Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

“Tn. M” DENGAN DIAGNOSA MEDIS “ TBC“


DI JL. DEWI SARTIKA
PALU SELATAN

Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga

DISUSUN OLEH :

EVI MUNIF SARO, S.Kep


NIM : 2019032023

MENGETAHUI :
PEMBIMBING AKADEMIK

Ns. Yuhana Damantalm, M.Erg


Nik. 20110901019

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS (TBC)

A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi Tuberkulosis
a. TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan olehmycobacterium
tuberculosisdengangejala yang sangat bervariasi (Mansjoer, 2017).
b. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi
(Daniel, 2017).
c. Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis (Price & Loraine, 2017).
d. Tuberkulosis adalah infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (Brunner dan Suddarth, 2017).
2. Anatomi dan fisiologi
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh struktur
tulang selangka.Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma.Berat
paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-
masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar
serta struktur-struktur lain di dalam rongga dada. Selaput yang membungkus paru-paru
disebut pleura.Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri.Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru.
b. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu
ada gerakan bernafas.
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga gelambir
(lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah (lobus medius), dan gelambir
bawah (lobus inferior).Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir
atas (lobus superior) dan gelambir bawah (lobus inferior).Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen,
yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah segmen pada inferior. Paru-
paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua
buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap
segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.Diantara
lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah
getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus.Di dalam
lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa, alveoli, atau alveolus).Pada gelembung inilah terjadi pertukaran udara di
dalam darah, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.Gelembung alveoli
ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.Jika dibentangkan luas permukaannya ±
90m2.Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700juta buah. Ukurannya
bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks,
ukuran alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus.Tipe I berukuran
besar, datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran udara.Sedangkan
tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara.Sel-sel tipe II
inilah yang memproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan mencegah kolapnya
alveolus.
3. Etiologi
Penyebab Tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 -4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar
kuman terdiri asam lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam
sehingga disebut Bakteri Tahan Asam (BTA) dan juga lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin, ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant sehingga kuman dapat
bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi (Soeparman & Waspadji, 2017).
4. Manifestasi Klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak semal 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan. Gejala-
gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
brokektiasis, bronchitis kronik, asma, kanker paru, dan lain-lain. Meningat prevelensi TB di
Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang UPK dengan gejala tersebut
diatas, di anggap sebagai seorang tersangka pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung(Mansjoer, 2017).
5. Patofisiologi
Tempat masuk kuman mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernapasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan TB terjadi melalui udara,
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandungkuman-kuman basil tuberkel yang berasal
dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar
tertahan disaluran hidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah
berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atas paru atau di bagian atas
lobus bawah, basil tuberkel ini mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear
tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme
tersebut. Sesudah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Makrofag mengadakan
infiltrasi dan menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai
20 hari (Mansjoer, 2017).
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju
yang disebut nekrosis kaseosa. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk
jaringan parut kolagenosa yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberkel. Lesi primer paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer disebut kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi
pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu bahan cair lepas ke dalam bronkus yang
berhubungan dan menimbulkan kavitas. Proses ini akan masuk ke dalam percabangan
trakheabronkial. Bila peradangan mereda, lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan sehingga kavitas penuh dengan bahan pengkijuan dan lesi tidak terlepas dan
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif (Price &
Loraine, 2017).
6. Pathway TBC

Hipertermi

Perubahan Status
Kesehatan Kurang Terpapar Kurang
Informasi Pengetahuan
Sumber: Surya, 2018
7. Cara Penularan
Menurut pedoman nasinal penanggulangan Tuberkolosis (Depkes RI, 2017) cara
penularan TB sebagai berikut;
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan
dahak.
c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berda dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa
jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
d. Daya penularan seseorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikelurakan
dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
pasien tersebut.
e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
8. Pengobatan Tuberkulosis
a. Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakteristik, dapat membunuh 90% populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Dosis pertama yang dianjurkan 5
mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu diberikan dengan
dosis 10 mg/kg BB.
b. Rifampisin (R)
Bersifat bakteristik, dapat membunuh kuman semi dormant (presisten) yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. 10mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan
harian ataupun intermitten 3x seminggu.
c. Pirazinamid (Z)
Bersifat bakteristik, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam .dosis harian dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan
intermitten 3x seminggu dengan dosis 35 mg/kg BB.
d. Streptomosin (S)
Bersifat bakteristik, dosis harian yang diberikan 15 mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan intermitten 3x seminggu dengan dosis yang sama. Penderita sampai umur
60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk umur diatas 60 tahun diberikan 1,50
gr/hari.
e. Etambutol (E)
Bersifat sebagai bakteriostatik, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu dengan dosis 30 mg/kg
BBDepkes RI, 2017).
Prinsip pengobatan
Obat Tuberkulosis diberikan dalam bentuk kombinasi dalam beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, dosis awal dan dosis lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal.Untuk menjamin kepatuhan penderita minum obat, pengobatan
perlu diawasi secara langsung oleh seorang pengawas minum obat (PMO).Pengobatan
Tuberkulosis diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
a. Tahap intensif
Pada tahap awal penderita mendapat obat setiap hari, bila pengobatan diberikan
secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu.Penderita dengan BTA positif menjadi negatif pada akhir pengobatan intensif.
b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu lebih lama.
Program nasional penanggulangan Tuberkulosisdi Indonesia menggunakan paduan
OAT:
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/SH3R3E3
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Obat sisipan : HRZE
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak, untuk memudahkan
pemberian minum obat dan menjamin kelangsungan kontinuitas pengobatan sampai
selesai. Satu paket untuk satu penderita dalam satu masa pengobatan.
9. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari (2HRZE) diberikan setiap hari selama 2 bulan.Kemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari (4H3R3) diberikan 3 kali seminggu
selama 4 bulan
Obat ini diberikan untuk:.
a. Penderita baru Tuberkulosis paru BTA positif
b. Penderita Tuberkulosis paru BTA Negatif Rontgen Positif
c. Penderita Tuberkulosis Ekstra paru berat

Tabel 2.1Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Kategori I


Tahap pengobatan Lama Dosis perhari Jumlah
pengobatan hari/kali
menelan
obat
H R Z E
300 mg 450 500 mg 250
mg mg
Intensif (dosis 2 bulan 1 1 3 3 56
harian)
Lanjutan (dosis 3X 4 bulan 2 1 … … 48
seminggu)
Sumber : DepKes RI, 2017

10. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)


Tahap intensif diberikan selama tiga bulan, yang terdiri dari dua bulan dengan
(2HRZE) dan suntikan streptomisin setiap hari di UPK.Dilanjutkan dengan (1HRZE) setiap
hari. Setelah itu dilanjutkan dengan tahap lanjutan selama lima bulan dengan HRE yang
diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan penyuntikan streptomisin diberikan
setelah pemberian minum obat.
Obat ini diberikan untuk:
a. Penderita kambuh (relaps)
b. Penderita gagal (failure)
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)
Tabel 2.2 Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Kategori 2
Tahap Lama H R Z Etambutol Strepto Jumlah
E E
pengoba pengoba 300 450 500 misin hari/kali
250 500
tan tan mg mg mg injeksi menelan obat
mg mg
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gm 56
(dosis
haria) 1 bulan 1 1 3 3 - 28
Lanjuta 4 bulan 2 1 - 1 2 - 48
n (dosis
3X
semingg
u)
Sumber: DepKes RI, 2017
11. Kategori-3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama dua bulan, diteruskan
dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama empat bulan diberikan tiga kali seminggu
(4H3R3)
Obat ini diberikan untuk:
a. Penderita batuk BTA negatif dan ronsen positif sakit ringan
b. Penderita ekstra paru ringan, yaitu limfadenitis, plueritis eksudativa unilateral,
Tuberkulosis kulit, Tuberkulosis tulang, sendi dan kelenjar adrenal.
Tabel 2.3 Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Kategori 3

Tahap Lama Dosis per hari/kali Jumlah hari/kali


H 300 mg R 450 Z 500
pengobatan pengobatan menelan obat
mg mg
Intensif (dosis 2 bulan 1 1 3 56
harian)
Lanjutan 4 bulan 2 1 … 48
(dosis 3X
seminggu)
Sumber : DepKes RI, 2017
12. OAT Sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap internsif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif.Diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama
1 bulan.
Tabel 2.4 Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Sisipan

Tahap Lama H 300 R 500 Z 250 E 250 Jumlah


pengobat pengobatan mg mg mg mg hari/kali
an menelan obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 28
(dosis
harian)
Sumber: DepKes RI, 2017

13. Komplikasi
a. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat menyebabkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b. Bronchiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrasis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
c. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang persendian, ginjal dan
sebagainya.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. M
DENGAN TUBERKULOSIS

A. PENGKAJIAN KELUARGA
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn. M
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 42 tahun
d. Pendidikan : SLTA
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Alamat : Jl. Dewi Sartika
h. Suku/kebangsaan : Kaili/Indonesia
i. Jumlah anggota keluarga : 3 orang

2. Komposisi keluarga
Hub dg
No Nama Umur Sex Pendidikan Pekerjaan
KK
1 Tn. M 42 th L KK SLTA Wiraswasta
2 Ny. S 40 th P Istri SLTA IRT
3 Tn. R 19 th L Anak SLTA -

Genogram :
Keterangan :

: Laki laki

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal serumah

: Klien

3. Tipe keluarga
Jenis keluarga Tn. M termasuk dalam kategori Keluarga Inti  (Nuclear Family) karena
terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak tinggal dalam satu rumah.
4. Suku Bangsa
Keluarga Tn. M mengatakan bersuku kaili dan berbangsa Indonesia, bahasa yang sering
digunakan dalam keluarga Tn. Madalah bahasa kaili dan Indonesia
5. Agama
Semua anggota keluarga Tn. M beragama Islam dan taat dalam menjalankan ibadah shalat
5 waktu.
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan keluarga Tn. M tidak menentu karena Tn. M hanya bekerja sebagai
wiraswasta, penghasilan tergantung banyaknya penjualan yang didapat kurang lebih Rp.
3.000.000 – 1.000.000. Ny. S mengatakan perekonimian keluarga hanya bergantung
kepada suaminya untuk kebutuhan sehari-hari.
7. Aktifitas Rekreasi
Keluarga jarang rekreasi, keluarga memanfaatkan waktu luang untuk menonton televisi
bersama dirumah, rekreasi diluar rumah tidak pernah dilakukan.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. M saat ini termasuk dalam taraf perkembangan keluarga usia lanjut.
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Secara umum tidak ada masalah dalam tahap perkembangan keluarga saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Tn. M mengatakan menderita TBC sejak sekitar 3 bulan yang lalu, sering mengeluh
batuk-batuk, berat badan menurun, sering berkeringat malam, dan kadang-kadang sesak.
4. Riwayat penyakit keluarga sebelumnya
Dalam keluarga tidak ada yang menderita TBC sebelumnya.

C. Data Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Keluarga menempati rumah sendiri, jenis permanen, dinding dari tembok. Lantai rumah
diplester semen, mempunyai 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan WC.
Ventilasi dan pencahayaan cukup baik, penerangan dengan listrik.
2. Denah Rumah Keluarga Tn M

U 4 5

2 3 2

Keterangan : 1. Kamar tamu


2. Kamar tidur
3. Ruang makan
4. Dapur
5. Kamar mandi dan WC

3. Karakteristik tetangga dan komunitas


Tn. M mengatakan hubungan dengan tetangga baik dan saling membantu.
4. Mobilitas geografis keluarga.
Sebagai penduduk asli kabuan baru keluarga Tn. M tidak pernah transmigrasi maupun
imigrasi
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. M yang tinggal serumah dengannya selalu berkumpul dirumahnya.Interaksi
keluarga Tn. M dengan masyarakat cukup baik, selalu ikut berpartisipasi dengan kegiatan
yang diadakan oleh warga setempat.
6. Sistem pendukung keluarga
Keluarga saling mendukung satu sama lain saat ada masalah, sanak Saudara Tn. M sering
memberikan dukungan baik secara mental maupun finasial.

D. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Tn. M dan seluruh anggota keluarga menggunakan Bahasa kaili dalam komunikasi sehari
hari
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Didalam keluarga yang berperan dalam mengambil keputusan adalah Tn. M tetapi juga
dibantu oleh istrinya Ny.S.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn.M sering mengikuti perkumpulan ataupun kegiatan yang dilaksanakan di RW
nya, Tn. M sering mengikutikerja bakti 1 bulan sekali.
4. Sistem pendukung keluarga
Secara materi selain dari penghasilah Tn. M untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Ny.S
ikut membantu secara materi maupun non materi juga ikut berperan dalam pengambilan
keputusan.

E. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga Tn. M adalah suatu keluarga yang sederhana.Tn. M sangat menyayangi
keluarga, dia tinggal bersama istrinya Ny.S dan anaknya Tn. R dan hubungan antar
keluarga baik.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. M selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik pada
anaknya. Keluarga Tn.M mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan interaksi
sosial pada anaknya dengan tetangga dan masyarakat yaitu dengan sering melakukan
interaksi dengan tetangga sekitar, dan selalu mengikuti kegiatan yang diadakan warga.
Tn. M masih mengikuti kegiatan rutin warga yaitu kerja bakti dan Ny.S masih
mengikuti kegiatan seperti pengajian.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Saat dikaji Tn. M sedang menjalankan pengobatan TBC yang sudah masuk tahap
lanjutan yaitu pengobatan bulan ke 3, meskipun sudah masuk tahap lanjutan klien
masih batuk, berkeringat malam dan kadang-kadang sesak. Tn. M sangat rutin minum
obat, Keluarga Tn. M belum mengetahui penyebab, cara mencegah dan penanganan
jika batuk dan sesaknya kambuh.

F. Stres dan koping keluarga


1. Stresor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka panjang yang saat ini dirasakan keluarga Tn. M adalah penyakit TBC
terutama gejalanya yaitu batuk dan kadang-kadang sesak yang muncul. Ketika Tn. M
melakukan aktivitasnya sebagai nelayan dan udara sangat dingin dia merasa batuk dan
sesak, dia merasakan cemas dan takut akan penyakitnya. Sedangkan stresor jangka
pendek adalah ketika tidak bisa menafkai keluarganya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap
situasi/stressor dan strategi koping yang digunakan
Keluarga Tn. M sudah bisa beradaptasi dengan penyakit yang beliau derita. Setiap kali
penyakit Tn. M kambuh Ny. S menyuruh untuk beristirahat dan mengingatkan untuk
meminum obat. Strategi koping yang digunakan adalah dengan bermusyawarah dengan
anggota keluarga lain dan berdoa kepada Tuhan.

G. Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga


Keluarga Tn. M berharap bahwa perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang dapat
meningkatkan status kesehatan keluarganya, terutama kepadanya yang menderita TBC,
keluarga mengharapkan Pendidikan kesehatan dari perawat untuk pola hidup sehat.Keluarga
Tn. M juga berharap bahwa ada tim kesehatan yang melakukan peninjauan secara rutin tiap
sebulan sekali mengenai masalah kesehatan yang ada di wilayah Tn. M sehingga Tn. M dan
warga lainnya dapat mengatasi penyakit-penyakit yang ada.
H. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ini dilakukan pada setiap anggota keluarga terutama yang diidentifikasi
sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.
Komponen Tn. M Ny. S Tn.R
Keadaan Kesadaran: CM Kesadaran: CM Kesadaran: CM
Umum TD : 120/70 mmHg TD : 110/60 mmHg TD: 110/70 mHg
Nadi : 92x/menit Nadi : 86 x/menit Nadi : 90 x/menit
RR : 22 x/mnt RR: 18 x/mnt RR: 20 x/mnt
BB : 52 Kg BB : 49 Kg BB : 48 Kg

Keluhan Keluhan batuk, Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan


berkeringat pada
malam hari dan
kadang-kadang sesak
Kepala dan Bentuk mesocephal, Bentuk mesocephal, Bersih, tidak ada
rambut tidak ada lesi, tidak tidak ada lesi, tidak lesi, tidak ada nyeri
ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, tekan, simetris, tidak
rambut warna putih, rambut warna hitam, beruban.
bersih, kulit kepala bersih, kulit kepala
bersih. bersih.
Mata Mata kanan kiri Mata kanan kiri Simetris, tidak
simetris, konjungtiva simetris, konjungtiva anemis, pengelihatan
tidak anemis, tidak tidak anemis, tidak normal.
memakai alat bantu, memakai alat bantu,
mata simetris kanan mata simetris kanan
dan kiri, sklera tidak dan kiri, sklera tidak
ikterik. ikterik.
Hidung Bentuk simetris, tidak Bentuk simetris, Tidak ada kelainan
ada polip, tidak ada tidak ada polip, tidak
nafas cuping hidung ada nafas cuping
hidung
Mulut dan Gigi tidak lengkap, Gigi tidak lengkap, tidak ada sekret,
tenggorokan rata dankotor, Mukosa rata dankotor, simetris
bibir lembab, tidak Mukosa bibir
terdapat sianosis pada lembab, tidak
bibir dan lidah. terdapat sianosis
pada bibir danlidah.

Telinga Bentuk sama besar Bentuk sama besar Mukosa bibir


antara kanan dan kiri antara kanan dan kiri lembab, tidak ada
dan sama tinggi, dan sama tinggi, gangguan
pendengaran masih pendengaran masih
baik. baik

Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada Tidakada


kelenjar thyroid pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
thyroid thiroid

Dada  Inspeksi: Bentuk  Inspeksi: Bentuk  Inspeksi: Bentuk


simetris, simetris, simetris,
Pernafasan tak Pernafasan tak Pernafasan tak
menggunakan otot menggunakan menggunakan
bantu pernafasan otot bantu otot bantu
 Palpasi: Ekspansi pernafasan pernafasan
dada maksimal,  Palpasi: Ekspansi  Palpasi: Ekspansi
vokal fremitus rata dada maksimal, dada maksimal,
kanan-kiri vokal fremitus vokal fremitus
 Perkusi tidak rata kanan-kiri rata kanan-kiri
terkaji  Perkusi tidak  Perkusi tidak
 Auskultasi: terkaji terkaji
Vesikuler, Irama  Auskultasi:  Auskultasi:
reguler, terdengar Vesikuler, Irama Vesikuler, Irama
suara ronchi reguler, tak ada reguler, tak ada
basah. suara tambahan, suara tambahan,
tidak ada sekret. tidak ada sekret.
Abdomen  Ins  In  In
peksi: Simetris, speksi: Simetris, speksi: Simetris,
tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
distensi abdomen distensi abdomen distensi abdomen
 Au  A  A
skultasi: Bising uskultasi: Bising uskultasi: Bising
usus 10 x/menit usus 10 x/menit usus 10 x/menit
Ekstremitas - Kekuatan Otot : - Kekuatan Otot : - Kekuatan Otot :
o Atas: Kekuatan o Atas: Kekuatan o Atas: Kekuatan
otot : 5 - 5 otot : 5 - 5 otot : 5 – 5
o Bawah: Kekuatan o Bawah: o Bawah:
otot : 5 – 5 Kekuatan otot : Kekuatan otot :
5–5 5–5
o
Integumen Kulit sawo matang, Kulit sawo matang, Kulit sawo matang,
sudah keriput, turgor sudah keriput, turgor turgor kulit baik <2
kulit baik <2 detik dan kulit baik <2 detik detik
tidak terdapat bercak-
bercak pada kulit.

I. Analisa Data Dan Perumusan Diagnosa


Data Problem Etiologi
1. DS : Defisiensi pengetahuan Ketidakmampuan
- Tn. M mengatakan sering
pada keluarga Tn. M keluarga khususnya
mengeluh batuk-batuk, berat
Tn. M mengenal
badan menurun, sering
masalah tentang
berkeringat malam, dan
penyakit TBC dan
kadang-kadang sesak.
perawatannya
- Keluarga Tn. M belum
mengetahui penyebab, cara
mencegah dan penanganan
jika batuk dan sesaknya
kambuh.

DO :
- Terdengar suara ronchi
basah.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisiensi Pengetahuan pada keluarga Tn. M berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga Tn. M mengenal masalah tentang penyakit TBC dan perawatannya

K. SCORING
1. Defisiensi Pengetahuan pada keluarga Tn. R berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga khususnya Ny .S mengenal masalah tentang penyakit Hipertensi dan
perawatannya.
Kriteria Skor Total Pembenaran

1. Sifat Masalah : 3/3x1=1 1 Masalah TBC sudah diderita Tn. M


Aktual sejak 3 bulan yang lalu. Keluarga
Tn. M belum mengetahui penyebab,
cara mencegah dan penanganan jika
batuk dan sesaknya kambuh.
2. Kemungkinan 2/2x2=2 2 Keluarga Tn. M antusias sekali
Masalah dapat untuk mengetahui tentang penyakit
diubah : TBC yang terjadi pada Tn. M dan
Mudah perawat mampu untuk memberikan
informasi mengenai TBC serta cara
pencegahan agar keluarga tidak
tertular TBC.
3. Potensial 2/3x1=2/3 2/3 Keluhan tentang penyakit TBC yang
Masalah dapat di alami Tn. M mbatuk-batuk, berat
dicegah : badan menurun, sering berkeringat
Cukup malam, dan kadang-kadang sesak.
4. Menonjolnya 0/2x1=0 0 Keluarga menganggap tidak ada
Masalah : masalah pengetahuan, karena
masalah tidak masalah yang dirasakan Tn. Mbisa
dirasakan sembuh asal minum obat dengan
teratur dan sampai tuntas 6 bulan.
Jumlah 32/3

