Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PBL KASUS KELOMPOK KECIL

TB PARU

Disusun Oleh
Chatrin Ayuningtyas C.P.U ( 1902022 )
Dewi Jati Satyani ( 1902030 )
Ni Made Ayu Suryani ( 1902078 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA


YAKKUM YOGYAKARTA
2019/2020
KASUS KELOMPOK KECIL
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara (airborne).

2. Anatomi fisiologi terkait


a. Pernapasan
Organ dalam pernapasan

1) Hidung dan rongga nassal,


Rongga nassal adalah jalan masuk udara utama dan terdiri atas rongga berukuran
besar yang tidak beraturan yang dibagi menjadi dua lubang yang sama besar oleh
suatu septum.
Berfungsi : jalan napas pertama yang dilalui udara yang diinspirasi (dihirup), dan
berfungsi untuk menghangatkan, melembabkan & menyaring udara.
2) Faring,

Faring berada di belakang hidung, mulut, dan laring serta lebih lebar di atasnya.
Faring dibagi menjadi 3 nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Fungsi :Saluran napas dan makan, penghangat dan pelembaba, pengecap,
pendengaran, perlindungan, berbicara.

3) Laring,

Laring (kotak suara) memanjang dari langit-langit lidah dan tulang hioid hingga
trakea. Laring terdiri atas bebrapa kartilago yang berbentuk tidak beraturan &
melekat satu sama lain oleh ligamen dan membran. Kartilago utama meliputi : 1
kartilago tiroid, 1 kartilago krikoid, 2 kartilago aritenoid, dan 1 epiglotis.
Fungsi : Produksi suara, Berbicara, Pelindung saluran napas bawah, Jalan masuk
udara, Pelembab, penyaring, dan pengahangat
4) Trakea,

Trakea (pipa angin) merupakan kelanjutan dari faring dan memanjang ke bawah
hingga sekitar vetebra torasik ke-5 dimana trakea mengalami bifurkasi
(percabangan). Lapisan yang melapisi trakeaLapisan luar (jaringan elastik dan
fibrosa), Lapisan tengah (kartilago dan pita otot polos), Lapisan dalam ( epitilium
kolumar bersilia)
Fungsi : Penunjuang dan menjaga kepatenan jalan napas, Eskalator mukosiliaris,
Refleks batuk, Penghangat, pelembab, dan penyaring
5) Brokus,
Dua bronkus primer terbentuk oleh trakea yang membentuk percabangan, yaitu
sekitar vetebra torasik ke-5.
Bronkus ada 2 macam yaitu :
a) Bronkus kanan, lebih lebar, lebih pendek dari pada bronkus kiri, sehingga
cenderung sering mengalami obstruksi benda asing.
b) Bronkus kiri, lebih sempit dan lebih panjang dari pada bronkus kanan.
Bronkus terdiri atas jaringan ikat yang sama dengan trakea dan dilapisi oleh
epitelium kolumnar bersilia.
Fungsi : pengendali udara masuk
6) Bronkiolus
Brokiolus adalah percabangan bronkus dan sebelum paru-paru.
Bronkiolus terkecil (terminal) akan bercabang menjadi bronkiolus respiratorius &
kemudian menjadi duktus & sakus alveolaris.
Fungsi : Respirasi eksternal, pertahanan terhadap mikroba, pelembab dan
penghangat
7) Paru-paru,

Paru-paru terdapat dua paru paru yaang berada dikanan dan kiri, dimana masing-
masing terletak di samping garis medialis di rongga toraks. Paru-paru kanan di
bagi menjadi 3 lobus : superior, medialis, dan inferior. Paru-paru kiri terdiri atas
dua lobus yaitu superior dan inferior.
Fungsi : Pertukaran oksigen dan karbondioksida.
8) Alveolus
Alveolus percabangan bronkiolus paling ujung berbentuk seperti anggur yang
dilapisi dengan lapisan epitel dan matrik ekstraseluler yang dikelilingi oleh kapiler.
Lapisan epitel tersebut  berperan untuk memudahkan pengikatan oksigen yang
berasal dari udara dalam rongga alveolus yang dilakukan oleh darah di dalam
kapiler-kapiler darah.
Fungsi : Penyimpan udara dalam tubuh untuk sementara waktu, tempat pertukaran
gas
9) Pleura

Pleura adalah pembungkus paru atau pelindung paru yang terdiri dari kantong
membran serosa yang tertutup (masing-masing satu di tiap paru) dan berisi sedikit
cairan serosa. Pleura terdiri dari 2 lapisan yang ditambah rongga pleura, yaitu :
Pleura visera (melekat pada paru)
Pleura perietal (melekat pada dinding dada)
Rongga pleura (rongga antara pleura visera dan pleura prietal).
Fungsi : melindungi paruparu saat mengembang dan mengempis.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer untuk mencegah
kolaps paru
Bila terserang penyakit, udara atau cairan dapat masuk ke rongga pleura dan
menyebabkan paru-paru kolaps
Faktor yang mempertahankan tekanan negatif rongga pleura :
1. jaringan elastis paru-paru memberikan kekuatan kontinu yang cenderung
menarik paru menjauh dari dinding thorak .
2. kekuatan osmotik yang terdapat diseluruh membran pleura.
3. kekuatan pompa limfatik.
b. Otot pernapasan

1. Diapragma : kontraksi diapragma akan mendatarkan kubah, mengurangi tekanan


rongga torak sehingga menarik udara masuk ke paru-paru.
2. Interkostalis eksterna: membantu dg cara menaikkan iga & meningkatkan dimensi
rongga torak
3. Otot inspirasi aksesoris (skalenus, sternokleidomastoideus) membantu inspirasi
jika terjadi tahanan jalan napas atau ventilasi yg tinggi.
3. Etiologi
a. Infeksi bakteri mycobacterium tubercolosis. Bakteri ini berbentuk batang yang tahan
asam dan bersifat aerob.
b. Kegagalan pengobatan TB di area lain.

4. Klasifikasi dan cara penularan TB paru


 Tuberkulosis Paru adalah Tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim)
paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus
 Tuberkulosis Ekstra Paru adalah Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru. Ex : Pleura, selaput otak, selaput jantung (perikardium), kelenjar
lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dll.
Cara penularan
 Batuk atau bersinnya penderita TBC. Kuman akan tersebar melalui udara dalam
bentuk percikan ludah (droplet infection)
 Kita akan tertular ketika menghirup udara yang mengandung kuman tersebut
ketika kita bernapas, apalagi jika kita belum pernah mendapat vaksin BCG.

5. Pathofisiologis
6. Pemeriksaan diagnostik
 Tes Tuberkulin
Tes ini bertujuan untuk memeriksa kemampuan reaksi hipersensivitas tipe lambat
yang mencerminkan potensi sistem imun seseorang khususnya terhadap
Mycobacterium tuberculosis.
 Rontgen paru memegang peranan penting karena dapat membantu melihat letak,
bentuk, luas dan konsistensi kelainan yang dapat diduga adanya lesi tuberkulosis.
Rontgen paru dapat menggambarkan secara objektif kelainan anatomic paru dan
kelainan – kelainan bervariasi mulai dari bintik kapur, garis fibrotic, bercak infiltrate,
penarikan trakea, kavitas.
 Pemeriksaan serologi berguna untuk menilai Sistem Imunitas Humoral ( SIH )
khususnya kemampuan produksi antibodi dari kelas IgG terhadap sebuah antigen
dalam Mycobacterium tuberculosis. Bila seseorang belum pernah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis, SIH- nya belum diaktifkan maka tes serologi negatif.
Sebaliknya bila seseorang sudah pernah terinfeksi Myobacterium tuberculosis, SIH-
nya sudah membentuk IgG tertentu sehingga hasil tes akan positif.
 Pemeriksaan bakteriologi meliputi pemeriksaan dahak, sekret bronkus dan bahan
aspirasi cairan pleura.

7. Penatalaksanaan
Medis
1) Individu yang memeperlihatkan uji kulit tuberculin positif setelah sebelumnya
negative,bahkan jika individu tidak memperlihatkan adanya gejala aktif,biasanya
mendapat antibiotic selama 6-9 bulan untuk membantu respons imunnya dan
meningkatkan kemungkinan eradikasi basil total.
2) Jika tuberkolosis resisten obat muncul,obat yang lebih toksik akan
doprogramkan.pasien mungkin tetap menginap dirumah sakit atau di bawah
pengawasan sejenis karantina jika tingkat kepatuhan terhadap terapi medis
cenderung rendah.
3) Pemeriksan kontak
Pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita tuberkolosis
paru BTA positif.Pemeriksaan mwliputi klinis dan radiologi.
4) Vaksinasi BCG
5) Kemoprofilaksi dengan menggunakan INH 5mg/Kg BB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan/mengurangi populasi yang masih
sedikit.Komplikasi

Keperawatan
-          Mengobservasi tanda-tanda vital
-          Pemberian zat gizi tktp
-          Pemberian obat dan pengontrolan minum obat secara teratur
-          Menganjurkan pasien jika bersin atau batuk untuk menutup mulut
-          Membuang sputum pada tempat yang khusus
8. Epidemiologi
Tuberkulosis adalah salah satu dari sepuluh penyakit yang menyebabkan angka
kematian terbesar di dunia. Pada tahun 2015 jumlah penderita tuberkulosis baru di
seluruh dunia sekitar 10,4 juta yaitu laki – laki 5,9 juta, perempuan 3,5 juta dan anak –
anak 1 juta. Diperkirakan 1.8 juta meninggal antara lain 1,4 juta akibat tuberkulosis dan
0,4 juta akibat tuberkulosis dengan HIV (WHO, 2016).
Epidemiologi tuberkulosis di Indonesia, walaupun prevalensinya menunjukkan
penurunan yang signifikan berdasarkan survey epidemiologi tahun 1980 – 2004 secara
nasional telah mencapai target yang sudah ditetapkan tahun 2015 yaitu 221 per 100.000
penduduk dan WHO memprediksikan kurang lebih 690.000 tau 289/1000 terdapat
penderita tuberkulosis di Indonesia. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian kedua
setelah stroke pada usia 15 tahun ke atas dan penyebab kematian pada bayi dan balita
(Nizar, 2017).

9. Tanda gejala dan pencegahan


a. Tanda
 Penurunan berat badan
 Anoreksia.
 Dispnea.
 Spuntum hijau/kuning.
b. Gejala
 Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini dipengaruhi oleh daya
tahan tubuh penderita dan juga infeksi TBC yang masuk.
 Batuk
Terjadi karena adanya infeksi bronkus. Sifat batuk dimuali batuk kering
kemudian peradangan dan menjadi batuk produktif ( menghasilkan spuntum).
Pada keadaan lanjut spuntum berdarah karena pembuluh darah di ulkus bronkus
pecah.
 Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit ini yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
 Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (pleuritis).
 Malasise
Berupa anoreksia, tidak nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang,
nyeri otot,keringat malam.
c. Pencegahan
 Membuang dahak tidak di sembarang tempat.
 Melakukan pemeriksaan sedini mungkin.
 Menjaga kebersihan lingkungan rumah.
 Tidak merokok.
 Melakukan imunisasi BCG dengan tepat waktu yaitu bayi di usia 0-2 bulan.
 Mencuci tangan setelah selesai batuk dan bersin

10. Komplikasi
 Hemoptysis.
 Gagal nafas.
 Efusi pleura emplema.
 Laringitis.
 Aspergiloma.
 Fibrosis paru kur pulmonal.
 Kalsisikasi pleura/paru.
 Amiloidosis.
 Kolonisasi mikrobacterium atipikal.

11. Prognosis
Prognosis TBC ini tergantung pada diagnosis dini dan pengobatan. Tuberkulosis
extra-pulmonary membawa prognosis yang lebih buruk. Pengobatan biasanya dilakukan
selama 6-9 bulan tergantung tigkat keparahan dari TBC ini.
12. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat sakit sekarang.
 Tanda dan gejala biasanya pasien mengeluh nyeri dada, sesak nafas (dipsnea),
batuk berdahak yang tak kunjung membaik lebih dari 3 minggu.
 Berkurangnya nafsu makan.
 Badan lemas, berkeringat dingin saat malam hari.
2. Riwayat sakit masa lalu.
 Tidak ada.
3. Riwayat sakit keluarga.
 Tidak ada
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pengamatan umum
Keadaan umum : Lemah
Keadaan sakit : Sedang
Tingkat kesadaran : Sadar
Ekspresi Wajah : Tampak gelisah
b. Pengukuran geometri
BB Sekarang  : -
TB Saat pengkajian : -
BBI : -
Kesimpulan : BB tidak ideal.

c. Tanda –Tanda vital


Suhu : normal
Nadi : normal
Respirasi : cepat
Tekanan darah : normal

d. Pemeriksaan (kepala, mata, hidung dan tenggorokan)


1. Kepala        
Bentuk :  Bulat
Keluhan yang berhubungan : Pusing
2. Mata                       
Ukuran pupil : normal
Isokor : Ya
Reaksi terhadap cahaya : Mengecil
3. Hidung                   
Reaksi alergi : Tidak ada
Bentuk hidung : Normal
Fungsi penciuman : Baik
Peradangan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Menggunakan alat bantu : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada

4. Mulut dan Tenggorokan  


Keadaan rongga mulut : Kering
Problem menelan : Tidak ada
Gangguan bicara : Tidak ada
Fungsi mengunyah : Baik Tidak ada kelainan

5. Leher
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
Arteri karotis : Teraba
Pembesaran tiroid : Tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada

6. Dada( Inspeksi,Palpasi,Auskultasi,Perkusi) 
Bentuk dada : Simetris
Pergerakan pernafasan : Cepat
Bunyi pernafasan : Vesikuler
Pola nafas/batuk : Batuk kering
Sputum : Kental
Frekwensi pernafasan : Takipnea ( 26x/menit)
Bunyi nafas tambahan : Ronchi (+)
Keluhan : Ada kelainan

7. Jantung
Bunyi jantung ( S1,S2) : S1 dan S2 Normal
Bunyi jantung tambahan : TIdak ada
Irama jantung : Irreguler ( tidak teratur)
Keluhan : Jantung berdebar-debar

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis disstres pernafasan.
4. Nyeri akut b.d agen pencederaan fisiologis.
5. Resiko harga diri kronis b.d faktor biologis.
C. Intervensi
no Diagnosis Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi adanya 1. Pengkajian yang


jalan nafas b.d obstruksi jalan 3x24 jam diharapkan pasien tambahan bunyi optimal akan
nafas. akan mempertahankan jalan pernafasan (adanya memberikan data yang
nafas yang paten dengan ronchi) objektif untuk
bunyi nafas bersih atau jelas 2. Identifikasi status mencegah
dengan kriteria hasil pasien pernafasan (takipnea) kemungkinan
akan menunjukkan perilaku komplikasi dan
untuk memperbaiki bersihan menjadi parameter
jalan nafas misalnya batuk dalam mengetahui
efektif dan mengeluarkan sejauh mana intervensi
sekret. yang diperlukan
untukmengatasi bunyi
tambahan akibat
sekret.
2. Untuk mengetahui
apakah pasien sudah
mulai bernafas dengan
maksimal.
2. Defisit nutrisi b.d faktor Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan diet TKTP, 1. Pemberian kalori dan
psikologis disstres 3x24 jam diharapkan pasien berikan dalam bentuk protein tinggi perlu
pernafasan. 1. Mampu mencukupi yang sesuai dengan diberikan untuk
kebutuhan perkembangan kesehatan mengimbangi status
metabolisme tubuh. pasien (bubur lunak, hipermetabolisme
2. Klien melaporkan bubur kasar, nasi biasa) pasien.
nafsu makan 2. Pemberian preparat zat 2. Pemberian preparat
meningkat. besi dan vitamin B12 zat besi dan vitamin
(sesuai indikasi) B12 dapat mencegah
3. Kolaborasikan anemia, pemberian
pemberian nutrisi asam folat mungkin
parental. diperlukan untuk
4. Lakukan perawatan oral mengatasi defisiensi
hygiene karena malabsorbsi.
3. Pemberian nutrisi
perlu dikolaborasikan
dengan dokter dan
ahli gizi berhubungan
dengan nafsu makan
dan kebutuhan tubuh
pasien.
4. Meningkatkan
kenyamanan dan
selera makan.
3. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan tekhnik 1. Pembelajaran
pencederaan fisiologis. 3x24 jam diharapkan pasien nonfarmakologi untuk tekhnik ini dapat
1. Dapat mengatasi mengurangi rasa nyeri. digunakan apabila
rasa nyeri. 2. Berikan analgetik secara pasien mengalami
2. Pasien melaporkan tepat. nyeri saat dirumah
nyeri yang dirasakan dan pasien dapat
sudah membaik. memanagement
nyeri yang
dirasakan.
2. Pemberian analgetik
diperlukan untuk
mengurangi nyeri
sesak nafas pada
pasie karena
management nyeri
nonfarmakologi
menggunakan nafas
yang dalam dan
pasien akan
mengalami kesulitan
saat melakukannya.

D. Evaluasi
1. Jalan nafas pasien mulai membaik.
2. Nafsu makan pasien sudah membaik.
3. Kebutuhan nutrisi tubuh pasien sudah tercukupi.
4. Pasien mampu mengatasi nyeri.
13. Issue legal etik
Dalam kasus ini,peran perawat sebagai advokad harus bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam hal informed consent atas tindakan perawatan yang dilakukan.
Selain itu juga harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien serta memastikan
kebutuhan klien terpenuhi.
1. Otonomi
Prinsip bahwa individu mempunyai hak menentukan diri sendiri, memperoleh
kebebasan dan kemandirian. Perawat yang mengikuti prinsip ini aka menghargai
keluhan gejala subjektif (misal, sesak nafas) dan meminta persetujuan tindakan
sebelum prosedur dilaksanakan.
2. Nonmaleficience
Prinsip menghindari tindakan yang membahayakan. Bahaya dapat berarti dengan
sengaja,resiko atautidak sengaa membahayakan. Perawat harus mengetahui tindakan
keperawatan pada pasien TB paru dan melaksanakannya dengan benar dengan tujuan
menyembuhkan pasien.
3. Beneficience
Prinsip bahwa seseorang harus melakukan kebaikan. Perawat melakukan kebaikan
dengan mengimplementasikan tindakan yang menggantungkan/bermanfaat bagi
klien. Dapat terjadi dilema bila klien menolak tindakan tersebut atau ketika petugas
kesehatan berperan sebagai peneliti, perawat harus melakukan tindakan keperawatan
ketika pasien merasakan sesak nafs dan memberikan obat kepada pasien.
4. Justice
Prinsip bahwa individu memiliki hak diperlakukan setara. Perawat harus
melakukan pasien sama dengan yang lain, maksud dari pernyataan tersebut adalah
tidak membeda-bedakan pasien berdasarkan kelas karena semua pasien berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan.
5. Fidelity
Perawat harus mempertanggungjawabkan semua tindakan asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien.
6. Veracity
Perawat harus memberi motivasi pada pasien agar pasien mempunyai semangat
untuk hidup karena pada penyakit ini pasien selalu berpikir mendekati ajal.
( Menurut Rudi,2013)
14. Advokasi
Advokasi, mengarah pada loyalitas dan suatu upaya pemenuhan kebutuhan
individu yang membutuhkan perawat untuk mengedukasi pasien sehingga pasien
mengetahui haknya dan mampu mengakses berbagai kemudahan yang ditujukan
untuknya. Dalam advokasi terdapat suatu kontrak sosial antara profesi perawat dan
masyarakat. Advokasi sendiri juga didasarkan pada prinsip etik lainnya seperti keadilan
dan otonomi. Dalam pelayanan kesehatan perawat membantu pasien untuk mendapatkan
pelayanan yang sesuai. Advokasi juga dapat dilakukan oleh perawat dengan mendukung
upaya pasien menjaga otonominya dalam pengambilan keputusan jika pasien dianggap
masih mampu mengambil keputusan. Selain itu bentuk advokasi yang dapat dilakukan
perawat adalah dengan menyampaikan dan mendiskusikan keinginan pasien dan
keluargaya terkait dengan proses keperawatan.
(sofia rhosma dewi,2014)
DAFTAR PUSTAKA
PPT anatomi fisiologi sistem respirasi oleh Indah Prawesti., S.Kep., Ns., M.Kep
https://repository.unej.ac.id/biesteam/handle/123456789/91631/Fajar_Bagaskara_152303
101086_spilt.pdf?sequence=1
http://repository.unimus.ac.id/1129/3/BAB%202.pdf
http://repository.unimus.ac.id/1049/3/BAB%20II.pdf
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai