TUBERKULOSIS PARU
A. DEFINISI
Sistem pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen oleh darah dan
pembuangan karbondioksida. Paru dihubungkan dengan lingkungan luarnya melalui
serangkaian saluran, berturut-turut hidung, farings, larings, trakea dan bronki. Saluran-
saluran itu relatif kaku dan tetap tebuka dan keseluruhannya merupakan bagian konduksi
dari sistem pernafasan (Tambayong, 2001).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang menular yang terutama menyerang
parenkim paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis (Brunner dan
Suddarth, 2002).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara (pernapasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut
menyebar dari paru-paru ke organ yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar limfe,
saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain.
B. ETIOLOGI
Sebagian besar pasien menunjukkan demam tinngkat rendah, keletihan, anoreksia,
penurunan berat badan, berkeringat malam hari, nyeri dada dan batuk menetap. Pada
awalnya mungkin batuk bersifat nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah
pembentukan sountum mukopurulen dengan hemoptisis. (Brunner dan Suddarth, 2002 ).
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Kuman lain yang dapat
menyebabkan TBC adalah Mycobacterium Bovis dan M. Africanus
(www.tempointeraktif.com). Kuman Mycobacterium tuberculosis adalah kuman berbentuk
batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan
sinar ultraviolet (Smeltzer, 2001)
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membentuk
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman dapat tahan hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini teradi karena kuman berada dalam sifat dormant.
Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi
Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada daerah apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian
apikal ini merupakan tempat prediksi penyakit tuberkulosis.
Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk, tertawa, dan bersin) dan melepaskan
droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup
beberapa jam dalam keadaan gelap (www.tempointeraktif.com).
Sistem pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen (O2) oleh darah
dan pembuangan karbondioksida (CO2). Paru dihubungkan dengan lingkungan luarnya
melalui serangkaian saluran, berturut-turut hidung, farings, larings, trakea dan bronki.
Saluran –saluran itu relatif kaku dan tetap terbuka dan keseluruhannya meerupakan bagian
konduksi dari sistem pernafasan. (Tambayong, 2001)
Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama, mempunyai dua lubang/cavum
nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang
masuk dalam lubang hidung. hidung dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan,
faring terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan
koana yaitu nasofaring, bagian tengah dengan istimus fausium disebut orofaring, dan
dibagian bawah sekali dinamakan laringofaring
Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang 9-
11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan
mukosa. trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan dan
kiri, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang
lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujung–ujung nya terdapat gelembung paru atau
gelembung alveoli.
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung–
gelembung. Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru
kiri dua lobus. Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah
rongga dada/ kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang
kaya akan darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium
kiri.besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya
sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut.
sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar
paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kurang
lebih 5 liter
TB Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang terutama menyerang
parenkim paru yang disebabkan oleh kuman Micobacterium tuberkulosis. (Brunner dan
Suddarth, 2002 ).
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh ( inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung
karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi ) yang terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara rongga pleura dan paru-paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian
yaitu:
1. Ventilasi pulmoner.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif
dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding
dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi.
Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian
rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara terdorong keluar.
2. Difusi Gas
Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area
yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran
pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan
membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan
gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang berperan penting yaitu alveoli
dan darah.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2 kedalam sel
darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk
oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang ditransportasikan ke dalam cairan
plasma dalam sel.
D. PATOFISIOLOGI
1 Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer ialah penyakit TB yang timbul dalam lima tahun pertama
setelah terjadi infeksi basil TB untuk pertama kalinya (infeksi primer) (STYBLO,1978
dikutip oleh Danusantoso,2000:102).
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara
bebas selama 1- 2 jam. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-
hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini dapat terhisap oleh orang sehat ia
akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Bila menetap di jarigan paru, akan
tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang di
jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosa pneumonia kecil dan disebut
sarang primer atau afek primer dan dapat terjadi di semua bagian jaringan paru.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfangitis
regional) yang menyebabkan terjadinya kompleks primer.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (kerusakan jaringan paru).
c. Berkomplikasi dan menyebar secara :
1) Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya.
2) Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya.
Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke
usus.
3) Secara linfogen, ke organ tubuh lainnya.
4) Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya
Kompleks primer
Ganggaun rasa
Menembus pleura Memadat dan Bersih & sembuh nyaman Gangguan
(efusi pleura) membungkus diri pemenuhan
(tuberkuloma) nutrisi kurang
dari kebutuhan
Anerisma arteri
pulmonalis Mengganggu perfusi
dan difusi O2
Hemaptoe
Suplai O2
Perdarahan >>
G. KLISIFIKASI TUBERKULOSIS
Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah :
1. TB paru : sputum BTA (+)
2. TB paru tersangka : sputum BTA (-) dengan klinis dan radiologis (+)
3. Bekas TB paru : riwayat obat anti tuberkulosis (OAT) adekuat dengan sputum (-), klinis
(-), radiologis menetap. Klasifikasi TB paru yaitu :
TB paru
Bekas TB paru
TB tersangka, yang terbagi dalam :
a. TB paru tersangka yang diobati : sputum BTA (-), tapi tanda-tanda lain (+)
b. TB paru tersangka yang tidak diobati : sputum BTA (-) dan tanda-tanda lain
juga meragukan.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan
lesi tuberkulosis. Pada awal penyakit dimana lesi masih merupakan sarang-sarang
pneumonia gambaran radiologis adalah berupa bercak-bercak seperti awan dengan
batas yang tidak tegas. Bila telah berlanjut, bercak-bercak awan jadi lebih padat dan
batasnya jadi lebih jelas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat akan terlihat bulatan
dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan nema tuberkuloma.
Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus
(pada tuberkulosa lebih lanjut) seperti infiltrat + garis-garis fibrotik + klasifikasi +
kavitas (sklerotik/nonsklerotik). Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-
aneh, sehingga dikatakan ”tuberkulosis is the greatest imitator”
Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan gambarang yang bermacam-
macam dan tidak dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut dari tuberkulosis.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah
Pada pemeriksaan darah yang diperiksa adalah jumlah leukosit dan limfosit
yang meningkat pada saat tuberkulosis mulai (aktif). Pada pemeriksaan Laju Endap
Darah mengalami peningkatan, tapi Laju Endap Daanh yang normal bukan berarti
menyingkirkan adanya proses tuberkulosis. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah
leukosit mulai normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi dan Laju Endap Darah
mulai turun ke arah normal lagi.
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman
BTA diagnosis tuberkulosis sudah bisa dipastikan. Penemuan adanya BTA pada
dahak, bilasan bronkus, bilasan lambung cairan pleura atau jaringan paru adalah
sangat penting untuk mendiagnosa TBC paru.
Pemeriksaan dahak dilakukan tiga kali yaitu : dahak sewaktu datang, dahak
pagi dan dahak sewaktu berkunjung hari kedua. Bila didapatkan hasil dua kali
positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu pisitif, dua kali negatif
maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan
satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif, sedangkan bila tiga kali
negatif dikatakan mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan jenis kuman yang
menginfeksi perlu diakukan pemeriksaan biakan/kultur kuman atau biakan yang
diambil.
c. Tes Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc tuberkulin
PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam tuberkulin
disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari
infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberkulin.
Hasil tes mentoux dibagi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positive
4) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantoux positif kuat
Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi mantoux yamg positif
(99,8%) Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni pemberian BCG atau
terinfeksi dengan Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak ditemukan
daripada positif palsu (Bahar,1996:721).
I. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan TBC paru
Tujuan pemberian obat pada penderita tuberkulosis paru yaitu; untuk
menyembuhkan, mencegah kematian dan kekambuhan (www.kompas.kom). Obat yang
sekarang digunakan adalah Fix Drugs Combination (FDC) 4 obat ini merupakan obat
baru yang memiliki kandungan sama dengan obat lama yaitu; Rivampisin,Isoniazid
(INH), Etambutol, dan Pyrazinamid. Dengan adanya obat FDC 4 ini penderita hanya
cukup satu butir saja. Menurut Endang Nuraini (2002), dengan model pengobatan lama,
yaitu dengan banyaknya obat yang harus dikonsumsi, tingkat kegagalan penyembuhan
sangat tinggi. Sebab, banyak obat yang dikonsumsi menimbulkan beberapa efek
samping yaitu; mual, pusing, diare. Akibatnya, banyak penderita yang menghentikan
konsumsi obat. Prinsip di dalam penyembuhan penyakit TBC adalah kerajinan minum
obat (www.depkes.com).
Dalam pembarian obat ada beberapa macam cara pengobatan :
(a). Pengobatan untuk penderita aktif selama 6 bualan, dilakukan dua tahap yaitu:
1). Tahap awal : obat diminum tiap hari, lama pengobatan 2 atau 3 bulan
tergantung berat ringannya penyakit.
2). Obat lanjutan : diminum 3 kali seminggu lama pengobatan 4 atau 5 bulan
tergantung berat ringannya penyakit.
(b). Pengobatan untuk penderita kambuhan atau gagal pada pengobatan pertama
yang dilakukan selama 8 bulan, yaitu :
1). Obat diminum setiap hari selama 3 bulan
2). Suntikan Streptomicyn setiap hari selama 2 bulan
3). Obat diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan
Untuk keberhasilan pengobatan, oleh badan kesehatan dunia (WHO) dilakukan
strategi DOTS (Dyrecly Observed Treatment Shortcourse). Strategi ini merupakan
yang paling efektif untuk mengontrol pengobatan tuberkulosis.
Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua orang
yang batuk dalam tiga minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang disiapkan
oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama enam bulan oleh Pengawas Minum
Obat dan ada sistem pencatatan/pelaporan.
2. Perawatan bagi penderita TBC
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberkulosis adalah :
a. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat
penderita yaitu keluarga.
b. Mengetahui adanya gejala samping obat dan rujuk bila diperlukan.
c. Mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang penderita.
d. Istirahat teratur minimal 8 jam perhari.
e. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima, dan
keenam.
f. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik
(Pepkes RI,1998)
3. Pencegahan penularan TBC
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a. Menutup mulut bila batuk.
b. Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup
yang diberi lysol 5% atau kaleng yang berisi pasir 1/3 dan diberi lysol.
c. Makan makanan bergizi.
d. Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita.
e. Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik.
f. Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI,1998).
Kelainan suara nafas (rales, pursed lips) 6. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
Kesulitan berbicara (klien tidak merasa tercekik, irama 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada nafas, frekuensi pernafasan dalam dalam setelah kateter dikeluarkan dari
rentang normal, tidak ada suara nafas nasotrakeal
Mata melebar
abnormal) 8. Monitor status oksigen pasien
Produksi sputum
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
Gelisah
suksion
Perubahan frekuensi dan irama nafas
Faktor-faktor yang berhubungan: Mampu mengidentifikasikan dan 10. Hentikan suksion dan berikan oksigen
- Lingkungan : merokok, menghirup mencegah factor yang dapat apabila pasien menunjukkan bradikardi,
asap rokok, perokok pasif-POK, menghambat jalan nafas peningkatan saturasi O2, dll.
infeksi
- Fisiologis : disfungsi neuromuskular, Airway Management
hiperplasia dinding bronkus, alergi 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
jalan nafas, asma. atau jaw thrust bila perlu
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
nafas, sekresi tertahan, banyaknya ventilasi
mukus, adanya jalan nafas buatan, 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
sekresi bronkus, adanya eksudat di jalan nafas buatan
alveolus, adanya benda asing di jalan 4. Pasang mayo bila perlu
nafas. 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
Respiratory status : Ventilation
Airway Management
Definisi : Pertukaran udara inspirasi Respiratory status : Airway patency
dan/atau ekspirasi tidak adekuat Vital sign Status
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil :
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Penurunan tekanan inspirasi Mendemonstrasikan batuk efektif dan
ventilasi
/ekspirasi suara nafas yang bersih, tidak ada
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
Penurunan pertukaran udara per sianosis dan dyspneu (mampu
jalan nafas buatan
menit mengeluarkan sputum, mampu
4. Pasang mayo bila perlu
Menggunakan otot pernafasan bernafas dengan mudah, tidak ada
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
tambahan pursed lips)
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Nasal flaring Menunjukkan jalan nafas yang paten
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Dyspnea (klien tidak merasa tercekik, irama
tambahan
Orthopnea nafas, frekuensi pernafasan dalam
8. Lakukan suction pada mayo
rentang normal, tidak ada suara nafas
Perubahan penyimpangan dada 9. Berikan bronkodilator bila perlu
abnormal)
Nafas pendek 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
Assumption of 3-point position Lembab
Pernafasan pursed-lip Tanda Tanda vital dalam rentang 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Tahap ekspirasi berlangsung sangat normal (tekanan darah, nadi, keseimbangan.
lama pernafasan) 12. Monitor respirasi dan status O2
Peningkatan diameter anterior-
Terapi Oksigen
posterior
1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pernafasan rata-rata/minimal
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
Bayi : < 25 atau > 60
3. Atur peralatan oksigenasi
Usia 1-4 : < 20 atau > 30
4. Monitor aliran oksigen
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
5. Pertahankan posisi pasien
Usia > 14 : < 11 atau > 24
6. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Kedalaman pernafasan
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat
oksigenasi
istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Faktor yang berhubungan :
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Hiperventilasi
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
- Deformitas tulang
atau berdiri
- Kelainan bentuk dinding dada
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
- Penurunan energi/kelelahan
bandingkan
- Perusakan / pelemahan muskulo- 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
skeletal setelah aktivitas
- Obesitas 6. Monitor kualitas dari nadi
- Posisi tubuh 7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Kelelahan otot pernafasan 8. Monitor suara paru
- Hipoventilasi sindrom 9. Monitor pola pernapasan abnormal
- Nyeri 10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Kecemasan 11. Monitor sianosis perifer
- Disfungsi Neuromuskuler 12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
- Kerusakan persepsi/kognitif yang melebar, bradikardi, peningkatan
- Perlukaan pada jaringan syaraf sistolik)
tulang belakang 13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
- Imaturitas Neurologis sign
Keletihan Mendemonstrasikan batuk efektif dan 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Mudah merasa kenyang, sesaat 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
kekurangan makanan.
Dilaporkan adanya perubahan Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal.
sensasi rasa.
2. Monitor adanya penurunan berat badan.
Perasaan ketidakmampuan untuk
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
mengunyah makanan.
dilakukan.
Miskonsepsi.
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
Kehilangan BB dengan makanan
makan.
cukup.
5. Monitor lingkungan selama makan.
Keengganan untuk makan.
Kram pada abdomen.
Tonus otot jelek. 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
Nyeri abdominal dengan atau tanpa selama jam makaN.
patologi. 7. Monitor kulit kering dan perubahan
Kurang berminat terhadap makanan. pigmentasi.
(sumber : Her. Heater., 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014 by NANDA International. EGC. Jakarta.)