TUBERCULOSIS
A. Definisi
TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium
tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara ke dalam paru-
paru,dan menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah seperti
kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lainnya (Febrian,
2015).
TB merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan di tempat
tinggal dengan lingkungan padat penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan dan berperan terhadap peningkatan jumlah kasus TB (Ganis
indriati, 2015).
B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan sinar matahari, pemanasan dan sinar ultraviolet. Terdapat 2 macam
mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human dan bovin. Basil tipe human berada di bercak
ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TB paru dan orang yang rentan terinfeksi bila
menghirup bercak ludah ini (Nurrarif & Kusuma, 2015).
Menurut (Puspasari, 2019) Faktor resiko TB paru sebagai berikut: 1. Kontak dekat
dengan seseorang yang memiliki TB aktif. 2. Status imunocompromized (penurunan imunitas)
misalnya kanker, lansia, HIV. 3. Penggunaan narkoba suntikan dan alkoholisme. 4. Kondisi
medis yang sudah ada sebelumnya, termasuk diabetes, kekurangan gizi, gagal ginjal kronis. 5.
Imigran dari negara-negara dengan tingkat tuberkulosis yang tinggi misal Asia Tenggara, Haiti.
6. Tingkat di perumahan yang padat dan tidak sesuai standart. 7. Pekerjaan misalnya petugas
pelayanan kesehatan. 8. Orang yang kurang mendapat perawatan kesehatan yang memadai
misalnya tunawisma atau miskin.
b. Fisiologi
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis.Dalam keadaan normal terdapat
lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah
bergeser pada dinding dada.Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada
berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton, 2007).
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.Pertukaran
gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagijaringan dan mengeluarkan
karbondioksida.Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubahsesuai dengan
tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara
kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut (West, 2004).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan
bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru- paru utama (trachea).Pipa tersebut
berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara
terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah
mengalir.Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis.Ruang
udara tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat
menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis (McArdle,2006).Untuk
melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empamekanisme dasar,
yaitu:
1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfer
2. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah
3. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan
darisel
4. Pengaturan ventilasi (Guyton, 2007)
Pada waktu menarik nafasdalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran
pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan
nafasmelalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak
hingga diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula.Aktivitas bernafasmerupakan
dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernafasdalam dan volume udara
bertambah (Syaifuddin, 2001).
Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi menaikkan volume
intratoraks.Selama bernafastenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5mmHg relatif lebih
tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai 6mmHg dan paru-
paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga
menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru.Pada akhir inspirasi, recoil
menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding
dada seimbang.Tekanan dalam jalan pernafasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga
udara mengalir ke luar dari paru-paru (Syaifuddin, 2001).
Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding
dada dan paru-paru.Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun
dan lengkung diafragma naik keatas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks
berkurang.Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun
tekanan intrapulmonal.Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik,
sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi
sama kembali pada akhir ekspirasi (Price,2005)
D. Patofisiologi
Infeksi diawali karena seseorang menghirupbasil M. tuberculosis. Bakteri menyebar melalui
jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat tertumpuk. Perkembangan M.
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke arah lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga
menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan
korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh
memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi.Neurotrofl dan makrofag melakukan
aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan
(melisiskan) basil dan jaringan normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya
eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia.Infeksi awal biasanya timbul
dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri (Soemantri, 2007).
Bila bakteri Tuberkulosis terhirup dari udara melalui saluran pernapasan dan mencapai
alveoli atau bagaian terminal saluran pernapasan. Jika pada proses ini, bakteri ditangkap oleh
makrofag yang lemah, maka bakteri akan berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah
itu dan menghancurkan makrofag. Dari proses ini, dihasilkan bahan kemotaksik yang menarik
monosit (makrofag) dari aliran darah membentuk tuberkel. Sebelum menghancur bakteri,
makrofag harus diaktifkan terlebih dahulu oleh limfoksin yang dihasilkan limfosit T. Bakteri
Tuberkulosis menyebar melalui saluran pernapasan ke kelenjar getah bening regional (hilus)
membentuk epiteloid granuloma.Granuloma mengalami nekrosis sentral sebagai akibat
timbulnya hipersensitivitas seluler terhadap bakteri Tuberkulosis. Hal ini terjadi sekitar 2-4
minggu dan akan terlihat pada tes tuberkulin. Hipersensitivitas seluler terlihat sebagai
akumulasi lokal dari limfosit dan makrofag.(Muttaqin, 2008).
Peradangan terjadi di dalam alveoli (parenkim) paru, dan pertahanan tubuh alami
berusaha melawan infeksi itu. Makrofag menangkap organism itu, lalu dibawa ke sel T. proses
radang dan reaksi sel menghasilkan sebuah nodul pucat kecil yang disebut tuberkel primer.
Dibagian tengah nodul terdapat basil tuberkel.Bagian luarnya mengalami fibrosis, bagian
tengahnya kekurangan makanan, mengalami nekrosis. Proses terakhir ini dikenal sebagai
perkijuan. Bagian nekrotik tengah ini dapat mengapur atau mencair.(Tambayong, 2000).
Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri
yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif.Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami
ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronchus.Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi
kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan
seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus
dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respons
berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh
tuberkel. (Somantri, 2007).
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kemenkes (2014) pemeriksaan pada penderita TB paru yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
a. Untuk diagnosis dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis langsung, penderita TB
diperiksa contoh uji dahak SPS (sewaktupagi-sewaktu).
b. Ditetapkan sebagai penderita TB apabila minimal satu dari pemeriksaan hasilnya BTA
positif.
2. Pemeriksaan dahak
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung Pemeriksaan dilakukan dengan cara
mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan
berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) :
S (sewaktu) : Dahak ditampung saat pasien TB datang berkunjung pertama kali ke
pelayanan kesehatan. Saat pulang pasien membawa sebuah pot dahak untuk
menampung dahak pagi pada hari kedua.
P (pagi) : Dahak ditampung pasien pada hari kedua,setelah bangun tidur. Pot dibawa
dan diserahkan kepada petugas pelayanan kesehatan.
S (sewaktu) : Dahak ditampung pada hari kedua setelah saat menyerahkan dahak pagi.
b. Pemeriksaan biakan Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi mycbacterium
tuberculosis
3. Pemeriksaan uji kepekaan obat Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap OAT. Pemeriksaan uji kepekaan obat
harus dilakukan oleh laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu atau quality
assurance. (Kemenkes,2014).
4. Sedangkan menurut Nurafif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada TB paru
meliputi :
a. Laboratorium darah rutin LED normal/meningkat, limfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA Untuk memastikan diagnostik paru, pemeriksaan ini
spesifikasi karena klien dapat didiagnosis TB paru berdasarkan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux/Tuberkulin Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen
staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e. Teknik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman melalui amplifikasi dalam
meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen dapat mendeteksi adanya
resistensi.
f. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC) Deteksi Growth Indeks
berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh kuman TB.
g. Pemeriksaan Radiologi Gambaran foto thorak yang menunjang didiagnostis TB paru
yaitu :
1. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas satu segmen apical lobus bawah.
2. Bayangan berwarna (patchy) atau bercak nodular.
3. Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru.
4. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
5. Bayangan millie
G. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu :
1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian
karena terjadinya syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan pernafasan.
b. Prinsip pengobatan
Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip sebagai berikut: OAT yang diberikan
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah resistensi, diberikan dalam dosis
yang tepat, obat ditelan secara teratur dan diawasi oleh PMO sampai selesai.
c. Tahapan pengobatan
pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
1. Tahap awal
Pada tahap awal, penderita mendapatkan obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung guna mencegah terjadinya resisten obat.
2. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan, penderita mendapatkan jenis obat yang lebih sedikit tetapi dalam
jangka waktu lebih lama.
d. Obat anti tuberkulosis
1. Isoniazid (H)
Isoniazid diberikan melalui oral atau intramuskular. Obat ini memiliki dua pengaruh
toksik utama yaitu neuritis perifer dan hepatotoksik. Tanda dari neuritis perifer yaitu
mati rasa dan rasa gatal pada tangan dan kaki. Sedangkan hepatotoksik jarang terjadi,
mungkin terjadi pada anak dengan TB berat dan remaja (Astuti,2010).
