Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN : TUBERCULOSIS (TBC)
DI PUSKESMAS TANAH PUTIH TANJUNG MELAWAN

OLEH :
ADE RIANI
NIM :

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
2022

0
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi kesehatan dunia /
world health organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis.Tuberculosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di
dunia. Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan kasus kematian hamper mencapai 2 juta manusia. Di
semua Negara telah terdapat penyakit ini, tetapi yang terbanyak Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%, dan
untuk Cina dan India secara tersendiri sebesar 35% dari semua kasus tuberculosis.
Laporan WHO( global reports 2010), mengatakan pada tahun 2009 anga kejadian TB diseluruh dunia
sebesar 9,4 juta (antara 8,9 juta hingga 9,9 juta jiwa) dan meningkat terus secara perlahan pada setiap
tahunnya dan menurun lambat seiring didapati peningkatan perkapita. Prevalensi kasus TB didunia sebesar
14 juta ( berkisar 12 juta sampai 16 juta). Jumlah penderita TB di Indonesia mengalami penurunan, dari
peringkat ke-3 menjadi peringkat ke-5 dunia, namun hal ini dikarenakan jumlah penderita TB di Afrika
selatan dan Nigeria melebihi dari jumlah penderita TB di Indonesia.

Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya sangat mudah sekali, yaitu
melalui batuk, bersin, dan bicara. Untuk mengurangi bertambahnya TBC dan masalah yang ditimbulkan oleh
penyakit TBC, perlu dilakukan penanganan awal yang dapat dilakukan adalah dilingkungan keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI,
2001). Penyebaran penyakit Tuberkulosis yang sangat mudah ini, sangat rentan pada keluarga yang anggota
keluarganya sedang menderita penyakit tersebut. Penyakit dapat menular pada anggota keluarga yang lain.
Oleh karena itu, penyakit tuberculosis harus mendapat penanganan yang tepat karena penyakit ini
menyerang tidak memandang kelompok usia produktif, ekonomi lemah, dan berpendidikan rendah. Penyakit
TBC lebih banyak ditemukan di daerah miskin. Karena factor lingkungan yang mendukung menjadi
penyebab TBC. Beberapa fakor yang erat hubungannya dengan terjadi infeksi basil tuberculosis yaitu adanya
sumber penularan, jumlah basil yang cukup banyak dan terus menerus memapar calon penderita, virulensi,
keganasan basil serta serta daya tahan tubuh dimana daya tahan tubuh ini mempunyai hubungan erat dengan
factor lingkungan misalnya imunologis. Keadaan penyakit yang memudahkan infeksi seperti diabetes
militus dan campak serta factor genetic.

Melihat fenomena masih tingginya angka kejadian TBC, penulis tertarik untuk mengambil judul kasus
ini adapun Alasan penulis mengambil judul ini karena penyakit Tuberkulosis memerlukan pengobatan dan
perawatan yang optimal, sehingga sangat diperlukan penanganan yang tepat . penyakit ini akan terus
mengalami perkembangan yang progresif dan belum ada penyembuhan secara total untuk kasus TBC.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi danFisiologi Sistem Pernapasan

1. Anatomi sistem pernapasan


Menurut Ernawati (2012), pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Sistem pernapasan pada
manusia dibagi atas 2 bagian, yaitu :
a. Saluran napas bagian atas
Terdiri atas hidung ( naso, nasal), sinus pranasal, faring (tekak) tonsil dan
adenoid, laring ( pangkal tenggorokan).
b. Saluran napas bagian bawah
Terdiri atas : trachea, bronchusutuma, bronchuslobaris, bronchussementalis,
bronchiale, terminal bronchiale.

Gambar 1. Sistem Pernapasan

Menurut Sloane (2003), system pernapasan terdiri dari:


1. Hidung
Hidung merupakan organ utama saluran pernapasan yang langsung
berhubungan dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya
udara melalui proses pernapasan, selain itu, hidung juga berfungsi untuk
mempertahankan dan menghangatkan udara yang masuk dan sebagai filter dalam
membersihkan benda asing yang masuk.
2. Faring
Terletak antara rongga hidung bagian lateral dengan laring, dibelakang ronga
mulut. Faring terbagi atas tiga bagian, yaitu :
2
a. Nasofaring
Merupakan faring bagian atas yang berhungan dengan rongga hidung.
Pada bagian ini terdapat muara tubaeutachi yang berfungsi menyeimbangkan
tekanan udara pada membrane timpani.
b. Orofaring
Terletak dibagian rongga mulut antara langit-langit lunak dan dasar
lidah sampai tulang hyioid.
c. Laringofaring
Merupakan laring bawah dan faring, pada bagian ini terdapat
pertemuan antara saluran pernapasan dan saluran pencernaan Melalui epiglotis.
3. Laring
Laring atau kotak suara merupakan saluran pencernaan yang berfungsi sebagai
jsoalan masuknya udara, membersihkan jalan masuknya udara ke esophagus dan
sebagai produksi suara.
4. Trakea
Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru,
panjangnya sekitar 10-12 cm.
5. Bronkus
Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang dua ke paru-paru
kanan ( right lung ) dan paru-paru kiri ( left lung).
6. Paru-paru
Paru-paru berada pada rongga dada bagian atas, bagian samping dibatasi oleh
otot dan rusuk, dan dibagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
7. Alveolus (alveoli)
Unit fungsional paru-paru adalah alveoli. Alveolus merupakan bagian terminal
cabang-cabang bronkus yang bertanggung jawab akan struktur paru-paru yang
menyerupai kantong kecil pada salah satu sisinya.
2. Fisiologi pernapasan
Menurut Ernawati (2012), pernapasan merupakan proses pertukaran udara diantara
individu dan lingkungannya. Proses pernapasan terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari paru-paru yang tergantung
pada perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli. Pada inspirasi, dada mengembang,
diafragma turun, dan volume paru bertambah. Ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Ventilasi paru bergantung pada empat faktor, yaitu :
1. Oksigen atmosfir yang adekuat
2. Jalan nafas yang bersih
3
3. Pengembangan paru yang adekuat
4. Regulasi pernapasan
b. Difusi gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-paru
c. Transport atau pengangkutan dan karbondioksida melalui darah kedalam dan dari sel-
sel ke jaringan

B. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian Tuberkulosis
Menurut Sylvia A.price dalam buku asuhan keperawatan praktis Huda,amin dan Hardi
Kusuma, (2016): 316. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan basil mycobacterium tuberculosis, atau basil tuberkel, yang tahan asam.
Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan dan luka
terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang
yang terinfeksi bakteri tersebut.
Menurut Hood Alsagaff, (1995) : 73 dalam Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza
Putri, (2013) : 137. Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksisus yang terutama
menyerang parenkim paru.
2. Etiologi
Menurut Wim De Jong dalam buku asuhan keperawatan praktis Huda,Amin dan
Hardi Kusuma ( 2016) : 317. Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis.
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan
sinar ultraviolet. Ada dua macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus.
Basil tipe human bias berada di bercak luda (droplet) dan diudara yang berasal dari
penderita TBC, Dan orang yang terken rentan terinfeksi bila menghirupnya.
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan hidup dan
menyebar ke nodus limfatikus local. Penyebaran melalui aliran darah ini dapat
menyebabkan TB pada orang lain , dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-
tahun.(Patrick Davey).
Menurut Wim De Jong ,Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase :
1. Fase 1 (fase tuberculosis primer)
Masuk ke dalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan
tubuh.
2. Fase 2
3. Fase 3 (fase laten) :

