Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

KONSEP DASAR ELIMINASI URINE, ELIMINASI


FESES, DAN INTEGRITAS KULIT

DISUSUN OLEH:
Wulandari
Susi Dwi Utarti
Amelia Agustina Simamora
Suningsih
Eliza Novita
Agnes Fili Bertha Daely
Madya Andriane
Desy Octariny Indah Sari
Much. Yusuf Qodrat
Etri Sagita
Yuldi Asmita
Gina Yulistiana
Melda Fitria Mahardika
Ervingka Lies Hadiningsih
Wanti Mutiara Sari
Purbayanti Budiaji
Dedi Suwandi

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVIII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2009
ELIMINASI URINE

I ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN

Sistem perkemihan adalah suatu sistem tubuh yang berperan dalam


pengeluaran urine atau eliminasi. Sistem perkemihan terdiri dari organ-organ
dibawah ini :

I.1; Ginjal

Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis,


berwarna coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vertebra
posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam.
Ginjal terbentang dari vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3.
Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 – 2 cm dari ginjal kanan karena

2
2
posisi anatomi hati. Setiap ginjal secara khas berukuran 12 cm x 7 cm dan
memiliki berat 120-150 gram. Sebuah kelenjar adrenal terletak di kutub superior
setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan langsung dengan proses eliminasi urine.
Setiap ginjal dilapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan dikelilingi oleh lapisan
lemak.

I.2; Ureter

Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute keluar
pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubular yang memiliki
panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter
membentang pada posisi retroperitonium untuk memasuki kandung kemih di
dalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureter ureterovesikalis. Urine
yang keluar dari ureter ke kandung kemih umumnya steril.

I.3; Vesica Urinaria

Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua
bagian besar: badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana
urine berkumpul, dan leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang
berbentuk corong, berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga
urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher
kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra. Otot
polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas ke segala
arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih
menjadi 40 sampai 60 mmHg.
Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk
mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu
sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke
sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh otot
detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadi kontraksi
seluruh kandung kemih dengan segera.
Pada dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari
kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut trigonum. Bagian

3
3
terendah dari apeks trigonum adalah bagian kandung kemih yang membuka
menuju leher masuk ke dalam uretra posterior, dan kedua ureter memasuki
kandung kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat dikenali dengan
melihat mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang berlipat-lipat membentuk
rugae. Masing-masing ureter, pada saat memasuki kandung kemih, berjalan secara
oblique melalui otot detrusor dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi dibawah
mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung kemih.
Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 – 3 cm, dan dindingnya
terdiri dari otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah besar jaringan elastik.
Otot pada daerah ini disebut sfingter internal. Sifat tonusnya secara normal
mempertahankan leher kandung kemih dan uretra posterior agar kosong dari urine
dan oleh karena itu, mencegah pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada
daerah utama kandung kemih meningkat di atas ambang kritis.
Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma urogenital, yang
mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini
merupakan otot lurik yang berbeda otot pada badan dan leher kandung kemih,
yang hanya terdiri dari otot polos. Otot sfingter eksterna bekerja di bawah kendali
sistem saraf volunter dan dapat digunakan secara sadar untuk menahan miksi
bahkan bila kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.

Penyimpanan dan eliminasi urine


Urine yang terbentuk oleh ginjal diangkut dari pelvis ginjal melalui ureter
dan ke dalam kandung kemih. Gerakan ini difasilitasi oleh gelombang peristaltik
yang terjadi sekitar 1-5 kali per menit dan dihasilkan oleh otot polos dalam
dinding ureter. Antara kandung kemih dan ureter tidak terdapat sfingter, meskipun
aliran balik urine dari kandung kemih dalam keadaan normal dicegah oleh sifat
gelombang peristaltik yang satu arah dan karena setiap ureter memasuki kandung
kemih dengan sudut miring (oblique). Meskipun demikian, pada keadaan distensi
kandung kemih yang berlebihan akibat suatu penyakit, kenaikan tekanan dalam
kandung kemih tersebut dapat dialihkan balik melalui ureter sehingga terjadi
distensi ureter dan kemungkinan refluks atau pengaliran balik urine.

4
4
Tekanan kandung kemih.
Normalnya, tekanan dalam kandung kemih sangat rendah bahkan
meskipun terjadi akumulasi urine, karena otot polos kandung kemih akan
melakukan adaptasi terhadap peningkatan regangan ketika kandung kemih terisi
secara perlahan-lahan. Sensasi pertama yang timbul dari pengisian kandung kemih
umumnya terjadi ketika sekitar 100-150 ml urine berada dalam kandung kemih.
Pada sebagian besar kasus, keinginan untuk buang air kecil ketika kandung kemih
berisi kurang dari 200-300 ml urine.

1.4 Urethra
Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh
melalui meatus urethra. Dalam kondisi normal, aliran urine yang mengalami
turbulansi membuat urine bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi urethra,
dan kelenjar uretra mensekresi lendir kedalam saluran urethra. Lendir dianggap
bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk mencegah masuknya
bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi urethra.

II PROSES PEMBENTUKAN URINE

a Penyaringan (Filtrasi)

Filtrasi darah terjadi di glomerolus, dimana jaringan kapiler dengan


struktur spesifik dibuat untuk menahan komponen selular dan medium-molekular-
protein besar ke dalam sistem vaskular, menekan cairan yang identik dengan
plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrat glomerular.
Tumpukan glomerolus tersusun dari jaringan kapiler. Pada mamalia, arteri renal
terkirim dari arteriol aferen dan melanjut sebagai arteriol eferen yang
meninggalkan glomerolus. Tumpukan glomerolus dibungkus didalam lapisan sel
epitelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerolus dan kapsula
bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan
filtrat glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal.
Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan, yaitu: endotelium kapiler,

5
5
membran dasar, dan epitelium visceral. Endotelium kapiler terdiri satu lapisan sel
yang merupakan perpanjangan sitoplasmik (Guyton, 1996).
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan
solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah di dalam kapiler
dan tekanan onkotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatan
untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan onkotik di bowman space tidak ada
karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk
filtrasi (filtration barier) bersifat permeabel selektif. Normalnya, komponen
seluler dan protein plasma tetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan
bebas tersaring.
Pada umumnya, molekul dengan diameter 4 nm atau lebih tidak tersaring,
sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan.
Bagaimanapun, karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen
darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged) dari
setiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation (positive) lebih mudah
tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma,
seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan
urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di
glomerolus berupa filtrat glomerolus (urine primer) yang komposisinya serupa
dengan darah tetapi tidak mengandung protein.

b Penyerapan (Absorsorbsi)

Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi, bagian terbesar


dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus
renal tidak sama. Pada umumnya, pada tubulus proksimal bertanggung jawab
untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak,
60% kandungan yang tersaring direabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus
proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler
peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui
2 jalur, yaitu jalur transeluler dan paraseluler. Jalur transeluler, dimana kandungan
(substance) dibawa oleh sel dari cairan tubulus melewati epical membrane

6
6
plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati
basolateral membran plasma.
Pada jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur
paraseluler bergerak dari cairan tubulus menuju zonula ocludens, yang merupakan
struktur permeabel yang menghimpit sel tubulus proksimal satu dan lainnya.
Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi
transport Na melalui pompa Na dan K. Di kondisi optimal, pompa Na, K, ATPase
menekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel,
sehingga konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah.
Selanjutnya, disebelah luar difusi K melalui kanal K membuat sel polar. Jadi
interior sel bersifat negatif. Pergerakan Na melewati sel apikal difasilitasi spesific
transporters yang berada di membran. Pergerakan Na melewati spesific
transporter ini berpasangan dengan larutan lainnya sebagai contransport atau
countertransport Na.
Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini
(secondary active transport) termasuk glukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan
organik anion. Pengambilan aktif substansi ini menambah konsentrasi intraseluler
dan membuat substansi melewati membran plasma basolateral dan ke darah
melalui difusi pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh
tubulus proksimal juga dipengaruhi gradien Na.

c Penyerapan Kembali (Reabsorbsi )

Volume urine manusia hanya 1% dari filtrat glomerolus. Oleh karena itu,
99% filtrat glomerolus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus
proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus
distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat
dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter
air, 1200 gram garam, dan 150 gram glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini
direabsorbsi beberapa kali (Sherwood.2001).
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urine sekunder
yang komposisinya sangat berbeda dengan urine primer. Pada urine sekunder, zat-

7
7
zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-
zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03%
dalam urine primer dapat mencapai 2% dalam urine sekunder. Meresapnya zat
pada tubulus ini melalui dua cara, yaitu glukosa dan asam mino meresap melalui
peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi
pada tubulus proksimal dan tubulus distal (Sherwood.2001).

d Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urine yang dikeluarkan lewat ureter
adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen
empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine. Zat sisa metabolisme
adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini
sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain: CO2, H20,
NHS, zat warna empedu, dan asam urat (Cuningham, 2002).
Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat
makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Kedua senyawa
tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat
sisa, namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH)
dalam darah. Demikian juga H2O, dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan,
misalnya sebagai pelarut (Sherwood.2001).
Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat
yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh.
Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan
dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna
empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilakukan oleh hati
dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi menjadi
urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urine. Asam urat
merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia)
dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya
larutnya di dalam air rendah (Sherwood.2001).

8
8
III FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN URINE

1 Hormon
a ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga
dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin-renin.
c Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang
berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan
pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan
dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air
yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium
(Frandson, 2003).
2 Renin
Ginjal juga menghasilkan renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus
jukstaglomerolus pada :
1 Konstriksi arteria renalis (iskemia ginjal)
2 Terdapat perdarahan (iskemia ginjal)
3 Uncapsulated ren
4 Innervasi ginjal dihilangkan
5 Transplantasi ginjal (iskhemia ginjal)

9
9
Sel aparatus akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi
ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin
I, yang oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan
tekanan darah.
3 Zat - zat diuretik
Zat - zat diuretik banyak terdapat pada kopi, teh, dan alkohol. Akibatnya,
jika banyak mengkonsumsi zat diuretik maka akan menghambat proses
reabsorpsi, sehingga volume urine bertambah.
4 Suhu internal atau eksternal
Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan
mengurangi volume urine.
5 Konsentrasi Darah
Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah
rendah.Reabsorpsi air di ginjal mengingkat, volume urine menurun.
6 Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume
urine.

IV KOMPOSISI DAN KANDUNGAN URINE NORMAL


IV.1; KOMPOSISI URINE
Urine mengandung sekitar 96% air. Komposisi lain dalam urine normal
adalah bagian padat yang terkandung dalam air. Hal ini dapat dibedakan
berdasarkan ukuran atau keelektrolitanya, antara lain :
; Molekul organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran
yang relatif besar, didalam urine terkandung: urea CON2H4 atau
(NH2)2CO, kreatin, asam urat C5H4N4O3, dan subtansi lainya seperti
hormon (Guyton, 1996).
; Ion : sodium (Na+), potassium (K+), chloride (Cl-), magnesium (Mg2+,
calcium (Ca2+). Dalam jumlah kecil : ammonium (NH4+), sulphates (SO42-),
phosphates (H2PO4-, HPO42-, PO43-).

10
10
; Warna : Urine normal berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat
mengubah warna urine seperti oranye gelap. Warna urine merah, kuning,
coklat merupakan indikasi adanya penyakit .
; Bau : Urine normal berbau aromatik yang memusingkan. Bau merupakan
indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu
(Anonim, 2008).
; Berat jenis : Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat)
dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air
yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml.
Berat jenis normal: 1010 - 1025 (Anonim, 2008).
; Kejernihan : Urine normal terang dan transparan. Urine dapat menjadi
keruh karena ada mukus atau pus.
; pH : pH urine normal sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati
temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena
aktivitas bakteri. Pada vegetarian urinenya sedikit alkali (Anonim, 2008).
; Ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra membentuk sistem urinarius.
Fungsi utama ginjal adalah mengatur cairan dan elektrolit dan komposisi
asam basa cairan tubuh; mengeluarkan produk akhir metabolik dari dalam
darah; dan mengatur tekanan darah. Urine yang terbentuk sebagai hasil
dari proses ini diangkut dari ginjal melalui ureter ke dalam kandung kemih
tempat urine tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi,
kandung kemih berkontraksi dan urine akan diekskresikan dari tubuh
lewat urethra.
; Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron.
Urine yang terbentuk dalam nefron akan mengalir ke dalam duktus
pengumpul dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk
pelvis ginjal. Setiap pelvis ginjal akan membentuk ureter. Ureter
merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas
otot polos. Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih
dan berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urine.
; Kandung kemih merupakan organ berongga yang terletak di sebelah
anterior tepat di belakang os pubis. Organ ini berfungsi sebagai tempat

11
11
sementara untuk menampung urine. Sebagian besar dinding kandung
kemih tersusun atas otot polos yang dinamakan muskulus detrusor.
Kontraksi otot ini terutama berfungsi untuk mengosongkan kandung
kemih pada saat buang air kecil (urinasi). Sfingter urinarius eksterna
merupakan otot volunter yang bulat untuk mengendalikan proses awal
urinasi.
; Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomelurus. Glomelurus yang merupakan struktur awal nefron tersusun
dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah lewat vasa aferen dan
mengalirkan darah balik lewat vasa eferen. Ketika darah berjalan melewati
struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan
dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan
dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler
glomerolus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai “filtrat”.
; Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul
yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit) terdiri
atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian
substansi ini secara selektif diabsorbsi ulang ke dalam darah. Substansi
lainnya disekresikan dari darah ke dalam filtrat ketika filtrat tersebut
mengalir di sepanjang tubulus. Filtrat akan dipekatkan dalam tubulus distal
serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urine yang akan mencapai
pelvis ginjal. Sebagian substansi, seperti glukosa, normalnya akan
diabsorbsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam
urine. Berbagai substansi yang secara normal disaring oleh glomerolus,
direabsorbsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam urine mencakup
natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam
urat.

IV.2; KANDUNGAN URINE NORMAL

Urine terutama tersususun dari air. Individu yang normal akan


mengkonsumsi kurang lebih 1-2 liter air perhari, dan dalam keadaan normal
seluruh asupan cairan ini akan diekskresikan keluar termasuk 400-500ml yang

12
12
diekskresikan ke dalam urine. Sisanya akan diekskresikan lewat kulit, paru-paru
pada saat bernapas, dan feses. Elektrolit, yang mencakup natrium, kalium, klorida,
bikarbonat dan ion-ion lain yang jumlahnya lebih sedikit juga diekskresikan
melalui ginjal.
Kelompok ketiga substansi yang muncul dalam urine terbentuk dari
berbagai produk akhir metabolisme protein. Produk akhir yang utama adalah
ureum. Produk lain dari metabolisme protein yang harus diekskresikan adalah
kreatinin, fosfat, dan sulfat. Asam urat yang terbentuk sebagai sebagai produk
metabolisme asam nukleat juga dieliminasi ke dalam urine.
Asam amino dan glukosa biasanya disaring di glomerolus dan direabsorbsi
sehingga keduanya tidak diekskresikan ke dalam urine. Namun, glukosa akan
terlihat dalam urine jika kadarnya dalam darah terlalu tinggi sehingga
konsentrasinya di dalam filtrat glomerolus melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
Dalam keadaan normal, seluruh glukosa akan direabsorbsi bila konsentrasinya
dalam darah kurang dari 200mg/dL (11mmol/L). Protein dalam keadaan normal
juga tidak ditemukan dalam urine. Molekul-molekul ini tidak akan disaring dalam
glomerolus karena ukurannya yang besar. Penampakan protein dalam urine
biasanya menunjukkan adanya kerusakan glomerolus yang menyebabkan organ
tersebut menjadi keropos sehingga molekul-molekul berukuran besar dapat
melewatinya.

V PROSES BERKEMIH (MIKSI)

Mekanisme proses miksi (proses berkemih) ialah proses dimana kandung


kemih akan mengosongkan dirinya jika sudah penuh dengan urine. Mikturisi
adalah proses pengeluaran urine sebagai gerak refleks yang dapat dikendalikan
(dirangsang/dihambat) oleh sistim persarafan dimana gerakannya dilakukan oleh
kontraksi otot perut yg menambah tekanan intra abdominalis, dan organ-organ
lain yang menekan kandung kencing sehigga membantu mengosongkan urine
(Virgiawan, 2008).
Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi

13
13
adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Pada dasarnya, proses miksi/mikturisi merupakan suatu refleks spinal yg
dikendalikan oleh suatu pusat di otak dan korteks cerebri. Proses miksturisi dapat
digambarkan dalam skema di bwah ini:
Penambahan volume urine → tekanan intra vesicalis ↑ → keregangan dinding
vesicalis (musculus detrusor) → sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf lebih tinggi
(pusat kencing) → diteruskan kembali ke saraf saraf spinal → timbul refleks
spinal → melalui N. Pelvicus → timbul perasaan tegang pada vesica urinaria
sehingga menimbulkan permulaan perasaan ingin berkemih (Virgiawan, 2008).

14
14
ELIMINASI FESES

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai


anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Saluran gastrointestinal adalah sebuah rentetan saluran membran mukosa.
Tujuan organ ini adalah untuk mengabsorpsi cairan dan nutrisi, menyiapkan
makanan untuk absorpsi dan digunakan oleh sel-sel tubuh, dan merupakan tempat
feses sementara. Volume dari cairan yang diabsorpsi oleh gastrointestinal banyak,
membuat keseimbangan cairan sebagai fungsi utama dari sistem gastrointestinal.
Pada pencernaan cairan dan makanan saluran gastrointestinal juga banyak
mendapat sekresi dari organ-organ seperti kandung empedu dan pankreas.

USUS HALUS
Selama proses pencernaan chyme meninggalkan lambung dan memasuki
usus halus. Usus halus merupakan suatu saluran yang diameternya 2,5 cm dan
panjangnya 6 m yang terdiri dari 3 bagian : duodenum, jejenum, ileum. Chyme
tercampur dengan enzim pencernaan (seperti empedu dan amilase) ketika berjalan
melewati usus halus. Segmentasi (berganti-gantinya kontraksi dan relaksasi dari
otot polos) mengaduk chyme untuk selanjutnya memecah makanan untuk dicerna.
Ketika chyme diaduk, gerakan peristaltik berhenti sementara agar absorpsi terjadi.
Chyme berjalan dengan lambat di saluran cerna untuk diabsorpsi. Banyak
makanan dan elektrolit yang diabsorpsi di usus halus. Usus memecah lemak,
protein dan karbohidrat menjadi elemen-elemen dasar. Hampir seluruh makanan
diabsorpsi oleh duodenum dan jejenum. Ileum mengabsorpsi beberapa vitamin,
zat besi dan garam empedu. Jika fungsinya terganggu, proses pencernaan berubah

15
15
secara drastis seperti pada inflamasi, bedah caesar,atau obstruksi dapat
mengganggu peristaltik, mengurangi ares absorpsi, atau memblok jalan chyme.

