Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Tuberkulosis (TBC)

1. Pengertian

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim

paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.Penyakit ini

dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang,

dan nodus limfe. (Somantri, 2007).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksimenular langsung yang

disebabkan oleh Mycobacteriumtuberculosis.Kuman ini paling sering

menyerangorgan paru dengan sumber penularan adalah pasienTB BTA

positif.(Bagiada &Putri, 2010).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan

saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak

melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri

tersebut.(Price dalam Nurarif & Kusuma, 2015).

7
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
2. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi dan Fisiologi Paru-Paru

a. Anatomi

Menurut Somantri dalam Setianto (2017), paru-paru terletak

dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh struktur tulang

selangka.Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu skat yang disebut

diafragma.Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru

kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain

oleh jantung dan pembuluh besar serta struktur-struktur lain di dalam

rongga dada. Selaput yang membungkus yang disebut pleura.Paru-paru

terbenam bebas dalam rongga pleura itu sendiri. Pada keadaan normal,

kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru kembang kempis, dan

juga terdapat sedikit cairan (eskudat) yang berguna untuk meminyaki

8
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding

dada sewaktu ada gerakan napas.

Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri

atas tiga gambar (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir

tengah (lobus medius), dan gelambir bawah (lobus inverior).Sedangkan

paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas (lobus

superior) dan gelambir bawah (lobus inverior).Tiap-tiap lobus terdiri dari

belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10

segmen yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen

pada lobus inverior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah

segmen pada superior, 2 buah segmen pada lobus medial, dan 3 buah

segmen pada lobus inverior. Tiap-tiap segmen terbagi lagi menjadi

belahan-belahan yang bernama lobulus.Diantara lobulus satu dan lainnya

dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan

syaraf dalam pada tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus.Di dalam

lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus

alveolus.Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang

diameternya antara 0.2 sampai 0.3 mm.

b. Fisiologi

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis.Dalam

keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding

dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding

9
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
dada.Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di

bawah tekanan atmosfer (Guyton, 2007).

Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah

dan atmosfer.Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan

oksigen bagijaringan dan mengeluarkan karbondioksida.Kebutuhan

oksigen dan karbon dioksida terus berubahsesuai dengan tingkat aktivitas

dan metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara

kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut (West, 2004).

Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang

menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-

paru utama (trachea).Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung

paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana

oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah

mengalir.Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia

bersifat elastis.Ruang udara tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka

oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan kecenderungan alveoli

untuk mengempis (McArdle,2006).Untuk melaksanakan fungsi tersebut,

pernafasan dapat dibagi menjadi empamekanisme dasar, yaitu:

1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli

dan atmosfer

2. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah

10
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
3. Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan

tubuh ke dan darisel

4. Pengaturan ventilasi (Guyton, 2007)

Pada waktu menarik nafasdalam, maka otot berkontraksi, tetapi

pengeluaran pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma

menutup dalam, penarikan nafasmelalui isi rongga dada kembali

memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan

tulang dada menutup ke posisi semula.Aktivitas bernafasmerupakan dasar

yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernafasdalam dan volume

udara bertambah (Syaifuddin, 2001).

Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi

menaikkan volume intratoraks.Selama bernafastenang, tekanan intrapleura

kira-kira 2,5mmHg relatif lebih tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan,

inspirasi menurun sampai 6mmHg dan paru-paru ditarik ke posisi yang

lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi

sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru.Pada akhir

inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan

recoil paru-paru dan dinding dada seimbang.Tekanan dalam jalan

pernafasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir ke

luar dari paru-paru (Syaifuddin, 2001).

11
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif

akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru.Pada waktu otot interkostalis

eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke

atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks

berkurang.Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan

intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.Selisih tekanan antara saluran

udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari

paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada

akhir ekspirasi (Price,2005).

5. Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis.Basil ini

tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari,

dan sinar ultraviolet (Jong dalam Huda &Kusuma, 2015).

Setelah organism terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat

bertahan hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui

aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ lain, dimana infeksi laten

dapat bertahan sampai bertahun-tahun (Davey dalam Huda &Kusuma, 2015).

6. Klasifikasi

Menurut Kemenkes RI (2011) bahwa klasifikasi berdasarkan hasil

pemeriksaan dahak mikroskopis, keadaan ini terutama ditujukan pada TB

Paru:

12
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
a. Tuberkulosis paru BTA positif

1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

positif

2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks

dadamenunjukkan gambaran tuberkulosis

3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB

positif

4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimendahak

SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negative dan tidak

ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

b. Tuberkulosis paru BTA negative

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.Kriteria

diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

b. Foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberculosis

c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi

pasien dengan HIV negative

d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

7. Manifestasi Klinis

Menurut Kemenkes(2011) bahwa manifestasi klinis tuberculosis yaitu:

a. Gejala utama pasien tuberculosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3

minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu

13
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
dahak bercampur darah/batuk darah, hal ini dikarenakan pembuluh darah

yang pecah pada kavitas atau bisa juga terjadi pada ulkus dinding bronkus;

b. Sesak napas, penderita yang sesak napas sering kali tampak sakit dan berat

badannya turun. Kadang-kadang terdengar mengi setempat, hal ini

disebabkan bronchitis tuberculosis atau akibat tekanan darah kelenjar

getah bening pada broncus;

c. Nyeri dada, bukan hal yang jarang ditemukan pada tuberculosis. Kadang-

kadang hanya berupa nyeri menetap yang ringan yang disebabkan

regangan otot karena batuk, kadang-kadang lebih sakit sewaktu menarik

napas. Hal ini timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura hingga

menimbulkan pleuritis;

d. Demam biasanya subfebris menyerupai influenza kadang panas dapat

mencapai 40-41oC. Panas menjadi lebih tinggi bila proses penyakitnya

berkembang (pogresif);

e. Malaise (rasa kurang enak badan), TB paru bersifat radang menahun,

gejala malaise sering ditemukan disertai anoreksia. Badan semakin kurus

(BB turun), sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam. Hal ini terjadi

hilang timbul secara tidak teratur.

Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai puka pada penyakit paru

selain tuberculosis. Oleh sebab itu setiap orang yang datang ke unit

pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas, harus dianggap sebagai

14
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
seorang “suspek tuberculosis”, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak

secara mikrokopis langsung (Kemenkes, 2011).

8. Patofisiologi

Infeksi diawali karena seseorang menghirupbasil M. tuberculosis.

Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak

dan terlihat tertumpuk. Perkembangan M. tuberculosis juga dapat menjangkau

sampai ke arah lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui

sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks

serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya, sistem

kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi

inflamasi.Neurotrofl dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan

bakteri), sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiskan)

basil dan jaringan normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya

eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia.Infeksi awal

biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri

(Soemantri, 2007).

Bila bakteri Tuberkulosis terhirup dari udara melalui saluran

pernapasan dan mencapai alveoli atau bagaian terminal saluran pernapasan.

Jika pada proses ini, bakteri ditangkap oleh makrofag yang lemah, maka

bakteri akan berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah itu dan

menghancurkan makrofag. Dari proses ini, dihasilkan bahan kemotaksik yang

menarik monosit (makrofag) dari aliran darah membentuk tuberkel. Sebelum

15
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
menghancur bakteri, makrofag harus diaktifkan terlebih dahulu oleh limfoksin

yang dihasilkan limfosit T. Bakteri Tuberkulosis menyebar melalui saluran

pernapasan ke kelenjar getah bening regional (hilus) membentuk epiteloid

granuloma.Granuloma mengalami nekrosis sentral sebagai akibat timbulnya

hipersensitivitas seluler terhadap bakteri Tuberkulosis. Hal ini terjadi sekitar

2-4 minggu dan akan terlihat pada tes tuberkulin. Hipersensitivitas seluler

terlihat sebagai akumulasi lokal dari limfosit dan makrofag.(Muttaqin, 2008).

Peradangan terjadi di dalam alveoli (parenkim) paru, dan pertahanan

tubuh alami berusaha melawan infeksi itu. Makrofag menangkap organism

itu, lalu dibawa ke sel T. proses radang dan reaksi sel menghasilkan sebuah

nodul pucat kecil yang disebut tuberkel primer. Dibagian tengah nodul

terdapat basil tuberkel.Bagian luarnya mengalami fibrosis, bagian tengahnya

kekurangan makanan, mengalami nekrosis. Proses terakhir ini dikenal sebagai

perkijuan. Bagian nekrotik tengah ini dapat mengapur atau

mencair.(Tambayong, 2000).

Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka

penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul

akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi

aktif.Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan

necrotizing caseosa di dalam bronchus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya

menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru yang terinfeksi

kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,

16
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh

dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau

berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi

lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang

dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami

nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast

akan menimbulkan respons berbeda, kemudian pada akhirnya akan

membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel. (Somantri, 2007).

17
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
9. Pathway

Microbacterium Dihirup individu


tuberculosis rentan

Masuk paru

Menempel alveoli

Reaksi inflamasi/peradangan Hipertemia

Penumpukan eksudat dalam alveoli

Produksi sekret

Sekret sukar Batuk produktif (batuk terus menerus)

Ketidakefektifan bersihan
jalan napas

Distensi abdomen Terhirup orang sehat Sesak

Mual, muntah Risiko Ketidakefektifan pola


infeksi napas

Intake nutrisi

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

Sumber : Aplikasi NANDA NIC-NOC (2015)

Gambar 2.2. Pathway

18
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
10. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Huda & Kusuma (2015):

a. Laboratorium darah rutin: Laju Endap Darah (LED) meningkat,

limfositosis;

b. Pemeriksaan sputum BTA: untuk memastikan diagnostic TB paru, namun

pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70 % pasien yang dapat

didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini;

c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase): merupakan uji serologi

imunoperioksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan

adanya IgG spesifik terhadap basil TB;

d. Teknik Polymerase Chain Reaction: deteksi kuman secara spesifik

melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam

specimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi;

e. Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pda lesi awal dibagian

atas paru-paru. Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih berat

dapat mencakup area berlubang dan fibrosa;

f. Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan

bronchus atau kerusakan paru-paru karena TB.

11. Penatalaksanaan

Menurut Huda & Kusuma (2015):

a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT): Rifampisin, INH, Pirazinamid,

Streptomisin, Etambutol;

19
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
b. Pengobatan Suportif/Simptomatik: pengobatan yang diberikan kepada

penderita TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis

baik dan tidak ada indikasi rawat, dapat rawat jalan;

c. Terapi pembedahan

1) Indikasi mutlak

a) Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak

tetap positif

b) Penderita batuk darah yang massif tidak dapat diatasi dengan cara

konservatif

2) Indikasi relative

a) Penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang

b) Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan

c) Sisa kaviti yang menetap

d. Tindakan invasif (selain pembedahan)

1) Bronkoskopi

2) Punksi pleura

3) Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage).

20
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, nomer

register, dan diagnosa medis.

2) Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, alamat, hubungan

dengan pasien, dan pekerjaan.

b. Status Kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan yang paling dirasakan pasien pada saat pengkajian biasanya

mengalami batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, demam,

keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise.

(Muttaqin, 2008)

2) Riwayat kesehatan sekarang

Mengutip dari Muttaqin (2008)keluhan batuk timbul paling

awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan, mula-

mula nonproduktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila

sudah terjadi kerusakan jaringan.

Jika keluhan utama adalah sesak napas, maka pengkajian

ringkas dengan menggunakan PQRST yaitu:

21
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
a) ProvokingIncident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor

penyebab sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila

beristirahat?

b) Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau

digambarkan klien. Sifat keluhan (karakter), dalam hal ini perlu

ditanyakan kepada klien apa maksud dari keluhan-keluhannya.

Apa rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan

inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam

melakukan pernapasan?

c) Region: dimana rasa berat dalam melakukan pernapasan? Harus

ditunjukkan dengan tepat oleh klien;

d) Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk pada malam hari atau siang hari. Sifat mula

timbulnya (onset), tentukan apakah gejala timbul mendadak,

perlahan-lahan atau seketika itu juga. Tanyakan apakah timbul

gejala secara terus-menerus atau hilang timbul (intermiten).

3) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu

menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga

22
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam rumah.

(Muttaqin, 2008)

5) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien tuberculosis seperti dikutip dari

Muttaqin(2008) adalah:

a) B1 (Breathing)

(1) Inspeksi: Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan yang

disertai penggunaan otot bantu pernapasan. Gerakan

pernapasan ekspansi dada yang asimetris (pergerakan dada

tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada

asimetris (cembung pada sisi yang sakit).

(2) Palpasi: Palpasi trachea. Adanya pergeseran trachea

menunjukkan-meskipun tetapi tidak spesifik-penyakit dari

lobus atas paru. Pada TB paru yang disertai adanya efusi pleura

massif dan pneumothoraks akan mendorong posisi trachea ke

arah berlawanan dari sisi sakit.

(3) Perkusi: Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi,

biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada

seluruh lapang paru. Pada klien dengan TB paru yang disertai

komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup

sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi

cairan di rongga pleura.

