TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Tuberkulosis
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer & Bare, 2015).
Kusuma, H, 2015).
7
8
Lobus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus
inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Pulmo
dextra terdapat fissura horizontal yang membagi lobus superior dan lobus
a. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior
yang dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan.
b. Alat penghidu
dengan lamina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis
c. Sinus paranasal
9
d. Faring
e. Laring
Terletak antara faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan
pada saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara
10
palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara). Celah diantara pita
suara disebut rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa dan lamina
propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat, otot suara ( otot
Laringealis superior.
f. Trakea
oleh jaringan ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang
g. Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki
Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun atas
h. Bronchiolus
sel goblet.
i. Bronchiolus respiratorius
(alveoli).
j. Duktus alveolaris
alveoli bermuara.
k. Alveolus
poligonal, septa antar alveoli disokong oleh serat kolagen, dan elastis
halus. Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel alveolar tipe I ), sel
alveolar besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I)
Septa tipis diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari
sel lainnya.
l. Pleura
3. Klasifikasi Tuberkulosis
limfe, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Berdasarkan bakteriologi
13
mikroskopis, yaitu :
1) TB paruBTA positif
positif.
Anti TB).
Anti TB)..
pengobatan.
keparahannya yaitu :
kelenjar adrenal.
1) Baru, yaitu pasien yang belum pernah diobati dengan OAT (Obat
Anti TB). atau sudah pernah menelan OAT (Obat Anti TB)
atau kultur.
berobat dan putus obat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
15
tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau
4. Etiologi Tuberkulosis
2015).
5. Patogenesis Tuberkulosis
yang terisi massa seperti keju yang berisi batil tuberkel, sel darah putih
mati, dan jaringan paru nekrotik.seiring waktu material ini mencair ,dan
infeksi sekunder.
dimediasi sel ini muncul dalam bentuk sel-T tersensitas dan dapat di
pada beberapa klien ( alih-alih dapat dikontrol oleh respons imun yang
2. usia lanjut
3. infeksi HIV
4. imunosupresi
8. penyelagunaan narkoba
b. infeksi sekunder
dikaji secara periodik terhadaf bukti adanya penyakit aktif. (M.Black &
Hawks,2014).
19
infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat
berupa gejala neumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer
dapat juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam
bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas.
subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis
2016)
2. Sesak nafas
3. Nyeri dada
5. Bunyi dada
6. Malaise
7. Keringat malam
9. Pada anak
minggu.
dan HIV).
tenggara ).
a. Pemeriksaan labolatorium
tuberculosis berupa:
22
selama 24 jam.
b. urine, urine yang diambil adalah urine pertama dipagi hari atau
dapat diambil.
tenggorokan.
limfositosis
pemeriksaan ini.
tuberkulosis.
g) MYCODOT
e) Adanya klasifikasi
kemudian
25
g) Bayangan millie.
adanya suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan
dengan batas lesi yang tidak jelas.kreteria yang kabur dan gambar yang
kurang jelas ini sering diduga sebagi pnemonia atau suatu proses
mana gambaran dari penyakit fibrotik kronik, tidak jarang kelainan ini
lebih teliti.
kali terjadi di beberapa area daninilah observasi yang dapat terjadi pada
itu,terjadi pula penyusutan volume lobus yang terlibat atau segmen dan
yang berisi jaringan granulasi sama baik dengan lesi kaseosi dan sering
c. Pemeriksaan CT Scan
paru dan sering tampak pada gambar rontgen karena kavitas tersebut
infeksi primer. TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh dara secara
berat.keadaan ini biasa terjadi pada bayi-bayi dengan gizi buruk atau
dapat terlihat pada rontgen thoraks akibat tumpang tindih dengan lesi
paru. Pada saat lesi mulai bersih, terlihat gambaran nodul-nodul halus
tajam.
.pada beberapa klien TB milier,tidak ada lesi yang terlihat pada hasil
29
dua fase, yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Penggunaan obat juga dapat
etambutol, yang tersedia dalam tablet tunggal maupun dalam sediaan dosis
tetap (fixed dose combination). Jenis obat lini kedua adalah kanamisin,
mg/kgBB per hari secara oral dalam dosis terbagi, tidak boleh
30
melebihi dua gram per hari. Atau dapat diberikan dua kali seminggu
kali seminggu
tidak melebihi satu gram per hari. Atau dapat diberikan dengan dosis
dua kali per minggu, 25-30 mg/kgBB secara intra muskular, tidak
a. Kategori 1 : 2RHZE/4RH3
b. Kategori 2 : 2 RHZES/RHZE/5RH3E
paru.
Berikut ini adalah pilihan obat yang dapat diberikan pada pasien
rifampisin
streptomisin
moxifloksasin, ofloksasin
etionamide, protionamide
Semua jenis OAT aman bagi ibu menyusui. Tatalaksana OAT yang
diberikan.
33
tidak perlu dirawat inap. Namun akan memerlukan rawat inap pada
c. Pneumotoraks
d. Empiema
a. BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan
adekuat
menunjukkan perbaikan
samping obat.
34
kali follow up, pasien dilakukan pemeriksaan fisik dan berat badan diukur.
tersedia.
dan pada akhir pengobatan. Pada penderita yang telah dinyatakan sembuh,
harus diperiksa baseline serum asam urat dan tes fungsi hati. Sedangkan
penglihatannya dan juga secara periodik dilakukan tes buta warna merah-
internasional selain alokasi APBD yang masih rendah [1]. Khusus warga
10. Komplikasi
pada paru.
pada orang-orang dengan daya tahan tubuh yang lemah dan dapat
(Maesaroh, S 2009).
beberapa jam.
infeksi yang tepat dan praktif kesehatan dari karyawan rumah sakit
isolasi TB. Jika dikenakan dengan tepat,alat ini akan menyaring nuklei
mungkin terpapar TB. Uji setengah tahun sekali harus dilakukan pada
area resiko tinggi atau saat konversi positif dari uji kulit TB sering
ditemukan.
harus diperiksa dengan uji kulit tuberkulit dengan rontgen dada untuk
terapi,jika diindikasikan.
pulmonal.
signifikan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian oleh Hirpa et al.
pengobatan yang sering terjadi pada fase aktif dua bulan per- tama yang
resistensi terhadap obat tuberkulosis. Khan et al., (2017) dan Patel et al.
obatan dilaporkan memiliki risiko untuk MDR TB lebih rendah. Hal ini
2017). Akibat tingkat kepa- rahan pada kelompok merokok dapat me-
gizi dengan kejadian MDR TB yang bersifat negatif dan signifikan. Hasil
bahkan berlanjut pada kematian yakni status gizi yang buruk pada pasien
bahwa staus gizi yang buruk banyak ditemukan pada pasien yang
salah satu model tertua membahas kesiapan untuk melaku- kan perilaku
minum obat
yang ada dalam diri individu dan dapat mempengaruhi individu tersebut
2017).
manfaat yang akan dirasakan jika melakukan perubahan peri- laku (Burke,
2015). Hasil analisis menun- jukkan bahwa ada hubungan tidak lang- sung
antara persepsi man- faat dengan kepatuhan minum obat bersifat positif
dan signifikan.
44
dijalani akan berdampak positif bagi dirinya akan lebih patuh dengan
terhadap manfaat dari peng- obatan tuberkulosis, maka akan mengu- rangi
Minum Obat
temuan ini didukung oleh penelitian Baral et al. (2014); Boru et al.
atau kendala berkurang atau hilang, maka kepatuhan akan meningkat. Hal
minum obat
al., 2016). Hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan tidak langsung
antara dukungan PMO dengan kepatuhan minum obat bersifat positif dan
minum obat. Dipaparkan oleh Craig and Zumla (2015) dan Deshmukh
tuberkulosis yang hidup sendiri dan jauh dari keluarga atau tetangga akan
Obat
dengan kepatuhan minum obat bersifat positif dan signifikan. Hal ini
pasien tentang tentang kepatuhan maka semakin tinggi pula pasien akan
perilaku sese- orang untuk cenderung merokok (Pedro et al., 2017). Hasil
hubungan kausal langsung. Gaete and Araya (2017) dan Jawad et al.,
bersifat negatif dan signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
sendiri maupun orang lain (Silva et al., 2017). Mereka yang memiliki
tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menerima dan
Diperoleh dari hasil studi Pärna et al. (2014) bahwa aktivitas me- rokok
secara signifikan.