2. Rifampisin (R)
Efek samping obat ini yaitu terjadi perubahan warna orange pada urine dan air mata
dan gangguan saluran pencernaan.
3. Etambutol (E)
Etambutol bertujuan untuk mencegah resistensi terhadap obat yang lain.
4. Pirazinamid (Z)
Obat ini bersifat bakterisid dan memiliki efek samping rasa mual yang disertai nyeri
ulu hati dan muntah.
5. Streptomisin Efek samping dari obat streptomisin yaitu rasa kesemutan didaerah mulut
dan muka setelah obat disuntikan.
( 150mg/150mg)
Sumber : Kemenkes,2014
Keterangan :
H = Isoniasid
R = Rifampisin
Z = Pirasinamid
E = Etambutol
b. Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Obat ini diberikan pada pasien BTA positif yang pernah diobat sebelumnya.
Sumber : Kemenkes,2014
c. Obat sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT merupakan paduan paket tahap intensif ataukategori 1 yang diberikan
selama 28 hari (Kemenkes,2011).
Tabel 2.3 KDT sisipan
Tahap intensif tiap hari selama 28 hari
Berat badan RHZE
(150/75/400/275)
71 kg 5 tablet 4KDT
Daya tahan
Masuk ke paru-paru melalui tubuh lemah
udara
Gambar 2.1
Pathway TB paru
sumber
(Somantri, 2012).
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas pasien menurut (Gusti,2013).
Identitas pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
pendidikan, status perkawinan, suku bangsa, no. register, tanggal MRS, dan
diagnosa keperawatan
2. Umur
Pada penderita TB paru ditemukan pada usia produktif sekitar 15- 50 tahun.
Usia lebih dari 55 tahun sistem imunologis menurun sehingga membuat rentan
terhadap berbagai penyakit termasuk TB paru.
3. Jenis kelamin
Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan,
karena pada laki-laki cenderung merokok dan minum alkohol sehingga
menurunkan sistem pertahanan tubuh.
4. Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi berkaitan dengan tempat tinggal, lingkungan rumah dan
sanitasi tempat kerja yang buruk memudahkan penularan TB paru.
5. Suku bangsa
Penderita TB paru sering diderita di daerah beriklim tropis.
2. Keluhan utama
TB paru dijuluki sebagai the great iminator yaitu suatu penyakit yang memiliki
kemiripan gejala dengan penyakit lain seperti lemah dan demam. Menurut Arif
Mutaqqin (2012) keluhan pada penderita TB paru yaitu:
a. Batuk
Keluhan batuk timbul pada awal dan merupakan gangguan yang sering
dikeluhkan oleh klien.
b. Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB paru selalu menjadi alasan utama untuk
meminta pertolongan kesehatan.
c. Sesak nafas
Keluhan sesak nafas ditemukan apabila kerusakan parenkim sudah luas atau
ada hal-hal lainnya seperti efusi pleura, pneumothoraks dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada klien dengan TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan.
e. Demam
Demam biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam atau
influenza yang hilang timbul.
f. Keluhan sistemis lainnya
Keluhan yang muncul biasanya keringat malam, anoreksia, malaise, penurunan
berat badan.
a. Pola nutrisi
Pada penderita TB paru akan mengeluh tidak nafsu makan karena menurunnya
nafsu makan, disertai batuk yang akhirnya berakibat mengalami penurunan
berat badan (Somantri,2012).
b. Pola eliminasi
Penderita TB paru urine berwarna jingga pekatdan berbau sebagai ekskresi
karena meminum OAT terutama Rifampisin (Muttaqin,2012).
c. Pola istirahat dan tidur
Dengan adanya nyeri dada dan sesak nafas pada penderita TB akan terganggu
kenyamanan tidur dan istirahat.
d. Pola Pesonal Hygiene
Pada Personal Hygiene tidak mengalami perubahan jika dalam keadaan sakit
berat penderita TB paru membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan
Personal Hygiene nya.
e. Aktivitas
Dengan adanya batuk dan sesak nafas akan menganggu aktivitas klien.
8. Pemeriksaan fisik
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul yaitu: (Sarah Ulliya,2018)