USUS BESAR
Bagian bawah dari saluran gastrointestinal adalah usus besar (kolon)
karena diameternya lebih besar dari usus halus. Usus besar terbagi atas caecum,
kolon, dan rektum. Ini adalah organ penting dari eliminasi feses.
a Caecum
Chyme yang diabsorpsi memasuki usus besar pada caecum melalui katup
ileocecal, dimana lapisan otot sirkular mencegah regurgitasi (makanan kembali ke
usus halus).
b Kolon
Chyme yang halus ketika memasuki kolon volume airnya berkurang.
Kolon terdiri dari ascending, transverse, descending, dan sigmoid. Kolon
mempunyai 4 fungsi yaitu absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi.
Sejumlah besar air dan sejumlah natrium dan klorida diabsorpsi setiap
hari. Ketika makanan berjalan melalui kolon, terjadi kontraksi haustral. Ini sama
dengan kontraksi segmental dari usus halus, tetapi lebih lama hingga mencapai 5
menit.Kontraksi menghasilkan pundi-pundi besar di dinding kolon yang
merupakan area untuk absorpsi.
Air dapat diabsorpsi oleh kolon dalam 24 jam, rata-rata 55mEq dari
natrium dan 23mEq dari klorida diabsorpsi setiap hari. Jumlah air yang diabsorpsi
dari chyme tergantung dari kecepatan pergerakan kolon. Chyme biasanya lembut
berbentuk massa. Jika kecepatan kontraksi peristaltik cepat (abnormal) berarti ada
kekurangan waktu untuk mengabsorpsi air dan feses menjadi encer. Jika kontraksi
peristaltik lambat, banyak air yang diabsorpsi dan terbentuk feses yang keras
sehingga menyebabkan konstipasi.
Kolon memproteksi dirinya sendiri dengan mengeluarkan sejumlah
mukus. Mukus melumasi kolon, mencegah trauma pada dinding dalam. Kolon
berfungsi untuk membantu keseimbanan elektrolit. Bikarbonat disekresi untuk
pertukaran klorida. Sekitar 4-9 mEq natrium dikeluarkan setiap hari oleh usus
besar. Berubahnya fungsi kolon dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.

16
16
Flatus dihasilkan dari tertelannya udara, difusi gas dari pembuluh darah ke usus
dan kerja bakteri pada karbohidrat yang tidak bisa diserap. Orang dewasa
biasanya membentuk 400-700 ml flatus setiap hari

c Rektum dan Kanal Anal


Rektum pada orang dewasa biasanya mempunyai panjang 10-15 cm.
Bagian distal yang panjangnya 2,5-5 cm adalah kanal anus. Panjang rektum
bervariasi menurut umur :
1. infant : 2,4-,8 cm
2. toddler : 4 cm
3. prasekolah : 7,6 cm
4. sekolah : 10 cm
Pada rektum terdapat 3 lapisan jaringan yang bentuknya saling
berseberangan terhadap rektum dan beberapa lipatan letaknya vertikal. Setiap
lipatan yang vertikal terdiri dari sebuah vena dan arteri. Dipercaya bahwa lipatan-
lipatan ini membantu pergerakan feses pada rektum. Ketika vena dilatasi dapat
terjadi dengan tekanan yang berulang-ulang, kondisi ini dikenal dengan hemoroid.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEFEKASI

1. UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai
sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang
dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses
pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang
normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya
peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-
otot perut yang juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung.
Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus
spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.

17
17
2. DIET
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan
tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan
feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur
dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu
yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada
pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.

3. CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan
cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan
untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme
ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari
normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan
cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga
meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.

4. TONUS OTOT
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme
sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan
tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi.
Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise),
imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.

5. FAKTOR PSIKOLOGI
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit
tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai
komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yang cemas atau
marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi

18
18
orang yang depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada
konstipasi.

6. GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelatihan
buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu
yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada
pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang
bau, dan kebutuhan akan privasi juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien
yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin
tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.

7. OBAT-OBATAN
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap
eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang
besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin
dan kodein, menyebabkan konstipasi.
Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat
yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini
melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti
dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-
kadang digunakan untuk mengobati diare.

8. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy, membutuhkan agar tidak
ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai persiapan pada
pemeriksaan, dan sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Pada tindakan
ini klien biasanya tidak akan defekasi secara normal sampai ia diizinkan makan.
Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi) menghasilkan masalah yang
lebih jauh. Barium mengeraskan feses jika tetap berada di colon, akan
mengakibatkan konstipasi dan kadang-kadang suatu impaksi.

19
19
9. ANASTESI DAN PEMBEDAHAN
Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon yang normal menurun dengan
penghambatan stimulus parasimpatik pada otot kolon. Klien yang mendapat
anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga.
Pembedahan yang langsung melibatkan intestinal dapat menyebabkan
penghentian dari pergerakan intestinal sementara. Hal ini disebut paralytic ileus,
suatu kondisi yang biasanya berakhir 24 – 48 jam. Mendengar suara usus yang
mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu hal yang penting pada manajemen
keperawatan pasca bedah.

10. NYERI
Klien yang mengalami ketidaknyamanan defekasi seperti pasca bedah
hemorhoid biasanya sering menekan keinginan untuk defekasi guna menghindari
nyeri. Klien seperti ini akan mengalami konstipasi sebagai akibatnya.

11. IRITAN
Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran
intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus

12. GANGGUAN SARAF SENSORIK DAN MOTORIK


Cedera pada sumsum tulang belakang dan kepala dapat menurunkan
stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisamembatasi kemampuan
klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat
menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami
konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat
berkurangnya fungsi dari spinkter ani.

MASALAH-MASALAH UMUM PADA ELIMINASI FESES

KONSTIPASI
Konstipasi berhubungan dengan jalan yang kecil, kering, kotoran yang
keras, atau tidak ada lewatnya kotoran di usus untuk beberapa waktu. Ini terjadi

20
20
ketika pergerakan feses melalui usus besar lambat, hal ini ditambah lagi dengan
reabsorbsi cairan di usus besar. Konstipasi berhubungan dengan pengosongan
kotoran yang sulit dan meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-otot volunter
pada proses defekasi. Ada banyak penyebab konstipasi :
1. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah
kebiasaan BAB yang tidak teratur. Refleks defekasi yang normal dihambat
atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah.
Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis.
Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini ; orang dewasa
mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan.
Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air besar karena malu
menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman.
Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan
terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan b.a.b teratur dalam
kehidupan.

2. Penggunaan laxatif yang berlebihan


Laxatif sering digunakan untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air
besar. Penggunaan laxatif yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan
mengabaikan keinginan buang air besar, refleks pada proses defekasi yang
alami dihambat. Kebiasaan pengguna laxatif bahkan memerlukan dosis yang
lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang
dengan penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).

3. Peningkatan stres psikologi


Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat
gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis.
Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau
iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada
abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara
diare dan konstipasi.

21
21
4. Ketidaksesuaian diet
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga
menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada
proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar
bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan
makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.

5. Obat-obatan
Banyak obat menyebabkan efek samping kponstipasi. Beberapa di antaranya
seperti ; morfiin, codein, sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan
antikolinergik, melambatkan pergerakan dari colon melalui kerja mereka pada
sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti:
zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada
mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek
mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang.

6. Latihan yang tidak cukup


Pada klien yang pada waktu yang lama otot secara umum melemah, termasuk
otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses defekasi.
Secara tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan dengan kurangnya
nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat yang penting untuk
merangsang refleks pada proses defekasi.

7. Umur
Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada
orang tua turut berperan menyebabkan defekasi.

8. Proses penyakit
Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di
antaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan
hemorhoid, yang membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang

22
22
menghambat kemapuan klien untuk buang air besar; terjadinya peradangan
pelvik yang menghasilkan paralisis atau atoni pada usus.
Konstipasi bisa jadi beresiko pada klien, regangan ketika buang air besar dapat
menyebabkan stres pada abdomen atau luka pada perineum (post operasi).
Ruptur merusak mereka jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi peregangan
sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat menciptakan
masalah yang serius pada orang dengan sakit jantung, trauma otak, atau
penyakit pada pernapasan. Tertahannya napas meningkatkan tekanan
intratorakan dan intrakranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat
dikurangi jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika regangan
terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan pencegahan yang
terbaik.

IMPAKSI FESES (tertahannya feses)


Impaksi feses dapat didefenisikan sebagai suatu massa atau kumpulan
yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan rektum. Impaksi terjadi pada
retensi yang lama dan akumulasi dari bahan-bahan feses. Pada impaksi yang
gawat feses terkumpul dan ada di dalam colon sigmoid. Impaksi feses ditandai
dengan adanya diare dan kotoran yagn tidak normal. Cairan merembes keluar
feses sekeliling dari massa yang tertahan. Impaksi dapat juga dinilai dengan
pemeriksaan digital pada rectum.
Penyebab dari impaksi feses biasanya kebiasaan buang air besar yang
jarang dan konstipasi. Obat-obat tertentu juga berperan serta pada impaksi.
Barium digunakan pada pemeriksaan radiologi pada saluran gastrointestinal
bagian atas dan bawah dapat menjadi faktor penyebab, sehingga setelah
pemeriksaan ini hasil pengukuran diperoleh untuk memastikan pergerakan
barium.
Pada orang yang lebih tua faktor-faktor yang beragam dapat menyebabkan
impaksi ; asupan cairan yang kurang, diet yang kurang serat, rendahnya aktivitas,
melemahnya tonus otot. Pemeriksaan digital harus dilakukan dengan lembut dan
hati-hati karena perangsangan pada nervus vagus di dinding rektum dapat
memperlambat kerja jantung pasien.

23
23
DIARE
Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan meningkatnya
frekuensi dari proses defekasi. Cepatnya perjalanan chyme mengurangi waktu
untuk usus besar mereabsorbsi air dan elektrolit. Dikatakan diare jika kotoran
tidak berbentuk dan cair sekali.
Diare dengan ancaman tidak terkontrolnya buang air besar merupakan
sumber dari perhatian dan rasa malu. Sering spasmodik dan kram abdomen yang
sangat sakit berhubungan dengan diare. Kadang-kadang klien mengeluarkan darah
dan lendir yang banyak, mual dan muntah juga bisa terjadi. Pada diare persisten
secara umum bisa terjadi perluasan iritasi pada daerah anus ke daerah perineum
dan bokong. Fatique, kelemahan, malaise dan berat badan yang
berkurangmerupakan dampak dari diare yang berkepanjangan.

FECAL INKONTINEN
Inkontinen berhubungan dengan berkurangnya kemampuan voluntar untuk
untuk mengontrol feses dan keluarnya gas melalui spinkter ani. Fecal inkontinen
secara umum berhubungan dengan terganggunya fungsi spinkter ani atau suplai
syarafnya, seperti pada beberapa penyakit neuromuskular, trauma sumsum tulang
belakang, dan tumor pada otot spinkter ani external.
Fecal inkontinen merupakan suatu masalah distres emosional yang
akhirnya dapat mengarah pada isolasi sosial. Fecal inkontinen asam mengandung
enzim-enzim pencernaan yang sangat mengiritasi kulit, sehingga daerah di sekitar
anus harus dilindungi dengan zinc oksida atau beberapa salap pelindung lainnya.
Area ini juga harus dijaga tetap bersih dan kering.

FLATULENCE
Udara atau gas di saluran gastrointestinal disebut flatus.
Ada 3 sebab utama flatus :
1. Kerja dari bakteri dalam chyme di usus besar
2. Udara yang tertelan
3. Gas yang berdifusi dari pembuluh darah ke dalam intestinal

24
24
Ketiga hal di atas normal, tapi 0,6 liter dari gas ini diabsorbsi ke dalam kepiler
kapiler intestinal. Flatulence adanya flatus yang banyak pada intestinal mengarah
pada peregangan dan pemompaan pada intestinal. Kondisi ini disebut juga
timpanites. Jumlah udara yang besar dan gas-gas lainnya juga dapat berkumpul di
perut, dampaknya pada distensi gaster.
Pada orang dewasa biasanya terbentuk 7-10 liter flatus pada usus besar setiap
24 jam. Gas-gas tersebut termasuk ; CO2, H2, N2. Beberapa gas yang ditelan
sebagian besar dihembuskan melalui mulut dengan erutcation (bersendawa). Gas-
gas yang terbentuk pada usus besar sangat sedikit diabsorbsi, melalui kapiler-
kapiler intestinal ke dalam sirkulasi. Flatulence dapat terjadi pada colon,
bagaimanapun bisa juga dari beragam penyebab yang lain seperti ; pembedahan
abdomen, anastesi dan narkotika. Jika gas tidak dapat dikeluarkan dari anus
mungkin penting untuk memasukkan sebuah rectal tube atau menyediakan suatu
enema yang dapat mengalirkan kembali untuk menggerakkan gas tersebut.
Penyebab umum dari flatulence dan distensi adalah konstipasi. Codein,
barbiturat dan obat-obat lain yang dapat menurunkan motilitas intestinal dan
tingkat kecemasan sehubungan dengan besarnya jumlah udara yang tertelan.

HEMORHOID
Hemorhoid sering juga disebut wasir, yaitu adanya pelebaran pembuluh
darah vena di anus, dapat terjadi secara internal dan eksternal. Internal terjadi
pada canal anus, dimana venanya berada. Eksternal hemorhoid prolapsus melalui
pembukaan anus dan dapat dilihat di sana. Hemorhoid dapat terjadi dari dampak
meningkatnya tekanan pada daerah anus, sering terjadi karena konstipasi kronik,
peregangan selama defekasi, kehamilan dan obesitas.
Beberapa hemorhoid tidak mempunyai gejala, pada lainnya dapat juga
menyebabkan nyeri, gatal-gatal, dan kadang-kadang perdarahan. Hemorhoid
sering diobati secara konservatif dengan astringent (menciutkan jaringan) dan
anastesi lokal (untuk mengurangi nyeri).

25
25
PENGKAJIAN

Pengkajian eliminasi feses termasuk pengambilan suatu riwayat


keperawatan yang menetapkan pola defekasi dan termasuk pemeriksaan fisik pada
abdomen, dengan referensi khusus pada daerah saluran intestinal. Feses juga
dikaji adanya flatus. Perawat juga harus mengulang beberapa data yang didapat
dari tes diagnosa yang relevan.

RIWAYAT KEPERAWATAN
Suatu riwayat keperawatan untuk eliminasi feses akan membantu perawat
memastikan pola buang air besar pasien yang normal.
Sebagian besar riwayat keperawatan terdiri dari :
1. Pola defekasi
Frekuensi dan waktu klien mengalami defekasi, apakah pola BAB berubah
baru-baru ini, apakah pola buang air besar pernah berubah. Jika iya, apakah
klien mengetahui faktor-faktor penyebabnya.
2. Pola tingkah laku
Penggunaan laksatif, dan bahan-bahan yang sama yang mempertahankan pola
BAB yang normal. Apa rutinitas yang dilakukan klien untuk mempertahankan
pola defekasi yang biasa (contoh; segelas jus lemon panas ketika sarapan pagi
atau jalan pagi sebelum sarapan
3. Deskripsi feses
Bagaimana klien mendeskripsikan fesesnya, termasuk warna, teratur (keras,
lembut, berair), bentuk, bau
4. Diet
Makanan apa yang dipercayai oleh klien yang dapat mempengaruhi proses
defekasi,; makanan dengan jenis apa dan tipe apa? klien makan? Makanan apa
yang selalu dia dihindari? Apakah makanan dimakan secara teratur
5. Cairan
Berapa jumlah jenis cairan yang diasup setiap hari (contoh: 6 gelas air, 5 gelas
susu)

26
26
6. Latihan
Pola latihan seperti apa yang dilakukan klien setiap hari?
7. Obat-obatan
Apakah klien mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi saluran
intestinal (contoh: zat besi, antibiotika)
8. Stres
Apakah klien mengalami stres dalam jangka waktu yang lama atau singkat?
Tetapkan stres seperti apa yang dialami klien dan bagaimana dia menerimanya
9. Pembedahan
Apakah klien mengalami pembedahan atau penyakit yang berpengaruh
terhadap saluran cerna?. Keberadaan ostomi harus diperhatikan.

PEMERIKSAAN FISIK PADA ABDOMEN

Intestinal
Selama pengkajian pada abdomen, dengan rujukan khusus pada saluran
intestinal, klien dianjurkan dalam posisi supine dan diselimuti sehingga hanya
bagian abdomen yang terlihat. Perawat harus mengidentifikasi batasan-batasan
yang digunakan sebagai nilai-nilai rujukan untuk mendeskripsikan hasil yang
dijumpai.
Inspeksi
Perawat mengobservasi dinding abdomen untuk gelombang yang dapat
dilihat yang mengidentifikasikan peristaltik. Kecuali pada orang-orang khusus
kadang-kadan gtidak dapat diobservasi secara normal. Ketika gelombang dapat
dilihat, mereka sering mulai pada kuadran kanan atas dan bergerak ke bawah
dan bagian medial abdomen. Peristaltik yang dapat diobservasi dapat
menunjukkan adanya suatu obstruksi intestinal.
Mengobservasi bentuk, kesimetrisan, dan tekanan abdomen.harusnya
bentuknya rata tanpa adanya tonjolan. Tonjolan seperti massa akan kelihatan
suatu bengkak.

27
27
Suatu kelainan abdomen seharusnya dapat diukur pada daerah umbilikal
dengan menempatkan suatu tip pengukur sekeliling tubuh. Pengukuran
berulang akan menunjukkan apakah tekanan meningkat atau menurun.

Auskultasi
Suara usus dikaji dengan stetoskop. Suara usus mencerminkan peristaltik
usus kecil, mereka dideskripsikan menurut intensitas, keteraturan, dan
frekuensi atau tingkat aktivitasnya. Intensitas menunjukkan kekuatan dari suara
atau rata-rata dari peristaltik. Kuat lemahnya(dentum) dari dinding intestinal
sebagai hasil dari gelombang peristaltik, pada peningkatan tekanan intestinal
akan ada kemungkinan peningkatan dentuman. Tingkat aktivitas atau frekuensi
dari suara usus juga dikaji. Peningkatan atau penurunan peristaltik dapat terjadi
karena beberapa alasan; penayangan ekstensif pada intestinal selama proses
pembedahan; ketidakseimbangan elektrolit, seperti ketidak normalan dadari
rendahnya tingkat potasium serum dan peritonitis. Intensitas dan frekuensi
yang abnormal pada suara usus (borborygmi) terjadi pada enteritis dan pada
obstruksi usus kecil.
Perkusi
Daerah abdomen diketuk untukmendeteksi cairan pada rongga abdomen,
tekanan intestinalnya berhubungan dengan flatus, dan pembentukan massa
seperti pembesaran kantung empedu dan lever.
Daerah seluruh abdomen siperkusi pertama pada daerah kuadran kanan atas
menurut arah jarum jam. Flatus menghasilkan resonansi(tympani), sementara
cairan dan massa menghasilkan bunyi ”dull” (tumpul). Ketika ada cairan di
abdominal, ketukan menghasilkan suara tumpul diantara cairan . ketika klien
berada pada satu sisi, cairan ascites mengalir ke sisi tersebut.
Palpasi
Baik palpasi ringan atau dalam keduanya digunakan, biasanya untuk
mendeteksi dan mengetahui adanya daerah lunak dan massa. Keempat kuadran
pada abdomen dipalpasi otot-otot abdomen harus reliks untuk memperoleh
palpaso yang sukses. Perawat seharusnya melakukan palpasi ringan kemudian
dalam. Daerah yang sensitif seharusnya dipalpasi terakhir karena eratnya otot-

28
28
otot (pelindung abdomen) yang sering terjadi ketika daerah yang nyeri
tersentuh.

Rektum dan anus


Pada pemeriksaan anorektal klien biasanya dianjurkan dalam posisi sim ke
kiri atau genupectoral. Klien wanita juga disarankan dalam posisi litotomi.
Inspeksi
Daerah perianal dikaji warnanya, peradangan, scar, lesi, fisura, fistula atau
hemorhoid. Warna, ukuran, lokasi dan kepadatan dari lesi dicatat.
Palpasi
Selama pemeriksaan rektal sangat penting bahwa palpasi harus lembut
sehingga tidak merangsang refleks dari nervus vagus, yang dapat menekan
denyut jantung.

POLA BAB
Waktu BAB dan jumlahnya serta frekuensinyabersifat individu. Sebagian
prang BAB secara normal 1 kali sehari, sementara lainnya hanya 3-4 kali
seminggu, sebagian lagi BAB setelah sarapan pagi, yang lainnya juga pada sore
hari, sering pola BAB individu pada waktu yang sempat.sebagian besar orang
membiasakan BAB setelah sarapan pagi, ketika refleks gastrocolon dan
duodenocolon menyebabkan massa pada usus besar. Adanya flatus juga dikaji.

FESES
Wadah khusus harus disediakan untuk sampel feses. Sangat penting bagi
perawat mengetahui mengapa spesimen diambil dan wadah yang digunakan tepat.
Kadang-kadang wadah memakai zat pengawet khusus untuk menunjukkan hasil
tes. Petunjuk khusus harus ditulis dan dilampirkan ketika penyediaan spesimen.
Klien dapat menyediakan spesimennya setelah diberi informasi yang
adekuat. Feses tidak boleh bercampur dengan urin atau air, karenanya kliken klien
BAB di bedpan. Sebuah tongue spatel kayu atau plastik du-igunakan untuk
memindahkan spesimen, dan sekitar 2,5cm ditempatkan di dalam wadah. Jika
kotoran berbentuk cair, dikumpulkan 15-30ml. Wadah kemudian ditutup dengan

29
29
aman dan tepat, keperluan dilengkapi. Pada kenyataannya bahwa spesimen yang
telah diperoleh harus dimasukkan sebagai rahasia klien.
Untuk tes tertentu diperlukan feses segar. Jika harus seperti itu spesimen
dibawa segera ke lab. Spesimen kotoran jangan ditinggalkan pada suhu ruangan
dalam waktu yang lama karena bakteri dapat mengubahnya. Wadah spesimen
biasanya memiliki petunjuk penyimpanan, hal ini harus diikuti jika spesimen tidak
dapat dikirim segera ke lab. Pada beberapa instansi digunakan pendingin.
Untuk mengamankan spesimen dari bayiatau anak-anak yang tidak terlatih
di toilet, spesimen diambil dari feses yang baru. Ketika feses dikultur untuk
memperoleh mikroorganisme, feses dipindahkan ke wadah dengan aplikator steril.
Feses normal berwarna coklat, hal ini berhubunga dengan adanya bilirubin
dan turunannya yaitu stercobilin dan urotilin dan kegiatan dari bakteri normal
yang terdapat pada intestinal. Bilirubin merupakan pigmen berwarna kuning pada
empedu. Feses dapat berwarna lain, khususnya ketika ada hal-hal yang abnormal.
Misalnya; hitam feses seperti tir, ini menunjukkan adanya perdarahan dari
lambung atau usus halus; warna tanah liat (acholic) menunjukkan adanya
penurunan fungsi empedu; hijau atau orange menunjukkan adanya infeksi pada
intestinal. Makanan juga dapoat mempengaruhi warna feses, misalnya: gula bit
merubah feses menjadi warna merah, kadang-kadang hijau. Obat-obatan juga
dapat merubah warna feses, misalnya zat besi, dapat membuat feses berwarna
hitam.
Konsistensi
Secara normal feses berbentuk tetapi lembut dan mengandung air
sebanyak 75% jika seseorang mendapat intake cairan yang cukup, sedangkan
25% lagi adalah bagian padat. Feses yang biasa mengandung air lebih dari
75%. Feses bergerak lebih cepat dari normal melalui intestinal, sehingga
hanya sedikit air dan ion yang direabsorpsi ke dalam tubuh. Feses yang keras
mengandung lebih sedikit air daripada normal dan pada beberapa kasus
mungkin sulit atau nyeri sekali saat dikeluarkan. Beberapa orang, bayi dan
anak-anak yang khusus mungkin mengeluarkan feses yang berisi makanan
yang tidak dicerna.

30
30
Bentuk
Feses normal berbentuk rektum
Bau
Bau feses merupakan hasil kerja bakteri pada intestinal, dan
bervariasi pada seseorang dengan orang lain. Bau feses yang sangat
bau(tajam) dapat menunjukkan adanya ganggaun saluran cerna.
Darah
Darah yang terdapat pada feses adalah abnormal. Darah dapat
berwarna terang atau merah terang, hal ini berarti darah mewarnai feses
pada proses eliminasi akhir. Feses berwarna hitam, ter bearti darah
memasuki chyme pada lambung atau usus halus. Beberapa obat-obatan
dan makanan juga dapat membuat feses berwarna merah atau hitam. Oleh
karena itu adanya darah harus dikonfirmasi melalui sebuah test.
Perdarahan pada feses kadang tidak terlihat, ini dikenal occult
bleeding(perdarahan tersembunyi).
Test untuk mengetahui adanya darah pada feses secara rutin
dilakukan di klinik hemotest menggunakan tablet sebagai reagen; setiap
test memerlukan spesimen feses. Guaiac test secara umum digunakan.
Feses yang sedikit diletakkan pada kertas saring atau kertas usap. Reagen
selanjutnya diletakkan dan warna dicatat; warna biru menunjukkan adanya
darah.
Bahan-bahan abnormal
Kadang-kadang feses mengandung bahan-bahan asing yang
dicerna secara kebetulan, pencernaan benda-benda asing secara kebetulan
banyak ditemukan pada anak-anak. Bahan-bahan abnormal lain termasuk
pus, mukus, parasit, lemak dalam jumlah banyak dan bakteri patogen. Test
untuk mengetahui keberadaan bahan-bahan asing biasanya ditunjukkan di
lab.

TEST DIAGNOSA
Pandangan langsung

31
31
Yaitu tehnik pandangan secara langsung ; anoscopy, pandangan dari
saluran anus; proctoscopy, pandangan pada rektum; proctosigmoidoscopy,
pandangan pada rektum dan kolon sigmoid.
Roentgenography
Roentgenoraphy dari usus besar dengan memasukkan barium ke dalam
kolon.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan berasal dari pengikisan data yang konkrit dari
perawat, contoh-contoh diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan
eliminasi BAB sehingga benar. diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan
alternatif BAB :
1. Konstipasi yang berhubungan dengan barium.
2. Konstipasi yang berhubungan dengan immobilitas
3. Konstipasi yang berhubungan dengan trauma pada sumsum tulang belakang
4. Diare yang berhubungan dengan stress
5. Diare yang berhubungan dengan perjalanan
6. Diare yang berhubungan dengan kelebihan mengkonsumsi kopi

TUJUAN
Tujuan utama klien dalam perencanaan intervensi adalah :
1. mengerti tentang eleminasi yang normal
2. mengerti akan makanan dan cairan yang dibutuhkan secara wajar
3. memelihara integritas kulit
4. mengikuti program latihan secara teratur
5. memelihara kestabilan dalam pengeluaran BAB
6. mengerti tentang pengukuran untuk menghilangkan stress

INTERVENSI

DEFEKASI NORMAL

32
32
Defekasi yang normal bisa ditolong dengan memberikan angka intervensi
keperawatan, termasuk memberikan privacy pada klien, membantu klien
mengatur posisi yang baik, dan karakteristik adaministrasi atau pengobatan anti
diare sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan seperti penyediaan enema.
Hal-hal pribadi adalah suatu yang sangat penting untuk banyak orang
sehingga mereka bebas. Jika ini benar bagi klien maka perawat seharusnya
memberikan hak pribadi sebanyak mereka bisa, setelah memberikan beberapa
kebebasan pasien dibiarkan membersihkan mencuci dan mengeringkan sendiri.
dalam hal ini perawat mungkin memerlukan air dan handuk.
Pasien ditempat tidur memerlukan bantuan untuk duduk pada bedpan.
jongkok merupakan posisi yang optimal bagi defekasi. Ada dua type dari bedpan :
Regular high back pan dan slipper atau fractur pan. Slipper pan bentuk yang
rendah di belakang di gunakan pada klien yang tidak dapat mengangkat
bokongnya karena masalah fisik atau kontraindikasi dari terapi seperti bergerak.
Klien wanita bedpan untuk BAB dan BAK, klien laki-laki menggunakan bedpan
untuk BAB dan urinal untuk BAK.
Sebuah commode kadang-kadang bisa sebagai pengganti dari bedpan
ketika klien yang dapat tidur pada tempat tidur dan tidak bisa kekamar mandi
sendiri. Commode seperti kursi ketika dibuka, toilet seperti tempat duduk dan
wadah untuk menampung urin dan feses.Wadah ini cocok untuk commode atau
hanya sebuah bedpan. Karena cocok untuk diletakkan dibawah tempat duduk
toilet. Commode boleh atau tidak boleh ada dibawah roda dan bebas dari morable.
Beberapa commode ada yang sederhana, jadi bisa digabung dengan kursi yang
menetap.
Jika pasien sukar bangun dari toilet, tingginya toilet bisa menggunakan
toilet yang menetap, jadi toilet bisa dinaik turunkan sehingga pasien tak perlu
meninggi rendahkan posisi duduknya.
Pasien memerlukan seseorang untuk membantu ia bangun dan tidur di
tempat tidur. Perawat harus benar-benar mengingat bahwa pasien yang
menggunakan badpan harus lebih banyak bergerak, oleh karena itu perawat harus
membantu sementara pasien duduk dipispot untuk menghindari tegang otot.

33
33
Bagi pasien yang dapat mengangkat bokongnya sendiri, perawat dapat
meletakkan pispot dibawah klien setelah klien melekukkan lututnya dan
mengangkat pantatnya. Pergerakan ini klien dibantu oleh perawat dengan
menempatkan tangan dibagian punggung bawah pasien Mengistirahatkan siku
pasien pada matras dan menggunakan tangan bawahnya sebagai pengangkat
kemudian perawat dapat menempatkan pispot dibawah bokong pasien,
mengarahkan kekaki tempat tidur sehingga bokong pasien merasa nyaman
disekeliling pinggiran pispot. Untuk pispot yang telah rusak haruslah diletakkan
mendatar dibawah bokong pasien. Untuk pasien yang tidak berdaya yang tidak
dapat diangkat bokongnya sebelum dan sesudah ke dan dari pispot lakukan hal-
hal berikut :
1. Bantu klien untuk posisi setengah duduk. Bagian belakang kearah
perawat.
2. Letakkan kedepan berlawanan dengan punggung klien.Dengan bagian
yang terbuka kearah kaki tempat tidur.
3. Pegang pinggul dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
kedapan. Putar dengan lembut klien kearah kita dan kearah
belakangnya. Dengan badpan di tempat.Badpan jangan diletakkan
dibawah klien, karna akan menimbulkan injuri pada kulit pasien.
4. Naikkan kepala tempat tidur keposisi semi fowler. Posisi itu membantu
menegakkan punggung pasien supaya mudah eliminasi.
5. Jika pasien tidak biss semio fowler maka letakkan bantal dibelakang
punggungnya untuk membantu.
Setelah meletakkan tisu dan bel didekatnya perawat meninggalkan pasien
kemudian kembali ketika klien menekan belnya. Jika asisten sudah membersihkan
daerah parineal, perawat harus membungkus tangannya sendiri dengan tisu toilet
dan membersihkan dari daerah pubis ke anal. Bersihan dari daerah yang sedikit
kotornya kedaerah yang banyak kotornya untuk mencegah pencemaran infeksi
organisme. Pasien dimiringkan kearah perawat. Bersihkan bokongnya secara
keseluruhan denga cara seperti tadi. Daerah anal harus dicuci dengan sabun dan
air kemudian dikeringkan. Pencucian dan pengeringan yang bagus mencegah

34
34
iritasi kulit dan pengumpulan mikroorganisme. Untuk klien yang tidak butuh
bantuan lakukanlah :
1. Kembalikan kasur keposisi datar , jika kesehatannya memungkinkan
2. Lipat bagian atas sprei
3.Pegang kedepan dengan satu tangan , kemudian miringkan klien, muka
menghadap perawat.
Jika kamu sendiri lebih aman membalikkan pasien kearah kamu lebih bagus
dari pada membelakangimu. Jika kamu ingin pasien membelakangimu buat posisi
rail atau panggil perawat lain untuk menjaga pasien agar tak jatuh. Bersihkan
daerah anal dengan cara tadi.Jika tempat tidur kotor, ganti sebelum badpan
dikosongkan isinya, harus diobservasi atau diperikasa. Kebanyakan rumah sakit
punya sprei untuk membersih kan badpan secara keseluruhan

OBAT-OBATAN CHATARTIC DAN ANTIDIARE


Cathartics adalah obat yang mendorong defekasi. Obat ini berubah-ubah
pada tingkatan dan metode dari aksinya. Obat ini dapat mempunyai efek lacsatif
atau purgatif efek. Efek lacsatif adalah sesuatu yang sebanding dengan efek
purgatif yang menghasilkan pergerakan usus yang sering, pengeluaran feses yang
lembek, kadang kadang terjadi penegangan perut. Cathartics yang berbeda punya
efek yang berbeda juga tapi walaupun cathartics yang sama, tergantung dosis.
Dosis purgatif yang banyak bisa mempunyai efek purgatif sedangkan dosis yang
sedikit dari catahartics yang sama bisa mempunyai efek lacsatif dan menghasilkan
gerakan usus normal.
Cathartics mendorong defekasi dalam beberapa cara :
1. Bulk-forming cathartic
Yaitu dengan meningkatkan cairan ,gas dan sampah-sampah,bagian keras
yang besar dari isi usus. Peningkatan bagian besar tersebut merangsang peristaltic
dan merangsang defekasi.
2. Emollient cathartics
Seperti cairan petrolatum, bekerja melembutkan, menunda pengeringan dari
massa feses. Penggunaan yang berkepanjangan dari cairan petrolatum
menyebabkan kontraindikasi, setelah ia mengihibit vitamin larut lemak.

35
35
3. Chemical irritan
Ia mengiritasi mukosa usus dan menyebabkan dorongan dari isi usus halus.
Cairan penting dilewatkan dengan feses karena pergerakan cepat dari feses yang
tidak mengizinkan absorbsi air dari usus.
Pemberian cathartics dijelaskan dengan sebab dan beberapa instansi lain
oleh dokter. Konstipasi bukan cuma alasan untuk pemberian obat ini contohnya
cathartics direspon pada pemeriksaan radiology dan pembedahan dimana isi perut
harus dikosongkan.
Perawat seharusnya selalu memberitahukan untuk tidak membuang
cathartics tapi untuk mempergunakan secara efektif. Beberapa pasien tidak
percaya dalam penggunaan cathartics dan membutuhkan pertolongan untuk
belajar bagaimana merubah prilaku ini. Pasien lainnya harus menggunakan
cathartics secara teratur dan berkala. Sebagai contoh adalah orang lanjut usia yang
mengalami kesulitan untuk meningkatkan bagian terpenting dalam diet atau pada
pasien yang memiliki kesehatan fisik yang harus dicegah dengan melakukan
latihan fisik.
Sebelum pemberian cathartics perawat juga harus memperhatikan kondisi
patologi yang dimiliki pasien. Contoh yang sering terjadi adalah pasien dengan
apendik, pemberian cathartics pada orang seperti ini dapat menyebabkan ruptur
apendik sebagai akibat dari peningkatan aksi peristaltic isi perut. Kontra indikasi
lain adalah ulserasi usus halus, kerusakan patologi atau mengurangi tenaga secara
akut atau tiba-tiba dari penggunaan cairan yang besar dari ketidak seimbangan
elektrolit.

Supposituria
Beberapa cathartics diberikan dalam bentuk suppositoria ini bekerja dalam
beberapa cara : Dengan Menstimulasi ujung saraf di mukosa rectal. Suppossitoria
seharusnya dimasukan melalui spincter anal internus.
Untuk dewasa suppossitoria dimasukkan sekitar 7,5-10 cm ( 3-4 in),klien
dinstruksikan untuk bernafas melalui mulut, karena pernafasan mulut dapat
merelaksasikan spincteranal. Untuk lebih efektif supossitoria harus ditempatkan

36
36
sepanjang dinding rectum. Secepatnya setelah memasukkan obat suppositoria,
perwat membantu menekan punggung klien supaya obat tidak keluar.
Buka sarung tangan, dibalikkan, kemudian dicuci dengan air dan sabun.
Secara umum suppossitoria efektif selama 30 menit. Hasil terbaik didapatkan
dengan memasukkan supossitoria 30 menit sebelum defikasi atau pada saat makan
ketika peristaltic usus sedang bekerja. Obat antidiare
Klien dengan diare bisa diberikan antidiare. Beberapa mekanismenya
melapisi usus yang teriritasi dan bekerja sebagai protektif (demulcents). Kerja
yang lain mengabsorpsi substansi yang toxic dari usus (adsorbents) atau
menyusutkan gembung atau jaringan yang meradang (astringent). Pada situasi
tertentu, sedatif dan antispasmodik bisa diberikan.

ENEMA / HUKNAH
Enema adalah suatu solusion(larutan) yang dimasukkan ke dalam rektum
dan kolon sigmoid. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan flatus.
Tipe-tipe enema
Enema dapat diklasifikasikan ke dalam 4 golongan menurut cara kerjanya ;
cleansing (membersihkan), carminative (untuk mengobati flatulence), retensi
(menahan), dan mengembalikan aliran.
Cleansing enema merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan
rektum dan atau dengan merenggangkan intestinal dengan memasuki volume
cairan. 2 jenis dari cleansing enema adalah ; high enema (huknah tinggi) dan low
enema (huknah rendah). High enema diberikan untuk membersihkan kolon
sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 1000ml larutan untuk orang
dewasa,dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbent
dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun
ke usus besar. Cairan diberikan pada tekanan yang tinggi daripada low enema. ;
oleh karen aitu wadah dari larutan ditahan lebih tinggi. Cleansing enema paing
efektif jika diberikan dalam waktu 5-10 menit.
Low enema diberikan hanya untuk membersihkan rektum dan kolon sigmoid.
Sekitar 500ml larutan diberikan pada orang dewasa, dan klien dipertahankan pada
posisi sim ke kiri selama pemberian.

37
37
Carminative enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus.
Larutan dimasukkan ke dalam rektum untuk mengeluarkan gas dimana ia
merenggangkan rektum dan kolon, kemudian merangsang peristaltik. Untuk orang
dewasa dimasukkan 60-180ml.
Retention enema : dimasukkan oil(pelumas) ke dalam rektum dan kolon
sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk suatu waktu yang lama (1-3 jam). Ia
bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal, yang akhirnya memudahkan
jalannya feses. Enema yang mengembalikan aliran, kadang –kadang mengarah
pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus. Ini adalah
pemasukan cairan yang berulang ke dalam rektum dan pengaliran cairan dari
rektum. Pertama-tama larutan (100-200ml untuk orang dewasa) dimasukkan ke
rektum dan kolon sigmoid klien, kemudian wadah larutan direndahkan sehingga
cairan turun kembali keluar melalui rectal tube ke dalam wadah. Pertukaran aliran
cairan ke dalam dan keluar ini berulang 5-6 kali, sampai (perut) gembung hilang
atau abdomen merenggang dan ras atidak nyaman berkurang atau hilang. Larutan
ini mungkin perlu dipindahkan beberapa kali selama pemberian prosedur jika ia
padat dengan feses. Karena larutan dipindahkan, jumlah total 1000ml merupakan
hal yang biasa diberikan pada orang dewasa.
Banyak macam larutan yang digunakan untuk enema. Larutan khusus
mungkin diminta oleh dokter atau praktek agency. Pemberian enema merupaka
prosedur yang relatif mudah untuk klien. Bahaya utamanya adalah iritasi sabun
dan efek negatif dari larutan hypertonik atau hipotonik.
Pada cairan tubuh dan elektrolit, larutan hipertonik seperti larutan
phosphate dari beberapa enema siap pakai menyebabkan sedikit iritasi pada
membran mukosa, dan yang menyebabkan cairan tertarik ke dalam kolon dari
jaringan sekitar. Proses ini disebut osmosis. Karena hanya sebagian kecil cairan
yang diambil, rasa nyaman tertahan untuk 5-7 menit dan secara umum di luar dari
manfaat ini. Bagaimanapun, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi,
terutama pada anak di bawah 2 tahun . larutan bisa menyebabkan hypokalsemia
dan hyperphosphatemia.
Pemberian hipotonik yang berulang seperti enema berbentuk kran, dapat
mengakibatkan absorpsi volume darah dan dapat mengakibatkan intoksikasi air.

38
38
Untuk aliran ini, beberapa agency kesehatan membatasi pemberian enema
berbentuk kran. Ini adalah perhatian yang istimewa ketika permintaan
pemasangan enema sampai kembali bersih harus jelas, contohnya pemeriksaan
pendahuluan visual usus besar. Larutan hipotonik juga dapat mengakibatkan
ketidaknyamanan pada klien dengan penurunan fungsi ginjal atau gagal jantung
akut.

Pedoman pemberian enema


1. Gunakan rectal tube dengan ukuran yang tepat, untuk orang dewasa biasanya
no.22-30, anak-anak menggunakan tube yang kecil, seperti no.12 untuk bayi,
dan no.14-18 untuk anak todler atau anak usia sekolah.

2. Rectal tube harus licin dan fleksibel, dengan 1 atau 2 pembuka pada ujung
dimana larutan mengalir. Biasanya terbuat dari karet atau plastik. Beberapa
tube yang ujungnya tajam dan kasar seharusnya tidak digunakan, karena
kemungkinan rusaknya membran mukosa pada rektum. Rectal tube dilumasi
dengan larutan water-oil untuk memudahkan pemasukannya dan mengurangi
iritasi pada mukosa rektum.
3. Enema untuk orang dewasa biasanya diberikan pada suhu 40,5-43 C, untuk
anak-anak 37,7C.Beberapa retention enema diberikan pada suhu 33C. Suhu
yang tinggi bisa berbahaya untuk mukosa usus ; suhu yang dingin tidak
nyaman untuk klien dan dapat menyebabkan spasme pada otot spinkter.
4. Jalan larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, usia dan ukuran
tubuh klien dan jumlah cairan yang bisa disimpan :
a. bayi, >=250ml
b. toddler atau preschool, >-250-350ml
c. anak usia sekolah, 300-500ml
d. adolescent, 500-750ml
e. adult, 750-1000ml
5. Ketika enema diberikan, klien biasanya mengambil posisi lateral kiri, sehingga
kolon sigmoid berada di bawah rektum sehingga memudahkan pemasukan
cairan. Selama high enema, klien mengubah posisinya dari lateral kiri ke

39
39
dorsal recumbent, kemudian lateral kanan. Pada posisi ini seluruh kolon
dijangkau oleh air.

6. Perlengkapan pada tube tergantung pada usia dan ukuran klien. Pada orang
dewasa, biasanya dimasukkan 7,5-10cm,pada anak-anak 5-7,5cm dan pada
bayi hanya 2,5-3,75cm. Jika obstruksi dianjurkan ketika tube dimasukkan,
tube harus ditarik dan obstruksi terjadi.

7. Kekuatan aliran larutan ditentukan oleh :

a. tingginya wadah larutan

b. ukuran tube

c. kekentalan cairan

d. tahanan rektum

Wadah larutan yang lebih tinggi adalah di atas rektum, aliran yang lebih
cepat dan kekuatan yang lebih besar pada rektum. Enema pada sebagian orang
dewasa, wadah larutan tidak boleh lebih tinggi dari 30cm di atas rektum.
Selama high enema, wadah larutan biasanya 30-45cm di atas rektum, karena
cairan dimasukkan lebih jauh untuk membersihkan seluruh usus. Untuk bayi,
wadah larutan tidak boleh lebih dari 7,5cm di atas rektum.

8. Waktu yang diperlukan untuk memasukkan enema sebagian besar tergantung


pada jumlah cairan yang dimasukkan dan toleransi klien. Volume yang banyak
seperti 1000ml, mungkin membutuhkan waktu 10-15 menit. Untuk membantu
klien menahan larutan, perawat dapat menekan bokongnya, agar terjadi
tekanan di luar area anal.

9. Ketika larutan enema berada di dalam tubuh, klien mungkin merasa gembung,
dan rasa tidak nyaman pada abdomen.

10. Ketika klien BAB perawat bisa membantunya ke kamar kecil, tergantung pada
pilihan klien dan kondisi fisik.

11. Pada pemberian enema yang dilakukan sendiri, orang dewasa dapat diatur
posisi litotomi

12. Ketika pemberian enema pada bayi, kaki bayi bisa ditahan dengan popok.

40
40
Pemberian enema pada pasien yang tidak bisa mengontrol diri

Kadang-kadang perawat perlu memberikan enema untuk klien yang tidak


bisa mengontrol otot spinkter externalnya dan lalu tidak bisa menahan larutan
enema untuk beberapa menit. Pada kasus ini klien dianjurkan pada posisi supine
di atas bedpan. Bagian kepala dari bedpan bisa sedikit disudut, misal 30 derajat
jika perlu, dan kepala dan punggung klien ditahan dengan guling. Perawat
mengenakan sarung tangan untuk memegang rectal tube, untuk mencegah kontak
langsugn dengan larutan dan feses yagn dikeluarkan dengan tangan ke dalam
bedpan selama pemberian enema.

Flatulence
Ada beberapa cara untuk melemahkan atau mencegah flatulence, hindari
makanan yang mengandung gas, latihan dan anjurkan klien berposisi seperti
semula. Cara lain melibatkan penyisipan selang rectalke rectum dan tinggalkan di
rectum tersebut selama-lamanya kira-kira 30 menit untuk mencegah iritasi yang
tak sepantasnya di jalan rectal. Selang tersebut dapat kemudian dipakai lagi jika
dibutuhkan setiap 2-3 jam. Sebelum dimasukkan selang kerectal perawat harus
memperkiraka flatulence pada aturan berikut:
1. Palpasi perut klien untuk menentukan jumlah pembesaran.
2. Auskultasi perut untuk bunyi usus
3. Tentukan apakah klien mengalami perut tidak enak.
4. Perkirakan pernafasan rata-rata. Flatulence dapat menyebabkan penekana
bahagia atas dinding diagfragma yang mengakibatkan pernafasan yang
sulit.
5. Perkirakan penggabungan isyarat dengan flatulence, seperti sendawa dan
frekuensinya dan jalan flatus dengan rectum.
Bantu klien untuk posisi miring kekiri dan membuka anus. Kemudian
oleskan salap di sekeliling rectal kira-kira 5cm( 2 in). Masukkan selang perlahan-
lahan kerectum kira-kira 10 sampai 15 cm (4-6 in). Untuk anak-anak 5-10 cm
( 2-4 in) tergantung umur anak anak tersebut.

41
41
Selang rectal dapat dimasukkan lebih dalam selama prosedur ini diberikan
untuk enema. Sejak diberikan cairan tidak boleh diberikan tape pada selang rectal
ke bokong klien untuk mencegah tergesernya selang. Pindahkan ujung pembuka
dari rectal tube ke dalam lipatanlapisan absorbent untuk mencegah merembesnya
cairanfeses ke pipa, atau ikatkan ujung pembuka dari rectal tube ke pipa
penghubung dan wadah pengaliran akan terisi air. Pindahkan ujung distal dari pipa
ke tempat terkumpulnya air.

EVALUASI
Beberapa kriteria hasil dari eliminasi fekal :
Klien akan :
1 Menetapkan waktu yang teratur untuk defekasi
2 Berpartisipasi dalam program latihan yagn teratur
3 Memakan makanan sesuai dengan diet yang ditentukan
4 B.A.B dengan nyaman
5 Mencerna 2000 ml cairan / hari

42
42
INTEGRITAS KULIT

I ANATOMI KULIT

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh.


Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 –
3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai
0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis
terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan
atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung,
bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

I.1; Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima
lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :

43
43
1 Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa
mengelupas dan berganti.
2 Stratum Lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada
kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3 Stratum Granulosum. Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng
yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar
yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan
histidin. Terdapat sel Langerhans.
4 Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filamen yang
dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang
peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi
terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami
gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak
tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan
malfigi. Terdapat sel langerhans.
5 Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis
yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis
secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu
lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel langerhans).

I.2; Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
; Lapisan papiler: tipis mengandung jaringan ikat jarang.
; Lapisan retikuler: tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

44
44
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan
tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan
pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung
banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
1.3 Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi subkutis / hipodermis : melekat
ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan
mechanical shock absorber.

45
45
II KELENJAR – KELENJAR PADA KULIT
a Kelenjar Sebasea
Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel
rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi
halus lentur dan lunak.
b Kelenjar keringat
Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
; Kelenjar ekrin
Terdapat disemua kulit. Melepaskan keringat sebagai reaksi peningkatan
suhu lingkungan dan suhu tubuh. Kecepatan sekresi keringat dikendalikan
oleh saraf simpatik. Pengeluaran keringat pada tangan, kaki, aksila, dahi,
sebagai reaksi tubuh terhadap stres, nyeri dll.
; Kelenjar apokrin.
Terdapat di aksila, anus, skrotum, labia mayora, dan bermuara pada folikel
rambut. Kelenjar ini aktif pada masa pubertas, pada wanita akan membesar
dan berkurang pada siklus haid. Kelenjar apokrin memproduksi keringat
yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bakteri menghasilkan bau
khas pada aksila. Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus
yang disebut kelenjar seruminosa yang menghasilkan serumen(wax).

III. VASKULARISASI KULIT


Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis,
tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada
epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis
melalui membran epidermis.

IV. FISIOLOGI KULIT


Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan,

46
46
sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi
kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada
daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan
keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat,
insessibelloss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol
dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat
terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur
dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.

V. KLASIFIKASI LUKA
Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler,
penekanan dan keganasan.
Luka diklasifikasikan dalam 2 bagian :
1 Luka akut : merupakan luka trauma yang biasanya segera
mendapat penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak
terjadi komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak dan
penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan Contoh : Luka
sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury. Luka operasi dapat dianggap
sebagai luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka jahit, skin
grafting.
2 Luka kronik : luka yang berlangsung lama atau sering timbul
kembali (rekuren) dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan
yang biasanya disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Pada
luka kronik luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak

47
47
berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali.
Contoh : Ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUKA

1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang
tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat
mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan
mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk
memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien
yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena
supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya
sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit
pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat
karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama
untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada
orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau
diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita
anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume
darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan
oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat

48
48
bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul
dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang
membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi
akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor
internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang
lama dapat membuat] seseorang rentan terhadap infeksi luka.
; Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera
; Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
; Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebab
; kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan
tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

49
49
VII. PENYEMBUHAN LUKA
Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah
kolagen disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk
sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase-
fase seperti dibawah ini :
1 Fase inflamasi
Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari ketiga. Segera setelah
terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi
disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin
membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan
mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like
Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming
Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil,
makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase
inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit
Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator
inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF b1) yang juga dikeluarkan
oleh makrofag. Adanya TGF b1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis
kolagen.
2 Fase proliferasi atau fibroplasi
Fase ini dimulai sejak hari kedua setelah luka hingga hari ke-14. Fase ini
disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya.
Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang
terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini
mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi
3 Fase remodeling atau maturasi
Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses
penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen,
kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen
berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai hari ketujuh setelah luka
hingga bulanan bahkan tahunan, tergantung dari luka . Akhir dari penyembuhan

50
50
ini didapatkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit
normal. Tiga fase tersebut diatas berjalan normal selama tidak ada gangguan baik
faktor luar maupun dalam.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
a. Faktor lokal
; Suplai pembuluh darah yang kurang
; Denervasi
; Hematoma
; Infeksi
; Iradiasi
; Mechanical stress
; Dressing material
; Tehnik bedah
; Irigasi
; Elektrokoagulasi
; Suture materials
; Antibiotik
; Tipe jaringan
; Facilitious wounds

b. Faktor umum
; Usia
; Anemia
; Anti inflammatory drugs
; Cytotoxic and metabolic drugs
; Diabetes mellitus
; Hormon
; Infeksi sistemik
; Jaundice
; Penyakit menular
; Malnutrisi
; Obesitas

51
51
; Temperatur
; Trauma, hipovolemia dan hipoksia
; Uremia
; Vitamin C dan A
; Trace metals

VIII. KOMPLIKASI PENYEMBUHAN LUKA


Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan
eviscerasi.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2
– 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulen,
peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka,
peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku
pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing
(seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan
(dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam
pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan
berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan.
Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah
keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan,
kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan,
muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.
Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kolagen meluas
di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup

52
52
dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan
untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

IX. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK GANGGUAN SISTEM


INTEGUMENT

a Biopsi kulit.
Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara
eksisi dengan scalpel atau alat penusuk khusus (skin punch) dengan
mengambil bagian tengah jaringan.
Indikasi: Pada nodul yang asalnya tidak jelas untuk mencegah malignitas.
Dengan warna dan bentuk yang tidak lazim. Pembentukan lepuh.

b Patch Test
Untuk mengenali substansi yang menimbulkan alergi pada pasien dibawah
plester khusus ( exclusive putches )
Indikasi: Dermatitis, gejalak kemerahan, tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi +
lemah.Blister yang halus, papula dan gatal–gatal yang hebat reaksi + sedang.
Blister/bullae, nyeri, ulserasi reaksi + kuat. Penjelasan pada pasien sebelum
dan sesudah pelaksanaan patch test: Jangan menggunakan obat jenis kortison
selam satu minggu sebelum tgl pelaksanaan. Sample masing – masing bahan
tes dalam jumlah yang sedikit dibubuhkan pada plester berbentuk cakaram
kemudian ditempel pada punggung,dengan jumlah yang bervariasi (20 – 30
buah). Pertahankan agar daerah punggung tetap kering pada saat plester masih
menempel. Prosedur dilaksanakan dalam waktu 30 menit, 2- 3 hari setelah tes
plester dilepas kemudian lokasi dievaluasi.

c Pengerokan Kulit.
Sampel kulit dikerok dari lokasi lesi, jamur, yang dicurigai dengan
menggunakan skatpel yang sudah dibasahi dengan minyak sehingga jaringan
yang dikerok menempel pada mata pisau hasil kerokan dipindahkan ke slide
kaca ditutup dengan kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop.

53
53
d. Pemeriksaan cahaya wood ( light wood).
Menggunakan cahaya UV gelombang panjang yang disebut black light yang
akan menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang khas.cahaya
akan terlihat jelas pada ruangan yang gelap, digunakan untuk memebedakan
lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi dengan hiperpigmentasi.

e. Apus Tzanck.
Untuk memeriksa sel – sel kulit yang mengalami pelepuhan.
Indikasi: Herpes zoster,varisella, herpes simplek dan semua bentuk pemfigus.
Secret dari lesi yang dicurigai dioleskan pada slide kaca diwarnai dan periksa.

54
54
DAFTAR PUSTAKA

Fundamental Of Nursing, Carol Taylor Et All, 1997, Lippincott Raven


Washington.

Fundamental Of Nursing, Concepts Process & Practice, Patricia A. Potter


Et All. Third Edition, 1992, Mosby Year Book Washington.

Medical Surgical Nursing, Critical Thinking In Client Care, Priscilla


Lemone, 1996. Addisson Wesley Nursing

Manual Of Nursing Practice, Sandra M. Nettina, 6 Th Edition, 1996 ,


Lippinciott Raven Publishers.

http://www.proses_pencernaan_makanan.html

http://www.siklus_alami_tubuh_dalam_proses_pencernaan_makanan.html

55
55

Anda mungkin juga menyukai