Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS

A. Definisi
TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium
tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara ke dalam paru-
paru,dan menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah seperti
kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lainnya (Febrian,
2015).
TB merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan di tempat
tinggal dengan lingkungan padat penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan dan berperan terhadap peningkatan jumlah kasus TB (Ganis
indriati, 2015).

B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan sinar matahari, pemanasan dan sinar ultraviolet. Terdapat 2 macam
mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human dan bovin. Basil tipe human berada di bercak
ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TB paru dan orang yang rentan terinfeksi bila
menghirup bercak ludah ini (Nurrarif & Kusuma, 2015).
Menurut (Puspasari, 2019) Faktor resiko TB paru sebagai berikut: 1. Kontak dekat
dengan seseorang yang memiliki TB aktif. 2. Status imunocompromized (penurunan imunitas)
misalnya kanker, lansia, HIV. 3. Penggunaan narkoba suntikan dan alkoholisme. 4. Kondisi
medis yang sudah ada sebelumnya, termasuk diabetes, kekurangan gizi, gagal ginjal kronis. 5.
Imigran dari negara-negara dengan tingkat tuberkulosis yang tinggi misal Asia Tenggara, Haiti.
6. Tingkat di perumahan yang padat dan tidak sesuai standart. 7. Pekerjaan misalnya petugas
pelayanan kesehatan. 8. Orang yang kurang mendapat perawatan kesehatan yang memadai
misalnya tunawisma atau miskin.

C. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi
Menurut Somantri dalam Setianto (2017), Paru-paru terletak dalam rongga dada
(mediastrium), dilindungi oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh
suatu skat yang disebut diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-
paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung
dan pembuluh besar serta struktur-struktur lain didalam rongga dada. Selaput yang
membungkus yang disebut pleura. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleura itu sendiri.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru kembang kempis,
dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura,
menghindari gesekan antara paru-paruu dan dinding dada sewaktu ada gerakan napas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga gambar
(Lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah (lobus medius), dan gelambir
bawah (lobus inverior). Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir
atas (lobus superior) dan gelambir bawah (lobus inverior). Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan
yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, dan 5 buah lobus pada segmen inverior. Paru-paru kanan mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada superior, 2 buah segmen pada lobus medial, dan 3 buah
segmen pada lobus inverior. Tiap-tiap segmen terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobules. Diantara lobulus satu dan lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan syaraf dalam pada tiap-tiap lolobus terdapat sebuah
bronkiolus. Didalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus.
Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
antara 0.2 sampai 0.3mm.

b. Fisiologi

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis.Dalam keadaan normal terdapat
lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah
bergeser pada dinding dada.Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada
berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton, 2007).
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.Pertukaran
gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagijaringan dan mengeluarkan
karbondioksida.Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubahsesuai dengan
tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara
kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut (West, 2004).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan
bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru- paru utama (trachea).Pipa tersebut
berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara
terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah
mengalir.Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis.Ruang
udara tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat
menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis (McArdle,2006).Untuk
melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empamekanisme dasar,
yaitu:
1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfer
2. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
3. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan
darisel
4. Pengaturan ventilasi (Guyton, 2007)
Pada waktu menarik nafasdalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran
pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan
nafasmelalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak
hingga diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula.Aktivitas bernafasmerupakan
dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernafasdalam dan volume udara
bertambah (Syaifuddin, 2001).
Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi menaikkan volume
intratoraks.Selama bernafastenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5mmHg relatif lebih
tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai 6mmHg dan paru-
paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga
menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru.Pada akhir inspirasi, recoil
menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding
dada seimbang.Tekanan dalam jalan pernafasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga
udara mengalir ke luar dari paru-paru (Syaifuddin, 2001).
Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding
dada dan paru-paru.Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun
dan lengkung diafragma naik keatas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks
berkurang.Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun
tekanan intrapulmonal.Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik,
sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi
sama kembali pada akhir ekspirasi (Price,2005)

D. Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirupbasil M. tuberculosis. Bakteri menyebar melalui
jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat tertumpuk. Perkembangan M.
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke arah lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga
menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan
korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh
memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi.Neurotrofl dan makrofag melakukan
aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya
eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia.Infeksi awal biasanya timbul
dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri (Soemantri, 2007).
Bila bakteri Tuberkulosis terhirup dari udara melalui saluran pernapasan dan mencapai
alveoli atau bagaian terminal saluran pernapasan. Jika pada proses ini, bakteri ditangkap oleh
makrofag yang lemah, maka bakteri akan berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah
itu dan menghancurkan makrofag. Dari proses ini, dihasilkan bahan kemotaksik yang menarik
monosit (makrofag) dari aliran darah membentuk tuberkel. Sebelum menghancur bakteri,
makrofag harus diaktifkan terlebih dahulu oleh limfoksin yang dihasilkan limfosit T. Bakteri
Tuberkulosis menyebar melalui saluran pernapasan ke kelenjar getah bening regional (hilus)
membentuk epiteloid granuloma.Granuloma mengalami nekrosis sentral sebagai akibat
timbulnya hipersensitivitas seluler terhadap bakteri Tuberkulosis. Hal ini terjadi sekitar 2-4
minggu dan akan terlihat pada tes tuberkulin. Hipersensitivitas seluler terlihat sebagai
akumulasi lokal dari limfosit dan makrofag.(Muttaqin, 2008).
Peradangan terjadi di dalam alveoli (parenkim) paru, dan pertahanan tubuh alami
berusaha melawan infeksi itu. Makrofag menangkap organism itu, lalu dibawa ke sel T. proses
radang dan reaksi sel menghasilkan sebuah nodul pucat kecil yang disebut tuberkel primer.
Dibagian tengah nodul terdapat basil tuberkel.Bagian luarnya mengalami fibrosis, bagian
tengahnya kekurangan makanan, mengalami nekrosis. Proses terakhir ini dikenal sebagai
perkijuan. Bagian nekrotik tengah ini dapat mengapur atau mencair.(Tambayong, 2000).
Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri
yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif.Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami
ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronchus.Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi
kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan
seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus
dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respons
berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh
tuberkel. (Somantri, 2007).

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada, malaise, sesak nafas, batuk
darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala sistemik
dan respiratorik (Padila,2013).
1. Gejala sistemik yaitu :
a. Demam Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri sehinggatimbul
gejala demam. Ketika mycobacterium tuberculosis terhirup oleh udara ke paru
dan menempel pada bronkus atau alveolus untuk memperbanyak diri, maka
terjadi peradangan (inflamasi) ,dan metabolisme meningkat sehingga suhu
tubuh meningkat dan terjadilah demam.
b. Malaise Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu makan, pegal-
pegal, penurunan berat badan dan mudah lelah.
2. Gejala respiratorik yaitu :
a. Batuk Batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian muncul
peradangan menjadi produktif atau menghasilkan sputum yang terjadi lebih
dari 3 minggu (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
b. Batuk darah Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk yang terjadi akibat
dari pecahnya pembuluh darah. Darah yang dikeluarkan bisa bervariasi, berupa
garis atau bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang
banyak. (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
c. Sesak nafas Pada awal TB sesak nafas tidak ditemukan. Sesak nafas ditemukan
jika penyakit berkelanjutan dengan kerusakan paru yang meluas atau karena
adanya hal lain seperti efusi pleura, pneumothorax dan lain-lain
(Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
d. Nyeri dada 9 Gejala nyeri dada dapat bersifat lokal apabila yang dirasakan
berada pada tempat patologi yang terjadi, tapi dapat beralih ke tempat lain
seperti leher,abdomen dan punggung. Bersifat pluritik apabila nyeri yang
dirasakan akibat iritasi pleura parietalis yang terasa tajam seperti ditusuk-tusuk
pisau (Smeltzer & Bare,2013).

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kemenkes (2014) pemeriksaan pada penderita TB paru yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
a. Untuk diagnosis dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis langsung, penderita TB
diperiksa contoh uji dahak SPS (sewaktupagi-sewaktu).
b. Ditetapkan sebagai penderita TB apabila minimal satu dari pemeriksaan hasilnya BTA
positif.
2. Pemeriksaan dahak
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan
berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) :
S (sewaktu) : Dahak ditampung saat pasien TB datang berkunjung pertama kali ke
pelayanan kesehatan. Saat pulang pasien membawa sebuah pot dahak untuk
menampung dahak pagi pada hari kedua.
P (pagi) : Dahak ditampung pasien pada hari kedua,setelah bangun tidur. Pot dibawa
dan diserahkan kepada petugas pelayanan kesehatan.
S (sewaktu) : Dahak ditampung pada hari kedua setelah saat menyerahkan dahak pagi.
b. Pemeriksaan biakan Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi mycbacterium
tuberculosis
3. Pemeriksaan uji kepekaan obat Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap OAT. Pemeriksaan uji kepekaan obat
harus dilakukan oleh laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu atau quality
assurance. (Kemenkes,2014).
4. Sedangkan menurut Nurafif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada TB paru
meliputi :
a. Laboratorium darah rutin LED normal/meningkat, limfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA Untuk memastikan diagnostik paru, pemeriksaan ini
spesifikasi karena klien dapat didiagnosis TB paru berdasarkan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux/Tuberkulin Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e. Teknik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman melalui amplifikasi dalam
meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen dapat mendeteksi adanya
resistensi.
f. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC) Deteksi Growth Indeks
berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh kuman TB.
g. Pemeriksaan Radiologi Gambaran foto thorak yang menunjang didiagnostis TB paru
yaitu :
1. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas satu segmen apical lobus bawah.
2. Bayangan berwarna (patchy) atau bercak nodular.
3. Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru.
4. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
5. Bayangan millie
G. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu :
1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian
karena terjadinya syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan pernafasan.

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014):
a. Tujuan pengobatan
Pengobatan TB paru untuk menyembuhkan pasien, mencegah kekambuhan, mencegah
kematian, memutuskan rantai penularan serta mencegah resistensi mycobacterium
tuberculosis terhadap OAT.

b. Prinsip pengobatan
Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip sebagai berikut: OAT yang diberikan
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah resistensi, diberikan dalam dosis
yang tepat, obat ditelan secara teratur dan diawasi oleh PMO sampai selesai.
c. Tahapan pengobatan
pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
1. Tahap awal
Pada tahap awal, penderita mendapatkan obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung guna mencegah terjadinya resisten obat.
2. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan, penderita mendapatkan jenis obat yang lebih sedikit tetapi dalam
jangka waktu lebih lama.
d. Obat anti tuberkulosis
1. Isoniazid (H)
Isoniazid diberikan melalui oral atau intramuskular. Obat ini memiliki dua pengaruh
toksik utama yaitu neuritis perifer dan hepatotoksik. Tanda dari neuritis perifer yaitu
mati rasa dan rasa gatal pada tangan dan kaki. Sedangkan hepatotoksik jarang terjadi,
mungkin terjadi pada anak dengan TB berat dan remaja (Astuti,2010).
2. Rifampisin (R)
Efek samping obat ini yaitu terjadi perubahan warna orange pada urine dan air mata
dan gangguan saluran pencernaan.
3. Etambutol (E)
Etambutol bertujuan untuk mencegah resistensi terhadap obat yang lain.
4. Pirazinamid (Z)
Obat ini bersifat bakterisid dan memiliki efek samping rasa mual yang disertai nyeri
ulu hati dan muntah.
5. Streptomisin Efek samping dari obat streptomisin yaitu rasa kesemutan didaerah mulut
dan muka setelah obat disuntikan.

2. Panduan OAT di Indonesia


a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4H3R3
Obat diberikan selama dua bulan 2 (HRZE). Kemudian dilanjutkan pada tahap lanjutan
yang diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Tabel 2.1 Panduan dosis OAT untuk kategori 1 :2(HRZE)/4H3R3
Tahap lanjutan 3
Tahap intensif tiap hari kali seminggu
Beratbadan selama 16 minggu
selama 50 hari RHZE
(150mg/75mg/400mg/275mg) RH

( 150mg/150mg)

30-37kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38-54kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55-70kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Sumber : Kemenkes,2014

Keterangan :

H = Isoniasid
R = Rifampisin
Z = Pirasinamid
E = Etambutol
b. Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Obat ini diberikan pada pasien BTA positif yang pernah diobat sebelumnya.

Tabel 2.2 panduan OAT kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3


Tahap lanjutan 3
Tahap intensif tiap hari RHZE
Berat kali seminggu RH
(150/75/400/275)+S
(150/150)+ E (400)
Badan
56 hari 28 hari 20 minggu

2tab 4KDT + 500 mg 2tab 2tab 2KDT + 2 tab


30-37 kg
streptomisin inj. 4KDT Etambutol

3tab 4KDT+750 mg 3tab 3tab 2KDT + 3 tab


38-54 kg
streptomisin inj. 4KDT Etambutol

4tab 4KDT+1000 mg 4tab 4 tab 2KDT + 4 tab


55-70 kg
streptomisin inj. 4KDT Etambutol

5 tab 4KDT+1000 mg 5tab 5 tab 2KDT + 5 tab


71 kg
streptomisin inj. 4KDT Etambutol

Sumber : Kemenkes,2014
c. Obat sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT merupakan paduan paket tahap intensif ataukategori 1 yang diberikan
selama 28 hari (Kemenkes,2011).
Tabel 2.3 KDT sisipan
Tahap intensif tiap hari selama 28 hari
Berat badan RHZE

(150/75/400/275)

30-37 kg 2 tablet 4KDT

38-54 kg 3 tablet 4KDT

55-70 kg 4 tablet 4KDT

71 kg 5 tablet 4KDT

Sumber : Kemenkes RI,2011

3. Hasil pengobatan TB paru.


a. Sembuh
Penderita telah menyelesaikan pengobatan dan pemeriksaan dahak ulang
hasilnya negatif pada AP ( akhir pengobatan ) dan pada satu pemeriksaan
sebelumnya.
b. Pengobatan lengkap
Penderita yang menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tapi tidak ada
hasil pada pemeriksaan dahak ulang di akhir pengobatan.
c. Meninggal
Penderita yang meninggal saat masa pengobatan.
d. Pindah
penderita yang dipindah ke unit pencatatan & pelaporan lain dan hasil
pengobatannya tidak diketahui.
e. Putus berobat
penderita TB yang tidak berobat selama 2 bulan atau lebih sebelum masa
pengobatan selesai.
f. Gagal
Penderita dengan hasil pemeriksaan dahak positif atau kembali menjadi positif
pada bulan ke lima atau lebih saat masa pengobatan.
g. Keberhasilan pengobatan (Treatment succes)
Penderita yang sembuh dan sudah menyelesaikan pengobatan lengkap.
4. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri atas drainase postural,perkusi,dan vibrasi dada.
Tujuannya yaitu untuk memudahkan dalam pembuangan sekresi bronkhial,
memperbaiki fungsi ventilasi, dan meningkatkan efisiensi dari otot-otot sistem
pernafasan agar berfungsi secara normal (Smeltzer & Bare,2013).
Drainase postural adalah posisi yang spesifik dengan gaya gravitasi
untuk memudahkan proses pengeluaran sekresi bronkial.
Perkusi adalah suatu prosedur membentuk mangkuk pada telapak
tangan dengan menepuk ringan pada dinding dada dalam. Gerakan menepuk
dilakukan berirama diatas segmen paru yang akan dialirkan (Smeltzer &
Bare,2013).
Vibrasi dada adalah tindakan meletakkan tangan berdampingan dengan
jari-jari tangan dalam posisi ekstensi diatas area dada (Somantri,2012).
b. Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif yaitu tindakan yang dilakukan agar mudah membuang
sekresi dengan metode batuk efektif sehingga dapat mempertahankan jalan
nafas yang paten (Smeltzer & Bare,2013).
c. Penghisapan Lendir
Penghisapan lendir atau suction merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mengeluarkan sekret yang tertahan pada jalan nafas. Penghisapan lendir
bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.
I. Patoflow

