TINJAUAN PUSTAKA
paru-paru, dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Depkes, 2017).
(Widoyono, 2017).
7
8
a. Tuberculosis paru
lain (+).
2.1.3 Etiologi
tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada
pada susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe
human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan diudara yang berasal
dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila
melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ lain, dimana
2015).
(2015):
b. Fase 2
tubuh, dan bisa terdapat tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak,
d. Fase 4
2.1.4.1 Anatomi
utama sebagai alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara spesifik
melalui sistem kapiler (Wherdhani, 2017). Paru terdiri atas 3 lobus pada
paru sebelah kanan, dan 2 lobus pada paru sebelah kiri. Pada paru kanan
lobus – lobusnya antara lain yakni lobus superior, lobus medius dan
lobus inferior. Sementara pada paru kiri hanya terdapat lobus superior
dan lobus inferior. Namun pada paru kiri terdapat satu bagian di lobus
superior paru kiri yang analog dengan lobus medius paru kanan, yakni
superior dan lobus inferior paru kiri terdapat fissura obliqua (Wherdhani,
11
surfactan yang dihasilkan oleh sel alveolar tipe 2. Namun selain itu
otot dinding.
Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial
pulmunaris (John B.West, 2012 dalam Sara 2020). Hanya satu lapis
darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri
oksigen 100 mmhg dan tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-
Gambar 2.1
Sara 2020).
Gambar 2.2
2019)
15
basil ini dapat juga melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru-paru
jumlah secret, dan menurunnya suplai oksigen (Yulianti & dkk, 2014).
tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai
memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis
dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
16
kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang
dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas
peradangan aktif.
darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai
aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai
17
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes,
2015).
a. Demam
b. Batuk/Batuk Darah
bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk
c. Sesak Napas
napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
d. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
napasnya.
e. Malaise
makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,
dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak
teratur.
a. Pemeriksaan radiologis
Terdapat klasifikasi
paru
b. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Sputum BTA
22
secara intra cutan 0,1 cc. Lokasi penyuntikan pada ½ bagian atas
2.1.8 Komplikasi
RI, 2017):
paru.
sebagainya.
g. Pleuritis tuberculosa
h. Efusi pleura
b. Posisikan semi-fowler
f. Berikan oksigen
a. Kunyit
b. Jahe
24
c. Teh hijau
e. Vitamin D
f. Minyak eukaliptus
a. Jangka panjang
b. Jangka pendek
2015).
dada adalah dengan pengaturan posisi istirahat yang nyaman dan aman,
salah satunya yaitu posisi semi fowler dengan kemiringan 30-45 derajat.
menit. Adapun tujuan lain dari pemberian posisi semi fowler yaitu :
cardiovaskuler
2.2.4 Indikasi
2.2.5 Kontraindikasi
jalan nafas tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
2012:81).
a. Batuk
alveoli.
b. Berdahak (sputum)
cancer
edema paru
c. Batuk berdarah
yang dikeluarkan pada saatu batuk yang berasal dari saluran napas
terjadi akibat aliran udara yang melalui saluran napas yang sempit.
napas. Sifat ronkhi basah ini dapat bersifat nyaring (misal pada
2.3.3 Penyebab
a. Fisiologis
Disfungsi neuromuskuler
Proses infeksi
Respon alergi
b. Situasional
Merokok aktif
Merokok pasif
Terpajan polutan
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
1. Dispnea 1. Gelisah
2. Sulit bicara 2. Sianosis
3. Ortopnea 3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
31
(Muttaqin, 2014).
pada tahap penyakit dan derajat yang terkena. Pada pasien dengan tuberkulosis
2.4.1 Pengkajian
a. Data Pasien
TB paru pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia
33
b. Riwayat Kesehatan
2. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
sputum).
3. Sesak nafas
paru.
5. Malaise
34
7. terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
jumlah penghasilan.
f. Aspek Psikososial
g. Faktor Pendukung:
1. Riwayat lingkungan
h. Pemeriksaan Fisik
mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1. Kepala
36
2. Thorak
3. Abdomen
4. Ekremitas atas
ada edema
5. Ekremitas bawah
ada edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
penyakit.
37
3. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap
tinggi.
menurun.
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Tanda:
2. Integritas Ego
Gejala:
38
tidakberdaya/putus asa.
Tanda:
ketakutan,mudah terangsang.
Gejala:
badan.
Tanda:
otot/hilanglemak subkutan.
Gejala :
Tanda:
5. Pernafasan
Gejala:
Tanda:
39
atas lesi luas. Krekel tercatat diatas apek pru selama inspirasi
6. Keamanan
Gejala :
positif.
7. Interaksi Sosial
Gejala :
8. Penyuluhan
Gejala :
gangguan sistem respirasi yaitu bersihan jalan napas tidak efektif dan
klien TB:
rentang ideal.
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan perawatan Manajemen Jalan Nafas:
pernapasan, hambatan nafas membaik dengan kriteria Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
dinding dada, penurunan a. Tekanan ekspirasi dan Monitor bunyi nafas tambahan(gurgling, mengi,
tubuh yang menghambat b. Dispnea cukup menurun Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Gejala dan tanda mayor: cukup menurun Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head tilt
Subjektif: d. Pernafasan cuping hidung dan chin lift (jaw trust jika curiga trauma servikal)
- Dispnea cukup menurun Posisikan semi fowler atau fowler
43
Objektif: e. Frekuensi nafas dan Berikan minum hangat
- Penggunaan otot bantu kedalaman nafas cukup Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Objektif:
- Pernafasan pursed-lip
44
- Pernafasan cuping
hidung
- Diameter thorax
anterior-posterior
meningkat
- Ventilasi semenit
menurun
- Tekanan ekspirasi
menurun
- Tekanan inspirasi
menurun
45
2. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan perawatan Latihan Batuk Efektif
Penyebab: spasme jalan bersihan jalan nafas meningkat Identifikasi kemampuan batuk
nafas, hipersekresi jalan dengan kriteria hasil: Monitor adanya retensi sputum
nafas, disfungsi a. Batuk efektif cukup Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
neuromuskuler, sekresi membaik
Monitor input dan output cairan (jumlah dan
yang tertahan, proses b. Produksi sputum cukup
karakteristik)
infeksi. membaik
Terapeutik:
Gejala dan Tanda Mayor c. Mengi, wheezing, dispnea
Atur posisi semi fowler atau fowler
Subjektif : (tidak tersedia) cukup membaik
Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
Objektif : d. Sianosis dan gelisah cukup
Buang sekret pada tempat sputum
- Batuk tidak efektif membaik
Edukasi:
- Tidak mampu batuk e. Frekuensi nadas dan pola
46
- Sputum berlebih nafas cukup membaik Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
47
- Pola nafas berubah nafas)
Terapeutik:
Edukasi:
48
kontraindikasi
Kolaborasi:
ketidakmampuan mencerna a. Porsi akan yang dihabiskan Identifikasi makanan yang disukai
makan, ketidakmampuan cukup meningkat
Idntifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
mengabsorbsi nutrien, b. Kekuatan otot pengunyah
Identifikasi perlunya penggunaan selang
peningkatan kebutuhan dan menelan cukup
nasogastrik
metabolisme, faktor meningkat
49
ekonomi, faktor psikologis c. Verbalisasi keinginan untuk Monitor asupan makanan
50
- Kram/nyeri abdomen nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
berlebihan
- Diare
51
terpapar lingkungan panas, termogulasi membaik dengan Identifikasi penyebab hipertermia ( dehidrasi,
dengan suhu lingkungan, b. Pucat dan hipoksia cukup Monitor haluaran urin
peningkatan laju menurun
Monitor komplikasi akibat hipertermia
metabolisme, respon c. Takikardia, takipnea, dan
Terapeutik:
trauma, aktivitas bradikardi cukup menurun
Sediakan lingkungan yang dingin
berlebihan. d. Suhu tubuh, suhu kulit
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Gejala dan tanda Mayor cukup membaik
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Subjektif: (Tidak tersedia) e. Kadar glukosa darah dan
Berikan cairan oral
Objektif: tekanan darah cukup
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
- Suhu tubuh diatas nilai membaik
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
normal
Lakukan pendingina eksternal (selimut hipotermia
52
atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
seimbangan ventilasi pertukaran gas meningkat Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
membran alveolus-kapilern a. Tingkat kesadaran cukup Monitor pola nafas (bradipnea, takipnea,
53
dibuktikan dengan dispnea meningkat hiperventilasi, kusmaul, cheyne-stokes, biot,
PO2 menurun, takikardi, tambahan cukup menurun Monitor kemampuan batuk efektif
meningkat/menurun, bunyi hidung cukup menurun Monitor adanya sumbatan jalan nafas
nafs tambahan. d. PCO2dan PO2 cukup
Palpasi kesimetrisan ekpansi paru
Gejala dan Tanda Mayor membaik
Auskultasi bunyi nafas
Subjektif: e. Pola nafas cukup membaik
Monitor saturasi oksigen
- Dispnea
Monitor nilai AGD
Objektif:
Monitor hasil x-ray thoraks
- PCO2
Terapeutik:
meningkat/menurun
Atur interval pemantauan respirasi sesuia kondisi
- PO2 Menurun
pasien
- Takikardia
54
- PH arteri Dokumentasikan hasil pemantauan
meningkat/menurun Edukasi:
- Pusing
- Penglihatan kabur
Objektif:
- Sianosis
- Diaforesis
- Gelisah
- Kesadaran menurun
55
56
2.4.4 Implementasi
2.4.5 Evaluasi
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap