Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Paliatif Yang Diampuh Oleh :
Ns. Andini Restu Marsiwi S. Kep., M. Kep
Nama Kelompok 2 :
1. Firkah Fansuri : 201030100412
2. Hafiztia Herdhina Hery Putranti : 201030100051
3. Heny Astuti : 201030100057
4. Hesti Amaliya : 201030100419
5. Indah Listiana : 201030100039
6. Jauhar Khairul : 201030100463
7. Jihan Najla Azahra : 201030100046
8. Khoiriah Puji Astuti : 201030100459
9. Mega Cahya Tsania : 201030100037
Jl.Padjajaran No. 1 Pamulang Barat, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten
2022
I. Konsep Teori Penyakit
A. Definisi Tuberkulosis
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan
parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi
pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam
dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan
terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.
Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection
dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon.
(Andra S.F & Yessie M.P, 2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif
melalui percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan
yang kecil (kemenkes RI,2015).
a) Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung.
(septumnasi). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring
udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. Bagian luar
dinding terdiri dari kulit. Lapisan tengah terdiri otot otot dan tulang rawan.
Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan
karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah, Konka nasalis inferior
(karang hidung bagianbawah). Konka nasalis media (karang hidung bagian
tengah). Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas).
b) Faring
Tekak atau Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan
dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan
organ-organ lain : keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantara lobang yang bernama koana. Kedepan berhubungan dengan rongga
mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, kebawah terdapat dua
lubang kedepan lubang laring, kebelakang lubang esophagus. Dibawah selaput
lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel getah
bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Rongga tekak
dibagi 3 bagian
1. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut
nasofaring.
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut
orofaring.
3. Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.
c) Laring
Laring atau pengkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentuk udara, terletak dibagian depan faring sampai ketinggian
vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya .
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiiri dari tulang tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda (huruf c). sebelah dalam diliputi oleh selaput
lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah
luar. panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang
dilapisi oleh otot polos Selsel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-
benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. yang
memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
e) Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan 8 V, mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus
itu berjalan kebawah dan kesamping kearah tampuk paru-paru. bronkus
kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8
cincin, mempunuyai 3 cabang. bronkus kiri lebih panjang dan lebih dari yang
kanan, trdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang
cabang, yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada ujung bronkioli
tak terdapat cincin lagi dan ujung bronkioli terdapat alveoli
f) Paru – paru
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-
sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaanya lebih kurang dari
90 m2. Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, o2 masuk kedalam darah
dan CO2 dikeluarkan dari darah. banyaknya gelembung paru-paru ini kurang
lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan). Paru-paru dibagi dua
paru-paru kanan, terdiri dari pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus
inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobules. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo
sinistra lobus superior dan lobus inferior. tiap-tiap lobus terdiri dari belahan
yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen
yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus
medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap tiap segmen ini masih
terbagi lagi menjadi belahan belahan yang bernama lobulus.
Kapasitas paru-paru yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paruparu
pada inspirasi sedalam dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat
tergantung pada beberapa hal:kondisi paru-paru, umur, sikap, dan bentuk
seseorang yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal.
C. Etiologi Tuberkulosis
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015), Penyebab
Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam Mikobakteria Tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin
berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human
bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC
terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.
Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberculosis, masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas
(droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya
menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks
(ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya
sebagian besar akan mengalami penyembuhan.
D. Klasifikasi Tuberkulosis
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan
sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru.
a. Tuberkulosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi menjadi :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-kurangnya 2
pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen
dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran
tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+)
dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan
ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas.
b. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal
2) TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat
kelamin.
c. Tipe Penerita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
Tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
3) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain
dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut
harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
bulan atau lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA (+).
E. Manifestasi Klinis
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru
tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak
adalah :
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang- kadang panas
badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang
timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas
dari serangan demam influenza. keadaan ini sangat 9 dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.
2. Batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering
(non-produktif) kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis
pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus
3. Sesak napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah
meliputi sebagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll.
Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara
tidak teratur.
F. Patofisiologi Tuberkulosis
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui
udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi
biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung
bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan
penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak memfagosit bakteri di tempat ini,
namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal
atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di
dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu,
sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang 11 dikelilingi oleh foist. Reaksi ini
biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).
G. Patway Tuberkulosis
H. Komplikasi Tuberkulosis
Kompikasi yang terjadi pada penyakit TB paru, menurut (Puspasari 2019) anatara lain:
1. Nyeri tulang belakang. Nyeri punggung dan kekakuan adalah komplikasi tuberculosis
yang umum.
2. Kerusakan sendi. Atritis tuberculosis biasanya menyerang pinggul dan lutut.
3. Infeksi pada meningen (meningitis). Hal tersebut dapat menyebabkan sakit kepala
yang berlangsung lama atau intermiten yang terjadi selam berminggu-minggu.
4. Masalah hati atau ginjal. Hati dan ginjal memiliki fungsi membantu menyaring
limbah dan kotoran dari aliran darah. Apabila terkena tuberkulosis maka hati dan
ginjal akan terganggu.
5. Gangguan jantung. Hal tersebut bisa jarang terjadi, tuberculosis dapat menginfeksi
jaringan yang mengelilingi jantung, menyebabkan pembengkakan dan tumpukan
cairan yang dapat mengganggu kemampuan jantung untuk memompa secara efektif.
1. Komplikasi dini
a) Pleuralitis
b) Efusi pleura
c) Empiema
d) Laryngitis
e) TB usus
2. Komplikasi lanjut
a) Obstrusi jalan nafas
b) Kor punormonal
c) Amiloidosi
d) Karsinoma paru
e) Sidrom gagal nafas
I. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA
diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali
yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila
didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila
satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada
pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik
BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan bakteri
taham asam
d. Skin test (PPD, Mantoux) Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1) indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil negative
2) indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3) indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4) indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5) reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara
antibody dan antigen tuberculin
e. Rongten dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium
dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan
perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology atau kultur jaringan positif bila terapat Mikobakterium
Tuberkulosis
g. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya
nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
i. Analisa Gas Darah
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan
paru
j. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio residu
udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat
infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat
dari tuberkulosis kronis).
J. Penularan Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang bersifat sistemik. Biasanya, penyakit ini
menyerang hampir ke seluruh organ tubuh dengan lokasi yang paling banyak
terserang adalah paru-paru. Tidak hanya orang yang menderita penyakit TBC saja
yang harus sadar akan bahaya penularan penyakit TBC, namun kesadaran ini harus
dilakukan setiap orang. Oleh karena itu, cara penularannya perlu diwaspadai agar
bisa melindungi diri dari penyakit tersebut. Berikut proses penularan TBC yang patut
diwaspadai:
1. Sumber penularan adalah pasien TBC BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama.
4. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung
dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam
keadaan yang gelap dan lembab.
5. Daya penularan seorang pasien ditemukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut.
6. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TBC ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
K. Pencegahan Tuberkulosis
Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC dilakukan dengan cara:
1. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat;
2. Membudayakan perilaku etika berbatuk
3. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya
sesuai dengan standar rumah sehat
4. Peningkatan daya tahan tubuh
5. Penanganan penyakit penyerta TBC
6. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
L. Penatalaksanaan medis
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga
bagian:
1) pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan
radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG
vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan
kemoprofilaksis.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok
kelompok populasi tertentu misalnya:
a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b) Penghuni rumah tahanan.
3) Vaksinasi BCG
Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur kurang
dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada tes
tuberkulin.
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita
tuberkulosis, yakni:
a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan pernah
berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan
pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai kemungkinan
terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu
dan ila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah
mengalami konversi, maka pengobatan harus diberikan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin,
Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004)
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi
TB paru, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologi, apusan sputum dan
riwayat pengobatan sebelumnya.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanana keperawatan merupakan proses perawatan dengan melaksanakan berbagai
strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam 19 intervensi keperawatan. Dalam
tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan
perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,
pemahaman tentang hak-hak pasien serta memehami tingkat perkembangan pasien.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan
keperawatan mandiri dan tindakan kolaborasi. Sebagai profesi perawat mempunyai
kewenangan dan tanggung jawab dalam menentukan asuhan keperawatan (A. Aziz
Alimul Hidayat, 2009)
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada
pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana
yang sudah dibuat di atas.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan dalam kriteria hasil.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Tn.J mengatakan nafas terasa sesak, sesak bertambah jika beraktivitas, Tn.J
mengatakan batuk dengan sekret berwarna putih kental, sulit dikeluarkan, sehingga
sulit untuk istirahat/tidur aki bat sesak sering terbangun pada malam hari karena
batuk.. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan BB.
Tekanan darah = 157/80 mmHg, nadi = 128 kali/menit, RR = 27 kali/menit,
o
suhu = 37,9 C, GCS ( E4 M6 V5 ) Kesaaran = Compos Mentis.
B. Pengkajian
Jam : 20.00
Pengkajian tgl : 14 November 2022 WIB
Tanggal MRS : 11 Novembe 2022 NO. RM :
Ruang/Kelas : CEMPAKA 76.41.20.xx
Dx. Masuk : TB Paru
Dokter yang merawat : Dr.
Lisa
Nama : Tn. J
Kelamin : Laki-laki
Umur : 55 Tahun
Perkawinan : menikah
Agama : islam
Penanggung Biaya: BPJS
Identitas
Pendidikan : SD
Pekerjaan : WIRASWASTA
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jln. Sunan kalijaga
Keluhan utama : Pasien sesak nafas dan batuk sejak 1 bulan yang lalu disertai
lemas, pucat, dan tidak nafsu makan.
Riwayat penyakit saat ini : Tn.J mengatakan nafas terasa sesak, sesak bertambah
jika beraktivitas, Tn.J mengatakan batuk dengan sekret berwarna putih kental, sulit
dikeluarkan, sehingga sulit untuk istirahat/tidur akibat sesak sering terbangun
Riwayat Sakit dan Kesehatan
Riwayat penyakitkeluarga :
Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit TBC, ini baru dialami keluarga
tersebut
Riwayat alergi: ya tidak Jelaskan :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: baik sedang lemah Kesadaran:
Tanda vital TD: 157/80 mmHg Nadi: 128 x/mnt Suhu : 37,9 ºC RR:27x/mnt
Pola nafas irama: Teratur Tidak teratur
Jenis Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes Lain-lain:
Suara nafas: verikuler Stridor Wheezing Ronchi Lain-
Pernafasan
lain:
Sesak nafas Ya Tidak Batuk Ya
Tidak
Masalah:
Adanya napas tambahan (ronkhi) dan pasien
mengalami sesak
Irama jantung: Reguler Ireguler S1/S2 tunggal Ya
Tidak
Nyeri dada: Ya Tidak
Bunyi jantung: Normal Murmur Gallop lain-lain
Kardiovaskuler
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-lain:
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga :
Gangguan pendengaran : Ya Tidak Jelaskan:
Penginderaan
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman : Ya Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah:
konjungtiva
anemis
Kebersihan: Bersih Kotor
Urin: Jumlah: 1000 cc/hr Warna: kuning Bau: khas urine
Alat bantu (kateter, dan lain-lain): -
Kandung kencing: Membesar Ya Tidak
Perkemihan
Masalah:
tidak ada
masalah
5555 5555
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat
Hiperpigmentasi
Turgor: Baik Sedang Jelek
Odema: Ada Tidak ada Lokasi
Luka Ada Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka Ada Tidak ada Yang ditemukan :
kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :
Masalah:
tidak ada
masalah
Laboratorium
BTA : +
3
Leukosit : 38,6 10 /L
Pemeriksaan penunjang
6
Eritrosit : 3,14 10 /L
Hemoglobin : 11.2 g/dL
Hematokrit : 33 (40-52 %)
Natrium : 131 mmol/L
Kalium : 5,1 mmol/L
Chloride : 96 mmol/L
LED : 15< mm/jam
Kesan foto rongten :
Bayangan berawan / Nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
Radiologi/ USG, dll
segmen superior lobus bawah, Kaviti Terutama lebih dari satu dikelilingi oleh
byngan opak berawan atau nodular .
C. Analisa data
D. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler (D.0003)
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas (D.0001)
3. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme (D.0019)
F. Catatan Perkembangan
Nama klien : Tn.J
Diagnosis Medis : TB Paru
Ruang Rawat : 76.41.20.xx
Dx
Tgl/jam No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
14/11/22 I Gangguan Memonitor ku pasien S:
20.00 WIB pertukaran gas Respon = ku composmentis Klien mengatakan
b.d pertukaran Monitor TTV pasien sesaknya sedikit
membran Respon hasil TTV berkurang
alveolus TD : 150/70 RR : 28x/m Klien mengatakan
kapiler N : 128x/m S : 37.8 masih sulit
Memonitor terapi oksigen mengeluarkan dahak
pasien Klien masih
Respon klien tampak lebih mengatakan mual,
nyaman dari kondisi sebelumnya muntah dan tidak
Bersihan jalan Memonitor pola nafas nafsu makan
nafas tidak Memposisikan semi fowler
efektif b.d Memberikan minum hagat O
Hipersekresi Mengajarkan prosedur batuk Klien masih
jaln nafas efektif nampak sesak nafas
P : Lanjutkan
intervensi
1. Monitor TTV
pasien
2. Monitor pola,
frekuensi, bunyi
nafas tambahan
pasien
3. Posisikan semi-
fowler
4. Anjurkan minum
hangat
5. Ajarkan teknik
batuk efektif
6. Monitor asupan
makanan
7. Anjurkan teknk
relaksasi
Dx
Tgl/jam No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
15/11/25 II Gangguan Memonitor ku pasien S
20.00 WIB pertukaran gas Respon = ku composmentis Tn.J mengeluh
b.d pertukaran Monitor TTV pasien sesak nafas
membran Respon hasil TTV Tn.J mengeluh
alveolus TD : 157/80 RR : 29x/m masih sulit
kapiler N : 130x/m S : 37.8 mengeluarkan dahak
Memonitor terapi oksigen Tn.J mengatakan
pasien tidak lebih banyak
Respon klien tampak tidak makan dari hari
nyaman dengan sesak nafasnya sebelumnya
Bersihan jalan Memonitor pola, frekuensi,
nafas tidak bunyi nafas tambahan O
efektif b.d Memposisikan semi fowler Klien masih
Hipersekresi Memberikan minum hagat nampak sesak nafas
jaln nafas Mengajarkan prosedur batuk Bunyi nafas pasien
P : Lanjutkan
intervensi
Monitor KU pasien
Monitor TTV
Pasien
Lakukan terapi
inhalasi 3x sehari
atas anjuran dokter
Monitor asupan
makan
Ajarkan teknik
batuk efektif
Lakukan fisioterapi
dada
Ajarkan teknik
relaksai
Dx
Tgl/jam No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
16/11/25 III Gangguan Memonitor ku pasien S : tidak terkaji
00.00 WIB pertukaran gas
b.d pertukaran Respon : KU menurun O:
membran GCS ( E : 3 M : 1 V : 2 ) Tampak klien Tn.J
alveolus (SOPOR) mengalami
kapiler Menggunakan terapi O2 NRM perburukan kondisi
Bersihan jalan Melakukan teraoi inhalasi
nafas tidak ventolin 3x sehari A : masalah dan
efektif b.d Melakukan fisioterapi dada intervensi
Hipersekresi Menganjurkan minum hangat keperawatan
jaln nafas pada pasien dihentikan karena
pada hari ini Tn.J
Memposisikan semi-fowler
sudah
Respon = klien tampak tidak
meninggal/wafat
nyaman
Defisit Nutrisi Memantau asupan nutrisi
P :-
b.d pasien
peningkatan Memberi terapi cairan IVFD
kebutuhan NaCl 0,9%/8 jam
metabolisme Memberikan terapi obat
omeprazole 8mg/jam atas
advice dokter