23
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
(4) Auskultasi: Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas

tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Klien dengan TB paru

yang disertai komplikasi seperti efusi pleura dan

pneumothoraks akan didapatkan penurunan resonan vocal pada

sisi yang sakit.

b) B2 (Blood)

(1) Inspeksi: Inspeksi tentang adanya perut dan kelemahan fisik

(2) Palpasi: denyut nadi perifer melemah

(3) Perkusi: batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru

dengan efusi pleura massif mendorong kesisi sehat

(4) Auskultasi: tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung

tambahan biasanya tidak didapatkan

c) B3 (Brain)

Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya

sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.Pada

pengkajian objektif, klien tampak dengan wajah meringis,

menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.Saat dilakukan

pengkajian pada mata, biasanya didapatkan adanya konjungtiva

anemis pada TB paru dengan hemoptoe massif dan kronis, dan

sclera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati.

24
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
d) B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine dilakukan dalam

hubungannya dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu

memonitor adanya oliguria, karena itu merupakan tanda awal syok.

e) B5 (Bowel)

Pada saat inspeksi, hal yang perlu diperhatikan adalah

apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau

tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu

diinspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa. Pada klien

biasanya didapatkan indikasi mual dan muntah, penurunan nafsu

makan, dan penurunan berat badan.

f) B6 (Bone)

Hal yang perlu diperhatikan adalah adakah edema

peritiabel, feel pada kedua ekstremitas untuk mengetahui tingkat

fungsi perifer, serta dengan pemeriksaan capillary refill

time.Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kekuatan otot untuk

kemudian dibandingkan antara bagian kiri dan kanan.

2. Analisa Data

Data yang terdapat berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang

tidak normal dari suatu pengkajian

25
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien tuberkulosis seperti dikutip dari

Muttaqin (2008) adalah:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi

mucus yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk buruk, dan

edema tracheal/faringeal;

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga

pleura;

c. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan

membran alveolar-kapiler;

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan keletihan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh.

4. Perencanaan Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan perubahan

pola napas

Tujuan:Dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi kebersihan

jalan napas kembali efektif.

Kriteria hasil:

1) Klien mampu melakukan batuk efektif;

26
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
2) Pernapasan klien normal(16-20 kali per menit) tanpa ada

penggunaan otot bantu napas, bunyi napas normal, dan pergerakan

pernapasan normal.

Intervensi:

1) Kaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, irama, dan ke

dalaman napas serta catatan pula mengenai penggunaan otot napas

tambahan;

2) Kaji kemampuan untuk mengeluarkan sekret/batuk secara efektif;

3) Berikan posisi tidur semi atau high fowler. Membantu pasien

untuk berlatih batuk secara efektif dan menarik napas dalam;

4) Bersihkan sekret dari dalam mulut dan trakhea, suction jika

memungkinkan;

5) Berikan minum kurang lebih 2500 ml/hari, menganjurkan untuk

minum dalam kondisi hangat jika tidak ada kontra indikasi;

6) Berikan O2 udara inspirasi yang lembab (kolaborasi).

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga

pleura.

Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan intervensi pola

napas efektif.

Kriteria hasil:

a) Klien mampu melakukan batuk efektif;

27
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
b) Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada pada batas

normal, pada pemeriksaan rontgen dada tidak ditemukan adanya

akumulasi cairan, dan bunyi napas terdengar jelas.

Intervensi:

1) Identifikasi faktor penyebab;

2) Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dipsnea,

sianosis, dan perubahan tanda vital;

3) Berikan posisi fowler/semi fowlertinggi dan miring pada sisi yang

sakit, bantu klien latihan napas dalam dan batuk efektif;

4) Auskultasi bunyi napas;

5) Kaji pengembangan dada dan posisi trachea.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan

efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler, dan

edema bronchial.

Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan gangguan pertukaran

gas tidak terjadi.

Kriteria hasil:

1) Melaporkan tidak adanya/penurunan dipsnea;

2) Klien menunjukkan tidak ada gejala distress pernapasan;

3) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan kadar oksigen jaringan

adekuat dengan gas darah arteri dalam rentang normal.

28
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Intervensi:

1. Kaji dipsnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya

pernapasan, ekspansi thoraks, dan kelemahan;

2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, dan

perubahan warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku;

3. Tunjukkan dan dukung pernapasan bibir selama ekspirasi

khususnya untuk klien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim

paru;

4. Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan

perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan klien;

5. Kolaborasi pemeriksaan AGD;

6. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan tambahan.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan keletihan, anoreksia atau dipsnea, dan peningkatan

metabolisme tubuh.

Tujuan:Dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindaan keperawatan,

intake nutrisi klien terpenuhi.

Kriteria hasil:

a) Klien mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang

menjadi adekuat;

b) Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi nutrisinya;

29
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
c) Berat badan pasien tidak mengalami penurunan drastis dan

cenderung stabil;

d) Pasien terlihat dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan;

e) Hasil analisis laboratorium menyatakan protein darah/albumin

darah dalam rentang normal.

Intervensi:

1) Kaji status nutrisi pasien, serta mencatat turgor kulit, berat badan

saat ini, tingkat kehilangan berat badan, integritas mukosa mulut,

tonus perut, dan riwayat nausea/vomit atau diare;

2) Monitor intake-outputdan berat badan secara terjadwal;

3) Berikan oral care sebelum dan sesudah penatalaksanaan

respiratori;

4) Anjurkan makan sedikit, tapi sering dengan diet TKTP;

5) Anjurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah terutama

yang disukai oleh pasien dan kemudian makan bersama pasien jika

tidak ada kontra indikasi.

5. Implementasi Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan perubahan

pola napas.

Implementasi:

30
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
1) Mengkaji fungsi respirasi antara lain suara, jumlah, irama, dan ke

dalaman napas serta catatan pula mengenai penggunaan otot napas

tambahan;

2) Mengkaji kemampuan untuk mengeluarkan sekret/batuk secara

efektif;

3) Memberikan posisi tidur semi atau high fowler. Membantu pasien

untuk berlatih batuk secara efektif dan menarik napas dalam;

4) Membersihkan sekret dari dalam mulut dan trakhea, suction jika

memungkinkan;

5) Memberikan minum kurang lebih 2500 ml/hari, menganjurkan

untuk minum dalam kondisi hangat jika tidak ada kontra indikasi;

6) Memberikan O2 udara inspirasi yang lembab (kolaborasi).

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga

pleura.

Implementasi:

1) Mengidentifikasi faktor penyebab;

2) Mengkaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dipsnea,

sianosis, dan perubahan tanda vital;

3) Memberikan posisi fowler/semi fowlertinggi dan miring pada sisi

yang sakit, bantu klien latihan napas dalam dan batuk efektif;

4) Mengauskultasi bunyi napas;

31
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
5) Mengkaji pengembangan dada dan posisi trachea.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan

efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler, dan

edema bronchial.

Implementasi:

1) Mengkaji dipsnea, takipnea, bunyi napas, peningkatan upaya

pernapasan, ekspansi thoraks, dan kelemaha;

2) Mengevaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis, dan

perubahan warna kulit, termasuk membrane mukosa dan kuku;

3) Menunjukkan dan dukung pernapasan bibir selama ekspirasi

khususnya untuk klien dengan fibrosis dan kerusakan parenkim

paru;

4) Meningkatkan tirah baring, batasi aktivitas, dan bantu kebutuhan

perawatan diri sehari-hari sesuai keadaan klien;

5) Melakukan kolaborasi pemeriksaan AGD;

6) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan tambahan.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan keletihan, anoreksia atau dipsnea, dan peningkatan

metabolisme tubuh.

Implementasi:

32
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
1) Mengkaji status nutrisi pasien, serta mencatat turgor kulit, berat

badan saat ini, tingkat kehilangan berat badan, integritas mukosa

mulut, tonus perut, dan riwayat nausea/vomit atau diare;

2) Memonitor intake-outputdan berat badan secara terjadwal;

3) Memberikan oral care sebelum dan sesudah penatalaksanaan

respiratori;

4) Menganjurkan makan sedikit, tapi sering dengan diet TKTP;

5) Menganjurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah

terutama yang disukai oleh pasien dan kemudian makan bersama

pasien jika tidak ada kontra indikasi.

6. Evaluasi

Menurut Craven dan Hirnle (2000)evaluasi keperawatan

didefinisikan sebagai keputusan dari efekvitas asuhan keperawatan antara

dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respons

perilaku klien yang tampil.Sementara itu, menurut Potter dan Perry

(2005)evaluasi keperawatan adalahkategori perilaku keperawatan dalam

menentukan pembuatan dan pencatatan hasil ndakan keperawatan yang

telah dicapai.

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan perubahan

pola napas:

1) Klien mampu melakukan batuk efektif;

33
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
2) Pernapasan klien normal (16-20 kali per menit) tanpa ada

penggunaan otot bantu napas, bunyi napas normal, dan pergerakan

pernapasan normal.

