KABUPATEN BANGKALAN
TENTANG
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
BANGKALAN
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Kekerasan dan Bullying ini didasari beberapa macam faktor, diantaranya rasa
iri, dendam, adanya keinginan untuk menguasai, penilaian yang berbeda yang mana
(korban) berbeda dengan sekitarnya, dan juga masih banyak hal – hal lainnya yang
mengakibatkan adanya perilaku kekerasan dan juga bullying ini terjadi. Kekerasan
merupakan hal yang sama dengan penyiksaan yang mana, menurut Undang – Undang
Nomor 39 Tahun 1999 pasal 1 ayat (2) tentang hak asasi manusia, berbunyi
“penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani
pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang ataupun
orang ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau
diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketua, atau mengancam atau
memaksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada
setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan
oleh atas hasutan dari dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau
pejabat publik.”
Sebagaimana Negara Hukum Indonesia telah mengatur Bullying dalam Pasal
54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak :
a. Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan
perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan
kejahatan lainnya yang dilakukan pendidik, tenaga kependidikan, sesama
peserta didik, dan/atau pihak lain.
b. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik,
tenaga kependidikan, aparat pemerintah, dan/atau Masyarakat.
Maka dari itu dengan adanya perilaku/tindakan yang tidak patut untuk
dilakukan. Untuk itu sebaiknya dilakukan pencegahan, sehingga hal ini tidak akan
terjadi lagi. Dengan cara memberikan hukuman bagi para pelaku dengan maksud
sebagai efek jera, sehingga para pelaku yang masih duduk di bangku sekolah tidak
akan lagi dengan mudah melakukan penindasan bagi teman sebagainya. Sehingga hal
tersebut juga membutuhkan adanya suatu perlindungan khususnya bagi korban
kekerasan dan bullying. Perlindungan sendiri merupakan segala hal ataupun perbuatan
yang dilakukan untuk memberikan rasa aman terhadap seseorang ataupun kelompok.
Dimana perlindungan sini sangat perlu dilakukan terhadap masalah tersebut
mengingat banyaknya kasus yang terjadi dan juga dampak yang hebat bagi para
korbannya.
Dengan adanya permasalahan tentang kekerasan dan bullying yang semakin
marak di daerah Kabupaten Bangkalan maka pemerintah Kabupaten Bangkalan akan
melakukan pembuatan peraturan sebagai bentuk perlindungan hukum yang mengatur
mengenai pencegahan dan penanggulangan kekerasan dan bullying dalam konteks
pendidikan yang ada di Kabupaten Bangkalan.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasrkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah pada perumusan dan kajian Naskah Akademik Pencegahan dan Perlidungan
Kekerasan serta Bullying dalam Konteks Pendidikan di Kabupaten Bangkalan sebagai
berikut :
Adapun tujuan dari disusunnya naskah akademik ini yaitu sebagai berikut :
1) Untuk mengidentifikasi kebutuhan akan regulasi hukum yang efektif untuk
pencegahan dan penanggulangan kekerasan serta bullying di lingkungan
pendidikan;
2) Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terutama orang tua, siswa/siswi,
serta guru terhadap dampak negatif dari kekerasan dan bullying;
3) Untuk meningkatkan keamanan dan kesejahteraan siswa di lingkungan
pendidikan.
BAB 2
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Kekerasan dan Bullying
Kekerasan merupakan suatu perbuatan yang melawan hukum, baik yang hanya
berupa perbuatan mengancam, maupun perbuatan yang mengarah pada perbuatan
nyata yang menimbulkan kerugian materiil, kerusakan benda, atau bahkan dapat
mengakibatkan kematian pada seseorang.1 Kekerasan merupakan suatu tindakan yang
mana hal tersebut sengaja dilakukan oleh suatu individu ataupun kelompok yang
memiliki maksud menindas yang dirasa seseorang atau kelompok tersebut lebih lemah
dari pelakunya agar merasakan penderitaan secara terus-menerus. Biasanya kekerasan
ini tertuju pada tindak kekerasan fisik, namun terdapat pula kekerasan psikis.
Kekerasan fisik merupakan sebuah tindakan yang bertujuan menyakiti bagian tubuh
ataupun fisik orang yang dituju. Sedangkan, kekerasan psikis merupakan sebuah
kekerasan yang mana ditujukan kepada mental seseorang yang biasanya dilakukan
dengan memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya.
Tindakan kekerasan ini tidak hanya ada di lingkungan masyarakat namun sebagian
besar berada di lingkungan sekolah.
Bullying berasal dari Bahasa inggris, yaitu kata bull yang berasal dari banteng
yang senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi
kata bully berarti penggertak, orang yang menggangu orang lemah.3 Bullying adalah
suatu bentuk perilaku kekerasan yang melibatkan secara psikologis atau pun fisik
terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih “lemah” oleh seseorang atau
sekelompok orang.4 Bullying menjadi kebiasaan yang buruk yang saat ini dianggap
hal yang di normalisasikan bagi sebagian orang, yang mana menganggapnya
merupakan suatu hal yang biasa terjadi pada anak-anak. Biasanya pelaku bullying ini
merupakan orang yang merasa dirinya berkuasa atau memiliki kuasa yang sengaja
mengintimidasi korbannya dengan motif-motif tertentu.
Sejumlah kasus bullying yang ada di Indonesia lebih sering terjadi di kalangan
sekolah. Biasanya sekolah dapat dijadikan tempat berlangsungnya kekerasan dan
bullying tersebut yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter serta nilai
kemanusiaan. Bullying di sekolah merupakan akibat dari interaksi sosial antara
pelaku dan korban yang tergabung dalam sekolah, budaya sekolah, dan lingkungan
kelas yang kurang kondusif terhadap pembelajaran dan perilaku siswa di sekolah. 5
Banyaknya korban akibat dari perilaku bullying ini, sehingga hal tersebut seharusnya
di perhatikan dan perlu adanya perlindungan terhadap korban-korban dari tindakan
bullying. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi pengertian bullying
2
Mulyawati Nur Alifia, Nurhablisyah Nurhablisyah, and Ndaru Ranuhandoko, ‘Perancangan Buku Ilustrasi
Kekerasan Seksual Domestik Pada Anak’, Cipta, 1.2 (2022), 251–68
<https://doi.org/10.30998/cipta.v1i2.1661>.
3
ELA ZAIN ZAKIYAH, SAHADI HUMAEDI, and MEILANNY BUDIARTI SANTOSO, ‘Faktor Yang
Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying’, Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4.2 (2017), 324–30 <https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14352>.
4
Adiyono Adiyono and others, ‘Peran Guru Dalam Mengatasi Perilaku Bullying’, Al-Madrasah: Jurnal
Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 6.3 (2022), 649 <https://doi.org/10.35931/am.v6i3.1050>.
5
Ariefa Efianingrum, ‘MEMBACA REALITAS BULLYING DI SEKOLAH : TINJAUAN
MULTIPERSPEKTIF SOSIOLOGI’, Jurnal Dimensia, 7 (2018), 1–12.
merupakan sebagai kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan
seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri
dalam situasi di mana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau membuat
orang tertekan, trauma atau depresi dan tidak berdaya.6
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying pada usia sekolah
(6-15 tahun), masa dimana anak mulai terpisah dari kelompok keluarga dan terpapar
pada lingkungan sosial yang akan mempengaruhi interaksinya dengan teman sebaya.
Peneliti dari Kings College London mempelajari sekitar 7.771 anak dan sekitar
seperempat dari mereka (28%) menjadi korban bullying antara usia 7 hingga 11 tahun
dan hal ini berlanjut hingga usia 50 tahun (Renny, 2014). 9
Kekerasan dan bullying yang kita teliti/kaji merupakan suatu hal yang sama.