Bakteri Mycrobacterium tuberulosis

Daya tahan
Masuk ke paru-paru melalui tubuh lemah
udara

Imun tidak adekuat, menjadi Bakteri akan


lebih parah menyebabkan
histosis
Reaksi inflamasi/peradangan,
dan merusak parenkim paru Metabolisme meningkat

Suhu tubuh meningkat


Produksi Kerusakan Reaksi
sekret Perubahan cairan
membrane sistematis
meningkat intrapleura Demam
alveolar, kapilar
merusakpleura,
atelaktasis Anoreksia
Batuk Sesak, sianosis,
Hipertermia
produktif/ penggunaan otot
berdarah bantu nafas
Sesak nafas
Ketidak
Ketidakefektifan Ketidakefektifan seimbangan
bersihan jalan Gangguan pola nafas nutrisi
nafas pertukaran kurang dari
gas kebutuhan
tubuh

Gambar 2.1
Pathway TB paru
sumber
(Somantri, 2012).
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas pasien menurut (Gusti,2013).
Identitas pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pendidikan, status perkawinan, suku bangsa, no. register, tanggal MRS, dan
diagnosa keperawatan
2. Umur
Pada penderita TB paru ditemukan pada usia produktif sekitar 15- 50 tahun.
Usia lebih dari 55 tahun sistem imunologis menurun sehingga membuat rentan
terhadap berbagai penyakit termasuk TB paru.
3. Jenis kelamin
Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan,
karena pada laki-laki cenderung merokok dan minum alkohol sehingga
menurunkan sistem pertahanan tubuh.
4. Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi berkaitan dengan tempat tinggal, lingkungan rumah dan
sanitasi tempat kerja yang buruk memudahkan penularan TB paru.
5. Suku bangsa
Penderita TB paru sering diderita di daerah beriklim tropis.

2. Keluhan utama
TB paru dijuluki sebagai the great iminator yaitu suatu penyakit yang memiliki
kemiripan gejala dengan penyakit lain seperti lemah dan demam. Menurut Arif
Mutaqqin (2012) keluhan pada penderita TB paru yaitu:
a. Batuk
Keluhan batuk timbul pada awal dan merupakan gangguan yang sering
dikeluhkan oleh klien.
b. Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB paru selalu menjadi alasan utama untuk
meminta pertolongan kesehatan.
c. Sesak nafas
Keluhan sesak nafas ditemukan apabila kerusakan parenkim sudah luas atau
ada hal-hal lainnya seperti efusi pleura, pneumothoraks dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada klien dengan TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan.
e. Demam
Demam biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam atau
influenza yang hilang timbul.
f. Keluhan sistemis lainnya
Keluhan yang muncul biasanya keringat malam, anoreksia, malaise, penurunan
berat badan.

3. Riwayat penyakit sekarang


Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Jika keluhan pada
pasien adalah batuk maka perawat harus menanyakan berapa lama batuk muncul.
Jika yang menjadi alasan pasien meminta pertolongan kesehatan adalah sesak
nafas maka perawat harus mengkaji dengan menggunakan PQRST agar
memudahkan perawat dalam pengkajian.
a. Provoking incident: apakah ada peristiwa penyebab sesak nafas, apakah sesak
nafas berkurang saat istirahat?
b. Quality of pain: seperti apa rasa sesak nafas yang dirasakan pasien apakah
rasanya seperti tercekik atau sulit dalam melakukan inspirasi?
c. Region: dimana rasa berat dalam melakukan pernafasan? Harus ditunjukan
oleh pasien.
d. Severity (scala) of pain: seberapa jauh sesak nafas yang dirasakan klien,
seberapa jauh sesak nafas mempengaruhi aktivitas klien.
e. Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan dan apakah bertambah buruk
pada malam hari atau pada siang hari. Apakah sesak nafas timbul mendadak atau
perlahan-lahan. Tanyakan pada pasien apakah gejala terus menerus atau hilang
timbul (intermiten) (Muttaqin,2012).
4. Riwayat penyakit dahulu
Perawat menanyakan apakah sebelumnya pernah menderita TB paru, keluhan
batuk lama saat masih kecil, TB dari orang lain, atau penyakit lain seperti diabetes
militus. Tanyakan pada pasien apakah ada obat-obatan yang diminum pada masa
lalu, tanyakan adanya alergi obat serta reaksi alergi yang timbul (Muttaqin,2012).
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah penyakit TB paru pernah dialami oleh anggota keluarga lain
sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah (Muttaqin,2012).
6. Riwayat Psiko-Sosio dan Spiritual
Pengkajian psikologis meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi mengenai status emosi,status kongnitif, dan perilaku
pasien. Data ini penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko-
sosio-spiritual yang seksama (Muttaqin,2012).
a. Persepsi dan harapan klien terhadap masalahnya
Kaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi yang salah bisa
menghambat respon koperatif pada diri klien.
b. Pola interaksi dan komunikasi
Gejala klien dengan TB paru akan membatasi klien untuk menjalankan
kehidupan secara normal.
c. Pola nilai dan kepercayaan
Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakini dipercaya dapat meningkatkan
kekuatan klien. Karena sesak nafas, nyeri dada, dan batuk menyebabkan
terganggunya aktivitas ibadahnya.
d. Pola persepsi dan konsep diri
Karena sesak nafas dan nyeri akan meningkatkan emosi dan rasa cemas klien
tentang penyakitnya
7. Pola kesehatan sehari-hari

a. Pola nutrisi
Pada penderita TB paru akan mengeluh tidak nafsu makan karena menurunnya
nafsu makan, disertai batuk yang akhirnya berakibat mengalami penurunan
berat badan (Somantri,2012).
b. Pola eliminasi
Penderita TB paru urine berwarna jingga pekatdan berbau sebagai ekskresi
karena meminum OAT terutama Rifampisin (Muttaqin,2012).
c. Pola istirahat dan tidur
Dengan adanya nyeri dada dan sesak nafas pada penderita TB akan terganggu
kenyamanan tidur dan istirahat.
d. Pola Pesonal Hygiene
Pada Personal Hygiene tidak mengalami perubahan jika dalam keadaan sakit
berat penderita TB paru membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan
Personal Hygiene nya.
e. Aktivitas
Dengan adanya batuk dan sesak nafas akan menganggu aktivitas klien.
8. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital


Keadaan umum pada penderita TB paru perlu dilakukan seperti: kesadaran
klien yang terdiri dari composmentis, somnolen, apatis, sopor, soporokoma
atau koma (Muttaqin,2012).
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh secara signifikan. Frekuensi nafas meningkat apabila disertai sesak
nafas, denyut nadi meningkat seiring dengan peningkatan suhu tubuh, frekuensi
pernafasan dan tekanan darah bila ada riwayat hipertensi (Muttaqin,2012).

b. Pemeriksaan kepala dan muka


Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, warna rambut hitam atau putih
biasanya pada klien dengan asma muka tampak pucat.
c. Pemeriksaan telinga
Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, terdapat serumen atau tidak.
d. Pemeriksaan mata
Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan.
e. Pemeriksaan hidung
Simetris, terdapat sekret atau tidak, terdapat polip atau tidak, ada nyeri tekan
atau tidak, pada klien dengan asma biasanya terdapat cuping hidung.
f. Pemeriksaan mulut dan faring
Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, adakah kesulitan
untuk menelan.
g. Pemeriksaan leher
Simetris, ada nyeri tekan atau tidak, ada benjolan atau tidak, adakah
pembesaran vena jugularis atau tidak.
h. Pemeriksaan payudara dan ketiak
Payudara simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
pada ketiak tumbuh rambut atau tidak.
i. Pemeriksaan bagian thorax
1. Inspeksi
Pemeriksaan dengan melihat keadaan umum sistem pernafasan serta
menilai adanya tanda-tanda abnormal misalnya adanya sianosis, pucat,
kelelahan, sesak nafas, batuk dan menilai adanya sputum
(Djojodibroto,2016).
2. Palpasi
Pemeriksaan dengan palpasi bertujuan untuk mendeteksi kelainan seperti
peradangan di daerah setempat. Cara palpasi dapat dilakukan dari belakang
dengan meletakkan kedua tangan di kedua sisi tulang belakang. Jika di
daerah puncak paru terdapat fibrosis seperti proses TB paru, tidak akan
ditemukan pengembangan di bagian atas thorak. (Muttaqin,2012).
3. Perkusi
Perkusi atau pengetukan dada akan menghasilkan vibrasi pada dinding dada
dan organ paru di bawahnya akan diterima oleh pendengaran pemeriksa.
Perkusi yang dilakukan diatas organ yang padat atau yang berisi cairan
akan menimbulkan bunyi yang memiliki amplitudo rendah dan frekuensi
tinggi yang disebut suara pekak. (Djojodibroto,2016).
4. Auskultasi
Auskultasi merupakan mendengarkan suara yang berasal dari dalam tubuh
dengan cara menempelkan telinga ke dekat sumber bunyi dengan
menggunakan stetoskop. Pada klien dengan TB paru timbul suara ronki
basah, kasar dan nyaring akibat peningkatan produksi sekret pada saluran
pernafasan (Somantri,2012).
j. Pemeriksaan jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis terletak di ICS V mid klavikula sinistra Auskultasi: BJ 1
dan BJ 2 terdengar tunggal
Perkusi: Suara pekak.
k. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
Kaji abdomen apakah membuncit atau datar, amati apakah ada massa atau
tidak, amati apakah ada lesi atau tidak.
2. Auskultasi
Kaji suara peristaltik usus normalnya 5-35 kali/menit: pada penderita
gastroenteritis bunyi peristaltik keras dan panjang.
3. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada nyeri tekan atau tidak,
kemudian mencari perabaan ada tidaknya benjolan.
4. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mendengarkan adanya cairan,gas atau massa
dalam perut. Bunyi perkusi yang normal adalah timpani, tetapi bunyi ini
dapat berubah pada keadaan tertentu.
l. Pemeriksaan integumen
Amati warna kulit, struktur kulit halus, apakah ada nyeri tekan atau tidak, ada
benjolan atau tidak.
m. Pemeriksaan ekstremitas
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan ekstremitas yaitu :
nyeri, odem pada kaki atau terdapat fraktur, pergerakan dan tanda injury.

9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul yaitu: (Sarah Ulliya,2018)

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit


2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi sputum.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi.
Diagnosa keperawatan yang menjadi fokus pada studi literatur yang akan
dilakukan oleh penulis adalah hipertermia.

10. Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh
perawat berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis yang bertujuan
meningkatkan hasil perawatan klien. (Dermawan, 2012) Intervensi keperawatan
mencakup :
1. Perawatan Langsung
Yaitu penanganan yang dilaksanakan setelah berinteraksi dengan klien. Misal
klien menerima intervensi langsung berupa pemberian obat, pemasangan infus
intravena, dan konseling saat berduka.
2. Perawatan Tidak Langsung
Yaitu penanganan yang dilakukan tanpa adanya klien, namun tetap
representatif untuk klien. Misal pengaturan lingkungan klien.
K. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai