Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS JURNAL

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (DOMESTI C


VI OLENCE)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah stase Maternitas




Disusun Oleh
Febi Dwi Putri
220112140040





PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVIII
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

Kejadian kekerasan dalam rumah tangga sering dialami oleh wanita
sebagai bagian dari keluarga. Pemahaman patrilineal yang melekat erat dalam
budaya timur khususnya menempatkan laki-laki sebagai sosok panutan dan wajib
dipatuhi, tidak heran bila sebaliknya terjadi pada wanita dimana posisinya tidak
lebih dianggap sebagai kaum lemah.
Kenyataannya masih banyak kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga
yang tidak dilaporkan. Hal ini disebabkan karena masih tabunya pemahaman
masyarakat akan pentingnya melaporkan atau untuk segera mendapat pertolongan
saat terjadi kasus kekerasan baik yang terjadi pada diri sendiri maupun
lingkungannya.
Berdasarkan fenomena diatas penulis ingin mengetahui lebih dalam hal-hal
yang terkait kekerasan dalam rumah tangga, bentuk kekerasan, efek samping serta
alasan mengapa istri/ wanita lebih memilih untuk menyimpan masalah kekerasan
yang menimpanya.









BAB II
ANALISIS JURNAL

Kekerasan dalam rumah tangga mencakup perilaku salah (abusive) dan
perilaku kekerasan (violent) yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain
dalam kehidupan perkawinan, seksual, hubungan orang tua dan anak, atau peran
pengasuhan. Adapun bentuk agresi yang dilakukan terbagi kedalam tiga agresi
yakni; fisik, dimana agresi berupa penyerangan kepada fisik sepeti melempar
barang, pengendalian secara fisik, menjambak atau memukul. Kedua, verbal
emosional dimana bentuk agresi berupa tindakan berteriak, membantak, melacak
panggilan masuk atau keluar. Selanjutnya seksual berupa tindakan atau sentuhan
yang tidak diinginkan, paksaan seksual, dll.
Mayoritas korban kekerasan dalam rumah tangga adalah istri (perempuan)
yang merupakan efek dari maskulinitas laki-laki yang cenderung merasa kuat dan
harus dihargai serta karakteristik wanita sebagai kaum inferior yang
menggambarkan kaum wanita lebih banyak bekerja di dapur dan di kasur. Laki-
laki yang melakukan penyiksaan terhadap istrinya memiliki harga diri rendah dan
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pasangan. Kekerasan dalam rumah
tangga dapat terjadi pada pasangan heteroseksual maupun homoseksual termasuk
didalamnya gay dan lesbian.
Perilaku kekerasan dalam rumah tangga berefek pada fisik maupun non-
fisik korbannya, umunya pada korban KDRT akan timbul rasa cemas berlebih,
depresi kronis, nyeri kronis, kematian dan dehidrasi. Korban juga dapat menjadi
seorang pecandu obat-obatan serta mengonsumsi alkohol secara berlebih, efek
dari KDRT sendiri tidak hanya berimbas pada korban melainkan orang-orang
disekitar korban termasuk ketidakmampuan menembangkan diri dan mengasuhan
anak-anak.
Seringkali tanpa disadari penganiayaan emosional terhadap istri dilakukan
oleh pasangannya. Penganiayaan emosional terhadap istri dapat berupa:

1. Degradasi ; usaha untuk mempermalukan, menghina atau meremhkan
pasangan. Isteri dipersepsikan tidak berharga atau tidak diterima oleh
orang lain
2. Penciptaan rasa takut; perasaan cemas berlebihan terhadap
keselamatan fisik dan rasa aman dari sisi emosi dan merasa dirinya
dalam bahaya
3. Objektivikasi; kekerasan dengan mempersepsikan istri sebagai objek
tanpa energi, sumber daya, kebutuhan atau keinginan, posesif,
memaksa istri untuk mengubah fisik dan tampilan eksetenalnya seperti
memaksan menggunakan pakaian tetentu
4. Deprivasi; secara ekonomi, dimana suami sesuka hati menggunakan
atau mengalokasikan dana keluarga. Secara sosial, menghalangi
kebebasan istri untuk berinteraksi
5. Tanggung jawab yang berlenihan; istri bertanggung jawab terhadap
seluruh masalah dan selalu dipersalahkan
6. Distursi realitas subjekti; penyerangan terhadap keyakinan dalam
persepsi diri atau dinamika hubungan

Selain penganiayaan emosional terhadap istri, kaum wanita dalam hal ini
ibu sering mendapatkan perlakuakn kekerasan dari anak. Kekerasan anak pada
orang tua merupaka hal yang masih dianggap tabu, beberapa penelitian mencoba
untuk melihat pengaruh kekerasan kepada anak sebagai bentuk pola asuh yang
membentuk anak dalam melakukan kekerasan kepada orang tuanya.
Adapun alasan melakukan tindak kekerasan pada istri adalah
1. Biological aspect : dimana laki-laki lebih kuat dan persepsi tentang
wanita yang lemah
2. Psychological : mayoritas mereka yang melakukan tindak kekerasan
memiliki gangguan mental seperti mudah marah, cemas, curiga yang
berlebihan,dll

3. Adiksi, alkohol ; penelitian menunjukan laki-laki yang melakukan
kekerasan adalah mereka yang mengonsumsi alkohol
4. Learnig; pola asuh semasa kecil, budaya, agama atau kepercayaan
memperlihatkan tanggapan yang bebeda terhadap KDRT oleh karena
itu pendekatan budaya, sosial dan ekonomi perli dilakukan.
Kenyataannya seringkali kita temukan wanita dengan KDRT memilih untuk
bertahan terhadap perilaku kekerasan yang dialaminya. Hal tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yakni;
1. Konsep diri negatif dan harga diri rendah
2. Kepercayaan suami akan berubah
3. Masalah ketergantungan ekonomi, dan ketakutan tidak memiliki rumah
4. Kebutuhan akan dukungan terhadap anak
5. Ketakutan untuk bertahan sendiri dalam dunia yang kejam
6. Perasaan malu, bersalah, dan berdosa
7. Takut terhadap suami
8. Keadaan rumah seperti penjara yang mengekang
Adapun terapi yang dapat dilakukan dalam KDRT dapat dilakukan baik
kepada pelaku maupun korban ;
1. Individual terapi, suami sebagai pelaku kekerasan diterapi bagaimana
menyelesaikan masalah secara kognitif maupun behaviour
2. Behaviour Couple Therapy (BCT), terapi pada pasangan, dimana
pasangan diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas atau diskusi
bersama selama @ 6 jam dalam 12 minggu
3. Dukungan sosial, bagi korban mendapatkan dukungan sosial dapat
mengembalikan kepercayaan diri dan terapi ini membantu komunitas
untuk lebih responsif terhadap kasus KDRT
Resiko dari perilaku kekerasan memerlukan perhatian khusus dari
pelayanan kesehatan. Layanan kesehatan dapat memberikan tanggapan yang baik
untuk segera mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang timbul dari perilaku

kekerasan. Adapun kendala yang dihadapi oleh pelayanan kesehatan dalam
menanggulangi kasus KDRT adalah kurangnya kompetensi petugas kesehatan
dalam memahami tindakan KDRT, manajemen pelaksanaan KDRT dan belum
jelasanya kebijakan yang mengatur KDRT serta masih belum terkoordinasi
dengan baik departemen-departemen yang terkait. Dengan adanya pengetahuan
yang mapan oleh petugas kesehatan akan membantu korban dalam menangani
kasus kekerasan yang dialaminya. Kebijakan yang jelas akan hukuman yang akan
menimpa pelaku diharapkan dapat menimbulkan efek jera oleh pelaku kekerasan.
















BAB III
PEMBAHASAN

Selama mengikuti stase maternitas penulis belum memiliki pengalaman
langsung berhadapan dengan klien yang menderita kekerasan dalam rumah
tangga. Namun, ini menjadi perhatian tersendiri bagi penulis apakah benar tidak
ada kasus KDRT atau memang benar ketidakpahaman masyarakat tentang
pengertian dan bentuk-bentuk KDRT menyebabkan mereka untuk memilih diam
dengan keadaan.
Bentuk terapi yang didapatkan dari jurnal menurut hemat penulis akan sagat
efektif bila masing-masing pihak (korban, pelaku, pelayanan kesehatan) saling
berintegrasi sehingga dapat menemukan solusi dan pemecahan masalah yang
bersifat holistik yakni intervensi yang bertujuan untuk kognitif dan tingkah laku
pelaku, fisik dan non fisik pada korban.











BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan
Tindakan kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya terjadi pada
pasangan heteroseksual namun dapat pula terjadi pada pasangan
homoseksual. Terdapat berbagai bentuk kekerasan yakni fisik, verbal
emosional dan seksual. Dibutuhkan koordinasi yang baik bagi setiap
komponen yang terlibat demi mencapai status kesehatan maksimal dan
kepatuhan hukum.

2. Saran
Edukasi terkait bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga
pada masyarakat
Koordinasi yang baik pada semua pihak yang terlibat dalam
mensukseskan penurunan angka kekerasan dalam rumah tangga.










DAFTAR PUSTAKA
Colombini, Manuela, Susannah Mayhew, Charlotte Watts. 2008. Health-
sector Responses to Intimate Partner Violence in Low- and Middle-
Income Settings; A Review of Current Models, Challenges and
Opportunities. Bulletin of The World Health Organization 86 (8).
Harahap, Farida. 2006. Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Paradigma, No.
01, Januari 2006 ISSN 1907-297X.
Rahardjo, Wahyu. 2007. Penganiayaan Emosional Dan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga: Sebuah Potret Buram Kehidupan Berkeluarga.
Jurnal Penelitian Psikologi, No. 1, Volume 12, Juni 2007.
Sarookhani, B, F. Daneshian. 2014. The Survey of Reason and Parameters
of Domestic Violence Against the Women. Kuwait Chapter of
Arabian Journal of Business and Management Review Vol. 3,
No.11; July. 2014.
Wilcox, Paula. 2012. Is Parent Abuse a Forma of Domestic Violence?.
Social Policy & Society 11;2, 277-288. Cambridge University
Press.

Anda mungkin juga menyukai