Anda di halaman 1dari 12

Kode Mata Kuliah/KEPDAS II

Modul #1 Lembar Kegiatan Mahasiswa

Nama:_________________________________________________________ Tanggal: ________________


Tingkat: III/ V

Pokok Bahasan/ Pembelajaran : Materi:


Pengendalian infeksi dasar Modul
Sasaran Pembelajaran:
Di akhir modul, mahasiswa akan dapat:
1. Mahasiswa/i dapat memahami tentang proses
Pengendalian Infeksi Dasar
2. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengendalian infeksi dasar

A. TINJAUAN PENDAHULUAN (Introduction)


Masalah Infeksi di luar lingkungan maupun di dalam lingkungan rumah sakit menjadi hal yang harus
diperhatikan. Tenaga kesehatan yang professional harus mengetahui prosedur penanganan infeksi dan
keselamatan pasien serta tenaga kesehatan lainnya. Tujuan modul ini adalah: Untuk mengetahui tentang
infeksi, Mengetahui penyebab infeksi, Mengetahui tentang infeksi Nosokomial, Mengetahui cara penangan
infeksi.
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit. Penyakit ini menular dari satu
orang ke orang lain. Orang yang sehat harus dihindarkan dari orang-orang yang menderita penyakit dari
golongan ini. Penyebab utama infeksi diantaranya adalah bakteri dan jasad hidup (organism). Kuman-kuman
ini menyebar dengan berbagai cara dan vector.

B. MATERI PEMBELAJARAN (Content Notes)


PROSEDUR Dan PENGENDALIAN INFEKSI
Pengertian Infeksi
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan
sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan
tubuh. (Kozier, et al, 1995). Dalam kamus keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan
multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat
akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi di
pengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa
infeksi akan terjadi.
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan
mikroorganisme yang tidak menimbulakan penyakit/kerusaka disebut asimtomatik. Penyakit timbul jika
1
pathogen berkembang baik dan menyebakan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit bisa ditularkan
dari satu orang ke orang yang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular (contagius). Mikroorganisme
mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga beragam dalam menyebabkan beratnya suatu
penyakit yang disebabkan.
Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya suatu organisme (agen infeksius) dalam tubuh pejamu.
Jika agen infeksius (pathogen) hanya berada dalam tubuh pejamu (host), belum tentu infeksi akan terjadi. Jika
suatu organisme menginvasi, bertumbuh, dan atau berkembang biak dalam pejamu tetapi tidak menyebabkan
infeksi, maka ini disebut sebagai kolonisasi. Infeksi bersifat infeksius atau menular.
Jika penyakit infeksius dapat ditularkan secara langsung dari satu individu ke individu yang lain, maka
disebut penyakit menular. Jika pathogen berkembang biak dan menyebabakan tanda dan gejala klinis, maka
infeksi tersebut bersifat simtomatik. Jika gejala dan tanda klinis tidak ada, maka penyakit tersebut bersifat
asimtomatik.
Adanya organisme patogenik belum memastikan bahwa infeksi akan terjadi. Infeksi terjadi dalam suatu
siklus yang tergantung pada adanya semua elemen berikut ini.
1. Agen infeksius atau pathogen
2. Reservoir atau tempat untuk pertumbuhan pathogen
3. Jalur keluar dari reservoir
4. Jenis penularan
5. Jalur masuk ke tubuh pejamu
6. Kerentanan pejamu.

BAKTERI

VIRUS
PENYEBAB
PENYAKIT
INFEKSI
JAMUR
INTERNAL
PARASIT
EKSTERNAL

Pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit.

BAKTERI:
• TBC : ditularkan memalui udara

2
• Tetanus : melalui luka yang kotor
• Mencret : lalat, air dan jari yang kotor
• Pneumonia : lewat batuk (udara)
• Gonorrhea dan sifilis : hubungan kelamin
• Sakit telinga : dengan selesma (masuk angin dan pilek)
VIRUS:
• Selesma, influenza, campak, gondok : ditularkan melalui udara, batuk, ataupun lalat
• Rabies : melalui gigitan binatang
• Penyakit kulit : melalui sentuhan
JAMUR:
 Kurap, kutu air, dan gatal pada lipatan paha : ditularkan melalui sentuhan atau dari pakaian yang di
pakai secara bergantian
OLEH PARASIT INTERNAL (HEWAN YANG BERBAHAYA YANG HIDUP DI DALAM TUBUH)
 Disentri : ditularkan dari kotoran ke mulut
 Malaria : malalui gigitan nyamuk
OLEH PARASIT EKSTERNAL (HEWAN YANG BERBAHAYA YANG HIDUP DI PERMUKAAN TUBUH):
 Kutu rambut, kutu hewan, kutu busuk berupa kudis : penularannya dari orang-orang yang telah
terinfeksi atau melalui pakaian.

Tipe Mikroorganisme Penyebab Infeksi


Mikroorganisme terdiri atas bakteri, virus, jamur, dan protozoa. MIkroorgansime pada kulit ada yang
bersifat flora permanen atau transien. Organisme permanen (flora normal) adalah yang tinggal menetap di
kulit, dimana mereka bertahan hidup dan berkembang biak tanpa menyebabkan penyakit. Kenyataannya,
mereka bertidak sebagai bagian utama dari pelindung tubuh. Floral normal pada kulit menutupi seluruh bagian
luar tubuh dan melindungi dari pathogen. Penting bagi kita untuk menjaga dan mempertahankan floral normal.
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 ketegori yaitu:
1. Bakteri; merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan
penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air,
tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
2. Virus; terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk
diproduksi.
3. Fungi; terdiri dari ragi dan jamur.
4. Parasit; hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing
dan anthropoda.

Tipe Infeksi
1. Kolonisasi
3
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora residen.
Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi
terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh
host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan.
2. Infeksi lokal: spesifik dan terbatas pada bagian tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
3. Infeksi sistemik: terjadi jika mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menimbulkan
kerusakan.
4. Bakterimia: terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
5. Septikemia: multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik.
6. Infeksi akut: yang muncul dalam waktu singkat.
7. Infeksi kronik: infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan
sampai tahun).

Potensi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit tergantung pada faktor-faktor berikut
ini:
1. Kecukupan jumlah organisme (dosis)
2. Virulensi, atau kemampuan untuk bertahan hidup dalam tubuh pejamu atau di luar tubuh
3. Kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam tubuh pejamu
4. Kerentanan tubuh pejamu (daya tahan pejamu)
Reservoir
Reservoir adalah suatu tempat dimana pathogen dapat bertahan hidup, tetapi dapat atau tidak dapat
berkembang. Reservoir yang paling dikenal adalah tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup di kulit dan
berada dalam rongga, cairan, dan cairan yang keluar dari tubuh. Adanya mikroorganisme tidak selalu
menyebabkan individu menjadi sakit. Karier adalah individu yang menunjukan tidak adanya gejala penyakit,
tetapi memiliki organisme patogen pada atau dalam tubuhnya. Organisme membutuhkan lingkungan yang
sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu, pH, dan cahaya yang sesuai.

Jalur Keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak, mereka harus
menemukan jalur keluar jika mereka ingin masuk ke tubuh pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Jalur
keluar dapat berupa darah, kulit, membrane mukosa, traktur respiratorius, traktus genitourinarius, traktus
gastrointestinal, dan transplasenta (ibu ke janin).

Jenis Penularan

4
Setiap penyakit memiliki jenis penularan tertentu. Jalur utama penularan pathogen yang ditemukan
dalam lingkungan pelayanan kesahtan adalah tangan tenaga kesehatan yang tidak dicuci. Alat yang
digunakan di pelayanan kesehatan dapat menjadi sumber penularan pathogen.

Jalur masuk
Organismee masuk ke tubuh melalui jalur yang sama saat keluar. Sebagai contoh, ketika jarum
menusuk kulit klien, organisme masuk ke tubuh jika persiapan kulit tiddak dilakukan dengan benar.

Pejamu Rentan
Bagaimana individu mendapatkan infeksi tergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.
Kerentanan tergantung pada derajat ketahanan individu terhadap pathogen (respons imun).

Tahap perjalanan infeksi


1. Periode inkubasi, yaitu interval antara msuknya patogen ke dalam tubuh dan terlihatnya gejala
pertama kali (misalnya chickenpox, 10-21 hari setelah terpapar; common cold, 1-2 hari; influenza, 1-5
hari; parotitis, 12-26 hari).
2. Tahap prodromal, adalah interval dari onset tanda dan gejala nonspesifik (lesu, subfebris, kelelahan)
ke gejala yang lebih spesifik. (selama tahap ini, mikroorganisme tubuh dan berkembang biak, dank lien
mungkin dapat menularkan penyakit kepada individu lain). Sebagai contoh, herpes simpleks dimulai
dengan rasa gatal rasa geli di tempat sebelum lesi timbul.
3. Tahap penyakit, yaitu interval ketika klien menunjukan manifestasi tanda dan gejala spesifik untuk tipe
infeksi.
4. Pemulihan, adalah interval ketika gejala akut infeksi hilang. (lama pemulihan tergantung pada
keparahan infeksi dan daya tahan pejamu klien; pemulihan dapat memakan waktu beberapa hari
sampai berbulan-bulan).

Pertahanan terhadap infeksi


Respons inflamasi adalah reaksi perlindungan yang membantu menetralisasi patogen dan memperbaiki sel-
sel tubuh. Floral normal, pertahanan system tubuh, dan inflamasi merupakan pertahanan non-spesifik yang
melindungi terhadap mikroorganisme tanpa menghiraukan paparan sebelumnya.
Floral Normal
Tubuh secara normal mengandung mikroorganisme yang berada di permukaan dan lapisan dalam kulit, pada
air ludah, mukosa mulut, traktus gastrointestinal, dan traktus genitourinaria. Seorang individu secara normal
mengeluarkan triliunan mikroba setiap harinya melalui saluran pencernaan.

5
INFEKSI NOSOKOMIAL
Pengertian Infeksi Nosokomial
Nosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium, yang berarti rumah sakit. Maka, kata nosokomial
artinya “yang berasal dari rumah sakit” kata infeksi cukup jelas artinya, yaitu terkena hama penyakit. Menurut
Patricia C Paren, pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami
infeksi kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi terinfeksi. Infeksi nosokomial bisa bersumber
dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari
lingkungan Rumah Sakit.
Infeksi tidak hanya datang dari klien saja, infeksi lebih beresiko ketika klien berada di lingkungan
pelayanan kesehatan, infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan (Health Care-associated
Infection [infeksi nosokomial]) biasanya disebut infeksi didapat dari pelayanan kesehatan atau nosokomial,
yaitu infeksi yang dihasilkan dari penyampaian pelayanan pada suatu sarana pelayanan kesehatan. Infeksi ini
dapat terjadi sebagai hasil prosedur yang invasive, pemakaian antibiotic, adanya organisme yang resisten
dengan berbagai obat, dan pelanggaran dalam kegiatan pencegahan dan control infeksi.
Infeksi iatrogenic merupakan jenis jenis infeksi nosokomial dari suatu prosedur diagnostic atau
terapeutik. Gunakan cara berpikir kritis ketika mempraktikan teknik asepsis dan mengikuti kebijakan dan
prosedur dasar pencegahan dan control infeksi untuk mengurangi insiden infeksi nosokomial. Selalu
pertimbangkan bahwa klien beresiko untuk terkena infeksi, dan mengantisipasi bagaimana pendekatan
pelayanan dapat meningkatkan atau mengurangi resiko.
Infeksi nosokomial dapat bersifat eksogen atau endogen. Organisme eksogen adalah salah satu jenis
organisme yang berada di luar klien. Organisme endogen adalah bagian dari flora normal atau organisme
virulen yang dapat menyebabkan infeksi, infeksi ini dapat terjadi ketika bagian dari flora klien menjadi berubah
dan terus bertumbuh secara berlebihan.
Jumlah tenaga kesehatan yang berkontak langsung dengan klien, tipe dan jumlah prosedur invasive,
terapi yang diterima, dan lamanya perawatan di rumah sakit memengaruhi resiko infeksi. Tempat utama infeksi
nosokomial antara lain: luka operasi atau luka traumatic, traktus respiratorius dan urinarius, serta aliran
darah.Unit Perawatan Intensif (UPI) merupakan area dalam RS yang berisiko tinggi terkena Inos. Alasan ruang
UPI berisiko terjadi infeksi nosokomial:
a. Klien di ruang ini mempunyai penyakit kritis
b. Peralatan invasif lebih banyak digunakan di ruang ini
c. Prosedur invasif lebi banyak dilakukan
d. Seringkali prosedur pembedahan dilakukan di ruang ini karena kondisi darurat
e. Penggunaa antibiotic spektrum luas
f. Tuntutan tindakan yang cepat membuat perawat lupa melakukan tehnik aseptic
Infeksi iatroigenik merupakan jenis inos yang diakibatkan oleh prosedur diagnostik (ex:infeksi pada
traktus urinarius yang terjadi setelah insersi keteter). Inos dapat terjadi secara eksogen dan endogen. Infeksi
6
eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal. Infeksi
endogen terjadi bila sebagian dari flora normal klien beruba dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan.
Secara umum faktor yang mempengaruhi terjadinya nosokomial terdiri atas dua bagian besar yaitu:
1. FAKTOR ENDOGEN (Umur, sex, penyakit penyerta, daya tahan tubuh, dan kondisi-kondisi
lokal).
2. FAKTOR EKSOGEN (Lama penderita dirawat, kelompok yang merawat, alat medis, serta
lingkungan).
Faktor yang berpengaruh pada kejadian infeksi klien:
1. Jumlah tenaga kesehatan yang kontak langsung dengan pasien
2. Jenis dan jumlah prosedur invasif
3. Terapi yang dierima
4. Lamanya perawatan
Penyebab Infeksi Nosokomial
a) Traktus Urinarius:
1. Pemasangan keteter urine
2. Sistem drainase terbuka

3. Keteter dan selang tidak tersambung

4. Obstruksi pada drainase urine

5. Tehnik mencuci tangan tidak tepat


b) Traktus Respiratorius:
1. Peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi
2. Tidak tepat penggunaan tehnik aseptif saat suction

3. Pembuangan sekresi mukosa yang kurang tepat

4. Tehnik mencuci tangan tidak tepat


c) Luka Bedah/Traumatik:
1. Persiapan kulit yang tidak tepat sebelum pembedahan
2. Tehnik mencuci tangan tidak tepat

3. Tidak memperhatikan tehnik aseptif selama perawata luka

4. Menggunkan larutan antisepetik yang terkontaminasi


d) Aliran Darah
1. Kontaminasi cairan intravena saat penggantian
2. Memasukkan obat tambahan dalam cairan intravena

7
3. Perawatan area insersi yang kurang tepat

4. Jarum keteter yang terkontaminasi

5. Tehnik mencuci tangan tidak tepat

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke orang
dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara mikroorganisme dan individu pasien atau petugas
kesehatan. Penghalang ini dapat berupa upaya fisik, mekanik ataupun kimia yang meliputi pencucian tangan,
penggunaan sarung tangan, penggunaan cairan antiseptik, pemprosesan alat bekas pakai, dan pembuangan
sampah.
Mencuci Tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi. Tujuan cuci
tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari perrmukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme.
Penggunaan Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput mukosa,
darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung tangan, atau sampah yang terkontaminasi (APN, 2007:17).
Menurut Tietjen (2004: 4-3) ada 3 jenis sarung tangan yaitu:
• Sarung tangan bedah
• Sarung tangan pemeriksaan
• Sarung tangan rumah tangga
Penggunaan Teknik Aseptik
Aseptik meliputi penggunaan perlengkapan perlindungan pribadi, antisepsis, menjaga tingkat sterilitas
atau DTT.
• Penggunaan perlengkapan perlindungan pribadi seperti kacamata pelindung, masker wajah, sepatu
boot atau sepatu tertutup, celemek.
• Antisepsis
Antisepsis adalah pengurangan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir, atau jaringan tubuh
lain dengan menggunakan bahan antimikroba.
• Menjaga tingkat sterilitas atau desinfeksi tingkat tinggi
Prinsip menjaga daerah steril harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan dengan kondisi
desinfeksi tingkat tinggi.
Pemrosesan Alat Bekas Pakai
Dalam mencegah penularan infeksi, terdapat tiga langkah pencegahan infeksi yaitu dekontaminasi,
pencucian, dan desinfeksi tingkat tinggi (sterilisasi) (Depkes, 2000: 2).

8
Pembuangan Sampah
Sampah bisa terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sampah yang tidak terkontaminasi tidak
mengandung risiko bagi petugas yang menanganinya. Tetapi sebagian besar limbah persalinan dan kelairan
bayi adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak dikelola dengan benar, sampah terkontaminasi berpotensi
untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut termasuk angggota
masyarakat. Sampah terkontaminasi termasuk darah, nanah, urin, kotoran manusia dan benda-benda yang
kotor oleh cairan tubuh. Tangani pembuangan sampah dengan hati-hati.
Strategi Pencegahan dan Pengendalian
1. Pengendalian Administratif
2. Pengendalian dan Rekayasa Lingkungan
3. Alat Pengendalian Diri
Strategi PPI:
1. PPI DI RUMAH SAKIT
2. KEWASPADAAN ISOLASI
Kebersihan Tangan

9
Alat Pelindung Diri
Pelindung barier, yang disebut secara umum disebut sebagai alat pelindung diri (apd), telah digunakan
selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri:
 Sarung Tangan
 Masker
 Alat pelindung mata
 Topi
 Gaun Pelindung
 Kontaminasi
 Apron
 Pelindung kaki
PENGELOLAAN LIMBAH

Pengelolaan pengelolaan dan pembuangan limbah medis adalah sebagai berikut :

 Pengumpulan ( Pemisahan Dan Pengurangan)


 Penampungan
 Pengangkutan
 Pengolahan dan Pembuangan Incinerator

ETIKA BATUK
Melaksanakan Etika Batuk atau Bersin, yaitu : Bila Anda merasa akan batuk atau bersin, segeralah
berpaling/menjauh sedikit dari orang-orang disekitar Anda. Kemudian tutuplah hidung dan mulut anda dengan
menggunaka tissue/saputangan atau lengan dalam baju anda (bukan menutup mulut dengan tangan terkepal)
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah; Cucilah tangan dengan menggunakan
air bersih dan sabun atau gel pembersih tangan; dan bila perlu gunakan masker.
KEWASPADAAN ISOLASI
• Kewaspadaan standar
• Kewaspadaan berdasarkan transmisi
• Peraturan kewaspadaan
Kewaspadaan standar ini dirancang untuk perawatan bagi semua orang, petugas, pasien atau pengunjung
tanpa menghiraukan apakah mereka terinfeksi atau tidak Adapun komponen utama kewaspdaan standar
adalah :
• Mencuci tangan. Mencuci tangan dengan baik merupakan unsur satu satunya yang paling efektif dan
untuk mencegah penularan infeksi. Tujuan mencuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dari
kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara.

10
• Memakai alat perlindungan diri.
Peraturan untuk Kewaspadaan Isolasi
hal-hal yang perlu diterapkan:
- Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi dan sekresi dari seluruh pasien.
- Dekontaminasi tangan sebelum dan sesudah kontak diantara pasien satu lainnya.
- Cuci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh).
- Gunakan teknik tanpa menyuruh bila memungkinkan terhadap bahan infeksius.
- Pakai sarung tangan saat atau kemungkinan kontak darah dan cairan tubuh serta barang yang
terkontaminasi, disinfeksi tangan segera setelah melepas sarung tangan. Ganti sarung tangan
antara pasien.
- Penanganan limbah feses, urine, dan sekresi pasien lain dibuang ke lubang pembuangan yang telah
disediakan, bersihkan dan obtainer pasien lainnya.
- Tangani bahan infeksius sesuai standar prosedur oprasional (SPO).
- Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen pasien yang infeksius telah dibersihkan dan disinfeksi
benar

C. Pengembangan Keterampilan (Skill-Building)


1. Mahasiswa mencari dan mempelajari literatur tentang pengendalian Infesi dasar
2. Melakukan dan menerapkan 6 langkah cuci tangan setiap hari
3. Melakukan dan menerapkan pemaikaian masker dalam kegiatan sehari-hari
4. Mencari dan mempelajari Vidio tentang pengendalian inspeksi dasar

D. MENGECEK PEMAHAMAN (Checking for Understanding)

1. Apa yangdimaskud dengan infeksi, dan jelaskan bagaimana proses terjadinya infeksi?
2. Sebutkan dan jelaskan tindakan apa saja yang dapat meningkatkan pencegahan dan
penanggulanagan infeksi?
3. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Nasokomial, dan jelaskan bagaimana peoses terjasinya infeksi
nasokomial pada manusia?
4. Buat vidio tentang 7 langkah mencuci tangan.

11
E. PENUTUP PEMBELAJARAN

Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan
sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan berproliferasi dalam jaringan
tubuh. (Kozier, et al, 1995).
Mikroorganisme terdiri atas bakteri, virus, jamur, dan protozoa. MIkroorgansime pada kulit ada yang
bersifat flora permanen atau transien. Organisme permanen (flora normal) adalah yang tinggal menetap di
kulit, dimana mereka bertahan hidup dan berkembang biak tanpa menyebabkan penyakit.
1. Bakteri; merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan
penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air,
tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
2. Virus; terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk
diproduksi.
3. Fungi; terdiri dari ragi dan jamur.
4. Parasit; hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing
dan anthropoda.
Nosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium, yang berarti rumah sakit. Maka, kata nosokomial
artinya “yang berasal dari rumah sakit” kata infeksi cukup jelas artinya, yaitu terkena hama penyakit. Menurut
Patricia C Paren, pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami
infeksi kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi terinfeksi. Infeksi nosokomial bisa bersumber
dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat dan bahan yang digunakan untuk pengobatan maupun dari
lingkungan Rumah Sakit.
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke orang
dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara mikroorganisme dan individu pasien atau petugas
kesehatan. Penghalang ini dapat berupa upaya fisik, mekanik ataupun kimia yang meliputi pencucian tangan,
penggunaan sarung tangan, penggunaan cairan antiseptik, pemprosesan alat bekas pakai, dan pembuangan
sampah.

12

Anda mungkin juga menyukai