Anda di halaman 1dari 15

OTOPSI PSIKOLOGI KASUS DUGAAN BUNUH DIRI

Pendekatan otopsi psikologi masih relatif baru dalam lingkup pemanfaatan

psikologi sebab metode ini belum banyak dikenal dalam membantu proses

pemecahan kasus kriminal. Dikatakan relatif baru dalam pengertian bahwa sejauh

ini belum ada perhatian secara serius dalam psikologi sebagai bidang keilmuan.

Pengertian otopsi psikologi mengacu pada pengertian umum mengenai

proses otopsi medis yang terkait dengan proses bedah mayat untuk mengetahui

sebeb-sebab kematian seseorang secara fisiologis (medis). Dalam pengertian yang

spesifik, otopsi psikologi atau dikenal dengan sebutan retospective death

assesment, evaluasi rekontruktif maupun analisis kematian equivocal (Katherine

Ramsland, 2006), pada dasarnya merupakan satu upaya untuk melakukan

identifikasi sebab-sebab kematian seseorang yang dianggap masih kabur/tidak

jelas penyebabnya. Lebih jauh, Ramsland menyebut otopsi psikologi sebagai

metode tertentu yang dipergunakan untuk meneliti secara cermat riwayat

perjalanan kehidupan seseorang sebelum kematiannya.

Dalam kondisi faktor penyebab kematian tidak jelas, proses otopsi medis

sangat diperlukan. Sekalipun demikian, -boleh jadi- seteah dilakukan proses

otopsi medis sekalipun, faktor penyebab kematian tetap menjadi misteri. Sebagai

contoh, seseorang yang dinyatakan meninggal dunis (secara medis) karena luka

benturan benda tumpul di kepala, tanpa sengaja membenturkan kepalanya pada

benda tumpul, atau korban sengaja membenturkan kepalanya pada benda tumpul.

Tentu saja, dalam kasus khusus seperti ini, otopsi medis dapat saja dibantu dengan

proses otopsi psikologis maupun analisis forensik lainnya. Gagasan dasar dari
proses otopsi psikologis adalah mengungkap kondisi mental-kepribadian dan

kondisi pemikiran (state of mind) korban sebelum kematiannya, khususnya pada

kasus-kasus adanya dugaan bunuh diri.

1. Proses Otopsi Psikologi

Seperti yang telah dijelaskan, otopsi psikologi merupakan kegiatan

penelusuran (penelitian) tentang kehidupan korban pada saat kematiannya,

khususnya untuk mengetahui kondisi psikis/mental kejiwaan yang mengarah pada

ada atau tidaknya dorongan untuk melakukan bunuh diri. Mengacu pada

pengertian tersebut, proses otopsi psikologi tidak sama dengan proses otopsi

medis, yaitu tidak melakukan proses pembedahan secara fisik, tetapi pembedahan

terhadap riwayat perjalanan hidup korban sampai saat-saat ini akhir kematiannya.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam proses otopsi psikologi dilakukan melalui

penelitian, pengungkapan data-data, dan riwayat hidup korban melalui wawancara

terhadp orang-orang yang mempunyai hubungan dekat dengan korban.

Secara spesifik dan lebih terperinci, Sherry Russell (2004) menyatakan bahwa

beberapa data yang diperlukan dalam proses otopsi psikologi adalah sebagai

berikut :

a. Informasi pribadi (personal information) seperti usia, status perkawinan,

ketaatan beragama, riwayat pendidikan, riwayat perkerjaan

b. Riwayat status kesehatan mental/kejiwaan

c. Riwayat keluarga (family history)

d. Visum Et Repertum (VER) kematian korban

e. Riwayat kematian dalam keluarga, meliputi usia dan faktor penyebab

f. Riwayat kematian medis (medis record)


g. Riwayat adanya kondisi stres/depresi sebagai akibat dari permasalahan

yang sedang dihadapi, setidaknya dalam satu tahun terakhir

h. Laporan polisi/laporan kemajuan penyelidikan

i. Reaksi keluarga/teman terhadap kabar kematian korban

j. Bukti adanya tulisan yang ditinggalkan (bilamana ada)

k. Riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan tertentu (drugs)

l. Barang bukti yang didapatkan dari TKP

m. Riwayat sikap dan perilaku emosional, stres, dan ketakutan tertentu

n. Perubahan kebiasaan, sikap dan perilaku, kegemaran/hobi. Pasangan

seksual, dan kehidupan rutin lainnya.

Theodore H. Blau (1994) menambahkan bahwa dalam proses wawancara

terhadap keluarga/temen/tetangga korban. Beberapa hal yang harus didalami

adalah sebagai berikut :

a. Bukti-bukti adanya kondisi psikologis yang menyakitkan (psychological

pain)

b. Bukti-bukti adanya jondisi frustasi

c. Adanya ancaman tertentu dari orang lain

d. Bukti adanya perencanaan tertentu (misalnya, rencana bunuh diri)

e. Bukti adanya rasa letidakberdayaan/tanpa harapan

f. Kondisi ambivalensi (kebingungan) atau depresi

g. Kondisi pemikiran/ide yang menghantui

h. Adanya upaya-upaya untuk melakukan bunuh diri sebelumnya


Setelah data-data tersebut diperoleh melalui proses wawancara dan

penelitian yang mendalam, selanjutnya dilakukan penelaahan (analisis) untuk

mencermati faktor-faktor dominan yang diperkirakan sebagai faktor penyebab

kematian. Fakta-fakta mengenai kondisi mental psikologis, kondisi stres, depresi,

frustasi, ketidakberdayaan, dan sebagainya merupakan fakta yang harus dianalisis

secara psikologis, khususnya dikaitkan dengen kemungkinan kondisi tersebut

mendorong seseorang untuk melakukan bunu diri.

Hasil dari proses otopsi psikologis, seperti yang ditegaskan oleh Blau

(1994), mengarah pada kesimpulan berupa skenario yang paling mendekati (the

most prebable scenari) dari kematian korban. Kesimpulan ini secara spesifik

memuat kemungkinan kejadian secara kronologis (chronological story) yang

menjelaskan proses kematian korban serta kemungkinan faktor penyebabnya.

2. Contoh Kronologi Kejadian

Pada tanggal 21 Agustus sekitar jam 07:30 teah ditemukan mayat yang

tergenang di sungai diduga sebagai korban bunuh diri. Korban diketahui seorang

laki-laki bernama “Fulan”, 26 tahun. Kondisi mayat masih dalam keadaan baik,

dalam keadaan tanpa busana, terdapa beberapa luka sayatan dipergelangan tangan

kiri, dan luka kepala bagian atas.

Polisi telah melakukan proses penyelidikan gna mengungkap kebenaran

dugaan kasus bunuh diri yang dilakukan korban. Akan tetapi, dalam penyelidikan

masih ditemukan bukti-bukti kejanggalan, baik berasal dari analisis TKP maupun

dari hasil pemeriksaan terhadp saksi-saksi yang menyulitkan pengambilan

keputusan tentang sebab-sebab kematian korban. Dari hasil pemeriksaan terhadap


saksi-saksi, diperoleh keterangan mengenai riwayat hidup korban yang pernah

melakukan dua kali permasalahan utang-piutang dengan beberapa orang.

Pekerjaan korban tidak tetap, tatapi ia melakukan bisnis jual beli mobil bekas, jual

beli barang antik, dan jual beli hasil bumi di sekitar daerahnya.

Hasil pengolahan tempat kejadian perkara, ditemukan jejeak atau barang

bukti yang tertinggal di sekitar TKP, yaitu sebagai berikiut :

a. TKP terletak di pinggir jalan raya. Secara umum, di areal TKP juga ada

persawahan yang ditumbuhi pada, hanya ditemukan jejak kaki korban,

sedangkan jejak lain yang diakibatkan oleh kekerasan, seperti rumpun padi

rebah, alat-alat untuk melakukan kekerasan tidak ditemukan di sekitar

TKP

b. Di pinggir jalan raya, tepatnya pos kamling, ditemukan sepeda motor

terparkir di pinggir pos kamling dengan kunci kontak masih ada di sepeda

motor. Terdapat satu bungkus tas plastik yang di dalamnya birsi butiran

pupuk, tutup botol putih bertuliskan 25.000. di bawah sadel sepeda motor,

ditemukan alat cukur warna kuning yang tidak berisi pisau silet, sedangkan

di pos kamling, ditemukan sebuah jaket biru dan sebuah helm, ditempat

tidur pos kamling, ditemukan tetesan cairan warna hijau sampai kebawah.

c. Di tangga menurun menuju TKP, ditemukan beberapa tumpahan cairan

warna hijau

d. Di pematang sawah, di bawah tangga sekitar 6 meter, ditemukan sepasang

sandal tertanam di lumpur sawah dengan posisi muka belakang seperti

orang bejalan, kemudian ditemukan dua jejak kaki menuju pematang

sawah, dan sandal tersebut diakui milik korban oleh keluarga korban.
e. Dalam jarak 12 meter dari sandal, ditemukan baju kain warna kotak-kotak

agak baru, utuh, dan basah. Selana pendek, celana dalam yang diduga

milik korban, namun menurut keterangan istri korban, baju kain warna

kotak-kotak tersebut tidak pernah dilihat oleh istrinya dipakai oleh korban.

f. Di dalam sungai, ditemukan celana jeans abu-abu, sebuah pisau silet

dengan noda kecokelatan, dan satu buah cincin. Dari tempat tersebut, 5

meter ke hilir sungai, ditemukan mayat korban terendam di air aliran

sungai

g. Pada tebing sungai, ditemukan semak-semak rumput yang tertidur dan

patahan ranting pepohonan serta tiga jejak jari tangan yang menempel di

tebing. Di bawahnya, ditemukan jejak darah di atas dedaunan kayu yang

telah kering.

h. Mayat korban dalam keadaan telanjang bulat dengan posisi miring ke

kanan dengan pergelangan tangan kiri luka melebar kurang lebih 4x6 cm,

luka lecet di tulang rusuk sebelah kanan, luka tergores di sebelah kiri,

tepatnya di belakang telinga, dan luka pada kepala bagian atas atau ubun-

ubun.

Adapun fakta-fakta yang diperoleh dari kesimpulan VER menyebutkan

sebagai berikut :

a. Sebab kematian korban karena benturan dengan benda keras tumpul pada

kepala yang mengakibatkan pendarahan di atas selaput keras otak

b. Tidak ditemukan racun pada lambung korban.

Hasil pemeriksaan dari Lab Forensik menyimpulkan sebagai berikut :


a. Ceceran darah yang tertinggal pada barang bukti berupa celana panjang

jeans, kain kanebo, patahan ranting, dan silet merek “Goal”, merupakan

darah berjenis “AB” identik dengan darah korban.

b. Pada barang bukti berupa jaket kain warna biru, kemeja lengan pendek,

celana pendek, celana dalam, sandal kenip warna hitam, cincin tembaga

dan batu, tidak ditemukan adanya noda darah.

c. Pada barang bukti berupa cairan warana hijau yang ditemukan di lambung

tidak terdapat bahan/sediaan yang bersifat racun

Saksi yang tela diperiksa oleh penyidik berjumah 23 orang, yang terdiri

atas 1 orang saksi yang mendengar teriakan yang diduga berasal dari korban

berupa teriakan “ADUH” sekitar pukul 02.00, yaitu ketika saksi melaksanakan

pekerjaan rutin memotong ayam di dekat sungaim berjarak kurang lebih 100

meter dari lokasi kejadian, 9 orang saksi yang mengetahui atau sempat melihat

keberadaan kendaraan bermotor korban yang diparkir di pinggir jalan (samping

pos ronda), 5 orang saksi keluarga dekat korban (istri 1, istri 2, dan orang tua), 3

orang sahabat dekat korban, dan 5 orang rekan bisnis.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan petugas kepolisian terhadap para

saksi maupun analisis TKP, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Korban tebelit dengan permasalahan ekonomi (utang) dan masalah

keluarga (perselingkuhan) yang menyebabkan korban sering melamun dan

sebelumnya pernah melakukan percobaan bunuh diri sebanyak dua kali.

b. Dari hasil pengolahan TKP, sesuai dengan fakta-fakta yang ditemukan,

tidak adanya bekas-bekas atau jejak yang menandakan terjadinya tindak


kekerasan atau benturan fisik. Adapun luka pada kepala korban bagian atas

diduga disebabkan benturan benda tumpul (diperkirakan terbentur batu di

sungai), sedangkan luka di telinga bagian kiri korban diduga akibat

terkena tusukan akar yang ada di tebing, tempat korban

terjatuh/menjatuhkan diri.

c. Beberapa saksi mengetahui dengan jelas bahwa korban pernah melakukan

percobaan bunuh diri.

d. Pada waktu terjadinya peristiwa, tidak ada saksi yang mendengar/melihat

adanya suara teriakan atau suara keributan lainnya di TKP.

e. Belum ditemukan saksi-saksi atau petunjuk yang menandakan korban

meninggal atas perbuatan orang lain.

3. Contoh Proses Otopsi Psikologi

Setelah urusan prosedural kedinasan diselesaikan, selanjutnya psikologi

melakukan koordinasi secara intensif dengan petugas polisi untuk

mendapatkan data-data awal mengenai kasus tersbut, dan melakukan

perencanaan pemeriksaan psikologi. Kegiatan yang dilaksanakan psikolog

selengkapnya sebagai berikut :

a. Kegiatan analisis TKP, untuk melakukan rekontruksi tindakan yang

dilakukan korban di sekitar TKP, untuk mencari kemungkinan proses

psikologi dalam pengambilan keputusan.

b. Kegiatan pemeriksaan melalui wawancara terhadap saksi-saksi yang

mempunyai hubungan dekat dengan korban, yaitu :

1. Istri pertama korban

2. Istri kedua korban


3. Ibu kandung kroban

4. Ayah kandung korban

5. Sahabat dekat korban

6. Ibu kandung istri pertama

7. Rekan bisnis korban

c. Metode penelitian dokumentasi terhadap :

1. Hasil olah TKP yang dilakukan petugas kepolisian

2. Laporan hasil oenyelidikan

3. Hasil pemeriksaan labolatoris kriminalistik dari labfor

4. Hasil Visum Et Repertum (VER)

Hasil analisis psikologi dapat disampaikan sebagai berikut :

a. Riwayat hidup korban dapat dijelaskan sebagai berikut :

Korban merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara dan anak laki-laki satu-

satunya dalam keluarganya. Bapak kirban bekerja sebagai pedagang hasil bumi,

sedangkan ibu korban dan korban sendiri bekerja membantu ayahnya berdagang

hasil bumi (ketela). Sejak SD sampai SMP, korban bersekolah di desanya,

sedangkan SMA ia bersekolah di kota. Korban sebagai anak laki-laki satu-satunya

sangat disayang oleh ibu dan saudaranya. Masa kecil korban dilalui lebih banyak

dengan membantu orang tua daripada bergaul (bermain) dengan kawan-

kawannya. Sejak kecil, korban memang dikenal pendiam oleh keluarganya.

Masa remaja (SMA) dilalui dengan berkenalan dan berpacaran dengan istri

pertama ketika perempuan tersebut masih duduk di bangku SMP. Setelah

beberapa waktu berpacaran, mereka berniat untuk menikah. Akan tetapu, mereka
masih terlalu muda, keinginan tersebut dilarang oleh orangtuanya. Akibatnya

korban mengajak pacarnya bunuh diri dengan meminum “aqua” yang dicampur

dengan racun tikus di dalam kamar korban yang dikunci diri oleh korban. Usaha

ini gagal karena keduanya dipergoki oleh kerabat lain, yang segera membawa dan

mengobati mereka di RS.

Sebagai akibat dari tindakan nekat tersebut, hubungan mereka disetjui dan

pasangan tersebut menikah secara adat. Akan tetapi, setelah istrinya mengandung

1 bulan, sedangkan korban ingin berobat (supranatural), istrinya dititipkan ke

rumah mertuanya dan setelah itu korban tidak pernah lagi menjemput maupun

menengok istrinya. Setelah anak dari istri pertama lahir dan berusia tiga bulan,

korban menjemput istri da anaknya, tetapi tidak diizinkan oleh mertuanya karena

korban tidak pernah memerhatikan dan merawat istri dan anaknya.

Selanjutnya korban menikah secara sah dengan istri keduanya, yang

dimana korban tinggal dirumah istrinya yang telah mempunyai anak 1 orang.

Selama menikah dengan istri kedua, korban pernah mengajak istrinya tersebut

bunuh diri bersama karena korban ketakutan dikejar penagih utang. Percobaan

bunuh diri ini gagal karena istrinya tidak bersedia diajak melakukan bunuh diri,

dan ia membuang botol cairan yang hendak digunakan untuk bunuh diri.

Permasalahan lain yang timbul adalah ketika korban dijumpai oleh istri kedua

sedang melaukan hubungan dengan istri pertama (mantan istri) di sebuah bungalo

sehingga istri kedua minta diceraikan.

Setalah bercerai secara resmi dari sitri keduanya, korban kembali kepada

istri pertama dan mempunyai satu orang anak lagi. Sementara itu, bisnis (usaha)
korban tidak menampakkan kemajuan, sebaliknua korban terus dililit utang.

Kemudian, muncul permasalahan lain, yaitu istri korban membuat pengakuan

kepada korban (kira-kira bulan juli 2006) bahwa ia pernah berhubungan

(selingkuh) dengan rekan bisnis korban. Pengakuan ini menimbulkan kemarahan

dan kekecewaan korban yang mendalam. Kondisi ini diakui oleh sahabatnya yang

sering bersama korban dan menyatakan bahwa korban dalam keadaan depresi dan

sering melamun. Semenjak pengakuan istrinya, korban tidak lagi memiliki

hubungan harmonis dengan istrinya dan ia semakin banyak keluar rumah bersama

sahabatnya.

Sementara itu, persoalan utang-piutanh dengan rekan bisnis pada usaha

jual beli mobil bekas telah jatuh tempo pada tanggal 17/7/2006, pemabayaran sisa

utang bisnis ketela, jatuh tempo pada tanggal 18/8/2006, dan persoalan udang (3,5

juta) dengan jaminan mobil pada orang lain yang jatuh tempo pada tanggal

18/8/2006.

Pada tanggal 17/8/2006 korban bersama istrinya dan anaknya berkunjung

dan bermalam dirumah mertua. Pihak mertua menganggap bahwa kunjungan

tersebut sebagai hal yang aneh dan tidak pernah dilakukan korban sebelumnya.

Pada tanggal 18/8/2006, yaitu pagi hari, korban mengajak istrinya untuk

bepergian, tetapi istrinya menolak sehingga korban berangkat sendiri. Sejak itu,

keberaaan korba tidak diketahui. Ia betemu dengan sasi (penjual sate di

perempatan xxx,xxx,xxx) dan makan di warungnya sendirian. Keesokan harinya,

korban ditemukan di sungai dalam keadaan meninggal dunia.


b. Peninjauan (observasi) TKP dilakukan pada hari Selasa, 26 September 2006.

Kondisi TKP secara umum tidak banyak berubah dibandingakan dengan saat

ditemukannya jenazah korban, yaitu pada tanggal 21 Agustus 2001, kecuali

tanaman padi di sawah (TKP) yang sudah selesai dipanen. Beberapa bercak

darah di TKP masih terlihat menempel pada beberapa akar pohon. Dari hasil

peninjauan (observasi) TKP dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Diduga kuat pada saat kejadian, korban dalam keadaan akut atau

binugng, mengalami keraguan yang sangat kuat sehingga tidak mampu

lagi berpikir secara logis, kemudian melakukan beberapa tindakan yang

tidak terarah dan bertujuan.

2. Sementara oenemuan barang bukti berupa sepasang sandal, pakaian, serta

pisau cukur (silet), dan cincin membuktikan bahwa korban melakukan

pergerakan secara tidak menentu ke arah bawah/persawahan dan sungai.

c. Hasil pemeriksaan psikologi terhadap saksi-saksi menunjukkan bahwa pada

umumnya saksi cukup kooperatif, kecuali ayah istri pertama korban yang

cenderung tidak terbuka dan tidak jujur dalam memberikan keterangan

tentang korban. Hal-hal yang sikeluhkan oleh korban sebagai berikut :

1. Korban pernah melakukan percobaan bunuh diri dua kali namun gagal

keduanya.

2. Korban memang memiliki banyak permasalahan utang-piutang dengan

rekanan usaha (bisnis)

3. Korban memiliki masalah dengan istri dan mantan istrinya


4. Para saksi pada umumnya memberikan keterangan bahwa korban tidak

pernah menyampaikan rencana (keinginannya) untuk melakukan bunuh

diri.

d. Berdasarkan keterangan yang dikumpulkan dari para saksi, diperoleh

gambaran mengenai kepribadian korban sebagai berikut :

1. Korban adalah anak bungsu dan anak laki-laki satu-satunya dalam

keluarga sehingga ada kecenderungan bahwa sejak kecil korban selalu

dimanja dan dituruti segala keinginannya. Pola asuh demikian membuat

korban cenderung tidak bertanggung jawab pada hidupnya dan

cenderung meremehkan segalanya.

2. Selain itu korban juga tidak mampu menyelesaikan permasalahannya

secara dewasa sehingga sering menumpahkan kekesalan dan

kemarahannya dengan menyerang orang-orang sekitarnya.

3. Segabagai kepala keluarga, ada kencederung korban kurang bertanggung

jawab terhadap keluarganya dan lebih menuruti keenangan pribadi.

4. Lepribadian korban cenderung labil dan suka seenaknya sendiri, kurang

menghargai perasaan dan keberadaan orang-orang sekitarnya.

5. Korban tidak pernah mau belajar dari kesalahannya dan terus mengulangi

dan melakukan tindakan yang sama.

6. Beberapa hal yang secara psikologis perlu diperhitungkan adalah adanya

kondisi-kondisi psikis yang mengarah pada tindakan bunuh diri. Dalam

hal ini, analisis korban secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
No Faktor pendorong Keterangan

1 Tekanan permasalahan/psychological pain Positif

2 Kondisi frustasi Positif

3 Bukti-bukti adanya ancaman/tekanan dari Negatif

orang lain

4 Bukti-bukti adanya perencanaan/niat bunuh Negatif

diri

5 Bukti-bukti keputusan Positif

6 Kondisi depresi Positif

7 Pemikiran yang kacau Positif

8 Permintaan bantuan/pertolongan Negatif

9 Perubahan sikap/perilaku Positif

10 Penggunaan zat adiktif (tembakau, alkohol) Negatif

11 Upaya bunuh diri sebelumnya Positif

12 Riwayat perawatan mental negatif

e. Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologi seperti dijelaskan diatas,

pemeriksaan psikologi menyimpulkan bahwa :


1. Diduga kuat kematian korban lebih disebabkan faktor bunuh diri

dibandingkan dengan kemungkinan menjadi korban pembunuhan

maupun faktor kecelakaan atau ketidaksengajaan. Bukti-bukti

psikologis, khususnya yang diperoleh dari penelusuran terhadap

kehidupan korban sampai pada saat terakhir bertemu dengan saksi-

saksi memperkuat kesimpulan tersebut

2. Kesimpulan tersebut belum final, mengingat adanya faktor-faktor

pendukung bunuh diri yang tidak ditemukan pada korban, yaitu tidak

adanya bukti rencana (niat) bunuh diri, baik berupa surat maupun

pesan lisan kepada orang dekat (istri/sahabat dekat).

Anda mungkin juga menyukai