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga

pleura:

1) Klien mampu melakukan batuk efektif;

2) Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada pada batas

normal, pada pemeriksaan rontgen dada tidak ditemukan adanya

akumulasi cairan, dan bunyi napas terdengar jelas.

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan

efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane alveolar-kapiler, dan

edema bronchial:

1) Tidak adanya/penurunan dipsnea;

2) Klien menunjukkan tidak ada gejala distress pernapasan;

3) Perbaikan ventilasi dan kadar oksigen jaringan adekuat dengan gas

darah arteri dalam rentang normal.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan keletihan, anoreksia atau dipsnea, dan peningkatan

metabolisme tubuh:

1) Klien mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang

menjadi adekuat;

34
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
2) Berat badan pasien tidak mengalami penurunan drastis dan

cenderung stabil;

3) Hasil analisis laboratorium menyatakan protein darah/albumin

darah dalam rentang normal.

C. Posisi Semi Fowler

1. Pengertian

Posisi semi fowler adalah posisi setengah duduk dimana bagian

kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan.Posisi ini untuk

mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien

(Aziz, 2008 dalam Indah, 2014).

Posisi semi fowler adalah posisi yang bertujuan untuk meningkatkan

curah jantung dan ventilasi serta mempermudah eliminasi fekal dan berkemih,

dalam posisi ini tempat tidur ditinggikan 45-60o dan lutut klien agak diangkat

agar tidak ada hambatan sirkulasi pada ekstremitas (Perry dan Grifin, 2005

dalam Indah, 2014).

2. Tujuan

Tujuan pemberian posisi semi fowleradalah untuk membantu mengatasi

masalah kesulitan pernapasan dan pasien dengan gangguan jantung (Suparmi,

2008).

3. Manfaat

Posisi semi fowler dapat meningkatkan oksigen yang ada di dalam paru-paru

sehingga memperingan kesukaran jalan napas (Faizal, 2015).

35
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
4. Indikasi

Menurut Ari (2017), indikasi posisi semi fowler yaitu:

a. Pasien dengan sesak napas;

b. Pasien pasca operasi trauma, hidung, thorak;

c. Pasien dengan gangguan tenggorokan yang memproduksi sputum, aliran

gelembung dan kotoran pada saluran pernapasan;

d. Pasien imobilisasi, penyakit jantung, asma bronkhial, post partum.

5. Kontraindikasi

Menurut Ari (2017), kontraindikasi posisi semi fowler yaitu:

a. Pasien dengan post operasi servikalis vertebra;

b. Contusion serebriatau gagar otak;

c. Memar otak.

6. Mekanisme Semi Fowler

Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan

pertukaran gas adalah mengatur posisi klien. Pengaturan posisi ini dapat

membantu paru mengembang secara maksimal sehingga membantu

meningkatkan pertukaran gas (Black & Hawks, 2005).

Posisi yang tepat juga dapat meningkatkan relaksasi otot-otot

tambahan sehingga dapat mengurangi usaha bernafas/dispnea (Monahan

&Neighbors,2000 dalam Ritianingsih, 2011).

Penelitian Supadi, Nurachmah, dan Mamnuah, (2008) dalam Indah

(2014), menyatakan bahwa posisi semi fowler membuat oksigen di dalam

36
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
paru-paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran napas. Posisi

iniakan mengurangi kerusakan membrane alveolus yang di akibatkan

tertimbunnya banyak cairan.Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi

sehingga oksigen menjadi lebih optimal, sesak nafas akan berkurang dan

akhirnya proses perbaikan kondisi pasien akan lebih cepat.

7. Prosedur

Menurut Kozier dan Erb (2009) dalam Indah (2014),prosedur dalam

memberikan posisi semi fowler yaitu:

a. Posisikan pasien terlentang dengan kepalanya dekat dengan bagian kepala

tempat tidur;

b. Elevasi bagian kepala tempat tidur sekitar 45-60˚;

c. Letakan kepala pasien di atas kasur atau di atas bantal yang sangat kecil;

d. Gunakan bantal sebagai penyokong lengan dan tangan pasien jika pasien

tidak dapat mengontrol secara sadar;

e. Posisikan bantal pada bagian punggung bawah pasien;

f. Letakan bantal kecil atau gulungan pada bagian paha pasien;

g. Letakan bantal kecil atau gulungan kain di bawah mata kaki pasien;

h. Letakan papan penyangga kaki di dasar kaki pasien;

37
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Gambar 2.3 Posisi semi fowler

38
Penerapan Posisi Semi..., DIAH PUTRI PUSPITARINI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

Anda mungkin juga menyukai