INTERVENSI
Tujuan
Tujuan Jangka
No Jangka Standar Evaluasi Intervensi
Pendek
Panjang
1 Setelah Setelah Keluarga PENDKES
dilakukan dilakukan 3 kali mengerti tentang : 1. Jelaskan dan diskusikan
pengkajian kunjungan  Penyebab dengana keluarga tentang
dan tindakan keluarga dapat : TBC penyakit TBC:
keperawatan 1. Memahami  Tanda dan  Pengertian
selama 3 hari tentang gejala TBC  Penyebab
tingkat penyebab  Faktor yang TBC
pengetahuan TBC mempengaruhi  Tanda dan
tentang TBC TBC gejala
2. Dapat
pada keluarga  Komplikasi  Faktor resiko
merawat
Tn. M  Cara TBC
anggota
meningkat pencegahan  Komplikasi
keluarga
dan perawatan
dengan TBC  Cara
 Dapat
3. Keluarga pencegahan dan
mengatur pola
dapat perawatan TBC.
makan dan
mengatur 2. Ajarkan batuk efektif dan
aktivitas
pola hidup fisioterapi dada
dengan batuk 3. Motivasi keluarga untuk
efektif dan selalu memperhatikan
tidak makanan dan waktu
merokok minum obat Tn. M
IMPLEMENTASI

No
. Waktu Tindakan Keperawatan Respon TTD
Dx
1 Kamis, 1. Memberikan S:
05-02-2021 Pendidikan - Keluarga Tn. M
Jam 11.30 – kesehatan mengenai mengatakan mengerti
12.00 TBC, mulai dari dengan Pendidikan
pengertian, kesehatan mengenai TBC
penyebab, tanda dan EVI
yang telah di sampaikan
gejala, komplikasi
O:
dan pencegahan TBC
2. Mengukur TD pada - Keluarga Tn. M kooperatif
Tn. M dan aktif bertanya

- TD Tn. M : 120/70 mmHg


1 Sabtu, 1. Melakukan evaluasi S : Keluarga mengatakan EVI
06-02-2021 terhadap Pendidikan sudah mulai mengatur pola
Jam 11.00- kesehatan yang telah makan dan mengatur
11.30 diberikan kemarin istrirahat serta Tn. M tidak
merokok lagi
2. Mengajarkan batuk
Efektif  Keluarga dapat
menjelaskan kembali
tentang Pengertian,
penyebab,Tanda dan
O: gejala TBC, komplikasi
dan pencegahan TBC
 Tn. M mampu
melakukan batuk
efektif dengan cara
menarik nafas panjang
kemudian menahan 2-
3 baru batuk
1 Senin, 1. Mengajarkan keluarga S : Keluarga mengatakan
08-02-2021 Tn. M fisioterapi dada sudah bisa melakukan
jam. 09.30- fisioterapi dada
11.00 O : Tn. M minum air hangat
sambil berjemur kemudian EVI
istri (Ny. S) menepuk-
nepuk dada Tn. M
selanjutnya Tn. M
malakukan batuk efektif

EVALUASI

NO HARI/
EVALUASI TTD
DX TANGGAL
Selasa, S : Keluarga mengatakan sudah paham dengan TBC secara EVI
1
09-02-2021 teori, dan cara merawat keluarga dengan TBC serta
jam. 09.30- mencegah penularan TBC dari menggunakan masker,
11.00 tidak batuk sembarangan, serta tidak membuang dahak
sembarangan
O:
1. T
n. M sudah bisa melakukan batuk efektif, fisioterapi
dada dan tidak membuang dahak sembarangan
2. T
n. M tidak merokok lagi serta rutin minum obat
A : Masalah kurang pengetahuan teratasi
P : Motivasi keluarga agar selalu memperhatikan kesehatan
dan aturan minum obat.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai