Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB.PARU)

KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

AYU RAHMADENTY
5022031022

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG - BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
TB PARU
1. Definisi
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk
batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. (M.Ardiansyah,
2012)
TB Paru (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung
disebabkan oleh kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar
kuman TBC ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya (Depkes RI, 2011 ).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh
lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. Agen
infeksius utama adalah Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan
sinar ultraviolet. M.bovis dan M.avium pernah, pada kejadian yang jarang,
berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2014).
Jadi dapat disimpulkan, tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular
yang disebabkan oleh suatu bakteri yaitu Microbacterium tuberculosis
yang menyerang bagian paru-paru yang disebut parenkim.
2. Anatomi & Fisiologi Paru-paru
a. Anatomi Paru-paru
Stuktur sistem pernapasan tersusun sedemikian rupa untuk memudahkan
pengambilan oksigen melalui proses inspirasi dan pengeluaran
karbondioksida melalui proses ekspirasi. Struktur sistem pernapasan
dimulai dari hidung dan berakhir pada alveolus (Sulistyo, 2012).
a) Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang yang
disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut
septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi
untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang
hidung (Sulistyo, 2012).
b) Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan. Terdapat dibawah dasar tulang tengkorak, di belakang
rongga hidung dan mulut sebelah dalam ruas tulang leher (Sulistyo,
2012).
c) Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara.
Laring (kotak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Pada
pangkal tenggorok ini ada epiglotis yaitu katup kartilago elastis yang
melekat pada tepian anterior kartilago tiroid. Saat menelan, epiglotis
secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah masuknya
makanan dan cairan. (Sulistyo, 2012)
d) Trakhea
Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm
dan diameter 2,5 cm serta terletak diatas permukaan anterior esofagus
yang memisahkan 8upture menjadi bronchus kiri kanan. Trakea
dilapisi epitelium respiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang
mengandung banyak sel goblet. Sel- sel bersilia ini berfungsi untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan
udara saat bernapas. (Sullistyo, 2012)
e) Bronkhus
Merupakan kelanjutan dari trachea, yang terdiri dari dua bagian
bronchus kanan dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendak, lebih
tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer sehingga
memungkinkan objek asing yang masuk ke dalam trakea akan
ditempatkan dalam bronkus kanan. Sedangkan bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping, bronkus bercabang lagi menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil yang disebut bronkhiolus atau bronkhioli
(Sulistyo, 2012).
f) Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung-gelembung (gelembung hawa=alveoli). Gelembung-
gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel, dan pada
lapisan inilah terjadi pertukaran udara dimana Oշ masuk kedalam
darah dan Coշ dikeluarkan dari darah (Sulistyo, 2012).

b. Fisiologi Paru-paru

Dalam sistem pernapasan pemasukan O2 pembuangan CO2 keluar

tubuh melibatkan sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler,

jantung memompa darah yang banyak mengandung O2 melalui

pembuluh arteri keseluruh tubuh untuk keperluan sel dan memompa

darah dari seluruh tubuh yang banyak mengandung CO2 ke paru-paru

untuk dikeluarkan ke atmosfer. Fungsi pernapasan dapat dibagi atas

: 1) Pertukaran gas, 2) Pengaturan keseimbangan asam basa

(Sulistyo, 2012).

1. Pertukaran Gas

Pertukaran gas melalui proses 3 tahapan:

1) Ventilasi
Ventilasi adalah masuknya O2 atmosfer kedalam alveoli dan keluarnya
CO2 dan alveoli dan alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi
(inspirasi dan ekspirasi). Inspirasi adalah gerakan perpindahan udara
masuk ke dalam paru-paru, sedangkan ekspirasi adalah gerakan
perpindahan udara keluar atau meninggalkan paru-paru (Sulistyo, 2012).

2) Difusi Gas
Pertukaran gas mencakup dua proses independen, pernapasan internal
yaitu pertukaran gas antara alveoli dengan aliran darah dan pernapasan
eksternal yaitu pertukaran gas antara kapiler dalam tubuh (selain paru-
paru) dengan sel-sel tubuh. Kedua proses tersebut mencakup
perpindahan gas melalui difusi. Difusi sendiri adalah pertukaran antara
O2 dan CO2 alveoli dengan kapiler paru.diartikan lain bahwa difusi ialah
gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi
ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah (Sulistyo, 2012).

3) Transportasi Gas
Penyaluran O2 dari alveoli keseluruh tubuh dan pembuangan CO2 dari
seluruh tubuh ke atmosfer ditentukan oleh aktifitas sistem paru dan
kardiovaskuler (Sulistyo, 2012).

3. Etiologi
Penyakit infeksi yang menmyebar dengan rute naik di udara. Infeksi
disebabkan oleh penghisapan air liur yang berisi bakteri tuberculosis
(mycobacterium tuberculosis). Seorang yang terkena infeksi dapat
menyebarkan partikel kecil melalui batuk, bersin, atau berbicara.
Berhubungan dekat dengan mereka yang terinfeksi meningkatkan
kesempatan untuk transmisi. Begitu terhisap, org anisme secara khas diam
di dalam paru-paru, tetapi dapat menginfeksi organ tubuh lainya.
Organisme mempunyai kapsul sebelah luar (Digiulio, dkk, 2014).
TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil
mikobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran
napas (droplet infection) sampai alveoli, sehingga tejadi TB primer
(ghon’s) yang dapat menyebar ke kelenjar getah bening. Mayoritas orang
dengan infeksi baru dan sistem imun yang baik akan menderita infeksi
laten, ketika tubuh memasang batas bagi organisme penginfeksi di dalam
granuloma. Penyakit tidak aktif di dalam pasien dalam kondisi ini dan
tidak akan ditularkan sampai ada beberapa manifestasi penyakit. Pada
pasien dengan respons imun yang kurang baik, tuberculosis akan
progresif, kerusakan jaringan paru-paru terus berlangsung, dan area lain
paru-paru juga akan terkena (Digiulio, dkk, 2014).
Pada TB sekunder, penyakit diaktifkan pada tahap kemudian. Karena
pasien telah sebelumnya terinfeksi TB, respons imun akan dengan cepat
membatasi infeksi. Area berongga ini terjadi ketika organisme berjalan
sepanjang jalur udara. Eksposur pada TB terjadi ketika seseorang kontak
dengan seseorang yang dicurigai atau dinyatakan menderita TB (Digiulio,
dkk, 2014).

4. Klasifikasi
1. TB paru BTA (+) adalah:
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif Hasil pemeriksaan satu specimen sputum menunjukkan BTA
positif dan dijumpai adanya kelainan radiologi.
2) Hasil pemeriksaan satu specimen sputum menunjukkan BTA positif
dan biakan positif.

2. TB paru BTA (-) adalah :


1) Hasil pemeriksaan sputum 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran
tuberculosis aktif.
2) Hasil pemeriksaan sputum 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakan mycobacterium tuberculosis positif (Darliana, 2011).

5. Manifestasi Klinis
Menurut Jhon Crofton (2012), gejala klinis yang timbul pada pasien
Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :
 Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil
proses destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah
penyakit menahun, keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan
progresif walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat
kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi
kemudian menjadi produktif.
 Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,
kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai
purulen (kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi
pengejuan.
 Batuk darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah
sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk.
Penyebabnya adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru
dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.
 Sesak napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru.
Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran
pernapasan.
 Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi
gesekan pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan
pleuritis dan tegangan otot pada saat batuk.
 Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang
disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
 Demam dan menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu
reaksi umum dari proses infeksi.
 Penurunan berat badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang
timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses
progresif.
 Malaise
Ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
 Rasa lelah dan lemah
Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
 Berkeringat banyak terutama malam hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit
Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila
proses telah lanjut.
Gejala khas TB, yaitu TRIAS TB yaitu batuk > 3 mggu yang tidak
disebabkan penyakit lain, kadang hemoptisis; berkeringat terutama di
malam hari; dan nafsu makan menurun diikuti penurunan BB. Penyakit
tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan
kadang-kadang asimtomatik. Gambaran klinik TB paru dapat dibagi
menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik (Sudoyo,
2010).
1. Gejala respiratorik meliputi:
a. Batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum
Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat
batuk mulai dari kering (non produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan
yang lebih lanjut adalah berupa batuk darah (hemoptoe) karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronchus.
b. Dahak bercampur darah.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbul peradagan menjadi produktif(menghasilkal
sputum).keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuuh darah yang pecah.kebanyakan batuk darah pada
tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus. Batuk darah berupa garis atau bercak-
bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
banyak
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Gejala ini sedikit jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila
infiltrasinya radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis, terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya. Nyeri dada pada TB paru termasuk
nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura terkena.
e. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang
disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
2. Gejala sistemik meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip dengan demam influenza, hilang timbul dan
makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek
b. Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan, serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual
dalam beberapa minggu sampai bulan, akan tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, sesak nafas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai pneumonia.
6. Pathway

Paru merupakan port d’entrée kasus infeksi TB. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam. Orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Setelah
Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernapasan, masuk
ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak
diri. Basil juga secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran darah ke
bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru
lainnya (lobus atas).

Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit


(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini
mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan
bronkopneumonia. lnfeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu
setelah pemajanan.Massa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang
merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati,
dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas
diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa
ini disebut tuberkel Ghon (fokus primer Gohn).

Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju ke


kelenjar limfe regional. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi
di saluran limfe. Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang
berfungsi baik, begitu sistem imun seluler berkembang, proliferasi kuman
TB terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam
granuloma.

Setelah imunitas seluler terbentuk, focus primer di jaringan paru biasanya


mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi
setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe
regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi
penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan
paru.

Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam


kelenjar ini.
Komplek primer dapat juga mengalai komplikasi. Komplikasi yang terjadi
dapat disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. Jika
terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan
keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru
atau kavitas. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal
menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru. Obstruksi total dapat
menyebabkan atelektasis. Masa kiju dapat menimbulkan obstruksi
komplit pada bronkus sehingga menyebabkan atelektasis dan pneumonitis.
Sebelum terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi penyebaran limfogen
dan hematogen. Pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk ke dalam
sirkulasi darah yang menyebar ke seluruh tubuh yang sering disebut
penyakit sistemik.

7. Penatalaksanaan Medis
Obat anti tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam
pengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling
efesien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB.
Pengeobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip sebagai berikut:
 Pengobatan yang tepat diberikan dalam paduan obat OAT yang
tepat mengandung minimal empat macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi obat.
 Diberikan dalam dosis yang tepat.
 Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.
 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah
kekambuhan.
Tahapan Pengobatan TB :
Tahapan pengobatan TB harus meliputi pengobatan tahap awal dan
pengobatan tahap lanjutan dengan maksud :
a. Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan tahap ini adalah
dimaksudkan adalah untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman
yang ada dalam tubuh pasien dan meminimaisir pengaruh dari
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistensi sejak sebelum
pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada
semuapasien baru, harus diberikan selama dua bulan . Pada umumnya
pengobatan secara teratur serta tanpa adanya penyulit, daya penularan
sudah sangat menurun setelah pengobatan selama dua minggu.
b. Tahap Lanjutan
Pengobatan lanjutan merupakan tahap pengobatan yang sangat penting
untuk membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya
kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah
terjadinya kekambuhan.
Kategori I
Penyakit TB yang tergolong dalam katagori I ini adalah :
1. TB Paru yang test sputum dengan hasil BTA (+)
2. TB Paru yang test sputum dengan hasil BTA (-) dan foto toraks (+)
3. TB ektra Paru berat

OAT yang di berikan pada kategori ini adalah :


2HRZE/4H3R3, 2HRZE/4HR, 2HRZE/6HE

Kategori II

Penyakit Tb yang tergolong dalam kategori II adalah :

1. Pasien kambuh
2. Gagal terapi pengobatan
3. Kasus putus obat

OAT yang diberikan pada pasien kategori II ini adalah :

2RHZES/RHZE/5H3R3, 2HRZES/HRZE/5HRE

Kategori III

Pasien yang tergolong dalam kategori III ini adalah :

1. TB Paru dengan pemeriksaan BTA (-) dengan lesi minimal


2. Pada ekstra paru ringan limfadenitis, osteomielitis tb, artritis tb,
nepritis tb

OAT yang diberikan pada pasien katagori III adlah :

2 RHZ/4RH, 2HRZ/4H3R3, 2HRZ/6HE.

Kategori IV

Pasien yang termasuk dalam kategori IV adalah :

Kasus kronik, OAT yang diberikan pada pasien ini adalah : RHZES /
sesuai hasil uji resistensi (Minimal OAT yang sensitif ) + OBAT LINI
2 MINIMAL T/ 18 bulan. MDR TB (multidrug resistant TB ) ,
pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah : sesuai uji resistensi
+ OAT LINI 2 atau ( H ) seumur hidup.

a. jenis obat OAT


- Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh
90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama
pengobatan. Sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan
metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang.
Dosis harian 5 mg/kg berat badan, sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan
dosis 10 mg/kg berat badan.
- Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat
badan. Dosis sama untuk pengobatan harian maupun
intermiten 3 kali seminggu.
- Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam
sel dengan suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg berat
badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg berat badan.
- Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan
dosis yang sama.
- Etambutol (E)
Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik).
Dosis harian 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk
intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan 30 mg/kg
berat badan.
8. Pengkajian Keperawatan Fokus
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium
untuk memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan
sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan pasien.
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal pasien.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
- Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang
berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis.
- Pulse rate
- Respiratory rate
- Suhu
Pola Pengkajian
1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengkajian meliputi kebiasaan pasien terhadap pemeliharaan kesehatan
baik sebelum atau sesudah sakit. Misalnya : kebiasaan merokok,
minum obat, alkohol,riwayat minum obat-obatan.
2. Nutrisi / Metabolik
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, mual/muntah, nafsu makan
buruk/anoreksia dan ketidakmampuan untuk makan karena penurunan
nafsu makan.Gejala : adanya anoreksia (kehilangan nafsu makan),
adanya penurunan berat badan, makanan yang disediakan hanya
dimakan ¼ porsi
Tanda : turgor kulit buruk, kering / bersisik, massa otot
berkurang / lemak subkutan berkurang, IMT = (kekurangan BB tingkat
berat), Pasien tampak kurus.
3. Eliminasi
Pada pasien dengan TBC kemungkinan mengalami gangguan pada
system eliminasi jika bakteri tersebut sudah menyebar sampai ke
system gastrointestinal.
4. Aktivitas dan Latihan
Pada pasien dengan TBC kemungkinan ditemukan gangguan aktivitas
dan latihan karena pasien mengalami keletihan, kelelahan, malaise,
ketidakmampuan untuk melakukan aktvitas sehari-hari karena sulit
bernapas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi.Gejala: adanya kelelahan dan kelemahan, kesulitan tidur pada
malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat
Tanda : takikardia, takipnea / dispnea saat beraktivitas, kelelahan
otot.
5. Persepsi, Sensori, Kognitif
Pasien mengalami gangguan berupa rasa nyeri di daerah dada.
Perasaan takut.
Gejala : adanya faktor stres dalam waktu yang lama, adanya
perasaan berduka
Tanda : ansietas, takut, perasaan bersalah (menyalahkan diri sendiri),
keputusasaan, kesedihan, ekpresi kurang dalam penerimaan terhadap
penyakit, ekspresi kurang kedamaian, rasa bersalah
6. Tidur dan Istirahat
Pasien mengalami gangguan pada pola tidurnya karena sulit untuk
tidur karena nyeri dan sesak napas.
7. Konsep Diri
Pasien mengalami gangguan pada harga diri , karena kondisi yang
terkena TBC. Gejala : adanya perasaan rendah diri karena mengidap
penyakit menular, adanya perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran, tidak berpartisipasi dalam kegiatan agama,
perubahan pola ibadah, merasa diabaikan dan diasingkan, menolak
interaksi dengan orang lain, merasa dipisahkan dari lingkungan sosial.
perubahan interaksi dalam keluarga, seperti: perubahan tugas dalam
keluarga, perubahan dukungan emosional, perubahan pola komunikasi
dalam keluarga, perubahan keakraban, perubahan partisipasi dalam
menyelesaikan masalah.
8. Peran dan Hubungan
Pasien mengalami gangguan pada peran dan hubungan,hubungan yang
ketergantungan dengan keluarga, kurang sistem pendukung, penyakit
lama atau ketidakmampuan membaik.
9. Seksual dan Reproduksi
Pada pasien dengan tbc kemungkinan ditemukan penurunan libido.
10. Koping Stres dan Adaptasi
Pasien kemungkinan mengalami gangguan pada pola koping stress dan
adaptasi, ansietas, ketakutan, peka rangsang.
11. Nilai dan Kepercayaan
Pada pasien dengan pada tbc kemungkinan pasien mengalami
gangguan dalam melakukan aktivitas beribadah diluar rumah (tempat-
tempat ibadah).
RencanaAsuhan Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (SLKI) SIKI Intervensi Keperawatan

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Tujuan: Manajemen Jalan Nafas  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
Efektif b.d ketidakmampuan Setelah dilakukan asuhan usaha nafas).
untuk mengeluarkan sekresi keperawatan selama 3x24  Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head
pada jalan nafas ditandai jam bersihan jalan nafas tilt and chin-lift (jaw-thrust jika trauma
dengan : normal dengan servikal).
Kriteria Hasil:  Lakukan fisioterapi dada
DS : -  Bunyi nafas bersih,  Lakukan penghisapan lender kurang dari 15
tidak adanya dipsnea, detik.
DO : mengi wheezing  Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
- Frekuensi Nafas Berubah  Frekuensi Nafas McGill.
- Pola Nafas Berubah membaik.  Beikan oksigen
_ Mengi, wheezing  Pola nafas membaik.  Ajarkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran.
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Pemantauan respirasi Respiratory Monitoring
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24  Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
hiperventilasi paru jam pola nafas adekuat usaha respirasi
denga  Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
Kriteria Hasil: penggunaan otot tambahan, retraksi otot
 Peningkatan ventilasi supraclavicular dan intercostal
dan oksigenasi yang  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
adekuat kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes
 Bebas dari tanda tanda  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
distress pernafasan tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
 Suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan Oxygen Therapy
dyspneu (mampu Terapi oksigen  Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
mengeluarkan sputum,  Ajarkan pasien nafas dalam
mampu bernafas dengan  Atur posisi senyaman mungkin
mudah, tidak ada pursed  Batasi untuk beraktivitas
lips)  Kolaborasi pemberian oksigen
 Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
3. Gangguan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi Nutritional Management
kebutuhan tubuh b.d keperawatan selama 3x24  Monitor adanya mual dan muntah
anoreksia mual muntah. jam nutrisi seimbang dan  Monitora danya kehilangan berat badan dan
adekuat dengan perubahan status nutrisi.
Kriteria Hasil:  Monitor albumin, total protein, hemoglobin,
 Nafsu makan meningkat dan hematocrit level yang menindikasikan
 Tidak terjadi penurunan status nutrisi dan untuk perencanaan treatment
BB selanjutnya.
 Masukan nutrisi adekuat  Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
 Menghabiskan porsi  Berikan makanan sedikit tapi sering
makan  Berikan perawatan mulut sering
 Hasil lab normal  Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
(albumin, kalium) diet sesuai terapi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2012. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.
Mansjoer, A dkk. 20010. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (I). DPPPPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). DPPPPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (II). DPPPPNI.

Anda mungkin juga menyukai