Faizatuddiniyah
5022031039
Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 – 2 cm dari ginjal kanan
karena posisi anatomi hati. Setiap ginjal secara khas berukuran 12 cm x 7
cm dan memiliki berat 120-150gram. Sebuah kelenjar adrenal terletak
dikutub superior setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan langsung dengan
proses eliminasi urine. Setiap ginjal di lapisi oleh sebuah kapsul yang
kokoh dan di kelilingi oleh lapisan lemak.
2. Ureter
Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute keluar
pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan yang
memiliki panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa.
Ureter membentang pada posisi retroperitonium untuk memasuki kandung
kemih didalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureter
ureterovesikalis. Urin yang keluar dari ureter kekandung kemih umumnya
steril.
3. Kandung kemih
Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua
bagian besar, yaitu badan (corpus) yang merupakan bagian utama kandung
kemih dimana urin berkumpul dan leher (kollum), merupakan lanjutan dari
badan yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan anterior ke
dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian
yang lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra posterior
karena hubungannya dengan uretra
Pada dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari
kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum.
Bagian terendah dari apeks trigonum adalah bagaian kandung kemih yang
membuka menuju leher masuk kedalam uretra posterior, dan kedua ureter
memasuki kandung kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat
dikenali dengan melihat mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang
berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat
memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor
dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi dibawah mukosa kandung
kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung kemih.
Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 – 3 cm, dan
dindingnya terdiri dari otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah
besar jaringan elastik. Otot pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat
tonusnya secara normal mempertahankan leher kandung kemih dan uretra
posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu, mencegah
pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama kandung
kemih meningkat di atas ambang kritis.Setelah uretra posterior, uretra
berjalan melewati diafragma urogenital, yang mengandung lapisan otot
yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini merupakan otot
lurik yang berbeda otot pada badan dan leher kandung kemih, yang hanya
terdiri dari otot polos. Otot sfingter eksterna bekerja di bawah kendali
sistem saraf volunter dan dapat digunakan secara sadar untuk menahan
miksi bahkan bila kendali involunter berusaha untuk mengosongkan
kandung kemih.
4. Uretra
Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh
melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami
turbulansi membuat urin bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi
uretra, dan kelenjar uretra mensekresi lendir kedalam saluran uretra.
Lendir dianggap bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk
mencegah masuknya bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi
uretra.
5. Persarafan Kandung Kemih
Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan
dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan
dengan medula spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan melalui nervus
pelvikus ini adalah serat saraf sensorik dan serat saraf motorik. Serat
sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih.
Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat kuat dan
terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang
menyebabkan pengosongan kandung kemih.
Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat
parasimpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada
dinding kandung kemih. Saraf psot ganglion pendek kemudian
mempersarafi otot detrusor. Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe
persarafan lain yang penting untuk fungsi kandung kemih. Yang terpenting
adalah serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju
sfingter eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatik yang
mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Kandung kemih
juga menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus
hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis.
Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan
sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf
sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam
menimbulkan sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan, rasa nyeri.
Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandung
kemih. Urin yang keluar dari kandung kemih mempunyai komposisi utama
yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada
perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir
melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih. Urin mengalir
dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan kaliks renalis
dan meningkatkan pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi
peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang
ureter, dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke arah
kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh
saraf simpatis dan parasimpatis seperi juga neuron-neuron pada pleksus
intramural dan serat saraf yang meluas diseluruh panjang ureter.
Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi
peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan
dihambat oleh perangsangan simpatis. Ureter memasuki kandung kemih
menembus otot detrusor di daerah trigonum kandung kemih. Normalnya,
ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa cm menembus dinding
kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung
kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik
urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat
selama berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap
gelombang peristaltik yang terjadi di sepanjang ureter akan meningkatkan
tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus dinding kandung
kemih membuka dan memberi kesempatan urin mengalir ke dalam
kandung kemih.
E. Komposisi Urine
Komposisi urine yang paling utama adalah terdiri dari air, urine pada kondisi
normal umumnya mengandung 90% air. Kandungan lainnya urea, asam urat
dan ammonia yang merupakan zat sisa dari pembongkaran protein, zat warna
empedu yang membuat warna urine kita menjadi kuning, bermacam-macam
garam / NaCl, dan terdapat beberapa zat yang beracun.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien : meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan identitas penanggung jawab.
2) Keluhan Utama (Alasan Dirawat Di Rumah Sakit) : Keluhan utama
adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada
saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan
utama seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif,
Quality, Regio, Skala, dan Time)
3) Riwayat Kesehatan Sekarang : kaji status kesehatan pasien saat
dilakukannya pengkajian.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu (Perawatan Di Rs Terakhir) : riwayat
kesehatan dahulu terutama yang berkaitan dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan eliminasi urin dan fekal. Ataupun riwayat
dirawat di rumah sakit atau pembedahan.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga : mengkaji riwayat kesehatan
keluarga untuk mengetahui apakah ada penyakit keturunan di
keluarga pasien.
6) Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan : kaji persepsi pasien
terhadap penyakitnya, dan penggunaan tembakau, alkohol, alergi,
dan obat-obatan yang dikonsumsi secara bebas atau resep dokter.
7) Pola Nutrisi/Metabolisme : mengkaji diet khsusus yang diterapkan
pasien, perubahan BB, dan gambaran diet pasien dalam sehari
untuk mengetahui adanya konsumsi makanan yang mengganggu
eliminasi urin atau fekal.
8) Pola Eliminasi : kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta
masalah yang dialami. Ada atau tidaknya konstipasi, diare,
inkontinensia, retensi, dan gangguan lainnya. Kaji penggunaan alat
bantu.
9) Pola Aktivitas atau Olahraga : pola aktivitas terkait dengan
ketidakmampuan pasien yang disebabkan oleh kondisi kesehatan
tertentu atau penggunaan alat bantu yang mempengaruhi kebiasaan
eliminasi pasien.
10) Pola Istirahat Tidur : kebiasaan tidur pasien dan masalah yang
dialami
11) Pola Kognitif – Perseptif : kaji status mental pasien,
kemampuan bicara, ansietas, ketidaknyamanan, pendengaran dan
penglihatan.
12) Pola Peran Hubungan : kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung,
ada/tidaknya masalah keluarga berkenaan dengan masalah di
rumah sakit.
13) Pola Seksualitas atau Reproduksi : kaji adanya masalah seksualitas
pasien.
14) Pola Koping – Toleransi Stres : keadaan emosi pasien, hal yang
dilakukan jika ada masalah, dan penggunaan obat untuk
menghilangkan stres.
15) Pola Keyakinan-Nilai : agama yang dianut pasien dan pengaruhnya
terhadap kehidupan.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital: Suhu, tekanan darah, RR, Frekuensi Nafas.
2) Abdomen : Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi
bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
3) Genetalia wanita : Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus,
keadaan atropi jaringan vagina.
4) Genetalia laki-laki : Kebersihan, adanya lesi, terderness, adanya
pembesaran skrotum.
5) Intake dan output cairan:
a) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
b) Kebiasaan minum di rumah.
c) Intake, cairan infus, oral, makanan, NGT.
d) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan.
e) Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy,
sistostomi.
6) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
2. Pathway
Normalnya urin tersusun dari bahan organic & anorganik terlarut
GANGGUAN
ELIMINASI URIN
3. Analisa Data
No Data Etiiologi Masalah Keperawatan
1. Mayor Normalnya urin tersusun dari Ganggaun eliminasi urin
DS: bahan organic & anorganik b.d penurunan
- Desakan berkemih terlarut kemampuan menyadari
(urgensi) tanda-tanda gangguan
- Urine meneyes (dribbling) Terjadinya presipitasi kristal kandung kemih.
- Sering buang air kecil
- Nocturia Membentuk inti baru
- Mengompol Mengadkan agresi dan
- Enuresis menarik bahan-bahan lain
DO: menjadi kristal Menempel
- Distensi kandung kemih
- Berkemih tidak tuntas disaluran kemih Batu saluran
- Volume residu urin banyak
kemih
Minor
DS: - Mengendapkan bahan lain
DO: - sehingga batu menjadi lebih
besar
Kristal menyebabkan
obstruksi
Daftar Referensi
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2.
Jakarta: EGC.
M. Wilkinson, Judith dan R.A, Nancy. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 9. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia Edisi 8. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(SDKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia