Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

  1.1  Latar Belakang


Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar
terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga
memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang memimpin
keluarga di samping beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak
merupakan sebuah satu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai
dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua anggota/individu dalam keluarga.
Sebuah keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai
dengan tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan terhadap keadaan (fisik, mental,
emosi, dan sosial) seluruh anggota keluarga. Keluarga disebut disharmoni apabila terjadi sebaliknya.
Ketegangan maupun konflik antara suami dan istri maupun orang tua dengan anak merupakan hal yang
wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada rumah tangga yang berjalan tanpa konflik
namun konflik dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yang menakutkan. Hampir semua keluarga pernah
mengalaminya. Yang menjadi berbeda adalah bagaimana cara mengatasi dan menyelesaikan hal tersebut.
Setiap keluarga memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya masing-masing. Apabila masalah
diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota keluarga akan mendapatkan pelajaran yang
berharga yaitu menyadari dan mengerti perasaan, kepribadian dan pengendalian emosi tiap anggota
keluarga sehingga terwujudlah kebahagiaan dalam keluarga. Penyelesaian konflik secara sehat terjadi bila
masing-masing anggota keluarga tidak mengedepankan kepentingan pribadi, mencari akar permasalahan
dan membuat solusi yang sama-sama menguntungkan anggota keluarga melalui komunikasi yang baik dan
lancar.
Di sisi lain, apabila konflik diselesaikan secara tidak sehat maka konflik akan semakin sering terjadi
dalam keluarga. Penyelesaian masalah dilakukan dengan marah yang berlebih-lebihan, hentakan-hentakan
fisik sebagai pelampiasan kemarahan, teriakan dan makian maupun ekspresi wajah menyeramkan.
Terkadang muncul perilaku seperti menyerang, memaksa, mengancam atau melakukan kekerasan fisik.
Perilaku seperti ini dapat dikatakan pada tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang diartikan
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
Perkembangan dewasa ini menunjukkan bahwa tindak kekerasan secara fisik, psikis, seksual, dan
penelantaran rumah tangga pada kenyataannya terjadi sehingga dibutuhkan perangkat hukum yang
memadai untuk menghapus kekerasan dalam rumah tangga. Pembaruan hukum sangat diperlukan,

1
khususnya tentang perempuan, sehubungan dengan banyaknya kasus kekerasan, terutama kekerasan
dalam rumah tangga. Pembaruan hukum tersebut diperlukan karena undang-undang yang ada belum
memadai dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan
pengaturan tentang tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga secara tersendiri, walaupun secara umum
di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana telah diatur mengenai penganiayaan dan kesusilaan serta
penelantaran orang yang perlu diberikan nafkah dan kehidupan.
Oleh karena itu, perlu adanya penyuluhan dan pendidikan keluarga yang baik dari pihak-pihak terkait
agar pengetahuan para stekholder bisa lebih paham akan tanggung jawabnya. Tujuan pendidikan telah
dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1
No.1, yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, pendidikan merupakan usaha atau
kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau
mengembangkan perilaku yang diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis hanya membahas tentang bagaimana pengaruh
tindakan KDRT terhadap prilaku dan minat belajar siswa/i di Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah Putih.

1.3 Metode Penelitian
          Metode Penelitian antara lain buku buku, Studi Pustaka, Studi internet, dan Wawancara. Dari
beberapa pilihan Metode Penelitian tersebut, penulis hanya memilih satu metode, yakni internet dan buku.

1.4 Tujuan Penelitian


(1) Menjelaskan Tentang Pengertian Kekerasan dan KDRT
(2) Menjelaskan Tentang Pengertian Minat Belajar
(2) Menjelaskan Tentang Pengertian Perilaku
(3) Menjelaskan Tentang Pengaruh KDRT Terhadap Perilaku Siswa/i
(4) Menjelaskan Tentang Pengaruh KDRT Terhadap Minat Belajar Siswa/i

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh KDRT terhadap prilaku dan
minat belajar siswa/i di Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah Putih.

2
BAB II
KERANGKA TEORITIS

2.1  Hakikat Kekerasan


Yang dimaksud kekerasan adalah tindakan dengan mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani yang tidak
kecil secara tidak sah dan tindakan membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya adalah sama dengan kekerasan
(R. Soesilo : 1994 : Pasal 89 KUHP). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1980 : 452) kekerasan berarti :
1. Perihal yang bersifat, berciri keras
2. Perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cidera atau matinya orang lain atau
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
3. Paksaan
Menurut Elizabeth Kandel Englander (Rika Saraswati 2006 : 13) kekerasan adalah suatu serangan atau invasi
fisik ataupun integrasi mental psikologis seseorang. Bentuk kekerasan meliputi perkataan, tindakan, sikap, dan
berbagai struktur atau sistem yang dapat menyebabkan kerusakan pada diri seseorang (baik secara fisik atau mental)
dan lingkungan. Segala bentuk tindakan atau perkataan yang dapat menghalangi seseorang menggali potensinya pun
dapat disebut sebagai kekerasan.
Kekerasan dibagi menjadi dua bentuk, yaitu kekerasan langsung (direct violence) dan kekerasan tidak
langsung (indirect violence). Contoh dari kekerasan langsung adalah tindakan mencelakai atau melukai orang dengan
sengaja, membunuh, atau memperkosa.
Sementara, contoh dari kekerasan tidak langsung adalah tindakan-tindakan mengekang, memfitnah,
mengintimidasi, meneror orang lain, serta mengurangi atau meniadakan hak seseorang.
Konflik dan kekerasan memang dua hal yang berbeda, tetapi memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan,
Pahamifren. Dari pengertian konflik yang merupakan perselisihan atau persengketaan antara dua orang atau lebih
yang kedua belah pihak tersebut memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan atau menyisihkan atau menyingkirkan
atau mengalahkan, konflik sebenarnya tidak perlu berwujud kekerasan. 
Namun, kekerasan biasanya terjadi karena adanya konflik di antara dua orang atau lebih. Kekerasan dapat
terjadi saat kedua belah pihak, baik individu atau kelompok, tidak dapat menyelesaikan konflik di antara mereka dan
terbawa emosi untuk menyelesaikan konflik dengan cara kekerasan.

2.2 Hakikat Kekerasan Dalam Rumah Tangga


Pengertian kata “Kekerasan Dalam Rumah Tangga” berarti mempunyai ruang lingkup di dalam keluarga yang
meliputi kekerasan terhadap suami, isteri, anak, dan berdasarkan kata “kekerasan” dapat diartikan adalah tindakan
yang membawa kekuatan untuk melakukan paksaan atau tekanan berupa fisik. Dalam pengertian sempit kekerasan
mengandung makna sebagai serangan / penyalahgunaan fisik tehadap seseorang atau serangan hancuran paksaan
yang sangat keras, kejam, dan ganas. Selain itu faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga
adalah berhubungan dengan kekuasaan suami dan isteri dan diskriminasi di dalam masyarakat.
Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut Deklarasi PBB tahun 1993 adalah sikap tindakan
berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan
perempuan secara fisik seksual atau psikologi termaksud ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan

3
kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan sehari-hari atau
pribadi, (Herlina Manullang, 2007, “Penelitian Dosen”).
Dalam masyarakat, suami memiliki pengaruh terhadap isteri dan anggota keluarga yang lain. Perbedaan peran
dan posisi antara suami dan isteri dalam masyarakat diturunkan secara kultural pada setiap generasi, bahkan diyakini
sebagai ketentuan agama. Hal ini mengakibatkan suami di tempatkan sebagai orang yang memiliki kekuasaan yang
lebih tinggi daripada istri. Kekuasaan suami terhadap istri juga dipengaruhi oleh penguasaan suami dalam sistem
ekonomi, hal ini mengakibatkan masyarakat memandang pekerjaan suami lebih bernilai. Kenyataan juga
menunjukkan bahwa kekerasan juga menimpa pada isteri yang bekerja, karena keterlibatan isteri dalam ekonomi tidak
didukung oleh perubahan sistem dan kondisi budaya, sehingga peran isteri dalam kegiatan ekonomi masih dianggap
sebagai sampingan.
Kebudayaan juga masih menjadikan faktor yang paling utama sehingga terjadi kekerasan di dalam rumah
tangga. Itu dapat di lihat dari kebudayaan patriakhi, yaitu budaya yang menempatkan laki-laki sebagai yang utama
atau superior di bandingkan dengan perempuan, adanya ideologi gender dan budaya patriakhi kemudian oleh
pemerintah di legitimasi di semua aspek kehidupan. (Wila Chandrawila Supriadi : 2001 : 32).

2.3 Hakikat Belajar


Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. (Hamalik
Pemar : 2001) Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena
belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung
menyenangkan dan mencerdaskan siswa.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan
itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan
rumah atau keluarga.5 Belajar atau learning, adalah perubahan yang secara relative berlangsung lama pada perilaku
yang diperoleh dari pengalaman pengalaman. Belajar merupakan salahsatu bentuk perilaku yang amat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Belajar mem-bantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan.
Menurut Gagne (1984), belajar didefinisikan sebagai proses dimana suatu organisme berubah perilakunya
akibat suatu pengalaman. Menurut James O.Wittaker, “learning may be defined as the process by which behavior
organites or is altered through training or experience”. Belajar dapat didefini-sikan sebagai proses dimana tingkahlaku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Howard L. Kingsley, “learning is the process by
which behavior (in the broader sense) I s organited or changed through practice or training”. Belajar adalah proses
dimana tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

2.4  Hakikat Siswa


Siswa merupakan seorang pelajar yang duduk dibangku sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama
(SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Seorang siswa (Murid Laki-Laki) dan siswi (Murid Wanita) yang belajar
agar memperoleh ilmu pengetahuan untuk dapat menggapai cita-citanya. Selain itu, siswa juga merupakan seorang

4
anak yang sedang menempuh pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas maka mereka
disebut dengan siswa dan siswi. Untuk menambah pengetahuan kita mengenai Pengertian Siswa ini, maka simklah
pendapat para ahli mengenai pengertian siswa, adapun para ahli tersebut diantaranya :
1) Prof. Dr. Shafique Ali Khan. Menurutnya, siswa adalah setiap orang yang datang ke suatu lembaga untuk
mendapakan atau mempelajari berbagai macam pendidikan, orang ini disebut pelajar atau orang yang
mempelajari ilmu pengetahuan siapapun orangnya, berapapun usianya, dari manapun asalnya, dengan biaya
apapun untuk mengembangkan pengetahuan dan moral pelaku belajar.
2) Nata. Menurut Nata “Dalam Aly, 2008” Siswa atau murid didefinisikan sebagai orang yang berkeinginan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan, pendidikan, ketrampilan, pengalaman dan kepribadian dan lainnya yang akan
menjadi bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.
3) Maslow. Menurut Maslow, Bicara tentang siswa, maka memaparkan adanya kebutuhan biologi, rasa kasih
sayang, harga diri, realisasi, aman dan nyaman. Sementara menurut para ahli psikologi kognitif menjelaskan anak
didik “siswa” sebagai manusia yang menggunakan ranah kognitifnya sejak berfungsinya kapasitas motor dan
sesorinya.
4) Muhaimin Dkk, 2005. Menurut Muhaimin Dkk, 2005 Siswa yakni ialah sebagai seseorang “subjek didik”
dimana nilai kemanusian sebagai individu, yang sebagai makhluk sosial yang memiliki identitas moral, perlu
dikembangkan untuk mencapai tingkatan suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal dan kriteria kehidupan
sebagai manusia diharapkan oleh bangsa dan negara.

2.5  Hakikat Minat Belajar


Minat berperan sangat penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap
sikap dan perilaku. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras dibandingkan siswa
yang kurang berminat.
Menurut Hilgard (1977 :19) memberi rumusan pengertian tentang minat sebagai berikut: “Interest is persisting
tendency to pay attention to and enjoy some activity or content” yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-
menerus yang disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan.
Menurut Slameto (2003 : 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan
diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu
objek (Sumadi Suryabrata, 1988 :109). Minat adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir
dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu
yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus yang diikuti rasa senang untuk
memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5
Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa
dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan
kelakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan minat, maka
proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di
lingkungan secara berkelompok.
Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat belajar di sini adalah suatu kemampuan umum yang dimiliki
siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal yang dapat ditunjukkan dengan kegiatan belajar.

2.6  Hakikat Perilaku Siswa


Perilaku diterjemahkan dari bahasa Inggris “behavior” dan sering digunakan dalam bahasa sehari-hari, namun
sering kali pengertian perilaku ditafsirkan secara berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Dalam pengertian
umum, perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup (Notoatmojo, 1985:84).
Perilaku juga sering diartikan sebagai tindakan atau kegiatan yang ditampilkan seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain dan lingkungan disekitarnya (Syaaf, 2007:112).
Pada hakekatnya perilaku adalah aktivitas atau kegiatan nyata yang ditampilkan seseorang yang dapat diamati
secara langsung maupun yang tidak langsung, dan diamati melalui sikap dan tindakan. Namun ini berarti bahwa
bentuk perilaku hanya dapat dilihat dari sikap atau tindakan saja. Perilaku merupakan suatu reaksi psikis seseorang
terhadap lingkungannya dalam bentuk aktif dan tindakan nyata dan bentuk pasif atau tindakan tidak nyata. Ensiklopedi
Amerika dalam Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan mengartikan perilaku sebagai suatu reaksi organisme terhadap
lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan tanggapan, yang disebut rangsangan.
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme bersangkutan, yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung. Secara operasional, perilaku adalah dapat diartikan suatu organisme atau
seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut (Soekidjo, N., 1993:58). Jadi dapat disimpulkan bahwa
perilaku adalah tindakan atau perbuatan seseorang yang dapat diamati secara langsung oleh orang lain dan timbul
akibat rangsangan dari lingkungan sekitar.

6
BAB III
METOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


a. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai dari tanggal 9 Juni 2022 sampai dengan 10 Juni 2022.
b. Tempat Penelitian
Adapun tempat penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir Propinsi
Riau.

3.2 Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah Putih Kabupaten
Rokan Hilir Propinsi Riau.
b. Sampel
Karena populasi dalam penelitian ini banyak, maka penulis mengambil sampel secara acak yaitu
sebanyak 45 orang.

3.3 Objek dan Subjek Penelitian


a. Objek Penelitian
Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Tanah Putih
Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau.
b. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah Putih
Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


1. Angket (Kuesioner)
Teknik ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data dengan cara menyebarkan sejumlah lembar
kertas berupa pertanyaan yang harus dijawab oleh para responden dengan menjawab iya, tidak, atau
kadang-kadang.
2. Observasi (Pengamatan)
Teknik digunakan penulis yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung terjadap objek yang
diteliti, kemudian dalam pengamatan penelitian ini penulis menyiapkan instrumen berupa lembar
observasi yang ditandai dengan tanda (√) check list.
3. Dokumentasi

7
Teknik metode dokumentasi dapat dipahami atau diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa
catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif dan persentase.
Apabila data telah terkumpul lalu dikualifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif dengan menggunakan rumus :

F
P= X 100%
N

Keterangan :
F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individu
P : Angka persentase

8
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Apakah kamu pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga ?
Jawaban Ferekuensi Persentase
Ya 9 19 %
Tidak 26 60 %
Kadang-Kadang 3 6%
Tidak Menjawab 7 15 %
JUMLAH 45 100 %

2. Apakah kamu pernah melaporkan kekerasan dalam rumah tangga yang kamu alami ?
Jawaban Ferekuensi Persentase
Ya 1 2%
Tidak 30 64 %
Kadang-Kadang 4 13 %
Tidak Menjawab 10 21 %
JUMLAH 45 100 %

3. Apakah kamu pernah melihat kekerasan dalam rumah tangga baik di TV maupun di medsos ?
Jawaban Ferekuensi Persentase
Ya 6 14 %
Tidak 12 29 %
Kadang-Kadang 27 57 %
Tidak Menjawab 0 0%
JUMLAH 45 100 %

4. Apakah kamu pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga?


Jawaban Ferekuensi Persentase
Ya 0 0%
Tidak 6 14 %
Kadang-Kadang 12 29 %
Tidak Menjawab 27 57 %
JUMLAH 45 100 %

5. Apakah kamu pernah menceritakan kekerasan dalam rumah tangga yang kamu alami kepada
orang lain ?
Jawaban Ferekuensi Persentase
Ya 8 17 %
Tidak 29 66 %
Kadang-Kadang 3 6%

9
Tidak Menjawab 5 11 %
JUMLAH 45 100 %

6. Apabila kekerasan dalam rumah tangga yang kamu alami tersebut membuat semangat
belajarmu menurun ?
Jawaban Ferekuensi Persentase
Ya 5 11 %
Tidak 29 66 %
Kadang-Kadang 3 6%
Tidak Menjawab 8 17 %
JUMLAH 45 100 %

7. Apakah kamu sering kabur/pergi dari rumah ketika kekerasan dalam rumah tangga terjadi ?
Jawaban Ferekuensi Persentase
Ya 2 4%
Tidak 23 48 %
Kadang-Kadang 1 4%
Tidak Menjawab 19 42 %
JUMLAH 45 100 %

8. Apakah kamu pernah merasa stress sesaat setelah terjadi kekerasan dalam rumah tangga ?
Jawaban Ferekuensi Persentase
Ya 9 19 %
Tidak 28 64 %
Kadang-Kadang 3 6%
Tidak Menjawab 5 11 %
JUMLAH 45 100 %

9. Apakah kamu sering trauma dengan tindak kekerasan dalam rumah tangga yang menimpa mu ?
Jawaban Ferekuensi Persentase
Ya 4 9%
Tidak 28 64 %
Kadang-Kadang 1 2%
Tidak Menjawab 10 25 %
JUMLAH 45 100 %

10. Apakah kamu pernah membaca buku tentang kekerasan dalam rumah tangga ?
Jawaban Ferekuensi Persentase
Ya 22 48 %
Tidak 13 29 %
Kadang-Kadang 0 0%
Tidak Menjawab 10 23 %
JUMLAH 45 100 %

4.2Pembahasan

10
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai berikut :
1. Bahwa dari soal pertanyaan nomor 1 menyatakan bahwa 19% siswa/i Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah
Putih pernah mengalami KDRT, dan 60% siswa/i yang tidak pernah, dan sebanyak 6% siswa/i
menyatakan bahwa mereka kadang-kadang saja sedangkan yang tidak menjawab sebanyak 15%.
2. Bahwa dari soal pertanyaan nomor 2 menyatakan bahwa hanya 2% siswa/i Kelas XI IPS 2 SMAN 4
Tanah Putih yang berani melaporkan kasus KDRT, sedangkan 64% siswa/i menyatakan tidak berani,
dan sebanyak 13% siswa/i menyatakan bahwa mereka kadang-kadang saja sedangkan yang tidak
menjawab sebanyak 21%.
3. Bahwa dari soal pertanyaan nomor 3 menyatakan bahwa ada 14% siswa/i Kelas XI IPS 2 SMAN 4
Tanah Putih pernah melihat KDRT di TV atau medsos, sedangkan 29% siswa/i tidak pernah, dan
sebanyak 57% siswa/i menyatakan bahwa mereka kadang-kadang saja sedangkan yang tidak
menjawab sebanyak 0%.
4. Bahwa dari soal pertanyaan nomor 4 menyatakan bahwa 0% siswa/i Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah
Putih mereka pernah melakukan KDRT, sedangkan 14% siswa/i tidak pernah, dan sebanyak 29%
siswa/i menyatakan bahwa mereka kadang-kadang saja dan yang tidak menjawab sebanyak 57%.
5. Bahwa dari soal pertanyaan nomor 5 menyatakan bahwa 17% siswa/i Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah
Putih mereka pernah menceritakan tindakan KDRT yang dialami kepada orang lain, sedangkan 66%
siswa/i tidak pernah, dan sebanyak 6% siswa/i menyatakan bahwa mereka kadang-kadang saja
sedangkan yang tidak menjawab sebanyak 11%.
6. Bahwa dari soal pertanyaan nomor 6 menyatakan bahwa 11% siswa/i Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah
Putih mereka mengalami penurunan semangat belajar karena KDRT, sedangkan 66% siswa/i
mengatakan tidak, dan sebanyak 6% siswa/i menyatakan bahwa mereka kadang-kadang saja
sedangkan yang tidak menjawab sebanyak 17%.
7. Bahwa dari soal pertanyaan nomor 7 menyatakan bahwa ada 4% siswa/i Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah
Putih mereka pernah kabur/pergi dari rumah karena terjadi KDRT, sedangkan 48% siswa/i tidak pernah,
dan sebanyak 4% siswa/i menyatakan bahwa mereka kadang-kadang saja sedangkan yang tidak
menjawab sebanyak 42%.
8. Bahwa dari soal pertanyaan nomor 8 menyatakan bahwa 19% siswa/i Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah
Putih mereka pernah merasa stress sesaat terjadi tindakan KDRT, sedangkan 64% siswa/i tidak
pernah, dan sebanyak 6% siswa/i menyatakan bahwa mereka kadang-kadang saja sedangkan yang
tidak menjawab sebanyak 11%.
9. Bahwa dari soal pertanyaan nomor 9 menyatakan bahwa 9% siswa/i Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah
Putih mereka trauma karena tindakan KDRT, sedangkan 64% siswa/i tidak trauma, dan sebanyak 2%
siswa/i menyatakan bahwa mereka kadang-kadang saja serta yang tidak menjawab sebanyak 25%.
10. Bahwa dari soal pertanyaan nomor 10 menyatakan bahwa 48% siswa/i Kelas XI IPS 2 SMAN 4 Tanah
Putih pernah membaca buku tentang KDRT, sedangkan 29 siswa/i tidak pernah, dan sebanyak 0%
siswa/i menyatakan bahwa kadang-kadang saja sedangkan yang tidak menjawab sebanyak 23%.
11
4.3 Analisa Pembahasan
1. Definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Membicarakan masalah kekerasan dalam rumah tangga mengingat kita pada gambaran istri atau anak yang teraniaya
atau terlantar karena tindakan suami yang sewenang-wenang pada mereka. Kekerasan pada rumah tangga pada
prinsipnya merupakan salah satu fenomena pelanggaran HAM sehingga masalah ini tercakup sebagai salah satu
bentuk diskrimanasi, khususnya terhadap perempuan. Di dalam Undang-Undang HAM No. 39 tahun 1999 dikatakan
bahwa pasal 9 adalah :
1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf hidupnya.
2. Setiap orang berhak hidup tenteram aman, damai sejahtera dan bahagia lahir dan batin.
3. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
Sebelum mengurai pengertian kekerasan dalam rumah tangga menurut para sarjana maka akan diuraikan terlebih
dahulu pengertian kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2004 tentang penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaran rumah tangga
termaksud ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga. (Pasal 1 UU No. 23 tahun 2004) ada beberapa terminology violence atau
kekerasan oleh sarjana sekedar memberi arah yang dimaksud dengan kekerasan terhadap perempuan dalam
kekerasan dalam rumah tangga.
Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut Deklarasi PBB tahun 1993 adalah sikap tindakan berdasarkan
perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara
fisik seksual atau psikologi termaksud ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara
sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan sehari-hari atau pribadi, (Herlina
Manullang, 2007, “Penelitian Dosen”).
2. Ruang Lingkup Rumah Tangga
Menurut pasal 2 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga tahun 2004 bahwa lingkup rumah
tangga meliputi :
 Suami, isteri dan anak
 Orang-orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan orang yang dimaksud pada huruf :
 Karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian yang menetap dalam rumah
tangga
 Perwalian yang menetap dalam rumah tangga
 Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.
3. Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Menurut pasal 5 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga meliputi :
12
1. Kekerasan Fisik. Sesuai dengan pasal 6 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah
perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat (penganiayaan).
2. Kekerasan Phisikis. Menurut pasal 7 Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah
perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,
rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang, mengancam/menakut-nakuti sebagai
sarana memaksa kehendak, mengisolasi istri dari dunia luar, hak-hak dalam bidang produksi. Contohnya :
- Hak untuk mendapatkan informasi dan pendidikan
- Hak untuk memutuskan kapan dan akan mempunyai anak
- Hak memiliki atau memberontak keluarga
- Hak untuk mendapatkan kebebasan berfikir.
3. Kekerasan Seksual Menurut pasal 8 Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, bentuk-
bentuk kekerasan seksual antara lain :
 Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetapkan dalam lingkup rumah tangga
tersebut.
 Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangga dengan orang lain untuk
tujuan komersil atau tujuan tertentu.
4. Penelantaran Rumah Tangga. Menurut pasal 9 Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
adalah :
 Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang
berlaku baginya atau karena persetujuannya atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau
pemeliharaan kepada orang tersebut.
 Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan
ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di
luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut. Adapun contoh termaksud juga yang
tidak memberi nafkah kepada anak/isteri membiarkan isterinya bekerja untuk kemudian penghasilannya
dikuasai oleh suami bahkan mempekerjakan sebagai isteri dan memanfaatkan ketergantungan isteri secara
ekonomi untuk mengontrol kehidupannya.
4. Gejala-Gejala Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Gejala-gejala istri atau anak yang mengalami kekerasan adalah biasanya merasa rendah diri, cemas, penuh rasa
takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua dari usianya, sering merasa sakit kepala, mengalami kesulitan tidur,
mengeluh nyeri yang tidak jelas penyebabnya, kesemutan, nyeri perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang
jelas. Jika anda membaca gejala-gejala di atas, tentu anda akan menyadari bahwa akibat kekerasan yang paling fatal
adalah merusak kondisi psikologis yang waktu penyembuhannya tidak pernah dapat dipastikan.
5. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Anak
Dalam hal terjadinya kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga terutama kekerasan yang dilakukan oleh suami
terhadap isterinya khususnya kekerasan yang dilakukan isteri terhadap suaminya sering mendatangkan beban mental
terhadap anak-anak mereka.

13
Beban mental anak-anak yang mempunyai keluarga yang tidak harmonis sering membawa mereka kepada hal-hal
yang negatif seperti narkoba, sikap buruk yang keluar dari diri anak tersebut yang menginginkan adanya bentuk
perhatian terhadp dirinya, karena anak tersebut sudah tidak mendapatkan kedamaian di dalam hatinya yang
seharusnya hal tersebut dia dapat dari kedua orang tuanya. Dan juga ketertinggalan di dalam pendidikan,
kecenderungannya sering terjadi nilai yang menurun ataupun tinggal kelas dan lain sebagainya. Ataupun adanya rasa
takut ataupun minder dengan teman-temannya yang mempunyai keluarga yang harmonis. Hal ini juga dapat
menimbulkan rasa iri hati terhadap teman-temannya.
Beban mental tersebut juga termaksud dalam lingkup kekerasan psikis, dimana mental anak tersebut menjadi
terganggu, ketakutan, tidak stabil dan sebagainya. (Pengamatan sehari- hari).
6. Upaya Untuk Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Untuk menghindari terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, diperlukan cara-cara penanggulangan kekerasan
dalam rumah tangga, antara lain:
1. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlak yang baik dan berpegang teguh pada agamanya sehingga kekerasan
dalam rumah tangga tidak terjadi dan dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran.
2. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena di dalam agama itu mengajarkan
tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak, saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat
saling menghargai setiap pendapat yang ada.
3. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan
harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan di antara kedua belah
pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.
4. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya antar anggota keluarga. Sehingga
rumah tangga dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita
untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang
berlebih dan rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan.
5. Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapa pun keuangan yang ada dalam keluarga, sehingga seorang istri
dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan yang minim, sehingga kekurangan ekonomi dalam keluarga dapat
diatasi dengan baik.
7. Membangkitkan Minat Belajar Siswa di Sekolah
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas
belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa,
lebih mudah dipelajari sehingga dapat mingkatkan prestasi belajar.
Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi
umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. Membangkitkan minat terhadap
sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan
untuk dipelajari dengan diri sendiri sebagai individu.
Menurut Slameto (2003 :180) proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana penetahuan atau
kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-
14
kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggap
penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan membawa kemajuan pada dirinya, ia
akan lebih berminat untuk mempelajarinya. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minatnya.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat diusahakan agar mempunyai minat yang
lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta berhubungan
dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Minat dapat diekspresikan melalui suatu
pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu
cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak
lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta
mempengaruhi minat-minat baru. Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif untuk membangkitkan
minat belajar pada siswa adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada dan membentuk minat-
minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai
hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat dapat dibangkitkan dengan menghubungkan
materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari: adanya perhatian, adanya ketertarikan, dan rasa
senang. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian terhadap bahan pelajaran,
memahami materi pelajaran dan menyelesaikan soal-soal pelajaran. Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan
terhadap bahan pelajaran dan untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa senang meliputi rasa senang
mengetahui bahan belajar, memehami bahan belajar, dan kemampuan menyelesaikan soal-soal.
7. Perilaku Siswa
Perilaku adalah tindakan atau perbuatan seseorang yang dapat diamati secara langsung oleh orang lain dan timbul
akibat rangsangan dari lingkungan sekitar. Disiplin adalah hasil usaha seseorang yang ditunjukkan dengan nilai
kepatuhan, dan ketertiban sebagai bentuk kesediaan seseorang untuk mentaati peraturan yang berlaku. Maka
pengertian perilaku siswa adalah tindakan atau perbuatan siswa yang dapat diamati secara langsung yang
ditunjukkan dengan nilai kepatuhan, dan ketertiban sebagai bentuk kesediaan siswa, hal ini timbul akibat rangsangan
dari lingkungan sekitar yaitu sebuah peraturan yang berlaku di sekolah dan siswa harus mentaati peraturan yang
berlaku di lingkungan sekolah.
Jenis-jenis perilaku di bedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perilaku yang Alami (innate behavior)Adalah perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yaitu yang berupa
refleks-refleks dan insting-insting.
2. Perilaku Operan (operant behavior) adalah perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.

15
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kekerasan dalam rumah tangga seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, memiliki arti setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Masalah kekerasan dalam rumah tangga telah mendapatkan perlindungan hukum dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 yang antara lain menegaskan bahwa:
1. Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan sesuai
dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi
manusia, dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus.
3. Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah perempuan, hal itu harus
mendapatkan perlindungan dari negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau
ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan.
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu
dibentuk undang-undang tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.
5. Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri sebenarnya merupakan unsur yang berat dalam tindak
pidana, dasar hukumnya adalah (kitab undang-undang hukum pidana) pasal 356 yang secara garis besar isi pasal
berbunyi: “barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, istri atau anak diancam hukuman
pidana”.
Berdasarkan hasil penelitian kami sebagai penulis dengan menggunakan teknik kajian kepustakaan, maupun
kegiatan lapangan yang meliputi kuisioner dan pengamatan secara langsung maka didapatkan kesimpulan yaitu siswa
Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau berpendapat bahwa tindakan KDRT
haruslah kita hindari dan cegah karena dapat berpengaruh terhadap prilaku dan minat belajar serta capaian hasil belajar
siswa/i.

5.2. Saran
1. Hendaknya pihak sekolah, orang tua haruslah saling bekerjasama secara proaktif dengan membuat program
pengajaran keterampilan sosial, problemsolving, manajemen konflik, dan pendidikan karakter.
2. Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam maupun di luar kelas; dan perlu
kerjasama yang harmonis antara guru BK, guru-guru mata pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.

16
3. Sebaiknya orang tua menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk tercapainya tujuan pendidikan secara
maksimal utntuk meminimalisir adanya tindakan KDRT khususnya kepada siswa/i.
Demikian yang dapat kami jelaskan semoga bermanfaat bagi pembaca dan dalam makalah karya ilmiah ini
masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami senantiasa menerima saran dan kritik yang
sifatnya membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, Hamidah. 2010, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
dalam Putusan Pengadilan Negeri Sebagai Implementasi Hak-Hak Korban, Jurnal Hukum No. 3 Vol.
17 Juli 2010, Hal. 475 – 491.

Fakih, Mansour. 1998. Diskriminasi dan Beban Kerja Perempuan: Perspektif Gender . Yogyakarta:
CIDESINDO.

Hasbianto, Elli N. (1996). Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Potret Muram Kehidupan Perempuan Dalam
Perkawinan, Makalah Disajikan pada Seminar Nasional Perlindungan Perempuan dari pelecehan dan
Kekerasan seksual. UGM Yogyakarta.

Komnas Perempuan (2002). Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia. Jakarta: Ameepro.

Komnas Perempuan, Korban KDRT Jangan Malu Untuk Melapor, dalam www.perempuan.or.id, diakses
Minggu 10 Juni 2022 Pukul 14.00.

Mudjiati, 2008, Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga Suatu Tantangan Menuju Sistem Hukum Yang Responsif Gender, Jurnal
Legislasi Indonesia, Vol. 5 No. 3 September 2008.

Warassih, Esmi. 2010. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis. Semarang: Suryandaru Utama.

17
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga karya
ilmiah ini bisa terselesaikan dengan sebaik mungkin yang berjudul “Pengaruh Kekerasan Dalam Rumah
Tangga Terhadap Perilaku dan Minat Belajar Siswa/i Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Tanah Putih Kabupaten
Rokan Hilir Propinsi Riau”.
Secara garis besar isi penelitian ini adalah berisi pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh tindakan
KDRT terhadap prilaku dan minat belajar siswa serta bagaimana cara mengantisipasinya sehingga akan
menciptakan dampak yang baik tehadap prilaku dan masa depan siswa.
Adapun kelebihan dari mengantisipasi tindakan KDRT terhadap siswa/i itu sendiri adalah dapat
membuat siswa lebih percaya diri, proaktif dan bisa mengarahkan atau mewujudkan cita-cita masa depan
yang terarah serta membuat perilaku menjadi lebih baik untuk kedepannya.
Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah
ini, terutama kepada guru pembimbing yang telah membimbing dari awal hingga pada akhirnya karya ilmiah
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kritik dan saran sangatlah diharapkan dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini dimasa
mendatang.

Ujung Tanjung, Juni 2022


Penulis,
Kelompok

18
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Metode Penelitian .............................................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 2

BAB II KERANGKA TEORITIS ............................................................................................... 3


2.1 Hakikat Kekerasan ............................................................................................................. 3
2.2 Hakikat Kekerasan Dalam Rumah Tangga........................................................................ 3
2.3 Hakikat Belajar .................................................................................................................. 4
2.4 Hakikat Siswa .................................................................................................................... 4
2.5 Hakikat Minat Belajar.......................................................................................................... 5
2.5 Hakikat Perilaku Siswa....................................................................................................... 6

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................... 7


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................................................. 7
3.2 Populasi dan Sampel ......................................................................................................... 7
3.3 Objek dan Subjek Penelitian............................................................................................... 7
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................................ 7
3.5 Teknik Analisis Data .......................................................................................................... 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................................. 9


4.1 Hasil Penelitian................................................................................................................... 9
4.2 Pembahasan ...................................................................................................................... 10
4.3 Analisa Pembahasan ......................................................................................................... 12

19
BAB V PENUTUP .................................................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 16
5.2 Saran ................................................................................................................................. 16

ii

FORM
ANGKET / KUESIONER
PENELITIAN TENTANG PENGARUH KDRT TERHADAP
PERILAKU DAN MINAT BELAJAR SISWA/I
KELAS XI IPS 2 SMAN 4 TANAH PUTIH

JAWABAN
NO PERTANYAAN KADANG- TIDAK
YA TIDAK
KADANG MENJAWAB
1 Apakah kamu pernah mengalami kekerasan
dalam rumah tangga ?

2 Apakah kamu pernah melaporkan


kekerasan dalam rumah tangga yang kamu
alami ?

3 Apakah kamu pernah melihat kekerasan


dalam rumah tangga baik di TV maupun di
medsos ?

4 Apakah kamu pernah melakukan kekerasan


dalam rumah tangga?

5 Apakah kamu pernah menceritakan


kekerasan dalam rumah tangga yang kamu
alami kepada orang lain ?

6 Apakah kekerasan dalam rumah tangga


yang kamu alami tersebut membuat
semangat belajarmu menurun ?

7 Apakah kamu sering kabur/pergi dari rumah


ketika kekerasan dalam rumah tangga
terjadi ?

8 Apakah kamu pernah merasa stress sesaat


setelah terjadi kekerasan dalam rumah
tangga ?

9 Apakah kamu sering trauma dengan tindak


kekerasan dalam rumah tangga yang
menimpa mu ?

10 Apakah kamu pernah membaca buku


20
tentang kekerasan dalam rumah tangga ?
TUGAS KARYA TULIS ILMIAH
TENTANG
“PENGARUH KDRT TERHADAP PERILAKU DAN MINAT BELAJAR SISWA/SISWI
KELAS XI IPS 2 SMAN 4 TANAH PUTIH”

ii

DISUSUN OLEH:
GADIS PUTRI ARDINA
IRFAN RAMADANI
MAHDA LENI
WANDA PRATAMA
WANDI SYAHPUTRA
SURYATI
FERY ARDIANSYAH

KELAS : XI IPS 2

SMA NEGERI 4 TANAH PUTIH


KAB. ROKAN HILIR
TAHUN PELAJARAN 2021 / 2022
21

Anda mungkin juga menyukai