri

Bentuk morfologi bakteri dapat dibagi menjad 3 bagian

a. Bentuk Basil (Basillus)


Basil berbentuk tongkat pendek, agak silindris. Bentuk basil meliputi sebagian besar
bakteri.
b. Bentuk Coccus (Bulat)
Bentuk coccus adalah bentuk bakteri seperti bola-bola kecil. Golongan tidak sebanyak
basil.
Baik bentuk basil maupu bentuk coccus, cara kelompok dapat berupa :
a) Seperti rantai bergandengan panjang = streotobasil atau streptococcus
b) Berdua-dua bergandengan = diplobasil atau diplococcus
c) Pada bentuk coccus
d) Mengelompok berempat = tetracoccus
e) Bergerombol seperti anggur = staphylococcus
f) Berkelompok seperti kubus = sercina
c. Bentuk Spiril (Spiral)
Bentuk spiril adalah bakteri yang berbentuk seperti spiral, atau panjang yang berbengkok-
bengkok. Golongan ini tidak banyak bila dibandingkan dengan basil dan coccus.
d. Bentuk Vibrio
Bentuk vibrio adalah bentuk seperti batang bengkok, merupakan tanda koma.
e. Bentuk Spirocheta (Spirochet)
Bentuk spirocheta adalah bentuk seperti batang berbelit-belit panjang dan banyak
belitannya. (Syamsunir Adam, 1992)
Struktur Tubuh Bakteri

Agen Infeksius 10
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa bakteri adalah bersel tunggal, meskipun ia dpat
berpasang-pasangan dan tiap sel hidup sendiri-sendiri.

Sel tersebut merupakan sitoplasma yang nampak bedingding tegas, akan tetapi inti sel
tidak jelas nampak. Bakteri terlalu kecil untuk dapat mengatur inti sel, bila dibandingkan
dengan protozoa. Kadang-kadang pada beberapa bakteri terlihat butir-butir kecil yang tersebar
di dalam stoplasma. (Syamsunnir Adam, 1992)

Ada pula yang agaak brbentuk batang dan pada kedua ujung dari sel terdapat titik yang
agak besar. Akan tetapi titik-titik ini bukan inti sel. (Syamsunir Adam, 1992)

Selain dari itu pada bakteri terdapat bulu. Bulu-bulu ini berguna untuk bergerak (bulu
getar). Selanjutnya ada pula yang terlihat berselubung sebagai pembungkus (kapsul).
(Syamsunir Adam, 1992)

Cara Memperbanyak Diri Bakteri

Telah dikemukakan bahawa bakteri pada umumnya memperbanyak diri (berkembang)


dengan jalan membagi diri. Didalam suasana yang cukup baik,misalnya dalam media
pembnihan,bakteri memperbanyak bakteri dengan cepat. Telah dapat diperhitungkan bahwa
dalam waktu 10 jam, dari satu bakteri bia menjadi berjuta juta. (syamsunir adam, 1992)

2.4 Jamur
Istilah jamur berasal dari bahasa yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh
dengaan subur.istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jaamur yang memiliki tubuh buah serta
tumbuh atau muncul di atas tanaah atau pepohonan (tjitrosoepomo , 1991). Organisme yang
disebut jamur bersifat jamur bersifat heterotrof ,dinding sel spora mengandung kitin, tidak
berplastid, tidak berfotosintesis, tidak berfotosistesis, tidak bersifat fatgotrof, umumnya
memiliki hifa yang beringding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berintii tunggal
(mononukleat) dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006) jamur
mempunyai dua karaakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang sedikit
keras dan organ reproduksi yang disebut spora dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin
sebagai komponen yaang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki
karakteristik sepert tubuh serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang
di produksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan
metode produksinya (Alexsopoulus dan Mimms, 1979)

A. Klaifikasi Jamur
Mc-kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu kategori
taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus seksualnya.

Agen Infeksius 11
kelompok-kelompok ini adalah : Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes
dan Deuteromycetes. Terkecuali untuk Deuteromyctes, semua jamur menghasilkan spora
seksual yang spesifiik. Berikut ini disajikan tabel 1 untuk membedakan 5 kelompok jamur.
1. Oomycetes
Diatakan sebagai jamur karena sebagian besar anggotanya hidup di air atau didekat
badan air. Hanya sedikit yang hidup didarat. Miseliumnya terdiri atas hifa yang tidak
bersekat, bercabang, dan mengandung banyak inti. Hidup sebagai saprofit dan ada
juga yang parasit. Pembiakan seksualnya dengan zoospora, dan dengan sporangium
untuk yang hidup didarat. Pembiakan seksualnya dengan oospora. Beberapa contoh
dai kelompok ini antara lain : saprolegnia sp., achya sp.,phytophtora sp (alexsopoulus
dan mimms, 1979).
2. Zygomycetes
Kelompok zygomycetes terkadang disebut sebagai “jamur rendah” yang dicirikan
dengan hifa dan tidak bersekat (soneocytc), dan berkembang biak secara seksual
dengan zygospora. Kebanyakan kelompok ini adalah saprofit. Pilobolus, mucor,
absidia, phycomyces termasuk kelompok ini (Wallace, et al.,1986). Rhizopus
nigricans adalah contoh dari anggota kelompok ini, berkembang biak juga melalui
hifa yang koneositik dan juga berkonjugasi dengan hifa lain. Rhizopus nigricans juga
mempunyai sporangiospora.
3. Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak didalam kantung yang
membesar, yang didalamnya terbentuk spora yang disebut askuspora. Setiap askus
biasanya menghasilkan 2-8 askospora (Dwidjoseputro, 1978). Kelas ini umumnya
memiliki 2 stadium perkembangbiakan yaitu stadium askus atau stadium aseksual.
4. Basidiomycetes
Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut basiodiomycetes
adalah cendawan, jamur payung dan cendawan berbentuk bola yang disebut jamur
berdaging lainnya. Struktur tersebut berkembang setelah fusi (penyatuan) dari dua
hifa haploid hasil dari formasi sel dikariyotik. Sebuah sel yang memiliki kedua inti
yang disumbangkan oleh sel yang kompatibel secara seksual. Sel-sel yang diploid
membelah secara meiosis menghasilkan basidiospora yang haploid.
5. Deuteromycetes
Mc-Kee (1996) mengatakan..ada beberapa jenis jamur belum di ketahui siklus
reproduksi seksualnya (disbut fase sempurna). Jamur ini “tidak sempurna”karena
belum ada spora seksual mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang
biak dengan klamidospora, athrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi.
Deuteromycetes juga memiliki hifa yang berekat (Tortor, et al., 2001).

Agen Infeksius 12
B. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
Kelembaban
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity).
Rasio aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity). Ketersediaan air di
lingkungan sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air
dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas permukaan
yang kering atau muncul di atas permukaan substrat (Carlile dan Watkinson, 1995)
1. Suhu
Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan
jamur untuk tumbuh berkisar 30°C sampai 40°C dan optimalnya pada suhu 20°C
sampai 30°C. Jamur- jamur kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius
spp, dan Pleurotus spp, tumbuh optimal pada suhu 22°C (Kaneko dan Sugara, 2001)
dalam Panji (2004). Sementara jamur-jamur Coprinus spp, tumbuh optimal pada
kisaran suhu 25°C sampai 28°C (Kitomoro, et al., 1999).
2. Intensitas cahaya
Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap
pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun
prosesreproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan
cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di dalam sporokarp dapat memberi
respon berbeda terhadap cahaya.
3. pH
Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya
pada kisaran pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa
mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap
ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel.
2.5 Parasit
Nama ilmiah parasit didasarkan atas ketentuan dari the international code of zoological
nomen clature. klasifikasi dari parasit, teridiri ata , phylum, class, ordo ,famili ,genus dan
species. Kadang dilakukan pembagian di dalam sub ordo, super famili subfamili, dan
subspecies. Nama famii diakhiri huruf “-idai,super famili diakhiri huruf “-oidae dan sufamili
“-inae”.
Pemberian nama parasir berdasarkan nama latin.untuk spesies menggunkan dua kata
(binomial nomenclature) dengan ketentuan kata pertama dengan ketentuan kata prtama
menunjukkan ordo diawali dengan ketentuan kata pertama menunjukkan ordo, diawali dengan
huruf besar, kata kedua menunjukkan spesies dengan huruf awal huruf kecil. Nama parasit
tersebut ditulis huruf iring atau dengn di garis bawahi.

Agen Infeksius 13
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas an menghambat
respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan yang berbeda.
a. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host vetebrata
b. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam host.
c. Parasit protozoa dapat berembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel host atau
membentuk kista yang resisten terhdap efektor imun. Parasit dapat menyembunyikan
mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat pada antibodi spesifik. Parasit
menghambat respon imun dengan berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit.
2.6 Ricketsia
Organisme ini merupakan bakteri intraselular obligat dengan kemiripan biokimia dengan
bakteri Gram-negatif. Secara klinis, bakteri ini di bagi ke dalaa tiga kelompok:
a. Spotted fever
b. Scub typhus
c. Typhus
Rikeettsia termasuk dalam famili rickettsiaceae. Meskipun berukuran sangat kecil seperti
virus, Ricketsia tergolong dalam bakteri. Bakteri ini memiliki asam nukleat DNA dan RNA,
berkembang biak dengan pembelahan biner, dinding sel mengandung mukopeptida,
mempunyai ribosom, mempunyai enzim yang aktif pada metabolisme, dapat membentuk ATP
sebagi sumber energi, dan pertumbuhannya dapat dihambat dengan antibakteri.
Bakteri ini merupakan bakteri intraselluler obligat, berbentuk batang, kokoid, atau
pleomorf, berukuran 0,3-1 mikron, da bersifat Gram-negatif.
Beberapa spesies yang penting antara lain rickettsia typhi.
Rickettsia dapat tumbuh dengan baik jika metabolisme sel hospes dalam tingkat rendah,
misalnya dalam terlur bertunas pada suhu 32 0C. Pada suhu 00C dan 360C, bakteri ini akan
kehilangan aktivitasnya, berupa aktivitas hemolitik, respirasi,toksitas, dan infektivitas.
Rickettsia tumbuh dalam sel hospes, seperti dalam sitoplasma dan inti sel.secara
mikroskopis, bakteri ini dapat dilihat dibawah mikroskop dengan pewarnaan Giemsa berwarna
biru.

2.7. Clamidia

Terdapat tiga spesies : C trachomatis yang menginfeksi mata dan salan genetalia : dan
dua patogen, C. Psittaci dan C. Pneumoniae (chamydophila pneumoniae). Bakteri-bakteri
ini bersifat obligat intra selular yang berada dalam 2 bentuk : badan retikulat (bentuk ekstra
selular yang memungkinkan organisme bertahan hidup dan ditransimisikan) yang terbentuk
dari badan retikulat melalui pembelahan biner. Semuanya dapat menyebabkan pneumonia
yang dapat menjadi berat, dan konjungtivitis pada kelompok pasien yang berbeda.

Agen Infeksius 14
1. Chlamydia psittaci
Chlamydia psittaci, suatu patogen burung dan mamalia, dapat menyebabkan
psitakosis. Bakteri in ditransmisikan dari burung ke manusia. Setelah masa inkubasi
10-14 hari, terjadi demam, batuk kering nonproduktif, dispnea,nyeri kepala, dan
mialgia. Pemeriksaan klinis menunjukkan sedikit tanda konsolidasi, tetapi rontgen
dada dapat menunjukkan konsolidasi bercak.

2. Chlamydia pneumoniae
Chlamydia pneumoniae ditransmsikan dari orang-orang melalui rute pernapasan.
Bakteri ini menyebabkan pneumoniae atau bronkitis yang biasnya secara klinis
ringan, tetapi dapat berhubungan dengan faringitis, sinusitis, dan laringitis. Terdapat
kontroversi mengenai peranan C.pneumoniae dalam berkembangnya aterosklerosis.

3. Chlamidya trachomatis
Terdapat banyak serotipe. A-C berhubungan dengan trakoma. D-K berhubungan
dengn uretritis akut dan penyakit radang panggul. Serotipe L1-L3 berhubungan
dengan limfogranuloma vanereum.

2.8. Agen infeksi oppurtunistic

Definisi infeksi oppurtunistic adalah penyakit yang jarang terjadi orang sehat ,tetapi
meyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebelannya terganggu, termasuk infeksi
HIV. Organisme-organisme penyakit ini sering hadir dalam tubuh umumnya dikendalikan
oleh sistem kekebalan tubuh yang sehat. Kekitaka seseorang terinfeksi HIV mengembang
infeksi oppurtunistik, tahapannya masuk ke diagnosis AIDS.

Penyebab utama morboditas dan mortilitas diantara pasien diantara pasien dengan
stadium lanjut infeksi adalah infeksi oppurtunistik, yaitu infeeksi berat yang diinduksi ageen
yang menyebabkan penyakit seius padaa inividu yang imuni kompeten. Infeksi oppurtunistik
biasanya tidaak terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV hingga jumlah sel T CD4 turun dari
kadar normal sekitar 1000/µI menjadi kurang dari 200 sel/µI. Infeksi oppurtunistik yang
paling sering terjad

a. Protozoa: Toxoplasma gondii, Isospora belli, spesies cryptosporidium.


b. Fungi: Candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodes
immitis,Histoplasma capsulatum, Pneumocytis jiroveci.

Agen Infeksius 15
c. Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium
intracellulare,Listeria monocytogenes, spesies salmonella.
d. Virus: Cytomegalovirus, virus herpes simpleks, virus vacella zoster,adenovirus,
virus poliomavirus JC, virus hepatitis B dan Ci pada pasien AIDS yang tidak
dapar terobati

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi.
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur,
parasit,riketsia,danclamidia.

3.2 Saran

Demikian sedikit informasi dari kelompok 2. Tentu masih banyak sekali kekurangan
yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun masih
sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini.
Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi dosen pembimbing
kami dan para pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami

Agen Infeksius 16
ucapkan jika dalam penulisan ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang
berkenan.

Agen Infeksius 17
DAFTAR PUSTAKA

Kuswiyanto. (2016). Buku Ajar Virology Untuk Analis Kesehatan, Jakarta.

Agoes, Ridad. (2009). Parasitologi Kedokteran Ditinjau Dari Organ Tubuh Yang Diserang, Jakarta.

Radji, Maksum. (2010). Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran, Jakarta.

Gillespie ,Stephen H (2008) At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi hal 58-59

Situs web :

http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55904/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20870/4/Chapter%20II.pdf 

Agen Infeksius 18

Anda mungkin juga menyukai