4
Fase dengan kuman yang tidur ( bertahun-tahun/ seumur hidup) dan reaktifitas
jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan bias terdapat di tulang
panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limfhilus, leher dan ginjal.
4. Fase 4 :
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke organ yang
lain dan yang kedua adalah keginjal setelah paru.
3. Klasifikasi
Menurut Hood alsagaff, (1995) : 73 dalam Wijaya, Andra Saferi dan YessieMariza
Putri, ( 2013). Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,
radiologic, dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan
salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
BASIL TAHAN ASAM (BTA) : mycobacterium TB berbentuk batang mempunyai
sifat yaitu tahan terhadap kehilangan warna dengan asam alcohol.
BTA(+) : Hasil pemeriksaan sputum atau dahak secara mikroskopis ditemukan BTA
sekurang-kurangnya 2 kali pemeriksaan.
Mikroskopik positif, radiologi dan biakan positif.
BTA (-) : Hasil pemeriksaan sputum atau dahak secara mikroskopis tidak ditemukan
BTA sedikitnya 2 kali pemeriksaan. Pada pemeriksaan sputumnya tidak ditemukan BTA
sama sekali, tetapi ada biakan yang positif, radiologi menunjukkan TB aktif.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut :
a. TB paru BTA positif dengan criteria
1. Dengan atau tanpa gejala klinik
2. BTA positif : mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positi 1 kali disokong
biakan positif 1 kali atau disokong radiologic positif 1 kali.
3. Gambaran radiologi sesuai dengan TB Paru.
b. TB paru BTA negative dengan criteria :
1. Gejala klinik dan gambaran radiologi sesuai dengan TB Paru aktif
2. BTA negative, biakan negative tetapi radiologi positif
c. Bekas TB Paru dengan criteria :
1. Bakteriologi ( mikroskopik dan biakan) negative
2. Gejala klinik tidak ada atau gejala sisa akibat kelainan paru
3. Radiologic menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, Menunjukkan serial foto
yang tidak berubah
4. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat ( lebih mendukung)
Klasifikasi menurut WHO, 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu:
1. Kategori 1, ditujukkan terhadap :
- kasus batuk dengan sputum positif
5
- kasus baru dengan bentuk TB berat
2. kategori 2, ditujukan terhadap :
- kasus kambuh
- kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. kategori 3, ditujukan terhadap :
- kasus BTA negative dengan kelainan paru yang luas
- kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori
4. kategori 4, ditujukan terhadap :
- TB kronik
4. Manifestasi klinis
Menurut Corwin,Elizabeth J (2009) : 547. Gambaran klinis tuberculosis mungkin
belum muncul pada infeksi awal, dan mungkin tidak akan pernah tampak apabila tidak
terjadi infeksi aktif. Apabila terjadi infeksi aktif, pasien biasanya memperlihatkan:
a. Demam, serta ada batuk/ batuk darah
b. Malaise
c. Keringat malam
d. Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan
e. Batuk purulent produktif disertai nyeri dada
Tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum
seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas
sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan
gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yangpaling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah : Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darh atau darah segar
dalamjumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh
darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah
yang pecah.
c. Sesak napas : Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan
lain-lain.

6
d. Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
c. Timbul gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.
Sebagian besar pasien menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anorexia,
penurunan BB, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk pada awalnya
mungkin non produktif, tetapi dapat berkembang kea rah pembentukan sputum
mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku
tiada biasa dan perubahan status mental, demam, anorexia dan penurunan BB. Basil TB
dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.
5. Komplikasi
Menurut Corwin,Elizabeth J (2009) :548 komplikasi penyakit Tuberkulosis adalah :
a. Penyakit yang parah dapat menyebabkan sepsis yang hebat, gagal napas, dan
kematian.
b. Tb yang resisten terhadap obat dapat terjadi. Kemungkinan galur lain yang resisten
obat dapat terjadi.
6. Cara Penularan dan faktor resiko
Menurut Hood alsagaff, (1995) : 73 dalam Wijaya, Andra Saferi dan YessieMariza
Putri, ( 2013). Dan menurut Brunner dan Suddarth. Tubercolosis ditularkan dari orang
ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinsfeksi melalui berbicara, batuk,
bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar ( lebih besar dari 100u ) dan
kecil ( 1 sampai 5 u ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan
diudara dan tertiup oleh individu yang rentan.
Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah :
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
b. Individu imunosupresif ( Termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam
terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV )
c. Pengguna obat-obatan IV dan alkoholik

7
d. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat ( tunawisma,tahanan, etnik
dan ras minoritas terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dewasa muda antara
yang berusia 15-44 tahun )
e. Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalny
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gasterektomi
yeyunoileal )
f. Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi ( Asia tenggara, Afrika, Amerika
latin, karibia )
g. Setiap individu yang tinggal di institusi ( misalnya fasilitas perawatan jangka panjang,
institusi psikiatrik, penjara )
h. Indivudi yang tinggal didaerah perumahan substandart kumuh
i. Petugas kesehatan
j. Resiko untuk tertular TB juga tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di
udara
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer,dkk (1999: hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien dengan tuberkulosis paru, yaitu:
1. Laboratorium darah rutin : LED normal/ meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat didiagnosis
berdasarkan pemeriksaan ini
3. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB
4. Tes mantoux / tuberkulin
Pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosa terutama pada anak-
anak. Biasanya diberikan protein perifed derivation (PPD) secara intrakutan 0,1 cc.
Lokasi penyuntikan umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah sebelah kiri
bagian depan.
5. Tehnik polymerase chain reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya
satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapatmendeteksi adanya resistensi.
6. Becton dickinson daiagnostic instrument sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh micobacterium Tuberculosis
7. MYCODOT

8
Deteksi antibodi memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu
alat berbentuk seperti sisir plastik kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai
memakai warna sisir akan berubah
8. Pemeriksaan Radiology
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
 Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau segment apikal lobusbawah
 Bayangan berwarna (patchy) atau bercak ( nodular)
 Adanya kavitas, tunggal atau ganda
 Kelainan bilateral terutama di lapangan di atas paru
 Adanya klasifikasi
 Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
 Bayangan millie

Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan ini ditujukan untuk pemeriksaan terhadap Mycobacterium
penyebab infeksi paru dan kuman-kuman yan lain.

Skema diagnosis TBC paru pada orang dewasa (SPS)

Pemeriksaan dahak dilakukan dengan pengumpulan 3 spesimen dahak


yang dikumpulkan pada 2 hari kunjungan yang berurutan berupa sewaktu-
pagi-sewaktu (SPS).

9
S(sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot
dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi, hari ke-2.
P (pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi, hari kedua segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserehkan kepada petugas
di UPK.
S(sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari ke-2, saat menyerahkan
dahak pada pagi hari.
9. Penatalaksanaan Medis
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu
perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal
sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang
direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan
pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
Terapi pengobatan
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga
mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta
memutuskan mata rantai penularan.
Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika merencanakan
terappi efektif :
1) Resisten obat primer : resisten terhadap satu agen antituberkulosis
agris depan individu yang sebelumnya belum mendapatkan
pengobatan
2) Resisten obat didapat atau sekunder : resisten terhadap satu atau lebih
agen antituberkulosis pada pasien yang sedang menjalani terapi

10
3) Resisten banyak obat : resisten terhadap dua agens, INH(Isoniazid)
dan RIF (Rifamfisin).
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama
dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi
WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang
jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +
Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Kategori obat anti tuberkulosis :
1. Kategori 1 atau 2 (HRZE)/ 4(HR) 3
Panduan OAT kategori 1 diberikan untuk semua pasien baru:
a. Pasien baruTB Paru BTA positif
b. Pasien TB paru BTA negatif, foto toraks positif
c. Pasien TB ekstra paru
Dosis untuk panduan OAT KDT(kombinasi obat tetap) untuk
kategori 1
2. Kategori 2 atau (HRZE) S/ (HRZE)/ 5(HR) 3E3
Panduan OAT kategori 2 diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya :
a. Pasien kambuh
b. Pasien setelah gagal kategori 1
c. Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
3. Kategori 3
Diberikan untuk penderita baru BTA (-) dan Ro (+) sakit ringan.
Penderita ekstra paru yaitu TB kelenjar limfe, pleuritis,
eksudatifunilateral, TB kulit, TB tulang.
4. OAT sisipan (HRZE)
Disamping OAT kategori 1 dan kategori 2, disediakan juga
OAT paket sisipan. Paket sisipan diberikan selama sebulan (28 hari).
Paket sisipan digunakan pada pasien TB BTA positif yang pada
akhir tahap awal belum mengalami konversi ( pemeriksaan follow-up
dahak pada akhir tahap awal belum menjadi negatif). Pasien tersebut
diberikan tahapan OAT tahap awal selama 1 bulan yang dikenal
sebagai paket sisipan.

11
10. Pencegahan
Pencegahan umum :
a. Mengurangi kontak dengan penderita TBC aktif
b. Menjaga standar hidup yang baik dengan makanan bergizi, lingkungan yang
sehat dan berolahraga.
c. Pemberian vaksi bacille calmette guerin (BCG) untuk mencegah kasus TBC
yang lebih berat.
d. Menyediakan fasilitas pelayanan atau medis yang memadai.
e. Memberikan penyuluhan tentang TBC
f. Menjaga kebersihan seperti : cuci tangan dan tubuh harus dipertahankan
sebagai kegiatan rutin
g. Bagi penderita dan keluarga dalam serumah, alat-alat makan ditaruh secara
terpisah
Pencegahan bagi penderita :
a. Ketika batuk sebaiknya menutup mulut
b. Jangan meludah disembarang tempat
c. Makan makanan yang bergizi dan diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
Terdapat beberapa cara untuk mencegah TBC :
a. Sinar ultraviolet pembasmi bakteri, sinar ini bisa membunuh bakteri yang
terdapat diudara.

12
b. Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan resiko
tinggi tuberculosis. Misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes tuberculin
positif, tetapi hasil rontgen tidak menunjukkan adanya penyakit. Isoniazid
diminum setiap 6-9 bulan.
c. Dinegara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah infeksi
micobacterium tuberculosis.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Tuberculosis


1. Pengkajian
a. Identifikasi diri klien :
1) Nama 4) Tempat / tanggal lahir
2) Jenis kelamin 5) Alamat
3) Umur 6) Pekerjaan
b. Riwayat kesehatan
1) Kesehatan sekarang
a) Keadaan pernapasan (napas pendek) c) Batuk
b) Nyeri dada d) Sputum
2) Kesehatan dahulu
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
3) Kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita emfisema, asma, alergi, dan TB
c. Gejala yang berkaitan dengan masalah utama misalnya :
1) Demam
2) Menggigil
3) Lemah
4) Keringat dingin malam merupakan gejala yang berkaitan dengan TB
d. Status perkembangan, misalnya :
1) Ibu yang melahirkan bayi prematur pelu ditanyakan apakah sewaktu hamil
mempunyai masalah-masalah resiko dan apakah usia kehamilan cukup
2) Pada usia lanjut perlu ditanya apakah ada perubahan pola pernapasan cepat
lelah sewaktunaik tangga, sulit bernapas sewaktu berbaring atau apakah bila
flu sembuhnya lama.
e. Data pola pemeliharaan kesehatan , misalnya :
1) Tentang pekerjaan
2) Obat yang tersedia di rumah
3) Pola tidur istirahat dan stress

13
f. Pola keterlambatan atau pola kekerabatan, misalnya :
1) Adakah pengaruh dari gangguan atau penyakitnya terhadap dirinya dan
keluarganya
2) Apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap peran
istri/suami dan dalam melakukan hubungan seksual.
g. Pola aktivitas atau istirahat
1) Gejala :
a) Kelelahan umum
b) Napas pendek karena kerja
c) Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil
dan atau berkeringat, mimpi buruk
h. Intgritas Ego
1) Gejala        :  Adanya / faktor stress lama
2) Tanda        :  Ansietas, ketakutan
i. Makanan / Cairan
1) Gejala        :  Kehilangan nafsu makan
2) Tanda        :  Turgor kulit buruk, kering / kulit bersisik
j. Nyeri / Kenyamanan
1) Gejala        :  Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
k. Pernafasan
1) Gejala        :  
 Batuk produktif atau tidak produktif
 Nafas pendek
 Riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinfeksi
l. Kemanan
1) Gejala        :  Abdomen kondisi penekanan imun, contoh: AIDS, Kanker
2) Tanda        :  Demam rendah atau sakit panas akut

2. Discharge planning
a. Pelajari penyebab dan penularan dari TB serta pencegahan saat diluar rumah
b. Pahami tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret
di saluran pernapasan
c. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin
d. Lakukan pernapasan diafragma : tahan napas selama 3-5 menit kemudian secara
perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut

14
e. Selalu menjaga kebersihan mulut dan pelajari cara yang baik saat batuk dan setelah
batuk juga cara pengontrolan batuk
f. Jangan memberikan vaksin BCG pada bayi baru lahir dan konsultasikan kepada tenaga
medis terlebih dahulu sebelum vaksin
g. Ibu menderita TB aman untuk memberikan asi pada bayinya dengan catatan
menghindari cara penularan TB
h. Jalankan terapi obat dengan teraturdan jangan sampai putus tanpa intruksi
i. Berhenti merokok dan berhenti minum alkohol
j. Olahraga secara, makan-makanan yang bergizi dan istirahat cukup
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk mencegah
paparan dari kuman pathogen.
Resiko infeksi :
Definisi : peningkatan resiko terserang organisme patogenik
Faktor-faktor resiko :
 Penyakit kronis
 Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan patogen
 Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
 Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
- Penurunan Hb - Ketidakadekuatan imun buatan
- Imunosupresi - Supresi respon inflamasi
 Vaksinasi tidak adekuat
 Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
 Prosedur invasif
 Malnutrisi
Noc :
 Immune status
 Knowledge : infection control
 Risk control
Kriteria Hasil :
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi,
penularan serta penatalaksanaanya
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
15
Nic :
 Infection control
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Pertahankan teknik isolasi
- Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasoen
- Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Gunakan baju, sarung tangan sebagai alatpelindung
- Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila perlu proteksi terhadap infeksi
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
- Pertahannkan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kulit pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membaran mukosa terhadap kemerahan, panas , drainase
- Dorong masukan nutrisi yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif

b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme


Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi saluran napas
guna mempertahankan jalan napas yang bersih
Batasan karakteristik
Subjektif
Dispnea
Objektif
16
Suara napas tambahan ( misalnya rale, crackle, ronki dan mengi)
Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan
Batuk tidak ada atau tidak efektif
Sianosis
Kesulitan untuk berbicara
Penurunan suara napas
Ortopnea
Gelisah
Sputum berlebihan
Mata terbuka lebar
Faktor yang berhubungan :
Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan napas, retensi sekret, mukus berlebih, adanya jalan
napas buatan, terdapat benda asing di jalan napas , sekret di
bronki, dan eksudat di alveoli
Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkial, PPOK,
infeksi, asma, jalan napas alergik(trauma)
Noc :
Respiratory status : ventilation
Respiratory status ; airway patency
Kh :
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis,
dispnea ( mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada
pused lips)
 Menunjukkan jalan napas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama napas ,
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal)
 Mampu mengidentifikasikan & mencegah faktor yg dapat menghambat jalan napas.
Nic :
 Airway suction
- Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
- Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
- Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
- Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
- Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion
nasotrakeal
- Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan

17
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
- Monitor status oksigen pasienAjarkan keluarga bagaimana cara melakukan
suksion
- Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll
 Airway Management
- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung
Gangguan pertukaran gas :
Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran
karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli
Batasan karakteristik :
- Gangguan penglihatan - Dyspnoe
- Penurunan CO2 - nasal faring
- Takikardi - AGD Normal
- Hiperkapnia - sianosis
- Keletihan - warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
- Somnolen - Hipoksemia
- Iritabilitas - hiperkarbia
- Hypoxia - sakit kepala ketika bangun
- kebingungan - frekuensi dan kedalaman nafas abnormal
Faktor faktor yang berhubungan :
- ketidakseimbangan perfusi ventilasi
- perubahan membran kapiler-alveolar
18
NOC :
- Respiratory Status : Gas exchange
- Respiratory Status : ventilation
- Vital Sign Statu
Kriteria Hasil :
- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
- Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
- Tanda tanda vital dalam rentang normal
NIC :
 Airway Management
-   Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Berikan bronkodilator bial perlu
- Barikan pelembab udara
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2
 Respiratory Monitoring
- Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
- Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostal
- Monitor suara nafas, seperti dengkur
- Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
- Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan

19
- Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
- auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kasus penyakit Tuberkulosis diatas, maka penulis dapat


menyimpulkan bahwa Penyakit tuberculosis (TBC) termasuk salah satu penyakit infeksi
menular dimana penularannya melalui udara, orang yang terinfeksi micobacterium
tuberculosis saat dia batuk maupun bersin maka basil tuberkel tersebut akan tertular pada
orang disekitar dikarenakan penularan TBC salah satunya melalui udara. Oleh karena itu
untuk mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan
cepat.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan, maka penulis
menyampaikan saran diharapkan kita sebagai mahasiswa hendaknya meningkatkan ilmu
pengetahuan dalam bidang keperawatan agar menjadi perawat yang profesional hingga
dapat menjalankan asuhan keperawatan yang baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.


Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi (Handbook of Pathophysiology).
Jakarta : EGC. Ed.3.
Ernawati. 2012. Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : TIM
Huda, Amin, Hardi Kusuma.2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Nanda,Nic,NOC dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Sloane, Ethel. 2010. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C. Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah; cetakan1. Jakarta: EGC.
Tambayong, Jan. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M . 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis Nanda,
Intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC. Ed.9.

21

Anda mungkin juga menyukai