Dimana bullying disini juga termasuk dengan kekerasan yang dilakukan oleh pihak
pelaku. Pada kenyataannya bullying ini tidak hanya menyerang psikis seseorang
6
Yuli Permata Sari and Welhendri Azwar, ‘Fenomena Bullying Siswa: Studi Tentang Motif Perilaku Bullying
Siswa Di SMP Negeri 01 Painan, Sumatera Barat’, Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 10.2
(2018), 333–67 <https://doi.org/10.24042/ijpmi.v10i2.2366>.
7
Ariefa Efianingrum, ‘MEMBACA REALITAS BULLYING DI SEKOLAH : TINJAUAN
MULTIPERSPEKTIF SOSIOLOGI’, Jurnal Dimensia, 7 (2018), 1–12.
8
Lina Muntasiroh, ‘Jenis-Jenis Bullying Dan Penanganannya Di Sd N Mangonharjo Kota Semarang’, Jurnal
Sinektik, 2.1 (2019), 106 <https://doi.org/10.33061/js.v2i1.2983>.
9
Ibid.
namun juga menyerang fisik seseorang dengan cara melakukan kekerasan tersebut.
Biasanya yang dilakukan oleh pelaku bullying ini dapat secara verbal maupun non-
verbal. Hal yang perlu kita ketahui bahwasanya banyaknya kasus – kasus bullying dan
juga banyak memakan korban ini semakin meningkat seiring dengan berjalannya
waktu. Sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan yang komprehensif dengan
melibatkan berbagai pihak seperti baik orang tua, guru, maupun masyarakat sekitar.
Serta juga diperlukannya perlindungan oleh pihak yang berwenang terhadap korban
kekerasan dan bullying yang harus di perhatikan dan di tegakkan kembali.
Dari beberapa kasus kekerasan dan bullying yang ada di lingkup sekolah
terdapat beberapa jenis yang termasuk dalam bullying serta memiliki gaya
perlakuan yang berbeda. Dimana pihak pelaku akan menggunakan taktik yang
berbeda untuk mengintimidasi dan mengendalikan korbannya. Adapun beberapa
jenis kekerasan dan bullying diantaranya yaitu :
a. Menghina/Mengejek/Mencela
Pelaku biasanya secara berlebihan mengatakan hal yang merendah-
kan, dan meremehkan dengan maksud menyakiti perasaan korban atau
mempermalukan korban didepan orang lain.
b. Memberi Panggilan Nama
Pelaku biasanya memberikan nama atau julukan kepada korban
yang sifatnya merendahkan dan membuat malu dan sampai tidak percaya
diri kepada korban.
c. Mengintimidasi
Pelaku biasanya mengintimidasi dalam artian mengancam korban
agar takut bahkan tunduk kepada pelaku.
d. Memaki
Pelaku biasanya mengucapkan kata-kata keji, tidak pantas untuk
menyatakan kemarahan atau kejengkelan terhadap korban.
2) Bullying Fisik.
Bullying secara fisik atau Physical Bullying adalah jenis perilaku
bullying yang paling jelas dan dapat dilihat jika terjadi di lingkungan anak.
Pelaku biasanya memberikan kekerasan secara fisik yang membuat korban takut
dan menuruti apa yang pelaku inginkan. Diantaranya memukul, me-nendang,
mencakar, menggigit, meludah kearah korban hingga menimbulkan luka fisik
atau cidera. Jenis bullying ini paling berbahaya karena selain memberi dampak
ke fisik korban juga dapat memberi dampak ke psikis korban serta akan
menimbulkan trauma terhadap korban.
3) Bullying Sosial
Jenis Bullying yang ketiga ialah bullying sosial. Bullying ini berupa
tindakan mengecualikan, mengisolasi, atau menyebarkan gosip dan fitnah
tentang korban. Pelaku juga bisa memanfaatkan media sosial atau teknologi
untuk menyebarkan pesan negatif tentang korban bullying tersebut. Bullying
sosial ini biasanya akan menyebabkan korbannya menjadi tidak mau bergaul
dengan orang lain.
4) Bullying Emosional
Bullying secara emosional seringkali dilakukan oleh pelaku bullying
dengan tujuan menimbulkan tekanan emosional pada korbannya. Bullying
secara mental tidak bisa dianggap remeh karena perilaku bullying ini dapat
membuat korbannya menjadi depresi, stres, cemas, serta kehilangan
kepercayaan diri melalui ancaman, intimidasi, dan hinaan. Hal ini dapat
mencakup ancaman untuk menyakiti korban atau membahayakan keselamatan
mereka. Terdapat beberapa contoh bullying secara emosional diantaranya :
a. Menyebarkan Gosip
Perilaku Bullying ini yang sering ditemukan di seluruh kalangan,
termasuk di lingkungan anak, Biasanya para pelaku menyebarkan berita-
berita yang tidak benar yang merujuk kepada korban. Sehingga dampaknya
korban akan dijauhi oleh orang yang berada di sekitarnya.
b. Menghasut
Perilaku Bullying ini juga sering ditemukan, biasanya para pelaku
menghasut korban agar terpancing dan marah. Dampaknya korban akan
terpancing dan melakukan tindakan yang tidak terpuji.
Tindakan bullying tidak hanya terjadi di dunia nyata saja, akan tetapi
dapat juga terjadi pada media sosial. Bullying seperti ini dinamakan cyber
bullying, yang kerap dialami oleh para selebritis oleh hatersnya. Meskipun
mungkin korban tidak mengenal pelaku, namun dampak dari cyberbullying ini
sama buruknya. Komentar yang tidak menyenangkan, menyindir atau
mengintimidasi merupakan contoh dari tindakan bullying siber. Bullying jenis
ini tidak hanya terjadi pada orang-orang terkenal saja, tetapi juga pada orang
biasa, termasuk siswa sekolah. Diketahui saat ini hampir semua pelajar pasti
menggunakan media sosial. Artinya, semakin besar juga peluang untuk
melakukan tindakan bullying melalui media sosial.
a. Faktor Keluarga
b. Faktor Sekolah
Dalam faktor ini kecenderungan pihak sekolah yang sering
mengabaikan keberadaan bullying menjadikan siswa/mahasiswa yang
menjadi pelaku bullying semakin mendapatkan penguatan terhadap
perilaku tersebut. Selain itu, bullying dapat terjadi kalangan pendidikan
jika pengawasan dan bimbingan etika dari para guru/dosen rendah, sekolah
dengan tingkat kedisiplinan yang lemah, bimbingan yang tidak layak dan
peraturan yang tidak konsisten. Hal tersebut dapat menajdikan para pelaku
akan terus melakukan bullying kepada korban karena tidak adanya sikap
tegas terhadap pihak sekolah dan tidak ada sikap dalam melindungi para
korban bullying.
c. Faktor Media Massa
Kebanyakan diusia anak-anak selalu meniru adegan-adengan film
yang ditontonnya, seperti gerakannya dan kata-katanya. Hal ini dapat
menciptakan perilaku anak yang keras dan kasar yang selanjutnya memicu
terjadinya bullying yang dilakukan oleh anak-anak terhadap teman-
temannya di sekolah.
d. Faktor Budaya
Faktor kriminal budaya menjadi salah satu penyebab munculnya
perilaku bullying. Suasana politik yang kacau, perekonomian yang tidak
menentu, prasangka yang dikrisminasi, konflik dalam masyarakat, dan
ethnosentrisme. Hal ini dapat mendorong anak-anak san remaja menjadi
seorang yang depresi, stress, arogan bahkan kasar.
e. Faktor Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya yang memiliki masalah di sekolah akan
memberikan dampak yang buruk bagi teman-teman lainnya seperti
berperilaku dan berkata kasar terhadap guru atau antar sesame teman dan
membolos. Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan di
sekitar rumah, terkadang kala terdong untuk melakukan bullying. Beberapa
anak melakukan bullying hanya untuk membuktikan kepada teman
sebayanya agar diterima dalam kelompok-kelompok tersebut, walaupun
sebenarnya mereka tidak nyaman melakukan hal tersebut.
f. Faktor Kondisi Lingkungan Sosial
Faktor selanjutnya yaitu kondisi lingkungan sosial, salah satunya yaitu
kemiskinan. Pelaku bullying akan melakukan apa saja demi memenuhi
kebutuhan hidupnya contohnya seperti pemalakan, pemerasan, dll.
b) Reinforce
Reinforcer adalah orang yang menyaksikan bullying. Saat meli-hat
perbuatan bullying, bukannya membantu korban ia malah mem-bantu
bullies untuk ikut membully korban.
c) Outsider
12
Lina Muntasiroh, ‘Jenis-Jenis Bullying Dan Penanganannya Di Sd N Mangonharjo Kota Semarang’, Jurnal
Sinektik, 2.1 (2019), 106 <https://doi.org/10.33061/js.v2i1.2983>.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk penerapan yang ada di
ligkungan sekolah:
a) Sosialisasi pemahaman perundungan di lingkungan sekolah
Hal yang paling mendasar dalam pencegahan bullying adalah
pemahaman terkait bullying itu sendiri. Terutama kita harus mengetahui
efek bullying itu sendiri bisa menimbulkan trauma atau gangguan psikis
hingga dewasa. Pihak sekolah harus memberikan pemahaman mengenai
perundungan kepada seluruh siswa dan juga guru atau staf sekolah.
b) Sekolah memberikan pengetahuan terkait bullying
Seluruh warga sekolah harus di berikan pengetahuan untuk melatih
daya tingkat empati siswa dan juga rasa simpati kepada seluruh warga
yang ada di sekolah. Salah satunya adalah memperhatikan ciri-ciri
seseprang yan mengalami pembullyan dan menawarkan bantuan yang
sesuai. Apabila sang korban merasa takut karena jika di adukan akan ada
hal yang buruk lagi akan terjadi padanya, maka siswa yang melihat itupun
bisa langsung saja melaporkan hal tersebut kepada guru atau staff yang ada
di sekolah.
c) Membuat aturan/kebijakan terkait aksi pembullyan
Karena maraknya perundungan yang berakhir damai dan
kurangnya perhatian atas kondisi psikis korban, maka sekolah harus
membuat kebijakan seperti membuat aturan tersebut untuk tidak terjadi
lagi kedepannya. Salah satunya adalah menetapkan mekanisme
penanganan kasus yang tepat di sekoalah. Selain itu sekolah juga harus
tegas mengambil tindakan untuk tidak terjadi hal serupa di sekolah.
d) Mengadakan kegiatan anti pembullyan
Pihak sekolah bisa mengadakan program anti pembullyan seperti
menyebarkan undangan kepada orang tua siswa melalui siswa itu sendiri
dengan diikuti sang siswa untuk menghadiri hal tersebut. Juga bisa
mengadakan ekstrakurikuler di sekolah, menyebarkan pesan moral kepada
siswa tiap jam pelajaran berakhir dan membangun norma yang akan
dijalin.
g) Asas Keterbukaan
Asas Keterbukaan adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan
perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat
transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat
mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan
masukan dalam Pembentukan Peraturan perundang-undangan.13
c) Asas Kebangsaan
Asas kebangsaan adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa
Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara yang
plural, sehingga seharusnya dibuat peraturan yang mencerminkan asas
pluralisme dan kebangsaan di dalamnya.
d) Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Perundang-Undangan harus mencerminkan musyawarah
untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Setiap
Perda yang dibuat oleh Pemerintah Daerah minim adanya sosialisasi
kepada masyarakat. Masyarakat dianggap telah mengetahui Perda
tersebut setelah diundangkan, padahal senyatanya belum tentu seluruh
lapisan masyarakat mengetahui dan memahami isinya.
e) Asas Kenusantaraan
Asas kenusantaraan adalah bahwa setiap Materi Muatan
Peraturan Daerah senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh
bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
f) Asas Bhineka Tunggal Ika
Asas bhinneka tunggal ika adalah bahwa Materi Muatan
Peraturan Perundangundangan harus memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta
budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g) Asas ketertiban dan Kepastian Hukum
Asas ketertiban dan kepastian hukum adalah bahwa setiap
Materi Muatan Peraturan Daerah harus dapat mewujudkan ketertiban
dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
h) Asas keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan
Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan” adalah bahwa
setiap Materi Muatan Peraturan Daerah harus mencerminkan
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan
individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.14
14
Karangasem Tahun, ‘Karangasem Tahun 2017’, 2017.
2. Pendataan berkala terhadap setiap sekolah – sekolah untuk memastikan tingkat
kekerasan dan Bullying di lingkungan sekolah Kabupaten Bangkalan secara
jujur dan transparan.
3. Sarana dan prasarana yang memadai dengan terbentuknya kekerasan dengan
sekolah ramah anak.
4. Pembinaan dengan memberikan sosialisasi secara berkala terhadap anak pada
sekolah – sekolah, dengan tujuan untuk memberikan edukasi terhadap anak
tentang dampak mengenai adanya perilaku Bullying ini.
16
RH. Nursilaningsie, & Listyani, ‘Praktik Bullying Di Kalangan Pelajar Smpn 3 Kamal , Bangkalan’,
Paradigma, 5.2 (2017), 1–7.
Pertama (SMP) menerbitkan tata tertib yang berisi tentang tindakan anti
bullying, serta menerapkan 3P yaitu Provisi, Proteksi, dan Partisipasi. Provisi
ialah memberikan apa yang dibutuhkan oleh peserta didik. Proteksi merupakan
memberikan anak perlindungan dari bahaya, ancaman dan tindak bullying.
Sedangkan, partisipasi adalah anak diberikan kebebasan berekspresi dan
mengungkapkan pendapat sehingga dapat mengembangkan minat, bakat
inovasi serta kreativitas peserta didik melalui kegiatan esktrakurikuler secara
individu maupun kelompok.17 Perencanaan kurikulum sekolah ramah anak di
tiap Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten
Bangkalan menitikberatkan pada kepentingan anak, kurikulum yang
berlandaskan perlindungan anak, tidak diskriminasi dan jauh dari tindakan
bullying, pemenuhan hak-hak anak, pembelajaran yang menyenangkan,
mewadahi bakat dan minat anak, melayani kebutuhan anak, memberikan rasa
aman dan nyaman pada anak, memberikan ruang partisipasi bagi anak dengan
merancang pembelajaran yang mengedepankan pemenuhan hak-hak anak
tentang anti bullying dengan tersusunnya dokumen ATP dan Modul
Pembelajaran yang terintegrasi dengan program anti bullying.
Dengan demikian peran Pemerintah Daerah dan warga sekolah di
Kabupaten Bangkalan adalah menciptakan terselenggaranya program sekolah
ramah anak program anti bullying untuk pencegahan adanya tindakan bullying
pada anak sekolah di daerah Kabupaten Bangkalan. Berdasarkan hal tersebut
dipandang perlu untuk segera melakukan penulisan naskah akademik dan
penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan serta Bullying dalam Konteks
Pendidikan.
17
Yetty Handayani, Maryanto, and Noor Miyono, ‘IMPLEMENTASI SEKOLAH RAMAH ANAK
PROGRAM ANTI BULLYING DI SMA NEGERI 1 KENDAL’, Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas
Mandiri, 09 (2023).